Anda di halaman 1dari 57

SKENARIO A BLOK 29

PRAKTEK DAN KLINIK DOKTER KELUARGA

Setelah dilantik menjadi Dokter Keluarga, dr. Dinda berniat melanjutkan prakteknya
sebagai keluarga. Setelah selesai memperpanjang STR dan mengajukan SIP di
Kabupaten tempat betugas, dr. Dinda mendapat kabar bahwa bulan depan akan datang
Tim untuk memeriksa kelayakan tempat prakteknya yang baru dipersiapkannya. Dr.
Dinda mempersiapkan tempat praktek sesuai dengan standar praktek dokter keluarga
yang diperolehnya sewaktu mengikuti pelatihan dokter keluarga.

Setelah terbit SIP, dr. Dinda langsung berpraktek sebagai dokter keluarga dan
memberikan pelayanan strata pertama. Dr. Dinda sadar masyarakat lingkungan dimana
dia bertugas sangat membutuhkan pelayanan kesehatan yang bersifat paripurna, tidak
terkotak-kotak, terpadui/integrasi, bersinambung. Kecuali kesehatan fisik, masyarakat
harus juga diperhatikan masalah mental, social, budaya, spiritual dan lingkungan lain
yang mempengaruhi tingkat kesehatannya.

Sebagai Dokter yang berpraktek Dokter Keluarga, dr. Dinda dituntut untuk menjadikan
prinsip-prinsip, karakteristik, Standar dan Kompetensi Kedokteran Keluarga (sesuai
denan WHO, WONCA), konsep dasar dan pendekatan kedokteran keluarga sebagai
landasan dalam bertugas sebagai Dokter Keluarga. Selain itu, dr. Dinda bertekat untuk
melakukan prakteknya dengan menggunakan sifat-sifat Dokter Keluarga dengan
pendekatan holistic yang dia dapatkan semasa pendidikan Kedokteran Keluarga sebelum
ini.

Setelah tiga tahun, dr. Dinda ingin melanjutkan profesinya sebagai Dokter Keluarga dan
berencana mendirikan Klinik Dokter Keluarga. Saat ini, dr. Dinda sedang mempelajari
tentang pendirian Klinik dan Manajemen Klinik Dokter Keluarga, dan dr. Dinda mohon
bantuan Anda semua untuk melaksanakan rencana tersebut.

1
I. Klarifikasi Istilah
Istilah Definisi
Dokter Keluarga Dokter yang mengutamakan penyediaaan pelayanan
komprehensif bagi semua orang yang mencari
pelayanan kedokteran, dan mengatur pelayanan oleh
provider lain bila diperlukan
STR Surat tanda registrasi, bukti tertulis yang diberikan oleh
pemerintah kepada tenaga kesehatan yang memiliki
sertifikat kompetensi. STR berlaku selama 5 tahun dan
diperpanjang setelah 5 tahun
SIP Surat Izin Praktek, bukti tertulis yang diberikan
pemerintah kepada dokter dan dokter gigi yang
menjalankan praktik kedokteran setelah memenuhi
persyaratan
WHO World Health Organization adalah salah satu badan PBB
yang bertindak sebagai koordinator kesehatan umum
internasional dan bermarkas di Jenewa, Swiss.
WONCA Organisasi global professional nonprofit yang mewakili
dokter keluarga dan dokter umum
Klinik Dokter Keluarga Klinik yang menyelenggarakan sistem pelayanan dokter
keluarga (SPDK)
Pendekatan Holistik Pendekatan yang dilakukan secara menyeluruh

II. Identifikasi Masalah


1. Setelah dilantik menjadi Dokter Keluarga, dr. Dinda berniat melanjutkan
prakteknya sebagai keluarga. Setelah selesai memperpanjang STR dan
mengajukan SIP di Kabupaten tempat betugas, dr. Dinda mendapat kabar bahwa
bulan depan akan datang Tim untuk memeriksa kelayakan tempat prakteknya yang
baru dipersiapkannya. Dr. Dinda mempersiapkan tempat praktek sesuai dengan
standar praktek dokter keluarga yang diperolehnya sewaktu mengikuti pelatihan
dokter keluarga.
2
2. Setelah terbit SIP, dr. Dinda langsung berpraktek sebagai dokter keluarga dan
memberikan pelayanan strata pertama. Dr. Dinda sadar masyarakat lingkungan
dimana dia bertugas sangat membutuhkan pelayanan kesehatan yang bersifat
paripurna, tidak terkotak-kotak, terpadui/integrasi, bersinambung. Kecuali
kesehatan fisik, masyarakat harus juga diperhatikan masalah mental, sosial,
budaya, spiritual dan lingkungan lain yang mempengaruhi tingkat kesehatannya.
3. Sebagai Dokter yang berpraktek Dokter Keluarga, dr. Dinda dituntut untuk
menjadikan prinsip-prinsip, karakteristik, Standar dan Kompetensi Kedokteran
Keluarga (sesuai denan WHO, WONCA), konsep dasar dan pendekatan
kedokteran keluarga sebagai landasan dalam bertugas sebagai Dokter Keluarga.
Selain itu, dr. Dinda bertekat untuk melakukan prakteknya dengan menggunakan
sifat-sifat Dokter Keluarga dengan pendekatan holistik yang dia dapatkan semasa
pendidikan Kedokteran Keluarga sebelum ini.
4. Setelah tiga tahun, dr. Dinda ingin melanjutkan profesinya sebagai Dokter
Keluarga dan berencana mendirikan Klinik Dokter Keluarga. Saat ini, dr.
Dinda sedang mempelajari tentang pendirian Klinik dan Manajemen Klinik
Dokter Keluarga, dan dr. Dinda mohon bantuan Anda semua untuk
melaksanakan rencana tersebut.

III. Analisis Masalah


1. Setelah dilantik menjadi Dokter Keluarga, dr. Dinda berniat melanjutkan
prakteknya sebagai keluarga. Setelah selesai memperpanjang STR dan
mengajukan SIP di Kabupaten tempat betugas, dr. Dinda mendapat kabar bahwa
bulan depan akan datang Tim untuk memeriksa kelayakan tempat prakteknya yang
baru dipersiapkannya. Dr. Dinda mempersiapkan tempat praktek sesuai dengan
standar praktek dokter keluarga yang diperolehnya sewaktu mengikuti pelatihan
dokter keluarga.

a. Apakah yang dimaksud dengan dokter keluarga?

Dokter keluarga adalah dokter yang mengutamakan penyediaan


pelayanan komprehensif bagi semua orang yang mencari pelayanan
3
kedokteran, dan mengatur pelayanan oleh provider lain bila diperlukan.
Dokter ini adalah seorang generalis yang menerima semua orang
yang membutuhkan pelayanan kedokteran tanpa adanya pembatasan usia,
gender, ataupun jenis penyakit. Dikatakan pula bahwa dokter keluarga
adalah dokter yang mengasuh individu sebagai bagian dari keluarga dan
dalam lingkup komunitas dari individu tersebut. Tanpa membedakan ras,
budaya, dan tingkatan sosial. Secara klinis, dokter ini berkompeten untuk
menyediakan pelayanan dengan sangat mempertimbangkan dan
memperhatikan latar belakang budaya, sosioekonomi, dan psikologis
pasien. Dokter ini bertanggung jawab atas berlangsungnya pelayanan yang
komprehensif dan bersinambung bagi pasiennya (WONCA, 1991).

b. Bagaimana cara memperpanjang STR?


Menurut Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 Tentang
Registrasi Dokter dan Dokter Gigi Bagian Kedua
Paragraf 1
Registrasi
Pasal 8
(1) Untuk memperoleh STR Dokter / Dokter Gigi:
a. Dokter / Dokter Gigi warga negara Indonesia lulusan institusi
pendidikankedokteran / kedokteran gigi dalam negeri yang menerapkan
kurikulumberbasis kompetensi harus mengajukan permohonan kepada KKI
denganketentuan:
1. Bagi yang akan melaksanakan program internsip melampirkan:
a) Fotokopi ijazah Dokter / Dokter Gigi yang telah dilegalisir oleh
institusipendidikan kedokteran / kedokteran gigi yang terakreditasi
yangmenerbitkan ijazah tersebut;
b) FotokopiSertifikat Kompetensi yang masih berlaku dan telah
dilegalisiroleh Kolegium terkait;
c) Surat Keterangan Sehat Fisik dan Mental yang masih berlaku dariDokter
yang memiliki SIP;
d) Surat pernyataan bermaterai telah mengueapkan sumpah/janji Dokter
/Dokter Gigi;

4
e) Surat pernyataan bermaterai akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan
etika profesi;
f) Pasfoto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 em sebanyak 4 (em pat) lembardan
ukuran 2 x 3 em sebanyak 2 (dua) lembar;
g) Bukti asli pembayaran biaya Registrasi;
2. Bagi yang telah menyelesaikan program internsip melampirkan
fotokopisertifikat tanda selesai internsip yang diterbitkan oleh lembaga
yangberwenang terkait dengan internsip;
b. Dokter / Dokter Gigi warga negara Indonesia lulusan institusi
pendidikankedokteran / kedokteran gigi dalam negeri yang karena masa transisi
belummenerapkan kurikulum berbasis kompetensi harus mengajukan
permohonankepada KKI dengan melampirkan persyaratan sebagaimana
dimaksud padahuruf a angka 1 huruf a) sampai dengan huruf g);
c. Dokter / Dokter Gigi warga negara Indonesia lulusan institusi
pendidikankedokteran / kedokteran gigi luar negeri harus mengajukan
permohonankepada KKI dengan melampirkan:
1. Surat keterangan telah selesai mengikuti program adaptasi;
2. Berkas persyaratan sebagaimana dimaksud pad a huruf a angka 1 huruf
a)sampai dengan huruf g);
d. Dokter / Dokter Gigi warga negara Indonesia yang sebelumnya berstatuswarga
negara asing lulusan institusi pendidikan kedokteran / kedokteran gigidalam
negeri harus mengajukan permohonan kepada KKI dengan ketentuan:
1. Bagi lulusan institusi pendidikan kedokteran / kedokteran gigi
yangmenerapkan kurikulum berbasis kompetensi melampirkan
berkaspersyaratan sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 1 huruf a)
sampaidengan huruf g) atau huruf a angka 2 huruf b);
2. Bagi lulusan institusi pendidikan kedokteran / kedokteran gigi yang
karenamasa transisi belum menerapkan kurikulum berbasis
kompetensimelampirkan berkas persyaratan sebagaimana dimaksud pada
huruf aangka 1 huruf a) sampai dengan huruf g); dan
3. Dokumen bukti pindah kewarganegaraan menjadi warga negara
Indonesiayang diterbitkan oleh instansi yang berwenang sesuai dengan
ketentuanperaturan perundang-undangan yang berlaku;

5
e. Dokter / Dokter Gigi warga negara Indonesia yang sebelumnya berstatuswarga
negara asing lulusan institusi pendidikan kedokteran / kedokteran gigiluar negeri
harus mengajukan permohonan kepada KKI dengan melampirkanberkas
persyaratan sebagaimana dimaksud pada huruf c angka 1 dan angka 2serta huruf
d angka 3.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara Registrasi diatur dengan Peraturan
KKI.
Paragraf 2
Registrasi Ulang
Pasal9
(1) Dokter dan Dokter Gigi yang masa berlaku STRnya akan berakhir
wajibmelakukan Registrasi Ulang.
(2) Registrasi Ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan mulai
dari6 (enam) bulan sebelum tanggal akhir berlakunya STR tersebut dan
wajibmemenuhi persyaratan Registrasi Ulang.
(3) Pelaksanaan Registrasi Ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terlebihdahulu harus diikuti pula dengan pelaksanaan:
a. Pemeriksaan kesehatan ulang, untuk memenuhi persyaratan Surat
KeteranganSehat Fisik dan Mental; dan
b. Uji kompetensi ulang, untuk memenuhi persyaratan Sertifikat Kompetensi.

(4) Pemeriksaan kesehatan ulang dan uji kompetensi ulang sebagaimana


dimaksudpada ayat (3) diselenggarakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundanganyang berlaku.
Pasal 10
Untuk melakukan Registrasi Ulang, Dokter I Dokter Gigi harus
mengajukanpermohonan kepada KKI dengan melampirkan:
a. Fotokopi STR Dokter / Dokter Gigi;
b. Surat Keterangan Sehat Fisik dan Mental yang masih berlaku dari Dokter
yangmemiliki SIP;
c. Fotokopi Sertifikat Kompetensi yang masih berlaku dan telah dilegalisir
olehKoleqiurn terkait;

6
d. Pasfoto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 em sebanyak 4 (empat) lembar dan ukuran2
x 3 cm sebanyak 2 (dua) lembar; dan
e. Bukti asli pembayaran biaya Registrasi.
Pasal 11
(1) Dalam melakukan Registrasi Ulang, Ketua KK dan Ketua KKG harus
mendengarpertimbangan ketua divisi registrasi dan ketua divisi pembinaan.
(2) Pertimbangan ketua divisi registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untukmemastikan keabsahan dan kelengkapan dokumen persyaratan Registrasi
Ulang.
(3) Pertimbangan ketua divisi pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untukmemastikan Dokter / Dokter Gigi tersebut tidak sedang menjalani sanksi
etik,disiplin, dan/atau hukum.
Pasal 12
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata eara Registrasi Ulang diatur dengan
PeraturanKKI.

c. Apa syarat-syarat untuk mendapatkan STR?


