Anda di halaman 1dari 27

Tugas

SURVEILLANCE

Oleh

Dea Firstianty Hendarman, S.Ked 04054821719083


Sherly Wahyuni, S.Ked 04054821719093
Elisabeth Stefanny, S.Ked 04054821820124
Fitria Masturah, S.Ked 04054821820012

Pembimbing

dr. Hendarmin Aulia

BAGIAN ILMU KESEHATAN MAYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas

Surveillance

Oleh:
Dea Firstianty Hendarman, S.Ked 04054821719083
Sherly Wahyuni, S.Ked 04054821719093
Elisabeth Stefanny, S.Ked 04054821820124
Fitria Masturah, S.Ked 04054821820012

Referat ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti Kepaniteraan
Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya periode 9 Juli 2018 – 11
September 2018

Palembang, Juli 2018

dr. Hendarmin Aulia


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan YME karena atas rahmat dan
berkat-Nya tugas yang berjudul “Surveillance” ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Telaah ilmiah ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat ujian kepaniteraan klinik di
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada dr. Hendarmin Aulia atas
bimbingannya sehingga penulisan ini menjadi lebih baik.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam
penulisan telaah ilmiah ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat
penulis harapkan untuk penulisan yang lebih baik di masa yang akan datang.
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III KESIMPULAN ....................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 32
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Surveillance

Surveilans merupakan suatu upaya/sistem/mekanisme yang dilakukan secara


terus menerus dari suatu kegiatan pengumpulan, analisi, interpretasi,dari suatu data
spesifik yang digunakan untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program
(Manajemen program kesehatan). Istilah surveilans digunakan untuk dua hal yang
berbeda yaitu:
a. Surveillance dapat diartikan sebagai pengawasan secara terus-menerus
terhadap faktor penyebab kejadian dan sebaran penyakit, dan yang berkaitan
dengan keadaan sehat atau sakit. Surveilans ini meliputi pengumpulan,
analisis, penafsiran, dan penyebaran data yang terkait, dan dianggap sangat
berguna untuk penanggulangan dan pencegahan secara efektif. Definisi yang
demikian luas itu mirip dengan surveilans pada sistem informasi kesehatan
rutin, dan karena itu keduanya dapat dianggap berperan bersama-sama.
b. Surveillance menyangkut sistem pelaporan khusus yang diadakan untuk
menanggulangi masalah kesehatan utama atau penyakit, misalnya penyebaran
penyakit menahun suatu bencana alam. Sistem surveilans ini sering dikelola
dalam jangka waktu yang terbatas dan terintegrasi secara erat dengan
pengelolaan program intervensi kesehatan. Bila informasi tentang insidens
sangat dibutuhkan dengan segera, sedangkan sistem informasi rutin tidak
dapat diandalkan maka sistem ini dapat digunakan. (Vaughan, 1993).
Menurut WHO, Surveilans merupakan pengumpulan, pengolahan, analisis
data kesehatan secara sistematis dan terus menerus, serta desiminasi informasi tepat
waktu kepada pihak – pihak yang perlu mengetahui sehingga dapat diambil tindakan
yang tepat (Last, 2001 dalam Bhisma Murti, 2003). Menurut Centers for Disease
Control (1996) Surveillance adalah pengumpulan, analisis dan interpretasi data
kesehatan secara sistematis dan terus menerus, yang diperlukan untuk perencanaan,
implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat, dipadukan dengan
desiminasi data secara tepat waktu kepada pihak – pihak yang perlu mengetahuinya.
Defenisi surveillance epidemiologi adalah pengumpulan dan pengamatan
secara sistematik berkesinambungan, analisa dan interprestasi data kesehatan dalam
proses menjelaskan dan memonitoring kesehatan dengan kata lain surveilans
epidemiologi merupakan kegiatan pengamatan secara teratur dan terus menerus
terhadap semua aspek kejadian penyakit dan kematian akibat penyakit tertentu, baik
keadaan maupun penyebarannya dalam suatu masyarakat tertentu untuk kepentingan
pencegahan dan penanggulangan. (Noor,1997). Surveillance epidemiologi adalah
pengamatan yang terus menerus atas distribusi, dan kecenderungan suatu penyakit
melalui pengumpulan data yang sistematis agar dapat ditentukan penanggulangannya
yang secepat-cepatnya (Gunawan, 2000).
Surveilans Epidemiologi adalah kegiatan pengamatan secara sistematis dan
terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan serta kondisi yang
mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut
agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui
proses pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran informasi epidemiologi
kepada penyelenggara program kesehatan.