Menurut Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 Tentang
Registrasi Dokter dan Dokter Gigi Bagian Kesatu, Evaluasi

Paragraf 1
Evaluasi Dokter dan Dokter Gigi Warga Negara Indonesia
Lulusan Institusi Pendidikan Kedokteran I Kedokteran Gigi Luar Negeri
Pasal4
(1) Untuk dapat mengajukan permohonan Registrasi dan izin praktik, Dokter I
DokterGigi warga negara Indonesia lulusan institusi pendidikan kedokteran I
kedokterangigi luar negeri yang akan melakukan Praktik Kedokteran di Indonesia
harusmengajukan permohonan kepada KKI untuk mengikuti proses evaluasi
denganmelampirkan fotokopi ijazah dan transkrip akademik.
(2) Proses evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
evaluasiadministratif dan evaluasi kompetensi.

Pasal5
(1) Evaluasi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2)
dilakukanoleh Kolegium terkait berdasarkan permintaan dari KKI.
(2) Evaluasi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2)
meliputipenilaian:

7
a. Kesetaraan sistem pendidikan dan kompetensi di bidang kedokteran
Ikedokteran gigi di negara asal dengan sistem pendidikan dan kompetensi
dibidang kedokteran I kedokteran gigi yang berlaku di Indonesia;
b. Kesetaraan standar pelayanan medis dan standar profesi di negara asaldengan
standar pelayanan medis dan standar profesi yang berlaku diIndonesia;
c. Keabsahan fotokopi ijazah Dokter I Dokter Gigi dengan ketentuan:
1. Fotokopi ijazah tersebut telah dilegalisir oleh institusi pendidikan
kedokteranI kedokteran gigi yang menerbitkan ijazah tersebut dan institusi
pendidikankedokteran I kedokteran gigi tersebut diakui oleh Pemerintah
RepublikIndonesia;
2. Bagi ijazah yang menggunakan bahasa selain bahasa Inggris atau
bahasamelayu harus diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh
institusipendidikan kedokteran I kedokteran gigi yang menerbitkan ijazah
tersebut.
(3) Pelaksanaan evaluasi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal6
(1) Evaluasi kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2)
dilakukanuntuk menilai kemampuan Dokter I Dokter Gigi yang bersangkutan di
bidangkedokteran I kedokteran gigi.
(2) Evaluasi kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:
a. Program adaptasi, dengan ketentuan:
1. program adaptasi dilakukan di institusi pendidikan kedokteran I
kedokterangigi yang terakreditasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundanganyang berlaku;
2. Bentuk pelaksanaan program adaptasi ditentukan oleh Kolegium
cabangilmu terkait berdasarkan hasil evaluasi administratif;
3. Dokter I Dokter Gigi yang telah mengikuti dan menyelesaikan
programadaptasi diberikan surat keterangan telah selesai mengikuti
programadaptasi;
b. Uji kompetensi, dengan ketentuan:
1. Uji kompetensi dilakukan oleh Kolegium terkait setelah selesai
mengikutiprogram adaptasi;
2. Bentuk pelaksanaan uji kompetensi ditentukan oleh Kolegium cabang
ilmuterkait berdasarkan hasil evaluasi administratif;
3. Dokter I Dokter Gigi yang dinyatakan lulus uji kompetensi
diberikanSertifikat Kompetensi.

Paragraf 2
Evaluasi Dokter dan Dokter Gigi Warga Negara Asing
Lulusan Institusi Pendidikan Kedokteran I Kedokteran Gigi Luar Negeri
Pasal7
(1) Dokter / Dokter Gigi warga negara asing lulusan institusi pendidikan
kedokteran /kedokteran gigi luar negeri yang akan melakukan Praktik Kedokteran
di Indonesiaharus mengikuti proses evaluasi.
8
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai evaluasi bagi Dokter / Dokter Gigi warga
Negaraasing lulusan institusi pendidikan kedokteran / kedokteran gigi luar negeri
diaturdengan Peraturan KKI.

d. Bagaimana cara mengajukan SIP?


SYARAT PENERBITAN SURAT IZIN PRAKTEK (SIP) TENAGA
KESEHATAN
- Surat permohonan bermaterai Rp.6.000,-.
- Foto copy KTP yang masih berlaku
- Foto copy Ijazah tenaga kesehatan yang berlaku.
- Foto copy Surat Tanda Registrasi (STR) sesuai izin yang diajukan.
- Surat pernyataan mempunyai tempat praktik atau surat keterangan dari
sarana pelayanan kesehatan sebagai tempat praktiknya.
- Surat Rekomendasi dari organisasi profesi , sesuai tempat praktik
(IDI,IBI,PPNI,dll).
- Pas foto ukuran 4x6 cm: 3 lembar dan 3x4 cm: 2 lembar
- Surat izin dari pimpinan instasi/sarana pelayanan kesehatan tempat nakes
dimadsut bekerja (khusus nakes yang bekerja disarana pelayanan kesehatan
pemerintah/ sarana pelayanan kesehatan yang ditunjuk pemerintah).
- Rekomendasi dari Kepala Puskesmas di wilayah tempat praktek
- Surat keterangan berbadan sehat dari Dokter pemerintah
- Gambar/Denah lokasi
- Izin gangguan (HO) bagi yang praktek mandiri
-
e. Siapa yang berwenang memeriksa kelayakan tempat praktek?
Menurut Peraturan Menteri Keshatan Republik Indonesia Nomor 46 Tahun
2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat praktik mandiri
dokter, dan tempat praktik mandiri dokter gigi.
Pasal 13 ayat 1, 5 dan 6 yaitu:
a. Tim Pendamping sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) danPasal 12
ayat (4) berasal dari dinas kesehatan kabupaten/kotasetempat yang ditetapkan
dengan Surat Keputusan Kepala DinasKesehatan Kabupaten/Kota.
b. Tim Pendamping pada Klinik Pratama, tempat praktik mandiri dokter, dan
tempat praktik mandiri dokter gigi beranggotakan paling banyak 2(dua)
orang yang masing-masing membidangi administrasi danmanajemen, dan
upaya kesehatan perseorangan.
c. Tim Pendamping sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5)harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
9
1. Bidang administrasi dan manajemen:
pendidikan paling rendah Diploma Tiga (D3) bidang kesehatan;
mempunyai pengalaman bekerja di Puskesmas, mengelolaprogram
pelayanan kesehatan dasar, dan/atau mengelolaprogram mutu
pelayanan kesehatan dasar paling singkat 2 (dua)tahun; dan
lulus pelatihan pendamping Akreditasi yang dibuktikan
dengansertifikat yang diterbitkan oleh institusi pelatihan
yangterakreditasi.
2. Bidang upaya kesehatan masyarakat:
pendidikan paling rendah Diploma Tiga (D3) bidang kesehatan;
mempunyai pengalaman bekerja di Puskesmas dan/ataumengelola
program pelayanan kesehatan dasar paling singkat 2(dua) tahun; dan
lulus pelatihan pendamping Akreditasi yang dibuktikan
dengansertifikat yang diterbitkan oleh institusi pelatihan
yangterakreditasi
3. Bidang upaya kesehatan perseorangan:
tenaga medis;
mempunyai pengalaman bekerja di Puskesmas dan/atau Klinikpaling
singkat 1 (satu) tahun; dan
lulus pelatihan pendamping Akreditasi yang dibuktikan
dengansertifikat yang diterbitkan oleh institusi pelatihan yang
terakreditasi.

f. Bagaimana standar kelayakan tempat praktek dokter keluarga?


Pada bentuk ini sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter
keluarga adalah praktek dokter keluarga. Pada dasarnya bentuk pelayanan
dokter keluarga ini
sama dengan pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan melalui klinik
dokter keluarga. Disini para dokter yang menyelenggarakan praktek,
rnenerapkan prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga pada pelayanan
kedokteran yan diselenggarakanya. Praktek dokter keluarga tersebut dapat
dibedaka pula ata
dua macam. Pertama, praktek dokter keluarga yang diselenggarakan sendiri
(solo

10
practice). Kedua praktek dokter keluarga yang diselenggarakan secara
berkelompok (group practice).

PERALATAN DAN TENAGA PELAKSANA


Untuk dapat menyelenggarakan praktek dokter keluarga sebagaimana
dikemukakan diatas, tentu perlu disediakan pelbagai peralatan dan tenaga
pelaksana yang memadai. Peralatan dan tenaga pelaksana yang dimaksud
adalah:

1. Peralatan
a. Peralatan medis
Peralatan yang dimaksud telah mencakup pula laboratorium klinis,
rontgen foto, EKG, minor surgery set, sigmoiskop, audiometer,
otoskop, visual chart, tonometer dan ophtalmoskop.
b. Peralatan non-medis
The American Academy of General Practice (1960) menyebutkan
peralatan non medis pelayanan dokter keluarga adalah suatu klinik
yang memiliki sekurang kurangnya sebuah ruang tunggu, ruang
konsultasi, ruang periksa, ruang tindakan, ruang laboratorium, ruang
rontgen (fakultatif), ruang administrasi, gudang serta kamar mandi,
yang luas lantai seluruhnya minimal antara 150 s.d 200 meter persegi.
2. Tenaga pelaksana
Tenaga pelaksana yang dimaksud secara umum dapat dibedakan
atas tiga macam, yaitu tenaga medis, tenaga paramedic dan tenaga non-
medis

2. Setelah terbit SIP, dr. Dinda langsung berpraktek sebagai dokter keluarga dan
memberikan pelayanan strata pertama. Dr. Dinda sadar masyarakat lingkungan
dimana dia bertugas sangat membutuhkan pelayanan kesehatan yang bersifat
paripurna, tidak terkotak-kotak, terpadui/integrasi, bersinambung. Kecuali
kesehatan fisik, masyarakat harus juga diperhatikan masalah mental, sosial,
budaya, spiritual dan lingkungan lain yang mempengaruhi tingkat kesehatannya.
a. Apakah perbedaan antara dokter umum dan dokter keluarga?

11
b. Apa saja tugas-tugas dokter keluarga?

Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna menyuruh, dan


bermutu guna penapisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan.
Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat.
Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat
dan sakit.
Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya.
Membina keluaraga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan
taraf kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi.
Menangani penyakit akut dan kronik.
Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke RS.
Tetap bertanggung jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter spesialis atau
dirawat di RS
Memantau pasien yang telah dirujuk atau dikonsultasikan.
Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya.
Mengkorinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien
Menyelenggarakan rekam medis yang memenuhi standar
Melakukan penelitian untuk mengembang ilmu kedokteran secara umum dan
ilmu kedokteran keluarga secara khusus.

c. Apa saja pelayanan strata pertama?


Berdasarkan PERMENKES NO 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan
Nasional dan Pasal 16. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama merupakan
pelayanan kesehatan non spesialistik yang meliputi:
1. administrasi pelayanan;
2. pelayanan promotif dan preventif;

3. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;

4. tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif;

5. pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;

6. transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis;

7. pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama; dan


12
8. Rawat Inap Tingkat Pertama sesuai dengan indikasi medis.

Pasal 17 (1). Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 16 untuk pelayanan medis mencakup:

1. kasus medis yang dapat diselesaikan secara tuntas di Pelayanan Kesehatan


Tingkat Pertama
2. kasus medis yang membutuhkan penanganan awal sebelum dilakukan
rujukan

3. kasus medis rujuk balik

4. pemeriksaan, pengobatan, dan tindakan pelayanan kesehatan gigi tingkat


pertama

5. pemeriksaan ibu hamil, nifas, ibu menyusui, bayi dan anak balita oleh
bidan atau dokter

6. rehabilitasi medik dasar.

d. Apa maksud dari pelayanan kesehatan yang bersifat paripurna, tidak terkotak-
kotak, terpadui/integrasi, bersinambung?
1. Paripurna (standard of comprehensive of care)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga adalah pelayanan medis
strata pertama untuk semua orang yang bersifat paripurna
(comprehensive), yaitu termasuk pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan (promotive), pencegahan penyakit dan proteksi khusus
(preventive and specific protection), pemulihan kesehatan (curative),
pencegahan kecacatan (disability limitation), dan rehabilitasi setelah sakit
(rehabilitation) dengan memperhatikan kemampuan sosial serta sesuai
dengan medico legal etika kedokteran.
2. Tidak terkotak-kotak (fragmented health services)
Pelayanan kedokteran yang tidak tergantung pada berbagai peralatan
kedokteran canggih serta tidak mengorganisir pelayanan kesehatan yang
13
lebih majemuk. Terpadu/integrasi (standard of integration of care)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat terpadu, selain
merupakan kemitraan antara dokter dengan pasien pada saat proses
penatalaksanaan medis, juga merupakan kemitraan lintas program dengan
berbagai institusi yang menunjang pelayanan kedokteran, baik dari formal
maupun informal.
3. Bersinambung (standard of continuum care)
Melaksanakan pelayanan kedokteran secara efektif efisien, proaktif
dan terus menerus demi kesehatan pasien. Informasi dalam riwayat
kesehatan pasien sebelumnya dan pada saat datang, digunakan untuk
memastikan bahwa penatalaksannan yang diterapkan telah sesuai untuk
pasien yang bersangkutan. Pelayanan dokter keluarga melaksanakan
pendampingan pasien, demi kepentingan pasien.

e. Apa saja contoh masalah mental, sosial, budaya, spiritual dan lingkungan lain
yang mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat?
Masalah mental, social, budaya, spiritual, dan lingkungan juga dapat
menyebabkan masalah kesehatan di masyarakat. Contoh masalah mental
adalah kelainan jiwa atau yang berhubungan dengan mental seperti depresi
dan stress yang berlebihan. Masalah social dan budaya biasanya berkaitan
juga dengan masalah mental, di mana orang yang tidak sehat mentalnya dapat
mengalami gangguan social dan budaya seperti sulitnya berinteraksi dengan
orang lain akibat tertutupnya pribadi orang tersebut, yang menyebabkan tidak
lancarnya hubungan orang tersebut dengan orang lain maupun budaya di
sekitar tempat tersebut. Masalah spiritual berkaitan dengan kepercayaan yang
dianut orang tersebut, di mana kepercayaan dapat membuat suatu aturan
tersendiri yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat tersebut.
Kesehatan spiritual ini mirip dengan kesehatan budaya. Kesehatan lingkungan
sendiri merupakan factor luar yang dapat mempengaruhi kesehatan
masyarakat, seperti kebersihan, keamanan, dan ketertiban. Hal yang dapat
membahayakan dapat mengakibatkan dampak masalah kesehatan lingkungan.

14
f. Mengapa masalah mental, sosial, budaya, spiritual dan lingkungan lain yang
mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat?

Karena kesehatan tidak hanya dinilai dari fisik seseorang, dan bukan
hanya dilihat dari penyakit yang dideritanya. WHO mengatakan tentang
pengertian sehat yaitu Health is a state of complete physical, mental and
social well -being, and not merely the absence of disease or infirmity, artinya
kesehatan seseorang juga dipengaruhi masalah mental, social, budaya, spiritual
dan lingkungan lainnya. Jika masalah-masalah tersebut terjadi, kesehatan
seseorang dapat memburuk.

g. Bagaimana cara dr Dinda mengatasi masalah kesehatan (masalah mental,


sosial, budaya, spiritual dan lingkungan lain secara paripurna yang
mempengaruhi tingkat kesehatannya)
Seorang dokter keluarga harus menyadari bahwa yang dimaksud dengan
pelayanan kedokteran menyeluruh adalah pelayanan kedokteran yang dapat
memenuhi semua kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien yang menjadi
tanggung jawabnya, serta menyadari pula bahwa tidak semua jenis pelayanan
kedokteran yang dibutuhkan oleh pasien tersebut dapat diselenggarakan sendiri
oleh seorang dokter keluarga, maka untuk dapat menjamin tetap
terselenggaranya pelayanan kedokteran menyeluruh, ada tiga syarat pokok yang
perlu diperhatikan. Ketiga syarat pokok yang dimaksud adalah :
a. Membina hubungan dokter-pasien yang baik (doctor-patient relationship)
Syarat pertama yang harus dimiliki setiap dokter keluarga untuk dapat
menyelenggarakan pelayanan kedokteran menyeluruh, dalam arti dapat
memenuhi semua kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien yang
menjaditanggung jawabnya, adalah membina hubungan dokter-pasien yang
baik. Maksudnya adalah agar berbagai kebutuhan dan atau tuntutan kesehatan
pasien dapat diketahui dengan tepat, sehingga dengan demikian pengaturan dan
pemenuhan kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien akan dapat dilakukan
dengan sebaik-baiknya.

15
Sesungguhnyalah terbinanya hubungan dokter-pasien yang baik dalam
praktek dokter keluarga merupakan suatu persyaratan yang bersifat mutlak.
Dengan baiknya hubungan dokter-pasien tersebut, bukan saja pelbagai
kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien akan dapat diketahui, tetapi yang
terpenting lagi pelbagai latar belakang sosial, budaya, ekonomi, lingkungan
hidup serta pelbagai faktor lainnya lagi dari pasien yang bersangkutan dan
berkaitan dengan masalah kesehatan pasien, yang kesemuanya dinilai
mempunyai peranan yang amat penting dalam menjamin keberhasilan
penyelenggaraan pelayanan dokter keluarga. Tentu mudah dipahami
hubungan dokter-pasien yang dimaksudkan disini bukanlah hubungan antara
dokter dengan pasien sebagai individu, melainkan hubungan dokter dengan
pasien sebagai bagian dari anggota keluarga serta dengan seluruh anggota
keluarga secara keseluruhan.
b. Memahami pelbagai sumber kesehatan yang tersedia di masyakat
(health resources)
Syarat kedua yang harus dimiliki oleh setiap dokter keluarga untuk
dapat menyelenggarakan pelayanan kedokteran menyeluruh, dalam arti dapat
mengatur pemanfaatan pelbagai pelayanan kesehatan yang tidak mampu
dilakukan sendiri, adalah mengetahui pelbagai sumber kesehatan yang tersedia
di masyarakat. Apabila pengetahuan tentang pelbagai sumber kesehatan ini
dapat dimiliki, akan dapatlah dilakukan pengaturan pemanfaatan pelayanan
kesehatan yang ada di masyarakat sesuai dengan kebutuhan pasien dengan
sebaik-baiknya. Pengaturan yang dimaksudkan disini, sebagaimana yang telah
dikemukakan, dapat dilakukan melalui dua mekanisme pokok. Pertama,
mekanisme konsultasi. Kedua, serta mekanisme rujukan.
c. Minat terhadap perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran
Syarat ketiga yang harus dimiliki oleh setiap dokter keluarga untuk dapat
menyelenggarakan pelayanan kedokteran menyeluruh, dalam arti memiliki
kemampuan untuk menyelenggarakan pelbagai pelayanan kedokteran sesuai
dengan kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien, adalah adanya minat yang
besar untuk mengikuti pelbagai perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran.

16
Dengan adanya minat tersebut dapatlah diharapkan makin meningkatnya
kemampuan, yang apabila dapat dilakukan secara berkesinambungan, pada
gilirannya akan mempunyai peranan yang amat penting dalam menyelenggakan
pelbagai pelayanan kedokteran sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pasien.
Sesungguhnyalah terselenggaranya pelayanan kedokteran menyeluruh
sangat menentukan keberhasilan pelayanan dokter keluarga. Terutama apabila
pelayanan kedokteran keluarga tersebut dibiayai secara pra-upaya (pre-
payment system). Untuk mencegah timbulnya kerugian finansial pada
terselenggaraan pelayanan dokter keluarga dengan pembiayaan pra-upaya
tersebut, yang antara lain disebabkan oleh pemanfaatan pelayanan
penyembuhanpenyakit (curative services) oleh pasien secara berlebihan dan
berulang-ulang, setiap dokter keluarga harus dapat menyelenggarakan pelayanan
peningkatan derajat kesehatan (health promotion) dan atau pencegahan penyakit
(preventive services). Kedua jenis pelayanan kedokteran yang terakhir ini, jelas
merupakan bagian dari pelayanan kedokteran menyeluruh.

3. Sebagai Dokter yang berpraktek Dokter Keluarga, dr. Dinda dituntut untuk
menjadikan prinsip-prinsip, karakteristik, Standar dan Kompetensi Kedokteran
Keluarga (sesuai denan WHO, WONCA), konsep dasar dan pendekatan
kedokteran keluarga sebagai landasan dalam bertugas sebagai Dokter Keluarga.
Selain itu, dr. Dinda bertekat untuk melakukan prakteknya dengan menggunakan
sifat-sifat Dokter Keluarga dengan pendekatan holistik yang dia dapatkan semasa
pendidikan Kedokteran Keluarga sebelum ini.
a. Bagaimana prinsip kedokteran keluarga sesuai dengan WHO dan WONCA?
Prinsip prinsip pelayanan dokter keluarga di Indonesia mengikuti
anjuran WHO dan WONCA yang mencantumkan prinsip prinsip ini dalam
banyak terbitannya. Prinsip prinsip ini juga merupakan simpulan untuk dapat
meningkatkan kualitas layanan dokter primer dalam melaksanakan pelayanan

17
kedokteran. Prinsip prinsip pelayanan / pendekatan kedokteran keluarga
adalah memberikan / mewujudkan
a. Pelayanan yang holistik dan komprehensif
b. Pelayanan yang kontinue
c. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan
d. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif
e. Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari
keluarganya
f. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan
lingkungan tempat tinggalnya
g. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hokum
h. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan
i. Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu

Dengan melihat pada prinsip pelayanan yang harus dilaksanakan,


maka disusun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang dokter untuk
dapat disebut menjadi dokter keluarga.

b. Bagaimana karakteristik kedokteran keluarga sesuai dengan WHO dan


WONCA?
IDI (1982)
1. Memandang pasien sebagai individu, bagian dari keluarga dan masyarakat
2. Pelayanan menyeluruh dan maksimal
3. Mengutamakan pencegahan, tingkatan taraf kesehatan
4. Menyesuaikan dengan kebutuhan pasien dan memenuhinya
5. Menyelenggarakan pelayanan primer dan bertanggung jawab atas
kelanjutannya

c. Bagaimana standar dan kompetensi kedokteran keluarga sesuai dengan WHO


dan WONCA?
Standar Kompetensi Dokter Keluarga menurut Deklarasi WONCA WHO
tahun 2003 meliputi:
1. Melaksanakan asuhan bagi pasien dalam kelompok usia tertentu
a. Bayibarulahir
b. Bayi
c. Anak
d. Remaja
e. Dewasa
f. Wanita hamil dan menyusui
g. Lansia wanita dan pria
18
2. Mengintegrasikan komponen asuhan komprehensif
a. Memahami epidemiologi penyakit
b. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan jasmani secara memadai
c. Memahami ragam perbedaan faal dan metabolism obat
d. Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium dan radiologi
e. Menyelenggarakan penilaian risiko khusus usia tertentu
f. Menyelenggarakan upaya pencegahan, penapisan, dan panduan serta
penyuluhan gizi
g. Memahami pokok masalah perkembangan normal
h. Menyelenggarakan konseling psikologi dan perilaku
i. Mengkonsultasikan atau merujuk pasien tepat pada waktunya bila
diperlukan
j. Menyelenggarakan layanan paliatif dan jelangajal
k. Menjunjung tinggi aspek etika pelayanan kedokteran

3. Mengkoordinasikan layanan kesehatan


a. Dengan keluarga pasien
1) Penilaian keluarga
2) Menyelenggarakan pertemuan keluarga (pasien)
3) Pembinaan dan konseling keluarga
b. Dengan masyarakat
1) Penilaian kesehatan masyarakat dan epidemiologi
2) Pemeriksaan / penilaian masyarakat
3) Mengenali dan memanfaatkan sumber daya masyarakat
4) Program pencegahan dan pendidikan bagi masyarakat
5) Advokasi / pembelaan kepentingan kesehatan masyarakat
4. Menangani masalah masalah kesehatan yang menonjol
a. Kelainan alergik
b. Anestesia dan penanganannyeri
c. Kelainan yang mengancam jiwa dan kegawatdaruratan
d. Kelainan kardiovaskular
e. Kelainankulit
f. Kelainan mata dan telinga
g. Kelainan saluran cerna
h. Kelainan perkemihan dan kelamin
i. Kelainan obstetric dan ginekologi
j. Penyakit infeksi
k. Kelainan musculoskeletal
l. Kelainan neoplastik
m. Kelainan neurologi
n. Psikiatri
5. Melaksanakan profesi dalam tim penyedia kesehatan
a. Menyusun dan menggerakkan tim
b. Kepemimpinan
19
c. Ketrampilan manajemen praktik
d. Pemecahan masalah konflik
e. Peningkatan kualitas

d. Bagaimana konsep dasar kedokteran keluarga?


Secara umum, konsep dokter keluarga adalah:
Nilai sentral kedokteran keluarga
Pelayanan personal, pelayanan berkelanjutan, pelayanan komprehensif
Keluarga sebagai suatu unit pelayanan
Pelayanan emergency, pelayanan di rumah dan perawatan di rumah
Pelayanan paliatif

e. Bagaimana praktek dokter keluarga dengan pendekatan holistik?


Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat menyeluruh, yaitu
peduli bahwa pasien adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik,
mental, sosial dan spiritual, serta berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan
sosialnya.