Menurut Karyadi (1994), surveilans epidemiologi adalah : “Pengumpulan data


epidemiologi yang akan digunakan sebagai dasar dari kegiatan-kegiatan dalam
bidang penanggulangan penyakit, yaitu :

1. Perencanaan program pemberantasan penyakit. Mengenal epidemiologi penyakit


berarti mengenal masalah yang kita hadapi. Dengan demikian suatu perencanaan
program dapat diharapkan akan berhasil dengan baik.
2. Evaluasi program pemberantasan penyakit. Bila kita tahu keadaan penyakit
sebelum ada program pemberantasannya dan kita menentukan keadaan penyakit
setelah program ini, maka kita dapat mengukur dengan angka-angka keberhasilan
dari program pemberantasan penyakit tersebut.
3. Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)/ wabah. Suatu sistem surveilans
yang efektif harus peka terhadap perubahan-perubahan pola penyakit di suatu
daerah tertentu. Setiap kecenderungan peningkatan insidens, perlu secepatnya
dapat diperkirakan dan setiap KLB secepatnya dapat diketahui. Dengan demikian
suatu peningkatan insidens atau perluasan wilayah suatu KLB dapat dicegah”.

Menurut Nur Nasry Noor (1997), surveilans epidemiologi adalah :


“Pengamatan secara teratur dan terus menerus terhadap semua aspek penyakit
tertentu, baik keadaan maupun penyabarannya dalam suatu masyarakat tertentu untuk
kepentingan pencegahan dan penanggulangannya”.

Jadi, surveilans epidemiologi.

 Merupakan kegiatan pengamatan terhadap penyakit atau masalah kesehatan serta


faktor determinannya. Penyakit dapat dilihat dari perubahan sifat penyakit atau
perubahan jumlah orang yang menderita sakit. Sakit dapat berarti kondisi tanpa
gejala tetapi telah terpapar oleh kuman atau agen lain, misalnya orang terpapar
HIV, terpapar logam berat, radiasi dsb. Sementara masalah kesehatan adalah
masalah yang berhubungan dengan program kesehatan lain, misalnya Kesehatan
Ibu dan Anak, status gizi, dsb. Faktor determinan adalah kondisi yang
mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah kesehatan.
 Merupakan kegiatannya yang dilakukan secara sistematis dan terus menerus.
Sistematis melalui proses pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran
informasi epidemiologi sesuai dengan kaidah-kaidah tertentu, sementara terus
menerus menunjukkan bahwa kegiatan surveilans epidemiologi dilakukan setiap
saat sehingga program atau unit yang mendapat dukungan surveilans
epidemiologi mendapat informasi epidemiologi secara terus menerus juga.

2.2 Tujuan Surveillance


Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang masalah
kesehatan populasi, sehingga penyakit dan factor risiko dapat dideteksi dini dan dapat
dilakukan respons pelayanan kesehatan dengan lebih efektif.
Tujuan khusus surveilans:
a. Memonitor kecenderungan (trends) penyakit;
b. Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit, untuk mendeteksi dini out
break;
c. Memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit
(disease burden) pada populasi;
d. Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan,
implementasi, monitoring, dan evaluasi program kesehatan;
e. Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan;
f. Mengidentifikasi kebutuhan riset. (Last, 2001; Giesecke, 2002; JHU, 2002)

2.3 Jenis Surveillance

Dikenal beberapa jenis surveilans:

1. Surveilans Individu

Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan memonitor


individu yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar,
tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis. Surveilans individu memungkinkan
dilakukannya isolasi institusional segera terhadap kontak, sehingga penyakit yang
dicurigai dapat dikendalikan. Sebagai contoh, karantina merupakan isolasi
institusional yang membatasi gerak dan aktivitas orang –orang atau binatang yang
sehat tetapi telah terpapar oleh suatu kasus penyakit menular selama periode menular.
Tujuan karantina adalah mencegah transmisi penyakit selama masa inkubasi
seandainya terjadi infeksi (Last, 2001).
Isolasi institusional pernah digunakan kembali ketika timbul AIDS 1980an
dan SARS. Dikenal dua jenis karantina: (1) Karantina total; (2) Karantina parsial.
Karantina total membatasi kebebasan gerak semua orang yang terpapar penyakit
menular selama masa inkubasi, untuk mencegah kontak dengan orang yang tak
terpapar. Karantina parsial membatasi kebebasan gerak kontak secara selektif,
berdasarkan perbedaan tingkat kerawanan dan tingkat bahaya transmis penyakit.
Contoh, anak sekolah diliburkan untuk mencegah penularan penyakit campak, sedang
orang dewasa diperkenankan terus bekerja. Satuan
tentara yang ditugaskan pada pos tertentu dicutikan, sedang di pospos lainnya tetap b
ekerja.

Dewasa ini karantina diterapkan secara terbatas, sehubungan dengan masalah


legal, politis, etika, moral, dan filosofi tentang legitimasi, akseptabilitas, dan
efektivitas langkah-langkah pembatasan tersebut untuk mencapai tujuan kesehatan
masyarakat (Bensimon dan Upshur, 2007).

2. Surveilans Penyakit

Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus-


menerus terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi
penyakit, melalui pengumpulan sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-
laporan penyakit dan kematian, serta data relevan lainnya. Jadi focus perhatian
surveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu. Di banyak negara, pendekatan
surveilans penyakit biasanya didukung melalui program vertical (pusat-daerah).
Contoh, program surveilans tuberkulosis, program surveilans malaria. Beberapa dari
sistem surveilans vertikal dapat berfungsi efektif, tetapi tidak sedikit yang tidak
terpelihara dengan baik dan akhirnya kolaps, karena pemerintah kekurangan biaya.
Banyak program surveilans penyakit vertical yang berlangsung parallel antara satu
penyakit dengan penyakit lainnya, menggunakan fungsi penunjang masing-masing,
mengeluarkan biaya untuk sumberdaya masing-masing, dan memberikan informasi
duplikatif, sehingga mengakibatkan inefisiensi.

3. Surveilans Sindromik

Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan


pengawasan terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan
masing-masing penyakit. Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikator-
indikator kesehatan individual maupun populasi yang bisa diamati sebelum
konfirmasi diagnosis. Surveilans sindromik mengamati indikator-indikator individu
sakit, seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau temuan laboratorium, yang
dapat ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh konfirmasi laboratorium
tentang suatu penyakit.

Surveilans sindromik dapat dikembangkan pada level lokal, regional, maupun


nasional. Sebagai contoh, Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
menerapkan kegiatan surveilans sindromik berskala nasional terhadap penyakit-
penyakit yang mirip influenza (flu-like illnesses) berdasarkan laporan berkala praktik
dokter di AS. Dalam surveilans tersebut, para dokter yang berpartisipasi melakukan
skrining pasien berdasarkan definisi kasus sederhana (demam dan batuk atau sakit
tenggorok) dan membuat laporan mingguan tentang jumlah kasus, jumlah kunjungan
menurut kelompok umur dan jenis kelamin, dan jumlah total kasus yang teramati.
Surveilans tersebut berguna untuk memonitor aneka penyakit yang menyerupai
influenza, termasuk flu burung, dan antraks, sehingga dapat memberikan peringatan
dini dan dapat digunakan sebagai instrument untuk memonitor krisis yang
tengah berlangsung. (Mandl et al., 2004; Sloan et al., 2006)

Suatu system yang mengandalkan


laporan semua kasus penyakit tertentu dari fasilitas kesehatan, laboratorium, atau
anggota komunitas, pada lokasi tertentu, disebut surveilans sentinel. Pelaporan
sampel melalui system surveilans sentinel merupakan cara yang baik untuk
memonitor masalah kesehatan dengan menggunakan sumber daya yang terbatas.
(DCP2, 2008; Erme dan Quade, 2010)

4. Surveilans Berbasis Laboratorium

Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan menonitor


penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan melalui makanan
seperti salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi
strain bakteri tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan lebih segera
dan lengkap daripada system yang mengandalkan pelaporan sindroma dari klinik-
klinik. (DCP2, 2008)

5. Surveilans Terpadu

Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan semua


kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/ kota)
sebagai sebuah pelayanan public bersama. Surveilans terpadu menggunakan struktur,
proses, dan personalia yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan informasi yang
diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit. Kendatipun pendekatan surveilans
terpadu tetap memperhatikan perbedaan kebutuhan data khusus penyakit-penyakit
tertentu. (WHO, 2001, 2002; Sloan et al., 2006).

Karakteristik pendekatan surveilans terpadu:

a. Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common services);


b. Menggunakan pendekatan solusi majemuk;
c. Menggunakan pendekatan fungsional, bukan struktural;
d. Melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans (yakni, pengumpulan,
pelaporan, analisis data, tanggapan) dan fungsi pendukung surveilans (yakni,
pelatihan dan supervisi, penguatan laboratorium, komunikasi, manajemen
sumber daya);
e. Mendekatkan fungsi surveilans dengan pengendalian penyakit. Meskipun
menggunakan pendekatan terpadu, surveilans terpadu tetap memandang
penyakit yang berbeda
memiliki kebutuhan surveilans yang berbeda. (WHO, 2002)

6. Surveilans Kesehatan Masyarakat Global

Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern, migrasi manusia


dan binatang serta organisme, memudahkan transmisi penyakit infeksi lintas negara.
Konsekunsinya, masalah-masalah yang dihadapi negara-negara berkembang dan
Negara maju di dunia makin serupa dan bergayut. Timbulnya epidemic global
(pandemi) khususnya menuntut dikembangkannya jejaring yang terpadu di seluruh
dunia, yang manyatukan para praktisi kesehatan, peneliti, pemerintah, dan organisasi
internasional untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan surveilans yang melintasi
batas-batas negara. Ancaman aneka penyakit menular merebak pada skala
global, baik penyakit-penyakit lama yang muncul kembali (re-
emerging diseases), maupun penyakit-penyakit yang baru muncul (newemerging
diseases), seperti HIV/AIDS, flu burung, dan SARS. Agenda surveilans global yang
komprehensif melibatkan aktor-aktor baru, termasuk pemangku kepentingan
pertahanan keamanan dan ekonomi (Calain, 2006; DCP2, 2008)

1.2 Prinsip, Fungsi, Dan Langkah Surveilans Epidemiologi

1.2.1 Prinsip

Prinsip Surveilans Epidemiologi

a. Pengumpulan data Pencatatan insidensi terhadap population at risk.

Pencatatan insidensi berdasarkan laporan rumah sakit, puskesmas, dan sarana


pelayanan kesehatan lain, laporan petugas surveilans di lapangan, laporan
masyarakat, dan petugas kesehatan lain; Survei khusus; dan pencatatan jumlah
populasi berisiko terhadap penyakit yang sedang diamati. Tehnik pengumpulan data
dapat dilakukan dengan wawancara dan pemeriksaan. Tujuan pengumpulan data
adalah menentukan kelompok high risk; Menentukan jenis dan karakteristik
(penyebabnya); Menentukan reservoir; Transmisi; Pencatatan kejadian penyakit; dan
KLB.