1. Pasien adalah manusia seutuhnya


Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memandang pasien
sebagai manusia yang seutuhnya.
2. Pasien adalah bagian dari keluarga dan lingkungannya
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memandang pasien
sebagai bagian dari keluarga pasien, dan memperhatikan bahwa keluarga
pasien dapat mempengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh situasi dan kondisi
kesehatan pasien.
3. Pelayanan menggunakan segala sumber disekitarnya
Pelayanan dokter keluarga mendayagunakan segala sumber di sekitar
kehidupan pasien untuk meningkatkan keadaan kesehatan pasien dan
keluarganya.

4. Setelah tiga tahun, dr. Dinda ingin melanjutkan profesinya sebagai Dokter
Keluarga dan berencana mendirikan Klinik Dokter Keluarga. Saat ini, dr. Dinda
sedang mempelajari tentang pendirian Klinik dan Manajemen Klinik Dokter

20
Keluarga, dan dr. Dinda mohon bantuan Anda semua untuk melaksanakan rencana
tersebut.
a. Apa saja syarat-syarat mendirikan klinik dokter keluarga?
Persyaratan klinik dokter keluarga dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 028/Menkes/Per/I/2011 tentang klinik doga, yaitu:
1. Klinik harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan dan ruangan,
prasarana, peralatan, dan ketenagaan.
A. LOKASI
- Lokasi pendirian klinik harus sesuai dengan tata ruang daerah
masing-masing.
- Pemerintah daerah kabupaten/kota mengatur persebaran klinik yang
diselenggarakan masyarakat di wilayahnya dengan memperhatikan
kebutuhan pelayanan berdasarkan rasio jumlah penduduk.
- Ketentuan mengenai lokasi dan persebaran klinik sebagaimana
dimaksud sebelumnya tidak berlaku untuk klinik perusahaan atau
klinik instansi pemerintah tertentu yang hanya melayani karyawan
perusahaan atau pegawai instansi pemerintah tersebut.

B. Bangunan dan Ruangan


- Klinik diselenggarakan pada bangunan yang permanen dan tidak
bergabung dengan tempat tinggal atau unit kerja lainnya.
- Bangunan klinik harus memenuhi persyaratan lingkungan sehat
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
- Bangunan klinik harus memperhatikan fungsi, keamanan,
kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta
perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk
penyandang cacat, anak-anak dan orang usia lanjut.
- Bangunan klinik paling sedikit terdiri atas: ruang pendaftaran/ruang
tunggu; ruang konsultasi dokter; ruang administrasi; ruang tindakan;
ruang farmasi; kamar mandi/wc; ruangan lainnya sesuai kebutuhan
pelayanan.

C. PERALATAN
a. Klinik harus dilengkapi dengan peralatan medis dan nonmedis yang
memadai sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan.

21
b. Peralatan medis dan nonmedis harus memenuhi standar mutu,
keamanan, dan keselamatan serta harus memiliki izin edar sesuai
ketentuan peraturan
c. Peralatan medis yang digunakan di klinik harus diuji dan dikalibrasi
secara berkala oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan dan/atau
institusi penguji dan pengkalibrasi yang berwenang. d. Peralatan
medis yang menggunakan radiasi pengion harus mendapatkan izin
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. Penggunaan peralatan medis untuk kepentingan penegakan
diagnosis, terapi dan rehabilitasi harus berdasarkan indikasi medis.

D. KETENAGAAN
a. Pimpinan klinik merupakan penanggung jawab klinik dan
merangkap sebagai pelaksana pelayanan.
b. Pimpinan Klinik Pratama adalah seorang dokter atau dokter gigi.
c. Pimpinan Klinik Utama adalah dokter spesialis atau dokter gigi
spesialis yang memiliki kompetensi sesuai dengan jenis kliniknya.
d. Ketenagaan klinik terdiri atas tenaga medis, tenaga kesehatan lain
dan tenaga non kesehatan.
e. Tenaga medis pada Klinik Pratama minimal terdiri dari 2 (dua)
orang dokter dan/atau dokter gigi.
f. Tenaga medis pada Klinik Utama minimal terdiri dari 1 (satu) orang
dokter spesialis dari masing-masing spesialisasi sesuai jenis
pelayanan yang diberikan.
g. Klinik Utama dapat mempekerjakan dokter dan/atau dokter gigi
sebagai tenaga pelaksana pelayanan medis.
h. Dokter atau dokter gigi harus memiliki kompetensi setelah
mengikuti pendidikan atau pelatihan sesuai dengan jenis pelayanan
yang diberikan oleh klinik.
i. Jenis, kualifikasi, dan jumlah tenaga kesehatan lain serta tenaga non
kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis pelayanan yang
diberikan oleh klinik.
j. Setiap tenaga medis yang berpraktik di klinik harus mempunyai
Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik (SIP) sesuai ketentuan
peraturan perundangundangan.
22
k. Setiap tenaga kesehatan lain yang bekerja di klinik harus
mempunyai Surat Izin sebagai tanda registrasi/Surat Tanda
Registrasi dan Surat Izin Kerja (SIK) atau Surat Izin Praktik
Apoteker (SIPA) sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.
15
l. Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di klinik harus bekerja sesuai
dengan standar profesi, standar prosedur operasional, standar
pelayanan, etika profesi, menghormati hak pasien, mengutamakan
kepentingan dan keselamatan pasien.
m. Klinik dilarang mempekerjakan tenaga kesehatan warga negara
asing.

b. Bagaimana cara mendapatkan suarat izin klinik dokter keluarga?


- Surat permohonan
- Surat pernyataan Dokter penanggung jawab
- Memiliki STR
- Surat Izin Praktek (SIP) Dokter penanggung jawab
- Rekomendasi dari IDI/ PDGI cabang masing-masing
- Photo copy Ijazah Dokter, Paramedis dan Non Medis
- Daftar peralatan medis, non medis dan obat-obatan
- Photo copy izin gangguan/ HO dan IMB
- Pas photo ukuran 3x4 = 4 lembar
- Photo copy pemilik usaha
- Denah klinik
- Struktur Organisasi
- Dokumen AMDAL atau UKL/ UPL
- Advis dari Tim teknis/ Dinas teknis

c. Bagaimana managemen klinik dokter keluarga?(sumber pembiayaan, pegawai,


siapa saja yang bisa dilayani, struktur organisasi)?

23
Sesuai dengan batasan yang dimiliki, sasaran yang dimaksudkan adalah
keluarga sebagai satu unit. Menurut UU No. 10 tahun 1992 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, pengertian
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, isteri atau
suami, isteri, dan anak, atau ayah dan anak atau ibu dan anak. Keluarga sebagai
unit terkecil dari masyarakat mempunyai nilai strategis dalam pembangunan
kesehatan, karena setiap masalah individu merupakan masalah keluarga dan
sebaliknya. Kesehatan keluarga meliputi kesehatan suami, isteri, anak, dan
anggota keluarga lainnya (UU No.23 tahun 1992).

Standar Manajemen Klinik (Standard Management Of Clinic For Practice)


Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan pada suatu tempat pelayanan yang
disebut klinik dengan manajemen yang profesional.
1) Pembagian kerja
Semua personil mengerti dengan jelas pembagian kerjanya masing - masing.
2) Program pelatihan
Untuk personil yang baru mulai bekerja di klinik diadakan pelatihan kerja (job
training) terlebih dahulu.
3) Program kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
Seluruh personil yang bekerja di klinik mengikuti prosedur K3 (kesehatan dan
keselamatan kerja) untuk pusat pelayanan kesehatan.
4) Pembahasan administrasi klinik
Pimpinan dan staf klinik secara teratur membahas pelaksanaan administrasi
klinik

Sumber Pembiayaan Pelayanan


24
1. Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga tentu diperlukan
tersedianya dana yang cukup. Tidak hanya untuk pengadaan berbagai sarana dan
prasarana medis dan non medis yang diperlukan (investment cost), tetapi juga
untuk membiayai pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan (operational
cost) Seyogiyanyalah semua dana yang diperlukan ini dapat dibiayai oleh pasien
dan atau keluarga yang memanfaatkan jasa pelayanan dokter keluarga. Masalah
kesehatan seseorang dan atau keluarga adalah tanggung jawab masing-masing
orang atau keluarga yang bersangkutan. Untuk dapat mengatasi masalah
kesehatan tersebut adalah amat diharapkan setiap orang atau keluarga bersedia
membiayai pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya.
2. Mekanisme pembiayaan yang ditemukan pada pelayanan kesehatan banyak
macamnya. Jika disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam.
Pertama, pembiayaan secara tunai (fee for service), dalam arti setiap kali pasien
datang berobat diharuskan membayar biaya pelayanan. Kedua, pembiayaan
melalui program asuransi kesehatan (health insurance), dalam arti setiap kali
pasien datang berobat tidak perlu membayar secara tunai, karena pembayaran
tersebut telah ditanggung oleh pihak ketiga, yang dalam hat ini adalah badan
asuransi.
3. Bentuk - Bentuk Pembiayaan Pra-Upaya
a. Mengingat bentuk pembayaran pra-upaya banyak menjanjikan keuntungan,
maka pada saaat ini bentuk pembayaran pra-upaya tersebut banyak
diterapkan. Pada dasarnya ada tiga bentuk pembiayaan secara pra-upaya yang
dipergunakan.
Ketiga bentuk yang dimaksud adalah:
1. Sistem kapitasi (capitation system)
Yang dimaksud dengan sistem kapitasi adalah sistem pembayaran dimuka
yang dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan
berdasarkan kesepakatan harga yang dihitung untuk setiap peserta untuk jangka
waktu tertentu. Dengan sistem pembayaran ini, maka besarnya biaya yang
dibayar oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan yang tidak

25
ditentukan oleh frekwensi penggunaan pelayanan kesehatan oleh peserta,
melainkan ditentukan oleh jumlah peserta dan kesepakatan jangka waktu
jaminan.
2. Sistem paket (packet system)
Yang dimaksud dengan sistem paket adalah sistem pembayaran di muka
yang dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan
berdasarkan kesepakatan harga yang dihitung untuk suatu paket pelayanan
kesehatan tertentu. Dengan sistem pembayaran ini, maka besarnya biaya yang
dibayar oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan tidak
ditentukan oleh macam pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, melainkan
oleh paket pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan. Penyakit apapun yang
dihadapi, jika termasuk dalam satu paket pelayanan yang sama, mendapatkan
biaya dengan besar yang sama. Sistem pernbiayaan paket ini dikenal pula dengan
nama sistem pembiayaan kelompok diagnosis terkait (diagnosis related group)
yang di banyak negara maju telah lama diterapkan.
3. Sistem anggaran (budget system)
Yang dimaksud dengan sistem anggaran adalah sistem pembayaran di
muka yang dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan
kesehatan berdasarkan kesepakatan harga, sesuai dengan besarnya anggaran yang
diajukan penyelenggara pelayanan kesehatan. Sama halnya dengan sistern paket,
pada sistem anggaran ini, besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi
kepada penyelenggara pelayanan kesehatan tidak ditentukan oleh macam
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, melainkan oleh besarnya anggaran
yang telah disepakati.

d. Apakah perbedaan antara klinik umum dan klinik dokter keluarga?

DOKTER PRAKTEK
DOKTER KELUARGA
UMUM

Cakupan Terbatas Lebih Luas

26
Pelayanan

Menyeluruh, Paripurna,
Sifat Pelayanan Sesuai Keluhan bukan sekedar yang
dikeluhkan

Kasus per kasus dengan


Kasus per kasus dengan
Cara Pelayanan berkesinambungan sepanjang
pengamatan sesaat
hayat

Lebih kearah pencegahan,


Lebih kuratif hanya untuk
Jenis Pelayanan tanpa mengabaikan
penyakit tertentu
pengobatan dan rehabilitasi

Lebih diperhatikan dan


Peran keluarga Kurang dipertimbangkan
dilibatkan

Promotif dan
Tidak jadi perhatian Jadi perhatian utama
pencegahan

Hubungan dokter- Dokter pasien teman


Dokter pasien
pasien sejawat dan konsultan

Secara individual sebagai


Awal pelayanan Secara individual bagian dari keluarga
komunitas dan lingkungan

e. Apakah perbedaan antara praktek dokter keluarga dan klinik dokter keluarga?
Bentuk praktek dokter keluarga secara umum dapat dibedakan atas tiga macam
:
1. Pelayanan dokter keluarga sebagai bagian dari pelayanan rumah sakit
(hospital based)
Pada bentuk pelayanan dokter keluarga diselenggarakan di rumah sakit.
Untuk ini dibentuklah suatu unit khusus yang diserahkan tanggung jawab
menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga. Unit khusus ini dikenal