b. Pengelolaan data

Data yang diperoleh biasanya masih dalam bentuk data mentah (row data) yang
masih perlu disusun sedemikian rupa sehingga mudah dianalisis. Data yang
terkumpul dapat diolah dalam bentuk tabel, bentuk grafik maupun bentuk peta atau
bentuk lainnya. Kompilasi data tersebut harus dapat memberikan keterangan yang
berarti.

c. Analisis dan interpretasi data untuk keperluan kegiatan

Data yang telah disusun dan dikompilasi, selanjutnya dianalisis dan dilakukan
interpretasi untuk memberikan arti dan memberikan kejelasan tentang situasi yang
ada dalam masyarakat.

d. Penyebarluasan data dan keterangan termasuk umpan balik

Setelah analisis dan interpretasi data serta telah memiliki keterangan yang cukup
jelas dan sudah disimpulkan dalam suatu kesimpulan, selanjutnya dapat
disebarluaskan kepada semua pihak yang berkepentingan, agar informasi ini dapat
dimanfaatkan sebagai mana mestinya.

e. Evaluasi
Hasil evaluasi terhadap data sistem surveilans selanjutnya dapat digunakan untuk
perencanaan, penanggulangan khusus serta program pelaksanaannya, untuk kegiatan
tindak lanjut (follow up), untuk melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan program
dan pelaksanaan program, serta untuk kepentingan evaluasi maupun penilaian hasil
kegiatan.

1.2.2 Fungsi

Kegunaan surveilans epidemiologi

1. Mendeteksi perubahan masalah kesehatan sedini mungkin sehingga dapat


dilakukan tindakan kontrol atau preventif terhadap perubahan tersebut.
2. Deteksi perubahan lingkungan/vector yang dianggap dapat menimbulkan
penyakit pada populasi.
3. Mutlak digunakan pada program-program pemberantasan penyakit menular
sebagai dasar perencanaan, monitoring dan evaluasi program.
4. Menilai kejadian penyakit pada populasi seperti insidensi atau prevalensi.
5. Data surveilans dapat digunakan untuk perencanaa dan pelaksanaan program
kesehatan.

Manfaat surveilans epidemiologi

Pada awalnya surveilans epidemiologi banyak dimanfaatkan pada upaya


pemberantasan penyakit menular, tetapi pada saat ini surveilans mutlak diperlukan
pada setiap upaya kesehatan masyarakat baik upaya pencegahan maupun
pemberantasan penyakit menular. Secara garis
besar, tujuan surveilans epidemiologi yaitu:

1. Mengetahui distribusi geografis penyakit endemis dan penyakit yang dapat


menimbulkan epidemic.
2. Mengetahui perioditas suatu penyakit.
3. Menentukan apakah terjadi peningkatan insidensi yang disebabkan oleh kejadian
luar biasa atau karena perioditas penyakit.
4. Mengetahui situasi suatu penyakit tertentu.
5. Memperoleh gambaran epidemiologi tentang penyakit tertentu.
6. Melakukan pengendalian penyakit.
7. Mengetahui adanya pengulangan outbreak yang pernah menimbulkan endemic.
8. Pengamatan epidemiologi terhadap influenza untuk mengetahui adanya tipe baru
dari virus influenza.

1.2.3 Langkah

Langah-langkah dalam surveilans sangat di butuhkan agar kita mendapatkan


hasil yang diinginkan dan tepat penggunaannya. Terdapat beberapa langkah-langkah
dalam suerveilans epidemiologi, antara lain yaitu:

1. Perencanaan surveilans

Perencanaan kegiatan surveilans dimulai membuat kerangka kegiatan


surveilans yaitu dengan penetapan tujuan surveilans, dilanjutkan dengan penentuan
definisi kasus, perencanaan perolehan data, teknik pengumpulan data, teknik analisis
dan mekanisme penyebarluasan informasi.

2. Pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan awal dari rangkaian kegiatan untuk memproses


data selanjutnya. Data yang dikumpulkan memuat informasi epidemiologi yang
dilaksanakan secara teratur dan terus-menerus dan dikumpulkan tepat waktu.
Pengumpulan data dapat bersifat pasif yang bersumber dari Rumah sakit, Puskesmas
dan lain-lain, maupun aktif yang diperoleh dari kegiatan survey.

Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pencatatan insidensi


terhadap orang-orang yang dianggap penderita malaria atau population at risk melalui
kunjungan rumah (active surveillance) atau pencatatan insidensi berdasarkan laporan
sarana pelayanan kesehatan yaitu dari laporan rutin poli umum setiap hari, laporan
bulanan Puskesmas desa dan Puskesmas pembantu, laporan petugas surveilans di
lapangan, laporan harian dari laboratorium dan laporan dari masyarakat serta petugas
kesehatan lain (passive surveillance). Atau dengan kata lain, data dikumpulkan dari
unit kesehatan sendiri dan dari unit kesehatan yang paling rendah,
misalnya laporan dari Pustu, Posyandu, Barkesra, Poskesdes.

Proses pengumpulan data diperlukan system pencatatan dan pelaporan yang


baik. Secara umum pencatatan di Puskesmas adalah hasil kegiatan kunjungan pasien
dan kegiatan luar gedung. Sedangkan pelaporan dibuat dengan merekapitulasi data
hasil pencatatan dengan menggunakan formulir tertentu, misalnya form W1 Kejadian
Luar Biasa (KLB) , form W2 (laporan mingguan) dan lain-lain.

3. Pengolahan dan penyajian data

Data yang sudah terkumpul dari kegiatan diolah dan disajikan dalam bentuk
tabel, grafik (histogram, polygon frekuensi), chart (bar chart, peta/map area).
Penggunaan computer sangat diperlukan untuk mempermudah dalam pengolahan
data diantaranya dengan menggunakan program (software).

4. Analisis data

Analisis merupakan langkah penting dalam surveilans epidemiologi karena


akan dipergunakan untuk perencanaan, monitoring dan evaluasi serta tindakan
pencegahan dan penanggulangan penyakit. Kegiatan ini menghasilkan ukuran-ukuran
epidemiologi seperti rate, proporsi, rasio dan lain-
lain untuk mengetahui situasi, estimasi dan prediksi penyakit.

Data yang sudah diolah selanjutnya dianalisis dengan membandingkan data


bulanan atau tahun-tahun sebelumnya, sehingga diketahui ada peningkatan atau
penurunan, dan mencari hubungan penyebab penyakit malaria dengan factor resiko
yang berhubungan dengan kejadian malaria.

5. Penyebarluasan informasi

Penyebarluasan informasi dapat dilakukan ketingkat atas maupun ke bawah.


Dalam rangka kerja sama lintas sektoral instansi-instansi lain yang terkait dan
masyarakat juga menjadi sasaran kegiatan ini. Untuk diperlukan informasi yang
informative agar mudah dipahami terutama bagi instansi diluar bidang kesehatan.

Penyebarluasan informasi yang baik harus dapat memberikan informasi yang


mudah dimengerti dan dimanfaatkan dalam menentukan arah kebijakan kegiatan,
upaya pengendalian serta evaluasi program yang dilakukan. Cara penyebarluasan
informasi yang dilakukan yaitu membuat suatu laporan hasil kajian yang disampaikan
kepada atasan, membuat laporan kajian untuk seminar dan pertemuan, membuat suatu
tulisan di majalah rutin,
memanfaatkan media internet yang setiap saat dapat di akses dengan mudah.

6. Umpan balik

Kegiatan umpan balik dilakukan secara rutin biasanya setiap bulan saat
menerima laporan setelah diolah dan dianalisa melakukan umpan balik kepada unit
kesehatan yang melakukan laporan dengan tujuan agar yang mengirim laporan
mengetahui bahwa laporannya telah diterima dan sekaligus mengoreksi dan member
petunjuk tentang laporan yang diterima. Kemudian mengadakan umpan balik laporan
berikutnya akan tepat waktu dan benar pengisiannya. Cara pemberian umpan balik
dapat melalui surat umpan balik, penjelasan pada saat
pertemuan serta pada saat melakukan pembinaan/suvervisi.

Bentuk dari umpan balik bias berupa ringkasan dari informasi yang dimuat
dalam bulletin (news letter) atau surat yang berisi pertanyaan-pertanyaan sehubungan
dengan yang dilaporkan atau berupa kunjungan ke tempat asal laporan untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya. Laporan perlu diperhatikan waktunya agar
terbitnya selalu tepat pada waktunya, selain itu bila mencantumkan laporan yang
diterima dari eselon bawahan, sebaliknya yang dicantumkan
adalah tanggal penerimaan laporan.

7. Investigasi penyakit

Setelah pengambilan keputusan perlunya mengambil tindakan maka terlebih


dahulu dilakukan investigasi/penyelidikan epidemiologi penyakit malaria. Dengan
investigator membawa ceklis/format pengisian tentang masalah kesehatan yang
terjadi dalam hal ini adalah penyakit malaria dan bahan untuk pengambilan sampel di
laboratorium. Setelah melakukan investigasi penyelidikan kemudian disimpulkan
bahwa benar-benar telah terjadi Kejadian
Luar Biasa (KLB) malaria yang perlu mengambil tindakan atau sebaliknya.

8. Tindakan penanggulangan

Tindakan penanggulangan yang dilakukan melalui pengobatan segera pada


penderita yang sakit, melakukan rujukan penderita yang tergolong berat, melakukan
penyuluhan mengenai penyakit malaria kepada masyarakat untuk meningkatkan
kesadaran agar tidak tertular penyakit atau menghindari penyakit tersebut, melakukan
gerakan kebersihan lingkungan untuk memutuskan rantai penularan.

9. Evaluasi data sistem surveilans

Program surveilans sebaiknya dinilai secara periodic untuk dapat dilakukan


evaluasi manfaat kegiatan surveilans. Sistem dapat berguna apabila memenuhi salah
satu dari pernyataan berikut:

a. Apakah kegiatan surveilans dapat mendeteksi kecenderungan dan


mengidentifikasi perubahan dalam kejadian kasus.
b. Apakah program surveilans dapat mendeteksi epidemic kejadian kasus di
wilayah tersebut.
c. Apakah kegiatan surveilans dapat memberikan informasi tentang besarnya
morbiditas
dan mortalitas yang berhubungan dengan kejadian penyakit di wilayah tersebu
t.
d. Apakah program surveilans dapat mengidentifikasi faktor-faktor resiko yang
berhubungan dengan kasus atau penyakit.
e. Indikator surveilans

Indikator surveilans meliputi:

- Kelengkapan laporan.
- Jumlah dan kualitas kajian epidemiologi dan rekomendasi yang dapat dihasilk
an.
- Terdistribusinya berita epidemiologi lokal dan nasional.
- Pemanfaatan informasi epidemiologi dalam manajemen program kesehatan.
- Meningkatnya kajian Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) penyakit.

1.3 Hambatan yang terjadi dalam surveilans epidemiologi

Ada beberapa hambatan surveillans epidemiologi, dintaranya:

1) Kerjasama lintas sektoral

Surveillens epidemiologi harus bekerjasama dengan berbagai sektor yang


berkaitan dengan kesehatan, kerjasama tersebut membutuhkan partisipasi yang penuh
untuk tecapainya pemecahan masalah kesehatan, kadang kala sektor yang lain
mempunyai pertisipasi yang rendah dalam kerjasama lintas sektoral tersebut.

2) Partisipasi masyarkat rendah


Surveillens epidemiologi yang memang menangani masalah kesehatan
masyrakat eharusnya benar-benar menggali informasi dari masyarakat dan
penanganannyapun hasrus dengan masyarakat, sering dijumpai partsipasi masyarakat
dalam pengambilan informasi dari petugas kesehatan berbelitbelit dan cenderung
enutup-nutupi.