27
dengan nama bagian dokter keluarga (departement of family medicine),
semua pasien baru yang berkunjung ke rumah sakit, diwajibkan melalui
bagian khusus ini. Apabila pasien tersebut ternyata membutuhkan pelayanan
spesialistis, baru kemudian dirujuk kebagian lain yang ada dirumah sakit.
2. Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan oleh klinik dokter keluarga (family
clinic) Pada bentuk ini sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter
keluarga adalah suatu klinik yang didirikan secara khusus yang disebut
dengan nama klinik dokter keluarga (family clinic/center). Pada dasarnya
klinik dokter keluarga ini ada dua macam. Pertama, klinik keluarga mandiri
(free-standing family clinic). Kedua, merupakan bagian dari rumah sakit
tetapi didirikan diluar komplek rumah sakit (satelite family clinic). Di luar
negeri klinik dokter keluarga satelit ini mulai banyak didirikan. Salah satu
tujuannya adalah untuk menopang pelayanan dan juga penghasilan rumah
sakit. Terlepas apakah klinik dokter keluarga tersebut adalah suatu klinik
mandiri atau hanya merupakan klinik satelit dari rumah sakit, lazimnya klinik
dokter keluarga tersebut menjalin hubungan kerja sama yang erat dengan
rumah sakit. Pasien yang memerlukan pelayanan rawat inap akan dirawat
sendiri atau dirujuk ke rumah sakit kerja sama tersebut. Klinik dokter
keluarga ini dapat diselenggarakan secara sendiri (solo practice) atau
bersama-sama dalam satu kelompok (group practice). Dari dua bentuk klinik
dokter keluarga ini, yang paling dianjurkan adalah klinik dokter keluarga
yang dikelola secara berkelompok. Biasanya merupakan gabungan dari 2
sampai 3 orang dokter keluarga. Pada klinik dokter keluarga berkelompok ini
diterapkan suatu sistem manajernen yang sama. Dalam arti para dokter yang
tergabung dalam klinik dokter keluarga tersebut secara bersama-sama
membeli dan memakai alat-alat praktek yang sama. Untuk kemudian
menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga yang dikelola oleh satu sistem
manajemen keuangan, manajemen personalia serta manajemen sistem
informasi yang sama pula. Jika bentuk praktek berkelompok ini yang dipilih,
akan diperoleh beberapa keuntungan sebagai berikut (Clark, 1971) :

28
a. Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih bermutu
Penyebab utamanya adalah karena pada klinik dokter keluarga yang
dikelola secara kelompok, para dokter keluarga yang terlibat akan dapat
saling tukar menukar pengalaman, pengetahuan dan keterampilan. Di
samping itu, karena waktu praktek dapat diatur, para dokter mempunyai
cukup waktu pula untuk menambah pengetahuan dan keterampilan.
Kesemuannya ini, ditambah dengan adanya kerjasama tim (team work)
disatu pihak, serta lancarnya hubungan dokter-pasien di pihak lain,
menyebabkan pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan
lebih bermutu.
b. Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih terjangkau.
Penyebab utamanya adalah karena pada klinik dokter keluarga yang
dikelola secara berkelompok, pembelian serta pemakaian pelbagai
peralatan medis dan non medis dapat dilakukan bersama-sama (cost
sharing). Lebih dari pada itu, karena pendapatan dikelola bersama,
menyebabkan penghasilan dokter akan lebih terjamin. Keadaan yang
seperti ini akan mengurangi kecenderungan penyelenggara pelayanan
yang berlebihan. Kesemuanya ini apabila berhasil dilaksanakan, pada
gilirannya akan menghasilkan pelayanan dokter keluarga yang lebih
terjangkau.
3. Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan melalui praktek dokter keluarga
(family practice)
Pada bentuk ini sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga
adalah praktek dokter keluarga. Pada dasarnya bentuk pelayanan dokter
keluarga ini sama dengan pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan
melalui klinik dokter keluarga. Disini para dokter yang menyelenggarakan
praktek, menerapkan prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga pada pelayanan
kedokteran yang diselenggarakanya. Praktek dokter keluarga tersebut dapat
dibedaka pula atas dua macam. Pertama, praktek dokter keluarga yang

29
diselenggarakan sendiri (solo practice). Kedua praktek dokter keluarga yang
diselenggarakan secara berkelompok (group practice).

f. Bagaimana mengukur tingkat keberhasilan praktek dan klinik dokter


keluarga?
Pelayanan dokter keluarga menyelenggarakan pelayanan rawat jalan
efektif efisien bagi pasien, menjaga kualitas, sadar mutu dan sadar biaya.
Indikator:
A. Pelayanan dokter keluarga terbukti memiliki sistim untuk menerima semua
pasien rawat jalan yang memerlukan pertolongan medis
B. Pelayanan dokter keluarga terbukti memiliki sistim untuk menolong pasien
gawat terlebih dahulu

30
C. Dokter keluarga dan staffnya terbukti dapat menjelaskan kepada pasien
bagaimana pasien dapat menghubungi dokter keluarga pada saat-saat
penting.
D. Rekam medik dokter keluarga terbukti memiliki sistim yang
memungkinkan terlaksananya pelayanan kedokteran secara terus menerus.
E. Pelayanan dokter keluarga terbukti memiliki sistim yang memuaskan
dalam perjanjian konsultasi dengan dokter.
F. Pelayanan dokter keluarga terbukti memiliki Pemandu Praktik Klinik
(Clinical Practice Guidelines) yang digunakan untuk memperoleh
pelayanan yang cost-effective.

IV. Kerangka Konsep

Praktek sebagai
dr. Dinda dokter keluarga

Ingin mendirikan klinik


dokter keluarga

Sumber Daya
Manajemen Alam
Menetapkan Syarat pendirian klinik dokter
prinsip dan klinik keluarga
Pembiayaan
konsep dokter 31
keluarga secara
sempurna Administratif

Lokasi Ketenagaan Peralatan

Bangunan dan
ruangan Prasarana klinik
V. Learning Issue
1. Dokter keluarga
A. PENDAHULUAN

Terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak.


Tidak hanya oleh orang perorang atau keluarga, tetapi juga oleh
kelompok dan bahkan oleh seluruh anggota masyarakat. Adapun yang
dimaksudkan dengan sehat di sini ialah keadaan sejahtera dari badan,
jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara sosial dan ekonomi (UU No. 23 tahun 1992).

Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak upaya


yang harus dilaksanakan. Salah satu di antaranya yang dipandang
mempunyai peranan yang cukup penting adalah penyelenggaraan
pelayanan kesehatan (Blum, 1976). Jika pelayanan kesehatan tidak
tersedia (available), tidak tercapai (accesible), tidak terjangkau
(affordable), tidak berkesinambungan (continue), tidak menyeluruh
(comprehensive), tidak terpadu (integrated), dan atau tidak bermutu
(quality) tentu sulit diharapkan terwujudnya keadaan sehat tersebut.

Pengertian pelayanan kesehatan yang dimaksudkan di sini


mencakup bidang yang amat luas sekali. Secara umum dapat diartikan
sebagai setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama-
sama dalam suatu organisasi untuk meningkatkan dan memelihara
kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, dan ataupun masyarakat
(Levey and Loomba, 1973).

Dari pengertian tersebut, jelaslah bahwa bentuk dan jenis


pelayanan kesehatan yang dapat diselenggarakan banyak macamnya.
Secara umum dapat dibedakan atas dua macam. Pertama, pelayanan

32
kesehatan personal (personal health services) atau sering disebut pula
sebagai pelayanan kedokteran (medical services). Kedua, pelayanan
kesehatan lingkungan (environmental health services) atau sering
disebut pula sebagai pelayanan kesehatan masyarakat (public health
services) (Hodgetts dan Cascio, 1983).

Menurut Leave and Clark (1953), kedua bentuk pelayanan


kesehatan ini mempunyai ciri-ciri tersendiri. Jika pelayanan kesehatan
tersebut terutama ditujukan untuk menyembuhkan penyakit (curative)
dan memulihkan kesehatan (rehabilitative) disebut dengan nama
pelayanan kedokteran. Sedangkan jika pelayanan kesehatan tersebut
terutama ditujukan untuk meningkatkan kesehatan (promotive) dan
mencegah penyakit (preventive) disebut dengan nama pelayanan
kesehatan masyarakat.

Sasaran kedua bentuk pelayanan kesehatan ini juga berbeda.


Sasaran utama pelayanan kedokteran adalah perseorangan dan keluarga.
Sedangkan sasaran utama pelayanan kesehatan masyarakat adalah
kelompok dan masyarakat. Pelayanan kedokteran yang sasaran
utamanya adalah keluarga disebut dengan nama pelayanan dokter
keluarga (family practice).

B. BATASAN
Pada saat ini, batasan dokter keluarga banyak macamnya.
Beberapa di antaranya yang dipandang cukup penting adalah :
1. Dokter keluarga adalah dokter yang mengutamakan penyediaan
pelayanan komprehensif bagi semua orang yang mencari pelayanan
kedokteran, dan mengatur pelayanan oleh provider lain bila
diperlukan. Dokter ini adalah seorang generalis yang
menerima semua orang yang membutuhkan pelayanan kedokteran
tanpa adanya pembatasan usia, gender, ataupun jenis penyakit.

33
Dikatakan pula bahwa dokter keluarga adalah dokter yang
mengasuh individu sebagai bagian dari keluarga dan dalam lingkup
komunitas dari individu tersebut. Tanpa membedakan ras, budaya,
dan tingkatan sosial. Secara klinis, dokter ini berkompeten untuk
menyediakan pelayanan dengan sangat mempertimbangkan dan
memperhatikan latar belakang budaya, sosioekonomi, dan
psikologis pasien. Dokter ini bertanggung jawab atas
berlangsungnya pelayanan yang komprehensif dan bersinambung
bagi pasiennya (WONCA, 1991).
2. Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada
keluarga, tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang
sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya
menanti secara pasif, tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita
atau keluarganya (Ikatan Dokter Indonesia, 1982).
3. Dokter keluarga adalah dokter yang memiliki tanggung jawab
menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama serta
pelayanan kesehatan yang menyeluruh yang dibutuhkan oleh semua
anggota yang terdapat dalam satu keluarga, dan apabila kebetulan
berhadapan dengan suatu masalah kesehatan khusus yang tidak
mampu ditanggulangi, meminta bantuan konsultasi dari dokter ahli
yang sesuai (The American Board of Family Practice, 1969).
4. Dokter keluarga adalah dokter yang melayani masyarakat sebagai
kontak pertama yang merupakan pintu masuk ke sistem pelayanan
kesehatan, menilai kebutuhan kesehatan total pasien dan
menyelenggarakan pelayanan kedokteran perseorangan dalam satu
atau beberapa cabang ilmu kedokteran serta merujuk pasien ke
tempat pelayanan lain yang tersedia, sementara tetap menjaga
kesinambungan pelayanan, mengembangkan tanggung jawab
untuk pelayanan kesehatan menyeluruh dan berkesinambungan,

34
serta bertindak sebagai koordinator pelayanan kesehatan, menerima
tanggung jawab untuk perawatan total pasien termasuk konsultasi
sesuai dengan keadaan lingkungan pasien, yakni keluarga atau unit
sosial yang sebanding serta masyarakat (The American Academic of
General Practice, 1947).
5. Dokter keluarga adalah dokter yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan personal, tingkat pertama, menyeluruh dan
berkesinambungan kepada pasiennya yang terkait dengan keluarga,
komunitas serta lingkungan di mana pasien tersebut berada
(Singapore College of General Practitioners, 1987).

Batasan pelayanan dokter keluarga banyak macamnya. Dua di


antaranya yang dipandang cukup penting adalah:
1. Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang
menyeluruh yang memusatkan pelayanannya kepada keluarga
sebagai suatu unit, dimana tanggung jawab dokter terhadap
pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis
kelamin pasien, juga tidak oleh organ tubuh atau jenis penyakit
tertentu saja (The American Academy of Family Physician, 1969).
2. Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan spesialis yang luas
yang bertitik tolak dari suatu pokok ilmu yang dikembangkan dari
berbagai disiplin ilmu lainnya terutama ilmu penyakit dalam, ilmu
kesehatan anak, ilmu kebidanan dan kandungan, ilmu bedah serta
ilmu kedokteran jiwa, yang secara keseluruhan membentuk
kesatuan yang terpadu, diperkaya dengan ilmu perilaku, biologi
dan ilmu - ilmu klinik, dan karenanya mampu mempersiapkan
dokter untuk mempunyai peranan yang unik dalam
menyelenggarakan penatalaksanaan pasien, penyelesaian masalah,
pelayanan konseling, serta dapat bertindak sebagai dokter pribadi
yang mengkoordinasikan seluruhpelayanan kesehatan
(The American Academy of Family Physician, 1969).
35
C. STANDAR KOMPETENSI DOKTER KELUARGA
Perbedaan garis kompetensi yang tegas antara Dokter Keluarga
dengan Dokter yang melaksanakan pelayanan dengan pendekatan
kedokteran keluarga, memang sangat sulit dilakukan. Namun demi
kepentingan pasien, dokter yang bekerja di pelayanan primer
diharapkan memiliki kemampuan untuk melaksanakan prinsip
prinsip pelayanan dokter keluarga.
Prinsip prinsip pelayanan dokter keluarga di Indonesia
mengikuti anjuran WHO dan WONCA yang mencantumkan prinsip
prinsip ini dalam banyak terbitannya. Prinsip prinsip ini juga
merupakan simpulan untuk dapat meningkatkan kualitas layanan
dokter primer dalam melaksanakan pelayanan kedokteran. Prinsip
prinsip pelayanan / pendekatan kedokteran keluarga adalah
memberikan / mewujudkan :
1. Pelayanan yang holistik dan komprehensif
2. Pelayanan yang kontinu
3. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan
4. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif
5. Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari
keluarganya
6. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan
lingkungan tempat tinggalnya
7. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum
8. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan
9. Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu
Dengan melihat pada prinsip pelayanan yang harus dilaksanakan,
maka disusun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang dokter
untuk dapat disebut menjadi dokter keluarga.

Kompetensi dokter keluarga seperti yang tercantum dalam


Standar Kompetensi Dokter Keluarga yang disusun oleh Perhimpunan
36
Dokter Keluarga Indonesia tahun 2006 adalah :
1. Kompetensi Dasar
a. Ketrampilan Komunikasi Efektif
b. Ketrampilan Klinik Dasar
c. Ketrampilan menerapkan dasar dasar ilmu biomedik, ilmu
klinik, ilmu perilaku, dan epidemiologi dalam praktek
kedokteran keluarga
d. Ketrampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu,
keluarga ataupun masyarakat dengan cara yang komprehensif,
holistik, berkesinambungan, terkoordinir, dan bekerja sama
dalam konteks Pelayanan Kesehatan Primer
e. Memanfaaatkan, menilai secara kritis, dan mengelola informasi
f. Mawas diri dan pengembangan diri / belajar sepanjang hayat
g. Etika, moral, dan profesionalisme dalam praktik
2. Ilmu dan Ketrampilan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Utama
a. Bedah
b. Penyakit Dalam
c. Kebidanan dan Penyakit Kandungan
d. Kesehatan Anak
e. THT
f. Mata
g. Kulit dan Kelamin
h. Psikiatri
i. Saraf
j. Kedokteran Komunitas
3. Ketrampilan Klinis Layanan Primer Lanjut
a. Ketrampilan melakukan health screening
b. Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium lanjut
c. Membaca hasil EKG
d. Membaca hasil USG
e. BTLS, BCLS, dan BPLS

37
4. Ketrampilan Pendukung
a. Riset
b. Mengajar kedokteran keluarga

5. Ilmu dan Ketrampilan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu


Pelengkap
a. Semua cabang ilmu kedokteran lainnya
b. Memahami dan menjembatani pengobatan alternatif
6. Ilmu dan Ketrampilan Manajemen Klinik
a. Manajemen klinik dokter keluarga

Standar Kompetensi Dokter Keluarga menurut Deklarasi


WONCA WHO tahun 2003 meliputi :
1. Melaksanakan asuhan bagi pasien dalam kelompok usia tertentu
a. Bayi baru lahir
b. Bayi
c. Anak
d. Remaja
e. Dewasa
f. Wanita hamil dan menyusui
g. Lansia wanita dan pria
2. Mengintegrasikan komponen asuhan komprehensif
a. Memahami epidemiologi penyakit
b. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan jasmani secara
memadai
c. Memahami ragam perbedaan faali dan metabolisme obat
d. Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium dan radiologi
e. Menyelenggarakan penilaian risiko khusus usia tertentu
f. Menyelenggarakan upaya pencegahan, penapisan, dan panduan
serta penyuluhan gizi
g. Memahami pokok masalah perkembangan normal

38
h. Menyelenggarakan konseling psikologi dan perilaku

i. Mengkonsultasikan atau merujuk pasien tepat pada waktunya


bila diperlukan
j. Menyelenggarakan layanan paliatif dan jelang ajal
k. Menjunjung tinggi aspek etika pelayanan kedokteran
3. Mengkoordinasikan layanan kesehatan
a. Dengan keluarga pasien
1) Penilaian keluarga
2) Menyelenggarakan pertemuan keluarga (pasien)
3) Pembinaan dan konseling keluarga
b. Dengan masyarakat
1) Penilaian kesehatan masyarakat dan epidemiologi
2) Pemeriksaan / penilaian masyarakat
3) Mengenali dan memanfaatkan sumber daya masyarakat
4) Program pencegahan dan pendidikan bagi masyarakat
5) Advokasi / pembelaan kepentingan kesehatan masyarakat
4. Menangani masalah masalah kesehatan yang menonjol
a. Kelainan alergik
b. Anestesia dan penanganan nyeri
c. Kelainan yang mengancam jiwa dan kegawatdaruratan
d. Kelainan kardiovaskular
e. Kelainan kulit
f. Kelainan mata dan telinga
g. Kelainan saluran cerna
h. Kelainan perkemihan dan kelamin
i. Kelainan obstetrik dan ginekologi
j. Penyakit infeksi
k. Kelainan muskuloskeletal
l. Kelainan neoplastik
m. Kelainan neurologi

39
n. Psikiatri
5. Melaksanakan profesi dalam tim penyedia kesehatan
a. Menyusun dan menggerakkan tim
b. Pemecahan masalah konflik
c. Peningkatan kualitas
(Ikatan Dokter Indonesia, Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga
Indonesia, Kolegium Ilmu Kedokteran Keluarga Indonesia, 2007).

D. TUJUAN PELAYANAN DOKTER KELUARGA


Tujuan pelayanan dokter keluarga mencakup bidang yang amat
luas sekali. Jika disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua
macam :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pelayanan dokter keluarga adalah sama dengan
tujuan pelayanan kedokteran dan atau pelayanan kesehatan pada
umumnya, yakni terwujudnya keadaan sehat bagi setiap anggota
keluarga.
2. Tujuan Khusus
a. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan
kedokteran yang lebih efektif.
Dibandingkan dengan pelayanan kedokteran lainnya,
pelayanan dokter keluarga memang lebih efektif. Ini
disebabkan karena dalam menangani suatu masalah kesehatan,
perhatian tidak hanya ditujukan pada keluhan yang
disampaikan saja, tetapi pada pasien sebagai manusia
seutuhnya, dan bahkan sebagai bagian dari anggota keluarga
dengan lingkungannya masing - masing. Dengan
diperhatikannya berbagai faktor yang seperti ini, maka
pengelolaan suatu masalah kesehatan akan dapat dilakukan
secara sempurna dan karena itu penyelesaian suatu masalah
40
kesehatan akan dapat pula diharapkan lebih memuaskan.

b. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran


yang lebih efisien.
Dibandingkan dengan pelayanan kedokteran lainnya,
pelayanan dokter keluarga juga lebih efisien. Ini disebabkan
karena pelayanan dokter keluarga lebih mengutamakan
pelayanan pencegahan penyakit serta diselenggarakan secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinarnbungan. Dengan
diutamakannya pelayanan pencegahan penyakit, maka berarti
angka jatuh sakit akan menurun, yang apabila dapat
dipertahankan, pada gilirannya akan berperan besar dalam
menurunkan biaya kesehatan. Hal yang sama juga ditemukan
pada pelayanan yang menyeluruh, terpadu dan
berkesinarnbungan. Karena salah satu keuntungan dari
pelayanan yang seperti ini ialah dapat dihindarkannya tindakan
dan atau pemeriksaan kedokteran yang berulang - ulang, yang
besar peranannya dalam mencegah penghamburan dana
kesehatan yang jumlahnya telah diketahui selalu bersifat
terbatas.

E. MANFAAT PELAYANAN DOKTER KELUARGA


Sesungguhnya apabila pelayanan dokter keluarga dapat
diselenggarakan dengan baik, akan banyak manfaat yang
diperoleh. Manfaat yang dimaksud antara lain adalah (Cambridge
Research Institute, 1976):
a. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit sebagai
manusia seutuhnya, bukan hanya terhadap keluhan yang
disampaikan.
b. Akan dapat diselenggarakan pelayanan pencegahan penyakit dan
dijamin kesinambungan pelayanan kesehatan.
41
c. Apabila dibutuhkan pelayanan spesialis, pengaturannya akan
lebih baik dan terarah, terutama di tengah - tengah kompleksitas
pelayanan kesehatan saat ini.
d. Akan dapat diselenggarakan pelayanan kesehatan yang terpadu
sehingga penanganan suatu masalah kesehatan tidak
menimbulkan berbagai masalah lainnya.
e. Jika seluruh anggota keluarga ikut serta dalam pelayanan, maka
segala keterangan tentang keluarga tersebut, baik keterangan
kesehatan dan ataupun keterangan keadaan sosial dapat
dimanfaatkan dalam menangani masalah kesehatan yang sedang
dihadapi.
f. Akan dapat diperhitungkan berbagai faktor yang mempengaruhi
timbulnya penyakit, termasuk faktor sosial dan psikologis.
g. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit dengan
tata cara yang lebih sederhana dan tidak begitu mahal dan karena
itu akan meringankan biaya kesehatan.
h. Akan dapat dicegah pemakaian berbagai peralatan kedokteran
canggih yang memberatkan biaya kesehatan.

42
2. Praktek dokter keluarga
KEDUDUKAN, PRAKTEK DOKTER KELUARGA NO PRAKTEK UMUM
SPESIALISASI TATA CARA PELAYANAN DR KELUARGA PRAKTEK
UMUM
a. Konsep Inggris (1972) Royal College -Telah diterapkan Amerika, Canada -
Gryman (1971) Biasanya pada negara sedang berkembang Belum ada
kesepakatan
b. Merupakan pelayanan tingkat pertama untuk personal dan keluarga Dokter
keluarga & setaraf dokter spesialis
Dokter keluarga fokus pelayanan : - Promotive - Preventive - Kurative
c. Perawatan di rumah Pendidikan tambahan selama 3 tahun Sepanjang
menerapkan tata cara pelayanan dokter keluarga 4. Arah pengobatan (fisik,
Psikologis, Sosial, Pendidikan Kesehatan dan pencegahan penyakit)
d. SYARAT PENDIRIAN PRAKTEK/KLINIK DOKTER KELUARGA :
Mudah dicapai dengan kendaraan umum (letak strategis)
Perfomance bangunan indah
Memiliki sarana komunikasi dan IT
Memiliki tenaga dokter yang telah lulus pelatihan DK dan memiliki STR
Tenaga pembantu klinik dan paramedis telah lulus pelatihan khusus
pembantu KDK Bentuk praktek mandiri atau berkelompok
Memiliki izin praktek dari dinas setempat
Menyelenggarakan pelayanan yang sifatnya paripurna, holistik, terpadu dan
bekesinambungan
Melayani semua jenis penyakit dan golongan umur
Mempunyai sarana medis yg memadai sesuai dengan peringkat klinik yg
bersangkutan.
e. SYARAT IZIN KLINIK
Surat permohonan
Surat pernyataan Dokter penanggung jawab
Memiliki STR
Surat Izin Praktek (SIP)
43
Dokter penanggung jawab
Rekomendasi dari IDI/PDGI cabang masing masing
Fotokopi Ijazah Dokter, Paramedis dan Non Medis
Daftar peralatan medis, non medis dan obat obatan
Fotokopi izin gangguan/HO dan IMB
Pas foto ukuran 3x4 = 4 lembar
Fotokopi pemilik usaha
Denah klinik
Struktur Organisasi
Dokumen AMDAL atau UKL/UPL
Advis dari Tim teknis/Dinas Teknis
f. LOKASI BANGUNAN & RUANG Syarat Klinik Dokter Keluarga dalam
Permenkes RI no:028/menkes/per/i/2011 tg Klinik PRASARANA KLINIK
PERALATAN KETENAGAAN IZIN
LOKASI : Klinik harus sesuai dengan tata ruang daerah masing- masing.
Pemda kab/kota mengatur persebaran klinik yang diselenggarakan masyarakat
di wilayahnya dg memperhatikan kebutuhan pelayanan berdasarkan rasio
jumlah penduduk. Khusus mengenai lokasi dan persebaran klinik tidak
berlaku pada klinik perusahaan atau klinik instansi pemerintah tertentu yang
hanya melayani karyawan perusahaan atau pegawai instansi pemerintah
tersebut.
BANGUNAN & TATA LOKASI : Bangunan yang permanen dan tidak
tergabung dengan tempat tinggal atau unit kerja lainnya. Memenuhi
persyaratan lingkungan sehat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Harus memperhatikan fungsi, keamanan, kenyamanan dan kemudahan dalam
pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang
termasuk penyandang cacat, anak-anak dan lansia. Bangunan terdiri dari :
Ruang Pendaftaran/tunggu, R.konsultansi dokter, R.Administrasi, R.Tindakan,
R.Farmasi, Toilet, Ruang lainnya sesuai kebutuhan pelayanan.
PRASARANA KLINIK : Dalam keadaan terpelihara dan berfungsi dengan
baik, Instalasi air; Instalasi listrik; Instalasi sirkulasi udara; Sarana pengolahan
limbah; Pencegahan dan penanggulangan kebakaran; Ambulans,untuk klinik
yang menyediakan layanan rawat inap; Sarana lainnya sesuai kebutuhan.
44
PERALATAN : Dilengkapi dg peralatan medis dan nonmedis yang memadai
sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan. Peralatan medis dan nonmedis
memenuhi standar mutu, keamanan, dan keselamatan serta harus memiliki izin
edar sesuai ketentuan peraturan. Peralatan medis yang digunakan harus diuji
& di kalibrasi secara berkala oleh Balai Pengamanan Kesehatan dan/atau
institusi penguji & pengkalibrasi yang berwenang. Penggunaan peralatan
medis untuk kepentingan penegakan diagnosis, terapi dan rehabilitasi harus
berdasarkan indikasi medis. Memiliki tempat penyimpanan peralatan.
Memiliki alat sterilisasi.
KETENAGAAN : Pimpinan klinik merupakan penanggung jawab klinik
dan merangkap sebagai pelaksana pelayanan. Pimpinan Klinik Pratama adalah
seorang dokter atau dokter gigi. Pimpinan Klinik Utama adalah dokter
spesialis atau, dokter gigi spesialis yang memiliki kompetensi sesuai dengan
jenis kliniknya. Ketenagaan klinik terdiri dari : tenaga medis, tenaga
kesehatan lain dan tenaga non kesehatan. Tenaga medis pada klinik pratama
minimal terdiri dr 2 org dokter dan/atau dokter gigi. Tenaga medis pada Klinik
Utama minimal terdiri dari 1 orang dokter spesialis dari masing-masing
spesialisasi sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan. Klinik utama dapat
mempekerjakan dokter dan/ataudokter gigi sebagai tenaga pelaksana
pelayanan medis. Dokter atau dokter gigi harus memiliki kompetensi setelah
mengikuti pendidikan/pelatihan sesuai dg jenis pelayanan yg diberikan oleh
klinik. Jenis, kualifikasi & jumlah tenaga kesehatan lain serta tenaga non
medis disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis pelayanan klinik. Setiap tenaga
medis yang praktik di klinik harus mempunyai Surat Tanda Registrasi dan
Surat Izin Praktik (SIP) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dokter/dokter gigi yang ingin memperoleh SIP dapatmengajukan permohonan
kpd Dinas Kesehatan Kab/Kota tempat praktik kedokteran dilaksanakan.
Lampiran berkas yang dibutuhkan untuk permohonan SIP,terdiri dari : a.
Fotokopi surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi
yang masih berlaku dan diterbitkan dan dilegalisir asli oleh Konsil Kedokteran
Indonesia (KKI); b. Surat Pernyataan memiliki tempat praktik, atau surat
keterangan dari sarana pelayanan kesehatan sebagai tempat praktiknya; c.

45
Surat rekomendasi dari organisasi profesi, sesuai tempat praktik; d. Pas Foto
berwarna ukuran 4x6 sebanyak 3 lembar, dan 3x4 sebanyak 2 lembar.
g. IZIN KLINIK : Permohonan izin klinik diajukan dengan melampirkan :a. Surat
Rekomendasi dari dinas kesehatan setempat; b. Fotokopi pendirian badan usaha
kecuali untuk kepemilikan perorangan; c. Identitas lengkap pemohon; d. Surat
keterangan persetujuan lokasi dari pemerintah daerah setempat; e. Bukti hak
kepemilikan atau penggunaan tanah atau izin pengguna bangunan untuk
penyelenggaraan kegiatan bagi milik pribadi atau surat kontrak minimal selama
5 tahun bagi yang menyewa bangunan untuk penyelenggaraan kegiatan; f.
Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL); g. Profil klinik yang akan didirikan meliputi struktur
organisasi kepengurusan, tenaga kesehatan, sarana dan prasarana, dan peralatan
serta pelayanan yang diberikan; h. Persyaratan administrasi lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Klinik dokter keluarga


1. Standar Pemeliharaan Kesehatan di Klinik (Standards of clinical care)

1.1. Standar Pelayanan Paripurna (standard of comprehensive of care)

Pelayanan yang disediakan dokter keluarga adalah pelayanan medis strata pertama
untuk semua orang yang bersifat paripurna (comprehensive), yaitu termasuk
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit dan
proteksi khusus (preventive & spesific protection), pemulihan kesehatan (curative),
pencegahan kecacatan (disability limitation) dan rehabilitasi setelah sakit
(rehabilitation) dengan memperhatikan kemampuan sosial serta sesuai dengan
mediko legal etika kedokteran

1.1.1. Pelayanan medis strata pertama untuk semua orang

Pelayanan dokter keluarga merupakan praktik umum dengan pendekatan


kedokteran keluarga yang memenuhi standar pelayanan dokter keluarga dan
diselenggarakan oleh dokter yang sesuai dengan standar profesi dokter keluarga
serta memiliki surat ijin pelayanan dokter keluarga dan surat persetujuan tempat
praktik

1.1.2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memperhatikan pemeliharaan


kesehatan dan peningkatan kesehatan pasien dan keluarganya.

1.1.3. Pencegahan penyakit dan proteksi khusus


46
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menggunakan segala kesempatan
dalam menerapkan pencegahan masalah kesehatan pada pasien dan keluarganya.

1.1.4. Deteksi dini

Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menggunakan segala kesempatan


dalam melaksanakan deteksi dini penyakit dan melakukan penatalaksanaan yang
tepat untuk itu.

1.1.5. Kuratif medik

Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk melaksanakan pemulihan


kesehatan dan pencegahan kecacatan pada strata pelayanan tingkat pertama,
termasuk kegawatdaruratan medik, dan bila perlu akan dikonsultasikan dan/atau
dirujuk ke pusat pelayanan kesehatan dengan strata yang lebih tinggi.

1.1.6. Rehabilitasimedik dan sosial

Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menerapkan segala kesempatan


rehabilitasi pada pasien dan/atau keluarganya setelah mengalami masalah
kesehatan atau kematian baik dari segi fisik, jiwa maupun sosial.

1.1.7. Kemampuan sosial keluarga

Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memperhatikan kondisi sosial


pasien dan keluarganya

1.1.8. Etik medikolegal

Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim yang sesuai dengan mediko legal dan
etik kedokteran

1.2. Standar Pelayanan Medis (standard of medical care) Pelayanan yang


disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan medis yang melaksanakan
pelayanan kedokteran secara lege artis
1.2.1. Anamnesis
Pelayanan dokter keluarga melaksanakan anamnesis dengan pendekatan pasien
(patient-centered approach) dalam rangka memperoleh keluhan utama pasien,
kekhawatiran dan harapan pasien mengenai keluhannya tersebut, serta memperoleh
keterangan untuk dapat menegakkan diagnosis
1.2.2. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
Dalam rangka memperoleh tanda-tanda kelainan yang menunjang diagnosis atau
menyingkirkan diagnosis banding, dokter keluarga melakukan pemeriksaan fisik
secara holistik; dan bila perlu menganjurkan pemeriksaan penunjang secara
rasional, efektif dan efisien demi kepentingan pasien semata.
1.2.3. Penegakkan diagnosis dan diagnosis banding
Pada setiap pertemuan, dokter keluarga menegakkan diagnosis kerja dan beberapa
diagnosis banding yang mungkin dengan pendekatan diagnosis holistik.
47
1.2.4. Prognosis
Pada setiap penegakkan diagnosis, dokter keluarga menyimpulkan prognosis
pasien berdasarkan jenis diagnosis, derajat keparahan, serta tanda bukti terkini
(evidence based). 1.2.5. Konseling
Untuk membantu pasien (dan keluarga) menentukan pilihan terbaik
penatalaksanaan untuk dirinya, dokter keluarga melaksanakan konseling dengan
kepedulian terhadap perasaan dan persepsi pasien (dan keluarga) pada keadaan di
saat itu
1.2.6. Konsultasi
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan konsultasi ke dokter lain
yang dianggap lebih piawai dan/atau berpengalaman. Konsultasi dapat dilakukan
kepada dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, atau dinas
kesehatan,demi kepentingan pasien semata.
1.2.7. Rujukan
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan rujukan ke dokter lain yang
dianggap lebih piawai dan/atau berpengalaman. Rujukan dapat dilakukan kepada
dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, rumah sakit atau
dinas kesehatan,demi kepentingan pasien semata.
1.2.8. Tindak lanjut
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga menganjurkan untuk dapat
dilaksanakan tindak lanjut pada pasien, baik dilaksanakan di klinik, maupun di
tempat pasien
1.2.9. Tindakan
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga memberikan tindakan medis yang
rasional pada pasien, sesuai dengan kewenangan dokter praktik di strata pertama,
dan demi kepentingan pasien
1.2.10. Pengobatan rasional
Pada setiap anjuran pengobatan, dokter keluarga melaksanakannya dengan
rasional, berdasarkan tanda bukti (evidence based) yang sahih dan terkini, demi
kepentingan pasien 1.2.11.Pembinaan keluarga
Pada saat-saat dinilai bahwa penatalaksanaan pasien akan berhasil lebih baik, bila
adanya partisipasi keluarga, maka dokter keluarga menawarkan pembinaan
keluarga, termasuk konseling keluarga

1.3. Standar Pelayanan Menyeluruh (standard of holistic of care)


Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat menyeluruh, yaitu peduli
bahwa pasien adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik, mental,
sosial dan spiritual, serta berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan sosialnya.
1.3.1. Pasien adalah manusia seutuhnya
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memandang pasien sebagai
manusia yang seutuhnya
1.3.2. Pasien adalah bagian dari keluarga dan lingkungannya
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memandang pasien sebagai
bagian dari keluarga pasien, dan memperhatikan bahwa keluarga pasien dapat
mempengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh situasi dan kondisi kesehatan pasien
1.3.3. Pelayanan menggunakan segala sumber disekitarnya

48
Pelayanan dokter keluarga mendayagunakan segala sumber di sekitar kehidupan
pasien untuk meningkatkan keadaan kesehatan pasien dan keluarganya

1.4. Standar Pelayanan Terpadu (standard of integration of care)


Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat terpadu, selain merupakan
kemitraan antara dokter dengan pasien pada saat proses penatalaksanaan medis,
juga merupakan kemitraan lintas program dengan berbagai institusi yang
menunjang pelayanan kedokteran, baik dari formal maupun informal.
1.4.1. Koordinator penatalaksanaan pasien
Pelayanan dokter keluarga merupakan koordinator dalam penatalaksanaan pasien
yang diselenggarakan bersama, baik bersama antar dokter-pasienkeluarga, maupun
bersama antar dokter-pasien-dokter spesialis/rumah sakit.
1.4.2. Mitra dokter-pasien
Pelayanan dokter keluarga merupakan keterpaduan kemitraan antara dokter dan
pasien pada saat proses penatalaksanaan medis
1.4.3. Mitra lintas sektoral medik
Pelayanan dokter keluarga bekerja sebagai mitra penyedia pelayanan kesehatan
dengan berbagai sektor pelayanan kesehatan formal di sekitarnya
1.4.4. Mitra lintas sektoral alternatif dan komplimenter medik
Pelayanan dokter keluarga memperdulikan dan memperhatikan kebutuhan dan
perilaku pasien dan keluarganya sebagai masyarakat yang menggunakan berbagai
pelayanan kesehatan non formal disekitarnya

1.5. Standar Pelayanan Bersinambung (standard of continuum care)


Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan bersinambung,
yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara efektif efisien, proaktif dan terus
menerus demi kesehatan pasien.
1.5.1. Pelayanan proaktif
Pelayanan dokter keluarga menjaga kesinambungan layanan secara proaktif.
1.5.2. Rekam medik bersinambung
Informasi dalam riwayat kesehatan pasien sebelumnya dan pada saat datang,
digunakan untuk memastikan bahwa penatalaksanaan yang diterapkan telah sesuai
untuk pasien yang bersangkutan.
1.5.3. Pelayanan efektif efisien
Pelayanan dokter keluarga menyelenggarakan pelayanan rawat jalan efektif efisien
bagi pasien, menjaga kualitas, sadar mutu dan sadar biaya.
1.5.4. Pendampingan
Pada saat-saat dilaksanakan konsultasi dan/atau rujukan, pelayanan dokter keluarga
menawarkan kemudian melaksanakan pendampingan pasien, demi kepentingan
pasien

2.Standar perilaku dalam praktik (Standards of behaviour in practice)

2.1. Standar perilaku terhadap pasien (patient-physician relationship


standard)

49
Pelayanan dokter keluarga menyediakan kesempatan bagi pasien untuk
menyampaikan kekhawatiran dan masalah kesehatannya, serta memberikan
kesempatan kepada pasien untuk memperoleh penjelasan yang dibutuhkan guna
dapat memutuskan pemilihan penatalaksanaan yang akan dilaksanakannya

2.1.1. Informasi memperoleh pelayanan

Pelayanan dokter keluarga memberikan keterangan yang adekuat mengenai cara


untuk memperoleh pelayanan yang diinginkan.

2.1.2. Masa konsultasi

Waktu untuk konsultasi yang disediakan oleh dokter keluarga kepada pasiennya
adalah cukup bagi pasien untuk menyampaikan keluhan dan keinginannya, cukup
untuk dokter menjelaskan apa yang diperolehnya pada anamnesa dan pemeriksaan
fisik, serta cukup untuk menumbuhkan partisipasi pasien dalam melaksanakan
penatalaksanaan yang dipilihnya, sebisanya 10 menit untuk setiap pasien.

2.1.3. Informasi medik menyeluruh

Dokter keluarga memberikan informasi yang jelas kepada pasien mengenai seluruh
tujuan, kepentingan, keuntungan, resiko yang berhubungan dalam hal pemeriksaan,
konsultasi, rujukan, pengobatan, tindakan dan sebagainya sehingga memungkinkan
pasien untuk dapat memutuskan segala yang akan dilakukan terhadapnya secara
puas dan terinformasi.

2.1.4. Komunikasi efektif

Dokter keluarga melaksanakan komunikasi efektif berlandaskan rasa saling


percaya

2.1.5. Menghormati hak dan kewajiban pasien dan dokter

Dokter keluarga memperhatikan hak dan kewajiban pasien, hak dan kewajiban
dokter termasuk menjunjung tinggi kerahasiaan pasien

2.2. Standar perilaku dengan mitra kerja di klinik (Standard of partners


relationship in practice) Pelayanan dokter keluarga mempunyai seorang dokter
keluarga sebagai pimpinan manajemen untuk mengelola klinik secara profesional

2.2.1. Hubungan profesional dalam klinik

Dokter keluarga melaksanakan praktik dengan bantuan satu atau beberapa tenaga
kesehatan dan tenaga lainnya berdasarkan atas hubungan kerja yang profesional
dalam suasana kekeluargaan 2.2.2. Bekerja dalam tim

50
Pada saat menyelenggarakan penatalaksanaan dalam peningkatan derajat kesehatan
pasien dan keluarga, pelayanan dokter keluarga merupakan sebuah tim.

2.2.3. Pemimpin klinik

Pelayanan dokter keluarga dipimpin oleh seorang dokter keluarga atau bila terdiri
dari beberapa dokter keluarga dapat dibagi untuk memimpin bidang manajemen
yang berbeda di bawah tanggung jawab pimpinan

2.3. Standar perilaku dengan sejawat (Standard of working with colleagues)

Pelayanan dokter keluarga menghormati dan menghargai pengetahuan, ketrampilan


dan kontribusi kolega lain dalam pelayanan kesehatan dan menjaga hubungan baik
secara profesional

2.3.1. Hubungan profesional antar profesi

Pelayanan dokter keluarga melaksanakan praktik dengan mempunyai hubungan


profesional dengan profesi medik lainnya untuk kepentingan pasien.

2.3.2. Hubungan baik sesamadokter

Pelayanan dokter keluarga menghormati keputusan medik yang diambil oleh


dokter lain dan memperbaiki penatalaksanaan pasien atas kepentingan pasien tanpa
merugikan nama dokter lain 2.3.3. Perkumpulan profesi

Dokter keluarga dalam pelayanan dokter keluarga adalah anggota perkumpulan


profesi yang sekaligus menjadi anggota Ikatan Dokter Indonesia dan berpartisipasi
pada kegiatan-kegiatan yang ada

2.4. Standar pengembangan ilmu dan ketrampilan praktik (Standard of


knowledge and skill development)

Pelayanan dokter keluarga selalu berusaha mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah


guna memelihara dan menambah ketrampilan praktik serta meluaskan wawasan
pengetahuan kedokteran sepanjang hayatnya

2.4.1. Mengikuti kegiatan ilmiah

Pelayanan dokter keluarga memungkinkan dokter yang berpraktik untuk secara


teratur dalam lima tahun praktiknya mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah seperti
pelatihan, seminar, lokakarya dan pendidikan kedokteran berkelanjutan lainnya

2.4.2. Program jaga mutu

51
Pelayanan dokter keluarga melakukan program jaga mutu secara mandiri dan/atau
bersama-sama dengan dokter keluarga lainnya, secara teratur ditempat praktiknya

2.4.3. Partisipasi dalam kegiatan pendidikan

Pelayaanan dokter keluarga mempunyai itikad baik dalam pendidikan dokter


keluarga, dan berusaha untuk berpartisipasi pada pelatihan mahasiswa kedokteran
atau pelatihan dokter

2.4.4. Penelitian dalam praktik

Pelayanan dokter keluarga mempunyai itikad baik dalam penelitian dan berusaha
untuk menyelenggarakan penelitian yang sesuai dengan etika penelitian
kedokteran, demi kepentingan kemajuan pengetahuan kedokteran

2.4.5. Penulisan ilmiah

Dokter keluarga pada pelayanan dokter keluarga berpartisipasi secara aktif


dan/atau pasif pada jurnal ilmiah kedokteran

2.5. Standar partisipasi dalam kegiatan masyarakat di bidang kesehatan


(standard as community leader)

Pelayanan dokter keluarga selalu berusaha berpartisipasi aktif dalam segala


kegiatan peningkatan kesehatan disekitarnya dan siap memberikan pendapatnya
pada setiap kondisi kesehatan di daerahnya.

2.5.1. Menjadi anggota perkumpulan sosial

Dokter keluarga dan petugas kesehatan lainnya yang bekerja dalam pelayanan
dokter keluarga, menjadi anggota perkumpulan sosial untuk mempeluas wawasan
pergaulan

2.5.2. Partisipasi dalam kegiatan kesehatan masyarakat

Bila ada kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakat di sekitar tempat praktiknya,


pelayanan dokter keluarga bersedia berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan
tersebut

2.5.3. Partisipasi dalam penanggulangan bencana di sekitarnya

Bila ada wabah dan bencana yang mempengaruhi kesehatan di sekitarnya,


pelayanan dokter keluarga berpartisipasi aktif dalam penanggulangan khususnya
dalam bidang kesehatan
52
3. Standar pengelolaan praktik (Standards of practice management)

3.1. Standar sumber daya manusia (Standard of human resources)

Dalam pelayanan dokter keluarga, selain dokter keluarga, juga terdapat petugas
kesehatan dan pegawai lainnya yang sesuai dengan latar belakang pendidikan atau
pelatihannya

3.1.1. Dokter keluarga

Dokter keluarga yang bekerja pada pelayanan dokter keluarga adalah dokter yang
bersertifikat dokter keluarga dan patut menjadi panutan masyarakat dalam hal
perilaku kesehatan

3.1.2. Perawat

Perawat yang bekerja pada pelayanan dokter keluarga telah mengikuti pelatihan
pelayanan dengan pendekatan kedokteran keluarga

3.1.3. Bidan

Bidan yang bekerja pada pelayanan dokter keluarga telah mengikuti pelatihan
pelayanan dengan pendekatan kedokteran keluarga

3.1.4. Administrator klinik

Pegawai administrasi yang bekerja pada pelayanan dokter keluarga, telah


mengikuti pelatihan untuk menunjang pelayanan pendekatan kedokteran keluarga

3.2. Standar manajemen keuangan (Standard of finance management)

Pelayanan dokter keluarga mengelola keuangannya dengan manajemen keuangan


profesional

3.2.1. Pencatatan keuangan

Keuangan dalam praktek dokter keluarga tercatat secara seksama dengan cara yang
umum dan bersifat transparansi

3.2.2. Jenis sistim pembiayaan praktik

Manajemen keuangan pelayanan dokter keluarga dikelola sedemikian rupa


sehingga dapat mengikuti , baik sistem pembiayaan praupaya maupun sistim
pembiayaan fee-for service

3.3. Standar manajemen klinik (Standard management of clinic for practice)

Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan pada suatu tempat pelayanan yang disebut
klinik dengan manajemen yang profesional
53
3.3.1. Pembagian kerja

Semua personil mengerti dengan jelas pembagian kerjanya masingmasing

3.3.2. Program pelatihan

Untuk personil yang baru mulai bekerja di klinik diadakan pelatihan kerja (job
training) terlebih dahulu

3.3.3. Program kesehatan dan keselamatan kerja (K3)

Seluruh personil yang bekerja di klinik mengikuti prosedur K3 (kesehatan dan


keselamatan kerja) untuk pusat pelayanan kesehatan

3.3.4. Pembahasan administrasi klinik

Pimpinan dan staf klinik secara teratur membahas pelaksanaan administrasi klinik

4. Standar sarana dan prasarana (standards of facilities)

4.1. Standar fasilitas praktik (standard of practice facilities)

Pelayanan dokter keluarga memiliki fasilitas pelayanan kesehatan strata pertama


yang lengkap serta beberapa fasilitas pelayanan tambahan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat sekitarnya

4.1.1. Fasilitas untuk praktik

Fasilitas pelayanan dokter keluarga sesuai untuk kesehatan dan keamanan pasien,
pegawai dan dokter yang berpraktik

4.1.2. Kerahasiaan dan privasi

Konsultasi dilaksanakan dengan memperhitungkan kerahasiaan dan privasi pasien

4.1.3. Bangunan dan interior

Bangunan untuk pelayanan dokter keluarga merupakan bangunan permanen atau


semi permanen serta dirancang sesuai dengan kebutuhan pelayanan medis strata
pertama yang aman dan terjangkau oleh berbagai kondisi pasien

4.1.4. Alat komunikasi

Klinik memiliki alat komunikasi yang biasa digunakan masyarakat sekitarnya

4.1.5. Papan nama

Tempat pelayanan dokter keluarga memasang papan nama yang telah diatur oleh
organisasi profesi

54
4.2. Standar peralatan klinik (standard of practice equipments)

Pelayanan dokter keluarga memiliki peralatan klinik yang sesuai dengan fasilitas
pelayanannya yaitu pelayanan kedokteran di strata pertama (tingkat primer)

4.2.1. Peralatan medis

Pelayanan dokter keluarga memiliki beberapa peralatan medis yang minimal harus
dipenuhi di ruang praktik untuk dapat berpraktik sebagai penyedia layanan strata
pertama

4.2.2. Peralatan penunjang medis

Pelayanan dokter keluarga memiliki beberapa peralatan penunjang medis yang


minimal harus dipenuhi di ruang praktik untuk dapat berpraktik sebagai penyedia
pelayanan strata pertama.

4.2.3. Peralatan non medis

Pelayanan dokter keluarga memiliki peralatan non medis yang minimal harus
dipenuhi di ruang praktik untuk dapat berpraktik sebagai penyedia pelayanan strata
pertama

4.3. Standar proses-proses penunjang praktik (Standard of clinical supports


process)

Pelayanan dokter keluarga memiliki panduan proses-proses yang menunjang


kegiatan pelayanan dokter keluarga.

4.3.1. Pengelolaan rekam medik

Pelayanan dokter keluarga menyiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi rekam


medik dengan dasar rekam medik berorientasikan pada masalah (problem oriented
medical record)

4.3.2. Pengelolaan rantai dingin

Pelayanan dokter keluarga peduli terhadap pengelolaan rantai beku (cold chain
management) yang berpengaruh kepada kualitas vaksin atau obat lainnya

4.3.3. Pengelolaan pencegahan infeksi

Pelayanan dokter keluarga memperhatikan universal precaution management yang


mengutamakan pencegahan infeksi pada pelayanannya

4.3.4. Pengelolaan limbah

55
Pelayanan dokter keluarga memperhatikan sistim pembuangan air kotor dan
limbah, baik limbah medis maupun limbah non medis agar ramah lingkungan dan
aman bagi masyarakat sekitar klinik

4.3.5. Pengelolaan air bersih

Pelayanan dokter keluarga mengkonsumsi air bersih atau air yang telah diolah
sehingga aman digunakan

4.3.6. Pengelolaan obat

Pelayanan dokter keluarga melaksanakan sistim pengelolaan obat sesuai prosedur


yang berlaku termasuk mencegah penggunaan obat yang kadaluwarsa

56
VI. Kesimpulan
Dr. Dinda ingin mendirikan klinik dokter keluarga dengan cara harus memenuhi
syarat pendirian klinik dokter keluarga dan menerapkan semua konsep dan prinsip ilmu
kedokteran keluarga secara sempurna.

VII. Daftar Pustaka

Gayatri, A. 2014. Dokter Keluarga dalam Sistem Kesehatan.


http://familymedicine.ugm.ac.id/dokter-keluarga-dalam-sistem-kesehatan/, diakses pada
14 November 2016.

http://ppid.tanahdatar.go.id/Download/77/persyaratan-dan-perizinan-di-dinkes, diakses 15
November 2016.

Kementerian Kesehatan RI. 2016. Dokter Keluarga.


http://www.ppjk.depkes.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=61,
diakses pada 14 November 2016.

Prasetyawati, A. E. 2015. Kedokteran Keluarga dan Wawasannya. Surakarta: FK UNS.

Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Registrasi Dokter dan
Dokter Gigi.

Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia: Standar Profesi Dokter Keluarga.


http://www.fk.uns.ac.id/static/resensibuku/BUKU_KEDOKTERAN_KELUARGA_.pdf
, diakses 15 November 2016.

Siyoto, S., dkk. 2015. Kebijakan dan Manajemen Kesehatan. Jakarta: Penerbit ANDI.

57

Anda mungkin juga menyukai