3) Sumber daya

Hambatan yang paling menonjol dari hasil penelitian ini adalah


sumber daya manusia. Hambatan yang berhasil di identifikasi berdasarkan persepsi
renponden adlah sebagai berikut ;

- Jumlah tenaga yang kurang untuk mengcover kegiatan PE


- Banyaknya tugas rangkap.
- Sarana Komputer, biasanya komputer bergantian untuk menyelesaikan tugas
lain.

4) Ilmu pengetahuan dan teknologi

Surveillans epidemiologi membutuhkan teknologi teknologi untuk


mempercepat deteksi dini, analisis penanggulangan dan penanggulangan masalah
kesehaatan, kondisi di lapangan seringkali teknologi di laboratorium sering lambat
sehingga mengganggu tahap deteksi dini dan penanganan kasus akan terlambat.

5) Kebijakan

Seringkali kebijakan dari pemerintah dirasa masih menghambat dalam


pelaksanaan surveilans. Contohnya saja baru ditangani apabila memang sudah
menjadi KLB. Birokrasi pemerintahan yang rumit sering menjadi kendala dalam
melakukan surveilans. Kebijakan yang belum dipahami petugas juga menjadi kendala
dalam pelaksanaan surveilans.

6) Dana

Kegiatan surveilans ini tidak membutuhkan dana yang sedikit juga. Sering
kali permasalahan dana menjadi penghambat dalam melakukan surveilans.

7) Jarak dan Transportasi

Lokasi yang jauh dari perkotaan dan minimnya transportasi membuat kegiatan
surveilans terhambat. Sering kali jarak membuat kegiatan surveilans berlangsung
berhari-hari karena transportasi yang minim dan jarak yang jauh. Kondisi jalan juga
mempengaruhi.

1.4 Ruang Lingkup Surveilans Epidemiologi

1. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit menular


dan factor risiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit menular.

Ruang lingkupnya antara lain :

- Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)


- AFP
- Penyakit potensial wabah atau klb penyakit menular dan keracunan
- Penyakit DBD/DSS
- Malaria
- Penyakit zoonosis, antraks, rabies, leptospirosis, dsb.
- Penyakit filariasis
- Penyakit tuberkulosis
- Penyakit diare, tifus perut, kecacingan, dan penyakit perut lainnya
- Penyakit kusta
- Penyakit HIV/AIDS
- Penyakit Menular Seksual
- Penyakit pneumonia, termasuk penyakit pneumonia akut berat (termasuk SARS
)

2. Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak menular dan
factor risiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit tidak menular.

Ruang lingkupnya antara lain :

- Hipertensi, Stroke dan Penyakit Jantung Koroner (PJK)


- Diabetes Mellitus
- Neoplasma
- Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK)
- Gangguan mental
- Masalah kesehatan akibat kecelakaan

3. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan Perilaku

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit dan factor risiko
untuk mendukung program penyehatan lingkungan.

Ruang lingkupnya antara lain :

- Sarana Air Bersih


- Tempat-tempat umum
- Pemukiman dan Lingkungan Perumahan
- Limbah industri, RS dan kegiatan lainnya
- Vektor penyakit
- Kesehatan dan Keselamatan Kerja
- RS dan sarana yankes lain, termasuk Infeksi Nosokomial (INOS)

4. Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan

Merupakan analisis terus-menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan


factor risiko untuk mendukung program-program kesehatan tertentu.

Ruang lingkupnya antara lain:

- Surveilans gizi dan sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG)


- Gizi mikro (Kekurangan yodium, anemia zat Besi KVA)
- Gizi lebih
- Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) termasuk kesehatan reproduksi (Kespro)
- Penyalahgunaan napza
- Penggunaan sediaan farmasi, obat, obat tradisional, bahan kosmetika serta peral
atan
- Kualitas makanan dan bahan tambahan makanan

5. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra

Merupakan analisis terus-menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan


factor risiko untuk upaya mendukung program kesehatan matra.

Ruang lingkupnya antara lain:

- Kesehatan Haji
- Kesehatan Pelabuhan dan Lintas Batas Perbatasan
- Bencana dan masalah sosial
- Kesehatan matra laut dan udara
- KLB Penyakit dan Keracunan

BAB IV
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai