Anda di halaman 1dari 93

HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DAN

PENGETAHUAN IBU DENGAN STATUS GIZI


BALITA DI KAMPUNG KAMORFUAR KABUPATEN
BIAK NUMFOR

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk melakukan penelitian

Oleh :

Andi Asriati Mustika Dewi

NIM : 20170711014119

PEMINATAN GIZI

JURUSAN/PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2021

i
LEMBAR PERSETUJUAN

ii
LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Andi Asriati Mustika Dewi

NIM : 20170711014119

Judul : Hubungan Sosial Ekonomi Keluarga dan Penegtahuan Ibu Dengan


Status Gizi Balita di Kampung Kamorfuar Kabupaten Biak Numfor

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah di tulis atau di terbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Jayapura, Oktober 2021

Andi Asriati Mustika Dewi


NIM. 20170711014119

iii
RIWAYAT HIDUP

Nama : Andi Asriati Mustika Dewi


Umur : 22 Tahun
Tempat/Tanggal Lahir : Biak, 6 Juli 1999
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Nama Ayah : Puang Canggi
Nama Ibu : Andi Hasnah
Jumlah Saudara : 4 (Empat)
Anak-Ke : 4 (Empat)
Pendidikan :
1. Lulus SD Impres Dernafi (Tahun 2011)
2. Lulus SMP Negeri 2 Biak Utara (Tahun 2014)
3. Lulus SMA Negeri 1 Biak Kota (Tahun 2017)
4. Menempuh Pendidikan di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Cenderawasih (Tahun
2017-2021

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Jayapura, Oktober 2021

Andi Asriati Mustika Dewi


NIM. 20170711014119

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.


(QS.Al Baqarah: 286). Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan)
kerjakanlah dengan sungguh-sumgguh (urusan) yang lain. (QS. Al Imsyirah: 7).
So remember me, I will remember you (Q.S Al Baqarah: 152).

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Allah SWT yang telah memberikan kehidupan serta rahmat dan hidayah-Nya.
2. (Alm) Papa saya dan Mama saya tercinta selaku orang tua yang telah mendidik
dan merawat saya serta selalu menyayangi saya dari kecil hingga saya berada
di bangku perkuliahan
3. Saudara-saudari saya yang selalu memberikan saya motivasi dan semangat
untuk menyelesaikan skripsi ini
4. Almamater saya Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Cenderawasih.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat Nya-lah peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini tepat pada waktunya.

Peneliti menyadari bahwa Skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan

dan arahan serta bimbingan berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini dengan

kerendahan hati, saya ingin mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas izin

dan perkenaan-Nya serta ucapan terimakasih kepada :

1. Dr. Apolo Safanpo, ST, MT Rektor Universitas Cenderawasih Jayapura.

2. Dr. Arius Togodly, S.Pd, M.Kes, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Cenderawasih.

3. Yulius Sarungu Painting, S.KM., M.Kes, Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan

Masyarakat Universitas Cenderawasih

4. Maxsi Irmanto, S.KM., M.Gizi selaku dosen pembimbing I dan Sarni R.

Bella, S,KM., MPH selaku dosen pembimbing II yang telah menyediakan

waktu dan pikiran dan tenaga untuk membimbing saya dalam menyelesaikan

skripsi ini.

5. Nova F. Rumaropen, S.KM., M.Gizi selaku dosen penguji I yang telah

bersedia memberikan saran dan masukan untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Dr. Rosmin M. Tingginehe, S.Pt., M.Si selaku penguji ke II yang telah

bersedia memberikan saran dan masukan untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Sherly N. Mamoribo, S.KM., M.Kes selaku dosen penguji ke III yang selalu

bersedia memberikan saran dan masukan untuk menyelesaikan skripsi ini.

vi
8. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Cenderawasih yang telah mendidik dan membantu selama proses

perkuliahan .

9. (Alm).Papa tercinta saya atas nasehat doa serta harapan yang beliau titipkan

kepada saya sehingga saya mampu bertahan hingga tahap ini.

10. Mama tersayang atas segala nasehat, doa, dukungan dan kasih sayang yang

begitu besar kepada penulis selama ini

11. Saya sendiri karna telah berhasil keluar dari zona nyaman dan sanggup untuk

bertahan sejauh ini.

12. Saudara-saudariku yang selalu memberikan dukungan, nasehat serta motivasi

kepada penulis

13. Teman dekat saya (Nur Risky) atas bantuan, semangat dan motivasi yang

selalu di berikan dalam menyelesaikan skripsi ini

14. Sahabat saya (Devi indah PPJ) yang selalu memberikan semangat dan

motivasi selama ini

15. Saudari saya (Cici) atas segala bantuan yang di berikan kepada penulis

16. Teman-teman SMA saya N.G.E.R.E.S atas segala dukungan dan motivasinya

selama ini

17. Teman-teman saya (Grasella, Vina, Kio, Andy, Satria, Sonya, Angel, Devi,

Nata) yang telah membantu dan menemani penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Somoga segala bantuan dan motivasi yang di berikan kepada saya akan

mendapatkan balasan dari Allah SWT. Saya menyadari bahwa dalam

vii
penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saya

mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun untuk

memperbaiki penulisan ini. Semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jayapura, Oktober 2021

Penulis

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN..............................................................................ii
RIWAYAT HIDUP..........................................................................................iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN....................................................................iv
KATA PENGANTAR .....................................................................................v
DAFTAR ISI....................................................................................................vi
DAFTAR TABEL ...........................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ix
BAB I................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................5
C. Tujuan Penelitian......................................................................................5
D. Manfaat Penelitian....................................................................................6
E. Keaslian Penelitian....................................................................................7
BAB II..............................................................................................................9
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................9
A. Landasan Teori.........................................................................................9
1. Status Gizi.............................................................................................9
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi......................................11
3. Tinjauan perilaku kesehatan.................................................................15
4. Balita.....................................................................................................18
B. KERANGKA TEORI................................................................................30
C. KERANGKA KONSEP.............................................................................31
BAB III.............................................................................................................32
METODE PENELITIAN.................................................................................32
A. Jenis dan Rancangan Penelitian................................................................32
B. Waktu dan Lokasi.....................................................................................32
C. Populasi dan Sampel Penelitian................................................................33

ix
D. Devinisi Oprasinal penelitian dan Skala Pengukuran...............................36
E. Hipotesis....................................................................................................38
F. Alat dan Cara Penelitian............................................................................38
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data......................................................39
BAB IV.............................................................................................................42
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................................42
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.......................................................42
B. Hasil Penelitian.......................................................................................43
C. Pembahasan.............................................................................................47
D. Keterbatasan Penelitian...........................................................................50
BAB V..............................................................................................................51
SIMPULAN DAN SARAN..............................................................................51
A. Simpulan..................................................................................................51
B. Saran........................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................53

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian.......................................................................................7


Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi Rata-rata yang dianjurkan Bagi Anak....................25
Tabel 2.2 Takaran Konsumsi Makanan Sehari.............................................................26
Tabel 3.1. Definisi Operasional Penelitian dan Aspek Pengukuran.............................35
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Kampung Kamorfuar
Kabupaten Biak Numfor...............................................................................................43
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel di Kampung Kamorfuar
Kabupaten Biak Numfor...............................................................................................44
Tabel 4.3 Analisis Distribusi Frekuensi Variabel Sosial Ekonomi Keluarga dengan
Status Gizi Balita...........................................................................................................45
Tabel 4.4 Analisis Distribusi Frekuensi Variabel Pengetahuan Ibu..............................45
Tabel 4.5 Hubungan antara Sosial Ekonomi Keluarga dengan Status Gizi Balita.
.......................................................................................................................................46
Tabel 4.6 Hubungan antara Pengetahuan Ibu dengan Status Gizi Balita......................47

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 kerangka teori..............................................................................30


Gambar 2.2 kerangka konsep.........................................................................31

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran II Lembar Kuesioner Penelitian

Lampiran III Surat Izin Penelitian dari Fakultas

Lampiran IV Surat Keterangan Selesai Penelitian

Lampiran V Hasil Output SPSS

Lampiran VI Dokumentasi Penelitian

xiii
HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DAN PENGETAHUAN
IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KAMPUNG KAMORFUAR
KABUPATEN BIAK NUMFOR

Oleh:
ANDI ASRIATI MUSTIKA DEWI
NIM. 20170711014119

ABSTRAK

Kebutuhan gizi pada balita merupakan hal yang sangat penting karena
akan menentukan kualitas kesehatan, kesejahteraan, pembelajaran, dan
perilaku di masa yang akan datang serta masa depan masyarakat tergantung
pada anak-anak yang mampu mencapai pertumbuhan dan perkembangan
yang optimal, pengetahuan ibu tentang gizi balita sangat mempengaruhi
keadan gizi balita tersebut karena ibu adalah seseorang yang paling besar
keterikatannya terhadap anak, Kebersamaan ibu dengan anak lebih besar di
bandingkan anggota keluarga lainnya sehingga ibulah yang paling mengerti
segala kebutuhan anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan sosial ekonomi keluarga dan pengetahuan ibu dengan status gizi
balita di Kampung Kamorfuar Kabupaten Biak Numfor.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua balita yang tinggal di
Kampung Kamorfuar Kabupaten Biak Numfor dengan teknik pengambilan
sampel yaitu sampling jenuh sehingga besar sampel sebanyak 54 balita.
Data di peroleh menggunakan data primer. Teknik analisis data yang di
gunakan adalah uji chisquare dan uji rasio prevalensi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara sosial ekonomi keluarga dengan status gizi balita (p-value
= 0,020; RP = 7,636; 95% CI = 1,070-54,499) dan juga terdapat hubungan
yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan status gizi balita (p-value =
0,038; RP = 3,273; 95% CI = 1,151-9,308).
Kata kunci: Status Sosial Ekonomi Keluarga, Pengetahuan Ibu dan Status
Gizi Balita

xiv
FAMILY SOCIAL ECONOMIC RELATIONSHIP AND KNOWLEDGE OF
MOTHER WITH THE NUTRITIONAL STATUS OF CHILDREN IN
KAMORFUAR VILLAGE, BIAK NUMFOR REGENCY

By:
ANDI ASRIATI MUSTIKA DEWI
NIM. 20170711014119

ABSTRACT

The nutritional needs of toddlers are very important because they will
determine the quality of health, welfare, learning, and behavior in the future
and the future of society depends on children who are able to achieve
optimal growth and development, mother's knowledge about toddler
nutrition is very important. affect the nutritional status of the toddler
because the mother is the one who has the greatest attachment to the child,
the togetherness of the mother with the child is greater than other family
members so that the mother is the one who best understands all the needs of
the child. The purpose of this study was to determine the socio-economic
relationship of the family and mother's knowledge with the nutritional status
of children under five in Kamorfuar Village, Biak Numfor Regency.
This type of research is quantitative with a cross sectional approach.
The population in this study were all children under five who lived in
Kamorfuar Village, Biak Numfor Regency. The sampling technique was
saturated sampling so that the sample size was 54 toddlers. Data obtained
using primary data. The data analysis technique used is the chi-square test
and the prevalence ratio test.
The results showed that there was a significant relationship between
family socioeconomic status and the nutritional status of children under five
(p-value = 0.020; RP = 7.636; 95% CI = 1.070-54,499) and there was also
a significant relationship between mother's knowledge and nutritional status
of children under five (p -value = 0.038; RP = 3.273; 95% CI = 1.151-
9.308).
Keywords: Family Socio-Economic Status, Mother's Knowledge and
Nutritional Status of Toddlers

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Gizi didefinisikan sebagai makanan dan manfaat yang diberikan

bagi kesehatan. Gizi berkaitan dengan semua aspek kehidupan seperti

ekonomi, Pendidikan, pertanian, kesetaraan gender dan masalah sosial lainnya

yang memiliki hubungan langsung denganpembentukan sumber daya manusia.

(Hardiansyah, 2016).

Status sosial ekonomi juga berpengaruh terhadap tumbuh kembang

balita, balita yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi dan pendidikan

rendah cenderung lebih rentan mengalami gizi kurang di bandingkan anak yang

berasal dari keluarga yang status ekonominya tinggi. Hal ini berkaitan erat

dengan makanan serta asupan gizi penunjang yang masuk dalam tubuhnya.

(Nurul Chomaria, 2015).

Kebutuhan gizi pada anak di awal masa kehidupan merupakan hal yang

sangat penting karena akan menentukan kualitas kesehatan, kesejahteraan,

pembelajaran, dan perilaku di masa yang akan datang serta masa depan

masyarakat tergantung pada anak-anak yang mampu mencapai pertumbuhan

dan perkembangan yang optimal (WHO, 2015).

Selain itu tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu tentang gizi balita

sangat mempengaruhi keadan gizi balita tersebut karena ibu adalah seseorang

yang paling besar keterikatannya terhadap anak. Kebersamaan ibu dengan anak

lebih besar di bandingkan anggota keluarga lainnya sehingga ibulah yang

paling mengerti segala kebutuhan anak. Pengetahuan yang dimiliki ibu

1
merupakan kunci utama kebutuhan gizi balita terpenuhi. Kebutuhan yang

didasari dengan pemahaman yang baik dapat menumbuhkan perilaku yang baik

pula (Putri, 2015).

Pada penelitian Agusta Mansoben 2018 mengenai Hubungan Kejadian

Gizi kurang Pada Balita di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Ridge, pada

tahun 2015 sejumlah 185 balita, yang mengalami gizi kurang sebanyak 2

orang dan yang mengalami gizi buruk sebanyak 1 orang. Pada tahun 2016

jumlah balita sebanyak 200 orang, yang mengalami gizi kurang sebanyak 3

orang dan yang mengalami gizi buruk 1 orang. tahun 2017 jumlah balita

sebanyak 216 orang, yang mengalami gizi kurang sebanyak 4 orang dan yang

mengalami gizi buruk 1.

Data balita gizi kurang WHO tahun 2014, di temukan 98 juta (17%) anak

di bawah umur lima tahun di negara berkembang mengalami gizi kurang (berat

badan menurun umur rendah). Prevelensi tertinggi berada di Asia selatan

sebesar 30%, di ikuti Afrika Barat 21%, Osceania dan Afrika Timur 19%, Asia

Tenggara dan Afrika Tengah 16% dan Afrika Selatan sebesar 12% (WHO,

2014). Untuk status gizi buruk menurut WHO mengakibatkan 54% kematian

pada bayi dan anak. Hasil sensus WHO menunjukan bahwa 49% dari 10,4 juta

kematian balita di negara berkembang berkaitan dengan gizi buruk. Tercatat

sekitar 50% balita Asia, 30% balita Afrika, 20% Amerika Latin menderita gizi

buruk (Depkes,2010).

Masalah gizi kurang dan gizi buruk di indonesia pada anak balita masih

menjadi gizi utama yang perlu mendapatkan perhatian serius. Prevelensi gizi

kurang mengalami penurunan sebesar 0,5% dari 14,9% di tahun 2015 menjadi

2
14,4% pada tahun 2016 mengalami penurunan lagi sebesar 0,4% menjadi

14,0% pada tahun 2017, Walaupun angka gizi kurang di indonesia mengalami

penurunan dari tahun 2015 sampai tahun 2017 tapi angka tersebut masih

berada di atas standar WHO untuk gizi kurang yaitu sebesar 10%. Prevelensi

gizi buruk di indonesia mengalami penurunan sebesar 0,5% dari 3,9% di tahun

2015 menjadi 3,4% pada tahun 2016 dan meningkat sebesar 0,4% menjadi

3,8% pada tahun 2017 ( Data PSG 2015, 2016, 2017).

Prevelensi gizi kurang pada balita di Provinsi Papua berdasarkan indeks

BB/U mengalami penurunan sebesar 2,3% yaitu dari 14,2% tahun 2015

menjadi 11,9% pada tahun 2016 dan mengalami kenaikan besar 0,9% menjadi

12,8% pada tahun 2017 (Data PSG 2015, 2016, 2017). Masalah gizi di papua

mengalami menurunan prevelensi sebesar 2,2% yaitu dari 5,4% tahun 2015

menjadi 3,2% pada tahun 2016 dan mengalami kenaikan pevelensi sebesar

3,6% pada tahun 2017 (Data PSG 2015, 2016, 2017).

Menurut Pusat Data dan Informasi Kabupaten Biak Numfor memiliki 19

distirik, 14 kelurhan dan 254 kampung dengan luas wilayah 2.602,00 km 2,

Kabupaten Biak Numfor juga memiliki potensi wilayah seperti perikanan dan

pariwisata.

Pada distrik biak kota terdapat 3 rumah sakit, 30 polik klinik, 2

puskesmas, 5 apotek dan 11 puskesmas keliling. prevelansi gizi kurang salah

satunya berada di Kabupaten Biak Numfor. Berdasarkan studi pendahuluan

jumlah balita di Posyandu Wilayah Puskesmas Ridge yaitu sebanyak 340 balita

dan 30% balita mengalami gizi kurang.

Kabupaten Biak Numfor juga menerima program perlindungan sosial di

3
antaranya program Indonesia pintar (PPI) 6,31%, program keluarga sejahtra

(KPS/KKS) 10,78%, program keluarga harapan (PKH) 8,50%, adapun bantuan

pangan seperti program sembako dan bantuan sosial yang meliputi pangan non

tunai.

Penyebab timbulnya gizi kurang di pengaruhi beberapa faktor

diantaranya adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu

asupan makanan dan penyakit infeksi. faktor eksternal yaitu pendidikan orang

tua, jenis pekerjaan, pendapatan orang tua, pengetahuan ibu, ketersediaan

pangan dan pola komsumsi pangan (Andriani & Wuratmadi, 2014).

Berdasarkan sekunder Puskesmas Ridge, tercatat ada 14 Posyandu

Wilayah kerja Puskesmas Ridge Tahun 2021. Pada tahun 2020 terdapat 647

balita, sebanyak 56 balita mengalami gizi kurang, 7 balita mengalami gizi

lebih, 47 balita mengalami risiko gizi lebih, 3 balita

mengalami obesitas , 7 balita mengalami gizi buruk dan 527 balita mengalami

gizi normal, pada tahun 2021 terdapat 715 balita, 37 balita mengalami gizi

kurang, 39 balita mengalami gizi lebih, 89 balita mengalami risiko gizi lebih,

20 balita mengalami obesitas , 8 balita mengalami gizi buruk dan 522 balita

mengalami gizi normal.

Berdasarkan data sekunder yang di dapat dari posyandu Kamorfuar pada

tahun 2020 terdapat 46 balita di kampung Kamorfuar, sebanyak 6 balita

mengalami gizi kurang, 1 balita mengalami gizi lebih, 2 balita mengalami

risiko gizi lebih, 1 balita mengalami obesitas , tidak terdapat balita yang

mengalami gizi buruk dan 36 balita mengalami gizi normal, pada tahun 2021

kampung Kamorfuar memiliki 59 balita, 11 balita mengalami gizi kurang, 4

4
balita mengalami gizi lebih, 2 balita mengalami risiko gizi lebih, 1 balita

mengalami obesitas , 1 balita mengalami gizi buruk dan 40 balita mengalami

gizi normal.

Berdasarkan data yang telah di dapat dari Monografi Desa Kampung

Kamorfuar Total Keseluruhan Jumlah Jiwa yaitu 1175 orang (100%) dengan

jumlah laki-laki 570 orang (48%) dan perempuan 596 orang (52%), dengan

kelompok usia 0-15 tahun sebanyak 306 orang (38%), 16-65 tahun sebanyak

807 orang (52%), > 66 tahun sebanyak 62 orang (10%). mayoritas masyarakat

kampung Kamorfuar bekerja sebagai buruh yaitu sebanyak 136 orang (19,5%),

356 ibu rumah tangga ( 51%) dan 72 orang memiliki pekerjaan tidak tetap

(10,2%) , hal ini membuat peneliti tertarik untuk meneliti di kampung ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah apakah ada Hubungan Sosial Ekonomi Keluarga dan Pengetahuan Ibu

Dengan Status Gizi Balita di Kampung Kamorfuar Kabupaten Biak Numfor.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Sosial Ekonomi Keluarga dan

Pengetahuan Ibu Dengan Status Gizi Balita di Kampung Kamorfuar

Kabupaten Biak Numfor

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran Sosial Ekonomi Keluarga dan Pengetahuan Ibu

5
dengan status gizi balita di Kampung Kamorfuar Kabupaten Biak

Numfor

b. Mengetahui hubungan sosial ekonomi keluarga dengan status gizi balita

di kampung Kamorfuar Kabupaten Biak Numfor

c. Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Ibu dengan status gizi balita

di kampung Kamorfuar Kabupaten Biak Numfor

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas

Untuk menambah sumber informasi dan juga sebagai bahan perencanaan

program terkait status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Ridge

Kabupaten Biak Numfor

2. Bagi Masyarakat Kampung

Untuk menambah pengetahuan dan menjadi acuan dalam pencegahan gizi

kurang atau buruk di Kampung Kamorfuar Kabupaten Biak Numfor

3. Bagi Ibu Yang Memiliki Balita

Agar dapat menambah pengetahuan ibu mengenai asupan gizi pada balita

4. Bagi Penelitian Selanjutnya

Dapat di jadikan acuan untuk meneliti faktor-faktor lain yang belum di

teliti dalam penelitian ini

6
E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 keaslian Penelitian


No Peneliti Judul/Lokasi Tahun/Lokasi Perbedaan Metode
1 Retno Puji Analisis Faktor yang 2006, di Desa Sedan Variabel bebas : 1.Tingkat Metode penelitian
Rahayu Berhubungan dengan Kejadian kecamatan Sedan pendapTn keluarga perkapita dengan Case Control
Gizi Kurang Pada Balita Usia Kabupaten Remban 2. Tingkat pengetahuan ibu
3-5 Tahun Variabel antara: Status Gizi
Balita
2 Lailatul Hubungan Antara Tingkat Puskesmas Kedungwuni Variabel bebas : Metode penelitian
Munawaroh Pengetahuan Gizi Ibu Pola Kabupaten Pekalongan 1.Pengetahuan Ibu dengan Case Control
Makan Balita di Wilayah Kerja 2.Pola Makan Balita
Puskesmas Kedungwuni Variabel terikat : Status Gizi
Kabupaten Pekalongan

3 Agustina Faktor-Faktor yang 2018, di Distrik Samofa Variabel bebas : Metode penelitian
Mansoben Berhubungan Dengan Kabupaten Biak Numfor 1.Pengetahuan Ibu dengan Case Control
Kejadian Stunting Pada Balita 2.Pola Konsumsi Makan Ibu
di Posyandu Wilayah Kerja Balita
Puskesmas Ridge Variabel terikat : Stunting

4 Andi Asriati Hubungan Sosial Ekonomi 2021, Kampung Kamorfuar Variabel bebas : Metode Penelitian :
Mustika Dewi Keluarga dan Pengetahuan Ibu Distrik Samofa Kabupaten 1. Sosial Ekonomi Keluarga Cross Sectional
Dengan Status Gizi Balita di Biak Numfor 2. Pengetahuan Ibu
Kampung Kamorfuar Variabel terikat :
Kabupaten Biak Numfor 1. Status Gizi Balita

7
Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu :

1. Lokasi dan waktu pada penelitian ini berbeda.

Yang menjadikan penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya yaitu :

1. Peneltian ini memiliki tema yang sama yaitu Hubungan sosial ekonomi

keluarga dan pengetahuan ibu pada status gizi balita.

2. Metode penelitian ini sama dengan penelitian terdahulu.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Status Gizi

a. Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah keadaan yang di akibatkan oleh keseimbangan

antara asupan zat gizi dari makanan dengan kebutuhan zat gizi yang di

perlukan untuk metabolisme tubuh. Setiap individu membutuhkan asupan

zat gizi yang berbeda antar individu, hal ini tergantung pada usia orang

tersebut, jenis kelamin, aktivitas tubuh dalam sehari dan berat badan

(Par’I, Holil M, dkk, 2017).

Jika keseimbangan tadi terganggu, misalnya pengeluaran energi

dan protein lebih banyak dibandingkan pemasukan maka akan terjadi

kekurangan energi protein, dan jika berlangsung lama akan timbul

masalah yang dikenal dengan KEP berat atau gizi buruk (Depkes RI

dalam Marmi dan Rahardjo, 2015).

b. Penilaian Status Gizi

Penilaian pertumbuhan dan perkembangan dapat dilakukan sedini

mungkin sejak anak dilahirkan. Deteksi dini merupakan upaya

penjaringan yang dilaksanakan secara komprehensif untuk menemukan

penyimpangan tumbuh kembang dan mengetahui serta mengenal faktor

9
risiko pada balita, yang disebut juga anak usia dini. Melalui deteksi dini

dapat diketahui penyimpangan tumbuh kembang anak secara dini,

sehingga upaya pencegahan, stimulasi penyembuhan serta pemulihan

dapat diberikan dengan indikasi yang jelas pada masa-masa kritis proses

tumbuh kembang. Upaya-upaya tersebut diberikan sesuai dengan umur

perkembangan anak, dengan demikian dapat tercapai kondisi tumbuh

kembang yang optimal (Tim Dirjen Pembinaan Kesmas dalam Marmi

dan Rahardjo, 2015).

c. Status gizi balita dinilai menurut 3 indeks, yaitu Berat Badan Menurut

Umur (BB/U), Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U), Berat Badan

Menurut Tinggi Badan (BB/TB).

1. BB/U adalah berat badan anak yang dicapai pada umur tertentu.

2. TB/U adalah tinggi badan anak yang dicapai pada umur tertentu.

3. BB/TB adalah berat badan anak dibandingkan dengan tinggi badan

yang dicapai. Ketiga nilai indeks status gizi diatas dibandingkan

dengan bu ku pertumbuhan WHO

a) Z-score adalah nilai simpangan BB atau TB dari nilai BB atau TB

normal menurut buku pertumbuhan WHO.

b) Contoh perhitungan Z score BB/U: (BB anak–BB standar)/standar

deviasi BB standar.

c) Batasan untuk kategori status gizi balita menurut indeks BB/U,

TB/U, BB/TB menurut WHO dapat dilihat pada tabel “pengertian

kategori status gizi balita” (PSG, 2017).

10
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi

Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya gizi kurang pada balita

di antaranya adalah pengetahuan ibu, jumlah keluarga, riwayat penyakit

infeksi, pelayanan kesehatan, ketahanan pangan pendapatan keluarga dan

pola asuh anak (Supariasa, 2015).

Status gizi dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu langsung dan tidak

langsung. Faktor langsung yaitu penyakit infeksi, jenis pangan yang yang

dikonsumsi baik secara kualitas maupun kuantitas.

Faktor tidak langsung antara lain: sosial ekonomi, pendidikan,

pengetahuan, pendapatan, pola asuh yang kurang memadai, sanitasi

lingkungan yang kurang baik, rendahnya ketahanan pangan tingkat rumah

tangga dan perilaku terhadap pelayanan kesehatan.

Sebagai masalah pokok yang terdapat di masyarakat adalah rendahnya

pengetahuan, pendidikan, ketrampilan dan pendapatan serta status ekonomi.

Status sosial ekonomi merupakan faktor yang banyak dihubungkan dengan

status gizi dan kesehatan. Faktor ini menggambarkan tingkat kehidupan

seseorang. Status sosial ekonomi ditentukan oleh unsur-unsur seperti

pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, pendapatan, sosial budaya.

Memberikan pola asuh yang baik kepada balita dan memerhatikan

status gizi balita dapat di jadikan sebagai salah satu upaya untuk

menurunkan kejadian angka gizi kurang pada balita (Moehji, 2017).

11
a. Faktor langsung

1) Konsumsi gizi makanan pada seseorang dapat menentukan

tercapainya tingkat kesehatan, atau sering disebut status gizi. Apabila

tubuh berada dalam tingkat kesehatan optimum, di mana jaringan

jenuh oleh semua zat gizi, maka disebut status gizi optimum. Dalam

kondisi demikian tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya

tahan yang setingi-tingginya.

2) Penyakit Infeksi Tingkat keseringan balita menderita penyakit infeksi

lebih banyak terdapat pada kelompok kurang gizi daripada kelompok

normal. Banyak faktor yang Mempengaruhi status gizi diantaranya

adalah faktor penyebab langsung yang meliputi asupan gizi dan

penyakit infeksi. Anak yang mendapat makanan yang cukup baik

tetapi sering menderita diare atau demam, akhirnya akan menderita

kurang gizi. Demikian juga pada anak yang makanannya tidak cukup

(jumlah dan mutunya) maka daya tahan tubuhnya dapat melemah.

Dalam keadaan demikian akan mudah diserang infeksi yang dapat

mengurangi nafsu makan, dan akhirnya dapat menderita kurang gizi.

yang mendapat makanan yang cukup baik tetapi sering menderita

diare atau demam, akhirnya akan menderita kurang gizi.

3) Pola Asuh, Asuhan anak atau interaksi ibu dan anak terlihat erat

sebagai indikator kualitas dan kuantitas peranan ibu dalam mengasuh

anak. Untuk itu, pola asuh dapat dipakai sebagai peramal atu faktor

risiko terjadinya kurang gizi atau gangguan perkembangan pada anak.

Peran ibu dalam keluarga mempunyai peranan yang besar dalam

12
menanamkan kebiasaan makan pada anak. Pola asuh pada anak 10

merupakan salah satu kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang,

yaitu kebutuhan emosi atau kasih sayang dimana kehadiran ibu

diwujudkan dengan kontak fisik dan psikis, misalnya dengan

menyusui segera setelah lahir akan menjalin rasa aman bagi bayi dan

akan menciptakan ikatan yang erat.

4) Persediaan Makanan Kemampuan keluarga untuk memenuhi

kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga dalam jumlah yang cukup

dan baik mutunya. Apabila kebutuhan pangan seluruh anggota

keluaga tercukupi maka akan didapat status gizi yang optimal, begitu

pula sebaliknya.

5) Pelayanan Kesehatan dan Sanitasi Tersedianya air bersih dan sarana

pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh seluruh keluarga.

Sistem pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin

penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang

terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan. Sehingga

kesehatan setiap masyarakat akan terjamin. Apabila tubuh dalam

keadaan sehat maka keadaan gizi seseorang tidak akan menurun

karena menderita penyakit termasuk penyakit infeksi.

6) Tingkat Pendidikan Ibu Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka

seseorang semakin tau mana yang baik dan mana yang kurang baik

tentang suatu hal termasuk masalah gizi. Apabila orang tua terutama

ibu memiliki pendidikan yang tinggi, maka secara tidak langsung

kebutuhan akan gizi anak lebih diperhatikan, sehingga jarang terjadi

13
masalah gizi buruk atau gizi kurang.

7) Tingkat Pendapatan Keluarga Kemiskinan sebagai penyebab gizi

kurang menduduki posisi pertama pada kondisi yang umum di

masyarakat. Masalah utama penduduk miskin pada umumnya sangat

tergantung terhadap pendapatan keluarga dimana pada penduduk

miskin pendapatan keluarganya tidak mencukupi kebutuhan dasar

secara normal.

b. Faktor Tidak Langsung

1) Status ekonomi

Faktor status ekonomi dapat memengaruhi berbagai aspek

kehidupan termasuk status gizi dan pemeliharaan kesehatan.

Keterbatasan sosial ekonomi juga hubungan langsung terhadap

pendapatan daya beli dan pemenuhan kebutuhan akan makanan,

berhubungan pada praktek pemberian makanan pada balita,

berhubungan pula pada praktek pemeliharaan kesehatan dan sanitasi

lingkungan yang akhirnya memhubungani asupan zat gizi yang

dibutuhkan untuk pemeliharaan tubuh serta pencegahan terhadap

penyakit infeksi yang kesemuanya berakibat pada gangguan

pertumbuhan.

2) Status Sosial

Status sosial khususnya di kalangan perempuan akan

berpengaruh besar terhadap derajat kesehatan anak dan keluarga.

14
Kualitas penduduk yang masih rendah yang terlihat dari tingkat

pendidikan, status ekonomi, pendapatan per kapita yang

mengakibatkan kemampuan untuk sehat masih rendah, banyak sikap

hidup yang mendorong timbulnya penyakit infeksi, kekurangan dan

kelebihan gizi. Perilaku gizi yang terjadi ditingkat keluarga, erat

kaitannya dengan status sosial ekonomi keluarga.

Sedangkan definisi Sosial Ekonomi adalah kedudukan atau

posisi seseorang dalam kelompok manusia yang di tentukan oleh jenis

aktivitas, ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, usia, jabatan,

kekayaan yang di miliki (Abdulsyani, 2002: Hlm.12).

3. Tinjauan Perilaku Kesehatan

a. Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2014).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Tingkat

pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan

(Notoatmodjo, 2014), yaitu:

1) Tahu (Know) adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari

15
sebelumnya .

2) Memahami (Comprehensio) adalah suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui

3) Aplikasi (Application) adalah kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari.

4) Analisis (Analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau objek kedalam komponen-komponen.

5) Sintesis (Synthesis) adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru.

6) Evaluasi (evalution) adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian suatu materi.

b. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

1) Faktor Internal

a) Umur

Bertambahnya usia seseorang dapat berpengaruh pada

pertambahanpengetahuan yang di peroleh, akan tetapi pada umur

tertentu atau pra usia lanjut kemampuan penerimaan atau

mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

b) Intelegensi

Intelegensi merupakan suatu faktor yang mempegaruhi hasil

dari proses belajar. Perbedaaan intelegensi seorang akan

berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuannya.

16
2) Faktor Eksternal

a) Pendidikan

Proses pembelajaran untuk mengembangkan atau

meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu

dapat berdiri sendiri. Dan tingkat pendidikan turut pula mudah

tidaknya seseorang memahami pengetahuan yang mereka peroleh.

b) Pengalaman

Suatu cara untuk memperoleh kebenaran suatu pengetahuan.

Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang di peroleh dalam memecahkan masalah yang di

hadapi pada masa lalu.

c) Informasi

Informasi juga berhubungan terhadap pengetahuan seseorang

meskipun seseorang mempunyai tindakan yang rendah tetapi

mendapatkan informasi yang baik dan benar dari berbagai media,

maka hal ini dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.

d) Lingkungan

Lingkungan memberikan perilaku sosial pertama, dimana

seserang dapat mempelajari hal-hal yang baik juga hal-hal yang

buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan

seseorang akan memperoleh pengalaman yang berhubungan pada

cara berfikir seseorang.

17
4. Balita

a. Pengertian Balita

Masa anak-anak merupakan masa kehidupan yang sangat penting

dan perlu perhatian yang serius. Masa ini berlangsung proses tumbuh

kembang yang sangat pesat yaitu pertumbuhaan fisik, perkembangan

psikomotorik, mental dan sosial. Salah satu faktor penting yang

mempengaruhi tumbuh kembang anak adalah faktor gizi. Kekurangan

gizi pada anak akan berdampak pada keterbatasan pertumbuhan,

kerentanan terhadap infeksi, dan akhirnya dapat menghambat

perkembangan anak sehingga anak perlu memperoleh gizi dari makanan

sehari-hari dalam jumlah yang tepat dan kualitas baik (Muaris dalam

Indriati R dkk, 2016: 48).

Beberapa kondisi atau anggapan yang menyebabkan anak balita ini

rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain :

1) Anak balita baru berada dalam masa transisi dari makanan bayi ke

makanan orang dewasa

2) Biasanya anak balita ini sudah mempunyai adik, atau ibunya sudah

bekerja sehingga perhatian ibu sudah berkurang

3) Anak balita sudah mulai main di tanah, dan sudah dapat main di luar

rumahnya sendiri, sehingga lebih terpapar dengan lingkungannya yang

kotor dan kondisi yang memungkinkan untuk terinfeksi dengan

berbagai macam penyakit

4) Anak balita belum dapat mengurus dirinya sendiri. Termasuk dalam

18
memilih makanan. Di pihak lain ibunya sudah tidak begitu

memperhatikan lagi makanan anak balita, karena dianggap sudah

dapat makan sendiri.

Balita membutuhkan zat-zat gizi untuk tumbuh kembang,

perbaikan atau pengganti sel-sel yang rusak, pengaturan tubuh, kekebalan

terhadap penyakit. Zat- zat gizi yang dibutuhkan diantaranya karbohidrat,

lemak, protein, vitamin dan mineral dengan jumlah kalori di dalam

makanan berdasarkan komposisi banyaknya zat gizi yang terkandung.

b. Pemenuhan status gizi balita

Peran gizi dalam pembangunan kualitas sumber daya manusia telah

dibuktikan dari barbagai penelitian. Gangguan gizi pada awal kehidupan

mempengaruhi kualitas kehidupan berikutnya. Gizi kurang pada balita

tidak hanya mempengaruhi gangguan pertumbuhan fisik, tetapi juga

mempengaruhi kualitas kecerdasan dan perkembangan dimasa

mendatang, oleh karena itu peran makanan yang bernilai gizi tinggi

sangat penting seperti pada makanan yang mengandung energi, protein

(terutama protein hewani), vitamin (vitamin B kompleks, vitamin C,

Vitamin A), dan mineral (Ca,Fe,Fosfor,Zn). Perhatian orang tua terhadap

makanan yang diberikan kepada anak harus bisa meningkatkan selera

makan anak. Pada umumnya anak-anak lebih menyukai makanan yang

bervariasi, bentuk-bentuk makanan yang lucu dan berwarna-warni, lebih

menyukai makan bersama teman sebayanya (Andriani dan Wirjatadi,

2012).

Masa balita merupakan masa kehidupan yang sangat penting dan

19
perlu perhatian yang serius. Pada masa ini berlangsung proses tumbuh

kembang yang sangat pesat yaitu pertumbuhan fisik dan perkembangan

psikomotorik, mental, dan sosial (Andriani dan Wirjatadi, 2012).

Ketidakseimbangan makanan pada pada masa balita akan

mengakibatkan kelainan fisik dan mental, yang dapat menghambat

perkembangan dan pertumbuhan balita selanjutnya. Untuk mendukung

hal ini berdasarkan masalah gizi dan kebutuhan gizi pada balita, pesan-

pesan gizi seimbang perlu dipahami dan disampaikan pada sasaran

(Andriani dan Wirjatadi, 2012):

1) Makanlah aneka ragam makanan untuk balita

Aneka ragam makanan adalah apabila setiap hidangan terdiri

dari minimal empat jenis bahan makanan yang terdiri dari bahan

makanan pokok, lauk-pauk, sayuran, dan buah-buahan yang

bervariasi. Akan lebih baik jika aneka ragam makanan tersebut

dikomsumsi setiap kali makan. Ketidaksukaan seseorang terhadap

makanan tertentu akan berdampak negatif terhadap pencapaian

keseimbangan gizi. Oleh karena itu, agar hal tersebut tidak terjadi

maka perkenalkan dan berikanlah aneka ragam makanan sejak usia

dini. Hendaknya berbagai jenis makanan diperkenalkan juga sejak

usia dini.

Komsumsi aneka ragam bahan makanan bagi balita dapat

menjamin kelengkapan zat gizi yang diperlukan tubuhnya, karena

setiap bahan makanan mengandung sumber zat gizi yang berbeda baik

jenis maupun jumlahnya. Kurangnya zat gizi pada bahan makanan

20
tertentu dapat dilengkapi oleh bahan makanan lainnya. Namun perlu

dipertimbangkan bahan makanan lain yang kurang menguntungkan

seperti es krim, kue-kue manis, permen, dan makanan ringan yang

banyak memakai bahan tambahan makanan.

2) Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi balita

Setiap balita dianjurkan makan dengan hidangan yang cukup

mengandung sumber zat tenaga dan energi, agar dapat melaksanakan

kegiatannya sehari-hari seperti bermain, belajar, rekreasi, dan kegiatan

lainnya. Kebutuhan energi dapat dipenuhi dengan mengkomsumsi

bahan makanan sumber karbohidrat, protein, dan lemak. Kecukupan

energi bagi balita sangat penting agar diperoleh pertumbuhan dan

perkembangan anak secara optimal. Kecukupan energi anak bagi

balita ditandai oleh berat badan yang normal. Mengetahui berat badan

normal balita dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS),

komsumsi energi yang kurang menyebabkan anak menjadi gemuk,

sebaliknya komsumsi energi yang kurang menyebabkan anak menjadi

kurus.

3) Gunakan garam beryodium untuk makanan balita

Garam beryodium adlah garam yang dikomsumsi setelah

ditambahkan dengan kalium yodat (KIO3) sebanyak-banyaknya 30-80

ppm. Yodium adalah salah satu mineral yang sangat penting bagi

tubuh manusia. Pada balita kekurangan yodium dapat menyebabkan

berbagai gangguan seperti gondok, gangguan pertumbuhan fisik dan

mental, serta menurunnya konsentrasi dan tingkat kecerdasan. Oleh

21
karena itu, untuk menghindari terjadinya akibat kekurangan yodium,

yakinkan pada orang tua balita untuk menggunakan garam garam

yodium pada makanan sesaat sesudahh masak.

4) Makanlah makanan sumber zat besi untuk balita

Zat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses

pembetukkan sel darah merah, yang secara alamiah diperoleh dari

makanan sehari-hari. Kekurangan zat besi dalam makanan sehari-hari

secara berkelanjutan dapat menimbulkan penyakit anemia gizi atau

yang dikenal masyarakat dengan penyakit kurang darah.

5) Biasakan makan pagi untuk balita

Sarapan atau makan pagi adalah makanan yang diberikan pada

pukul 06.30 WIB dalam bentuk makanan pokok dan lauk pauk atau

makanan atau kudapan. Kebiasaan makan pagi membantu balita untuk

memenuhi kebutuhan gizinya sehari-hari. Jumlah makanan yang

diberikan kurang lebih 1/3 dari makanan sehari. Jenis hidangan untuk

pagi dapat dipilih dan disusun sesuai dengan keadaan setempat.

Makan pagi secara teratur setiap hari dalam jumlah yang cukup amat

penting untuk memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya

tahan tubuh dan dapat meningkatkan kecerdasan anak. Apabila anak

tidak dibiasakan makan pagi akan mengalami kekurangan tenaga,

badan jadi lesu, keringat dingin, mengantuk, kurang konsentrasi, dan

kesadaran menurun. Para orang tua hendaknya memberikan contoh

yang baik yaitu membiasakan makan pagi, pada saat makan pagi

sebaiknya anak selalu ditemani oleh orang tua atau salah seorang

22
anggota keluarga. Untuk membiasakan anak yang belum biasa makan

pagi , perlu cara bertahap. Mula-mula diberikan dengan takaran

sedikit atau porsi kecil, secara bertahap porsi makanan ditambah

sesuai anjuran. Contoh makan pagi misalnya bubur ayam, bubur

kacang hijau, bubur manado, roti isi telur dadar, kudapan misalnya,

pisang goreng, lontong isi dan sebagainya.

6) Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya untuk balita

Air bersih adalah air bersih yang tidak berbau, tidak berwarna,

dan tidak berasa. Air minum adalah air bersih yang direbus sampai

mendidih serta disimpan dalam wadah yang bersih dan tertutup. Air

minum juga dibutuhkan oleh balita untuk mengatur keseimbangan

cairan dan garam mineral dalam tubuh untuk manggantikan cairan

tubuh yang keluar berupa keringat, air seni dan sebagainya. Untuk

memperlancar proses metabolisme dalam tubuh, balita dianjurkan

mengkomsumsi sedikitnya 4-6 gelas setiap hari, setiap gelasnya 200

cc.

7) Bacalah label pada makanan yang dikemas untuk balita.

Label makanan adalah keterangan atau pernyataan mengenai

pangan dalam bentuk gambar, tulisan, atau bentuk lain yang dilakukan

dalam berbagai cara untuk pemasaran dan/atau perdagangan makanan.

Tujuan pemberian label pada makanan yang dikemas adalah untuk

membantu calon konsumen dalam menentukan pilihannya sebelum

menggunakan. Keterangan dimaksud mencakup nama produk, daftar

bahan yang digunakan, berat bersih atau isi bersih, nama dan alamat

23
pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan kedalam wilayah

indonesia, indonesia, tanggal, bulan dan tahun produksi, dan

kedaluwarsa. Terhadap makanan dalam kemasan, sebelum

dikomsumsi balita sebaiknya orang tua meneliti label terlebih dahulu

apakah makanan mengandung bahan-bahan yang seharusnya dibatasi.

Pada masa ini balita ini balita perlu memperoleh zat gizi dari makanan

sehari-hari dalam jumlah yang tepat dan kualitas yang baik. Gizi

seimbang balita disusun berdasarkan 13 pesan dasar PUGS, bertujuan

sebagai pedoman petugas gizi puskesmas dalam meningkatkan

perbaikan gizi keluarga. Untuk mencegah terjadinya berbagai

gangguan gizi dan masalah psikososial, diperlukan adanya perilaku

penunjang dari para orang tua, ibu atau pengasuh dalam keluarganya

untuk selalu memberikan makanan dengan gizi seimbang kepada

balitanya. Perlu diketahui bahwa yang dimaksud dengan gizi

seimbang adalah makanan yang dikomsumsi balita dalam satu hari

yang beraneka ragam dan mengandung zat tenaga, zat pembangunan,

dan zat pengatur sesuai dengan kebutuhan tubuhnya. Keadaan ini

tercermin dari derajat kesehatan dan tumbuh kembang balita yang

optimal (Andriani dan Wirjatadi, 2012).

Balita dalam proses tumbuh kembangnya ditentukan oleh

makanan yang dimakan sehari-hari. Kebutuhan gizi balita dipengaruhi

oleh umur, jenis kelamin, kegiatan, dan suhu lingkungan udara dingin

atau panas. Kebutuhan gizi tersebut terdiri dari (Depkes RI,dalam

Andriani dan Wirjatadi, 2012:218) :

24
a) Energi

b) Protein

c) Lemak

d) Vitamin

Angka kecukupan gizi rata-rata yang di anjurkan bagi anak

dapat dilihat pada tabel berikut ini (Setiyani, 2016):

Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi Rata-Rata yang Dianjurkan Bagi


Anak
Protein Vitamin Besi Kalsium
Kelompok usia Energi (kkal)
(gram) (A) (mg) (mg)
1-3 tahun 1.000 25 400 8,2 500
4-6 tahun 1.550 39 450 9 500
Sumber: Setiyani, 2016

Berdasarkan angka kecukupan gizi (AKG ) yang dikeluarkan dalam

widya karya nasional pangan dan gizi (WKNPG) tahun 1998, umur

dikelompokkan 0-6 bulan, 7-12 bulan, 1-3 tahun, 4-6 tahun dan 7-12 tahun,

dengan catatan pengelompokkan di atas tidak membedakkan jenis kelamin.

Selanjutnya menurut takaran konsumsi makanan sehari (Wirjatmadi, 2012):

25
Tabel 2.2 Takaran Komsumsi Makanan Sehari
Kel. Umur Bentuk makanan Frekuensi makan
0-4 bulan ASI eklusif Sesering mungkin
4-6 bulan Makanan lumat 2x sehari
2 sendok makan setiap kali
6 – 12 bulan makanan lembek 3 x sehari
Plus 2x makanan selingan
1-3 tahun Makanan keluarga 3x sehari
1 - 1½ piring nasi/pengganti
2 – 3 potong lauk hewani
1 – 2 potong lauk nabati
½ mangkuk sayur
2 – 3 potong buah-buah
1 gelas susu
4-6 tahun 1 – 3 piring nasi/pengganti 3 x sehari
2 – 3 potong lauk hewani
1 – 2 potong lauk nabati
1 - 1½ mangkuk sayur
2 – 3 potong buah-buahan
1 – 2 gelas susu
Sumber: Depkes RI dalam andriani wirjatmadi (2012)

Menurut Marmi dan Rahardjon (2015) pencegahan gizi kurang yang

dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

1) Mencuci tangan hingga bersih (memakai sabun) setelah buang air besar

dan buang air kecil atau sebelum makan dan sesudah makan

2) Makan makanan yang bersih dan higienis

3) Membuang sampah pada tempatnya

4) Menghindarkan diri dari kondisi lingkungan yang tidak bersih

5) Makan secara teratur dan tepat waktu

6) Memperbanyak makanan yang mengandung karbohidrat protein

7) Menimbang berat badan setiap bulan

26
Berikut cara menimbang balita dengan menggunakan dacin yang biasa

menggunakan istilah 9 (sembilan) langkah penimbangan :

Langkah 1 : Gantungkan dacin pada dahan pohon, palang rumah atau

penyanggah khusus yang sudah dibuat sebelumnya, serta pasang tali

pengaman pada ujung batangan dacin. Pastikan posisi batang dacin harus

sejajar dengan mata orang yang akan membaca hasil penimbangan.

Langkah 2 : Periksa apakah dacin sudah tergantung kuat. Cara untuk

memeriksa ialah dengan cara menarik dacing kuat-kuat ke bawah. Hal

tersebut sangat penting karena berhubungan dengan keselamatan balita yang

akan ditimbang. Jika dacin tidak tergantung kuat dan terjadi insiden dimana

dacin terlepas dan menimpa balita yang ditimbang.

Langkah 3 : Geser bandul dacin pada angka nol.

Langkah 4 : Pasang sarung timbang.

Langkah 5 : Seimbangkan dacin dengan cara menggantung kantong (bisa

terbuat dari kantong plastic atau kain yang dibuat khusus) yang berisi pasir

pada ujung batang dacin. Penggunaan pasir dimaksudkan agar proses

penyeimbangan dapat dilakukan dengan mudah, kalau tidak ada pasir, beras

atau jagung juga boleh.

Langkah 6 : Masukkan balita ke dalam sarung timbang dan seimbangkan

dacin. Hal-hal yang perlu di perhatikan sebelum Anda memasukan balita ke

dalam sarung timbang ialah pastikan pakaian yang digunakan anak

seminimal mungkin, lepaskan sepatu, kaos kaki, pempers, dll. Tindakan

tersebut bertujuan agar barang-barang tersebut tidak mempengaruhi berat

badan balita yang sesungguhnya. Pada bagian ini dibutuhkan keterampilan

27
dan kesabaran seorang kader posyandu untuk membaca hasil penimbangan,

karena umumnya balita akan meronta dan membuat dacin sulit untuk

diseimbangkan.

Langkah 7 : Tentukan berat badan balita dengan membaca angka yang

terdapat pada ujung bandul geser.

Langkah 8 : Catat hasil penimbangan.

Langkah 9 : Geser kembali bandul geser ke angka nol, letakkan batang

dacin pada tali pengaman, selanjutnya keluarkan anak pada sarung timbang.

Selain itu ada juga tindakan yang dapat dilakukan orang tua untuk

menghindari anak tidak nafsu makan atau untuk meningkatkan nafsu makan

anak. Dengan mengetahui jika nafsu makan anak digerakkan oleh jumlah

makanan yang dibutuhkan tubuh, orangtua seharusnya menjaga nafsu

makan anak dan memastikan anak mendapatkan kebutuhan tubuhnya. Para

ahli psikologi anak sama sekali tidak menyarankan anak dipaksa untuk

makan apapun penyebabnya, karena semakin dipaksa anak akan semakin

memberontak.

Lalu tindakan apa yang sebaiknya dilakukan orang tua untuk

membuat anak mau makan dan tidak kekurangan sumber energi yang

dibutuhkan tuibuhnya. Berikut beberapa saran yang dapat anda lakukan jika

menghadapi anak yang sulit makan” (Setyawati dan Hartini, 2018):

a) Kurangi kudapan atau tidak memberikan kudapan sama sekali antara jam

makan. Termasuk disini adalah pemberian susu kepada anak. Bagi anak

yang memiliki nafsu makan sangat baik, pemberian kudapan maupun

susu diantara jam makan masih diperbolehkan, tetapi harus dilakukan

28
dengan jadwal tetap dan dosis tepat sehingga tidak terjadi obesitas.

Menghidangkan menu yang bervariasi. Sama seperti orang dewasa, jika

hampir setiap hari diberikan menu yang sama, maka anak akan merasa

bosan (meskipun menu yang diberikan merupakan menu favorit anak

tersebut). Oleh karena itu, orang tua harus jeli dan pintar untuk

memberikan menu yang bervariasi kepada anak. Misalnya: jika anak

sering diberi ikan cobalah mengganti ikan dengan ayam atau daging atau

dapat pula diganti cara memasaknya.

b) Mempercantik tampilan makanan. Contohnya, dalam sebuah iklan di TV,

ada orangtua yang menghidangkan nasi goreng dengan dengan diberi

gambar wajah, mata yang terbuat dari tomat, bibir dari sosis, dan dan

hidung dari ketimun. Penampilan nasi goreng yang seperti ini akan lebih

menarik perhatian bagi anak daripada nasi goring yang terhidang begitu

saja dipiring tanpa hiasan. Saat anak merasa sedang merasa sedih,

cobalah untuk terlebih dahulu membuat perasaan anak lebih baik dengan

menunjukkan kasih sayang dan mencoba mengerti penyebab mengapa

anak merasa sedih.

29
B. KERANGKA TEORI

Status Gizi Balita

Asupan Gizi Penyakit Infeksi

Ketersediaan
Pangan Perilaku/ Pelayanan
Asuhan Ibu Kesehatan
.

Pendidikan Rendah, Pengetahuan, Ketersediaan


Pangan, Kesempatan Kerja dan Pendapatan

Krisis Sosial Ekonomi

Gambar 2.2: Kerangka Teori

Penyebab Masalah Gizi Kurang (Sumber Management of Severe Malnutrition

WHO, 2000)

30
C. KERANGKA KONSEP

Sosial Ekonomi
Keluarga

Status Gizi Balita

Pengetahuan Ibu
Tentang Gizi

Gambar 2.3: Kerangka Konsep Penelitian

31
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif

observasional analitik. Penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian

observasional analitik, yaitu mengamati suatu fenomena antara faktor

risiko dengan faktor efek, kemudian melakukan analisis untuk mengetahui

seberapa jauh kontribusi suatu faktor terhadap adanya suatu kejadian

tertentu (Notoatmojo, 2010).

Desain penelitian menggunakan studi potong lintang (cross

sectional) yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi

antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan observasi

atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat, yaitu tipe subjek

penelitian hanya diobservasi sekali saja dimana variabel-variabel yang

termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama (Notoatmodjo,

2010).

32
B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini di laksanakan di Kampung Kamorfuar Distrik Samofa

Kabupaten Biak Numfor pada Bulan Agustus alasan pemilihan lokasi ini

adalalah karena dari apa yang di temui di lapangan membuktikan bahwa

terdapat bayak balita dan juga terdapat ibu muda yang tidak menyelesaikan

pendidikan di Kampung Kamorfuar Distrik Samofa Kabupaten Biak Numfor.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh balita yang berada di Kampung

Kamorfuar Kabupaten Biak Numfor yang terdata dalam Monografi

Kampung Kamorfuar pada bulan Januari-Juli tahun 2021 yaitu sebanyak 59

balita.

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan

sampling jenuh yaitu teknik pengambilan sampel bila semua anggota

populasi di gunakan sebagai sampel. Hal ini bisa di lakukan jika populasi

relatif kecil.

Jumlah sampel yang di ambil dalam penelitian ini sebanyak 54 sampel.

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu di penuhi oleh

setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo,

2012).

1. Kriteria inklusi responden pada penelitian ini adalah :

33
a) Ibu yang memiliki balita dan bersedia menjadi responden

b) Merupakan penduduk asli Kamorfuar yang tinggal dan menetap ≥6 bulan

c) Ibu yang memiliki balita 24-57 bulan

2. Kriteria inklusi sampel pada penelitian ini

a) Balita tidak dalam keadaan sakit

b) Balita yang berada di posyandu pada saat penelitian di lakukan

c) Merupakan penduduk asli Kamorfuar yang tinggal dan menetap ≥6

bulan

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat di

ambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012).

1. Kriteria ekslusi responden dalam penelitian ini adalah :

a) Ibu yang tidak memiliki balita

b) Ibu yang tidak berada di posyandu saat penelitian di lakukan

c) Ibu yang tidak tinggal di Kampung Kamorfuar

d) Penduduk yang tidak tinggal dan menetap di Kampung Kamorfuar < 6

bulan

2. Kriteria ekslusi sampe dalam penelitian ini adalah :

a) Balita yang sedang sakit atau menderita penyakit saat di lakukan penelitian

b) Balita yang tidak berada di posyandu saat penelitian di lakukan

c) Balita yang tidak tinggal di Kampung Kamorfuar

34
d) Penduduk yang tidak tinggal dan menetap di Kampung Kamorfuar < 6

bulan

35
D. Definisi Oprasional Penelitian dan Skala Pengukuran

Tabel 3.1 Definisi Oprasional Penelitian dan Aspek Pengukuran


No Variabel Definisi Oprasional Pengukuran Kriteria Penilaian Skala Ukur
1 Status Sosial a. Jenjang pendidikan yang di peroleh sesuai Kuesioner Kriteria Pendidikan Ibu Ordinal
Ekonomi ijazah terakhir ibu 1. Rendah jika SD/Tidak tamat SD,
Keluarga b. Pendapatan keluarga untuk memenuhi SMP/Tidak tamat SMP, tidak tamat
kebutuhan hidup keluarga sehari-hari, SMA, Tidak sekolah.
UMR Kab.Biak 2021 (Rp. 3.516.700;) 2. Tinggi jika tamat SMA/PT.
c. Jumlah Keseluruhan Anggota Keluarga
dalam satu Rumah Kriteria Pendapatan Keluarga Ordinal
1. Rendah jika pendapatan di bawah
KIKMIOKOLUMR Kab.Biak 2021
<Rp.3.516.700;
2. Tinggi jika Melebihi UMR
Kab.Biak 2021 >Rp. 3.516.700;
Ordinal
Kriteria Jumlah Anggota Keluarga
1. Tinggi jika ≥ 5 orang
2. Rendah jika < 5 orang

Kriterian penilaian
1. Tinggi, jika total skor ≥2
2. Rendah, jika total skor <2 (Momuat
dkk, 2017)

36
2 Pengetahuan Hal-hal yang berkaitan dengan gizi dan harus Kuesioner 1. Baik, jika 56% - 100% jawaban Ordinal
ibu di ketahui oleh ibu balita, seperti makanan benar
sumber zat gizi, kebutuhan zat gizi pada balita. 2. Kurang, jika ≤ 55% jawaban benar
(Arikunto, 2002).

3 Status gizi Keadaan gizi balita yang di nilai berdasarkan timbangan dacin Ordinal
balita perhitungan Z score BB/U, dengan dengan kapasitas Status Gizi Balita BB/U
menggunakan Kemenkes 25 kg dengan 1. Gizi Kurang Z Score -3SD s/d -2SD
No.1995/MENKES/SK/XII/2010 tingkat ketelitian 2. Gizi Baik jika Z score -2SD s/d
0,1 kg dan tabel 2SD
BB menurut
U, pada balita
(Kemenkes, 2010)

37
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden tentang hal-hal yang diketahui (Arikunto,

2002).

Kuesioner yang digunakan terdiri dari :

a. Identitas, berisikan identitas responden meliputi nama responden, alamat,

umur, pendidikan terakhir, pendapatan perbulan, serta identitas balita yang

meliputi nama balita, jenis kelamin, umur, berat badan, status gizi.

b. Pengetahuan tentang gizi balita berisikan soal–soal, melalui kuesioner.

Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup dengan jawaban benar

diberi nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai 0. Untuk mendapatkan skor

dilakukan perhitungan dengan rumus :

Jumlah jawaban benar


Skor x100%
Jumlah pertanyaan

Kemudian hasil dari perhitungan presentase ini akan dikategorikan menurut

skala ordinal menjadi tiga kategori, yaitu:

1) Baik : 56% - 100% jawaban benar


2) Kurang : ≤ 55% jawaban benar

(Arikunto, 2002).

38
E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang

kebenarannya masih harus di uji secara empiris (Suryabrata, 2016). Hipotesis

dalam penelitian ini adalah:

1. Ho: Tidak ada Hubungan antara Status Sosial Ekonomi Keluarga pada

Status Gizi Balita di Kampung Kamorfuar Kabupaten Biak Numfor

H1: Ada Hubungan antara Status Sosial Ekonomi Keluarga pada Status Gizi

Balita di Kampung Kamorfuar Kabupaten Biak Numfor

2. Ho: Tidak ada Hubungan antara Pengetahuan pada Status Gizi Balita di

Kampung Kamorfuar Kabupaten Biak Numfor

H1: Ada Hubungan antara Pengetahuan Ibu pada Status Gizi Balita di

Kampung Kamorfuar Kabupaten Biak Numfor

F. Alat dan Cara Penelitian

1. Alat Yang Digunakan


a. Alat Instrumen Penelitian
1) Buku catatan
2) program Komputer
3) Kuesioner
4) Timbangan dacing
5) Kamera
b. Instrumen Penelitian Yang Digunakan

Instrument yang di gunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner

yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan sosial

ekonomi keluarga dan pengetahuan.

39
Formulir Identitas Responden meliputi: meliputi nama responden,

alamat, umur, pendidikan terakhir, pendapatan perbulan, serta identitas

balita yang meliputi nama balita, jenis kelamin, umur, berat badan, serta

status gizi.

1) Kuesioner Pengetahuan Ibu

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu balita.

2. Teknik Pengumpulan Data

Data diperoleh dari balita dan ibu balita saat posyandu Kamorfuar,

Pengumpulan data dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama untuk

mengumpulkan data berat badan balita dengan melakukan

penimbangan. Tahap kedua mengumpulkan data pengetahuan ibu

tentang gizi balita yang diperoleh dari kuesioner yang di isi oleh ibu

balita.

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a) Editing

Melakukan pekerjaan meneliti atau menyunting data yang

diperoleh sehingga apabila ada kesalahan segera dapat dibenahi, meliputi

kelengkapan jawaban dari pertanyaan yang disediakan, kesesuaian

jawaban dengan pertanyaan yang disediakan, pengukuran terhadap balita.

b) Tabulating

Menyusun data dalam bentuk tabel silang yaitu table distribusi

frekuensi yang digunakan untuk mencari hubungan antara variabel

40
dalam suatu penelitian.

2. Analisis data

Untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini, data di analisis

secara statistik menggunakan program Statistical Package for Social

Science (SPSS).

a. Analisi Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik

setiap variabel penelitian. Analisis univariat dalam penelitian ini

menggunakan distribusi frekuensi yang bertujuan untuk mengidentifikasi

karakteristik setiap variabel penelitian. Adapun variabel yang di analisis

adalah sosial ekonomi, pengetahuan dan status gizi balita.

b. Analisis Bivariat

Analisis data bivariat dilakukan untuk melihat apakah ada

hubungan yang bermakna antara variabel dependen dengan

menggunakan Uji Chi Square untuk menganalis status sosial ekonomi,

pengetahuan dan gizi balita.

Melalui uji statistik chi square akan diperoleh nilai P, dimana

dalam penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,05.

Penelitian antara dua variabel dikatakan berhubungan jika mempunyai

nilai P < 0,05 dan dikatakan tidak berhubungan jika mempunyai nilai P >

0,05. Metode ini digunakan untuk mendapatkan probabilitas

kejadiaannya. Jika P value > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak

yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara kedua variabel

tersebut. Sebaliknya jika P value < 0,05 maka H0 ditolak dan H1

41
diterima yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara kedua

variabel tersebut.

42
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran umum lokasi penelitian

1. Kampung Kamorfuar Kabupaten Biak Numfor

Pada mulanya Kampung Kamorfuar adalah bagian dari Kelurahan

Brambraken Distrik Samofa kemudian pada tahun 2010 di usulkan

kemudian di kepada Kementrian Dalam Negri Republik Indonesia melalui

Bupati Kabupaten Biak Numfor, Berdirinya Kampung Kamorfuar pada

Tanggal 25 Oktober 2012, mayoritas penduduk asli Kampung Kamorfuar

terdiri dari 3(tiga) marga yaitu : Randongkir, Sada, Rumbiak serta penduduk

lain yang berdomisili di Kampung Kamorfuar. Kampung Kamorfuar berada

dalam wilayah kerja Puskesmas Ridge Kapupaten Biak Numfor.

Kampung Kamorfuar berada di Distrik Samofa Kabupaten Biak

Numfor dengan luas wilayah 30,5 ha.

a. Sebelah Utara : Kampung Maryendi

b. Sebelah selatan : Kampung Brambaken

c. Sebelah Timur : Kampung Mandouw

d. Sebelah Barat : Kelurahan Brambaken

43
B. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

a. Karakteristik Responden

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Kampung


Kamorfuar Kabupaten Biak Numfor
Variabel n %
Umur (Ibu)
1. 19-28 24 44,4
2. 29-38 28 51,9
3. > 38 2 3,7
Total 54 100
Tingkat Pendidikan (Ibu)
1. Tamat SD 11 20,4
2. Tamat SMP 21 38,9
3. Tamat SMA 16 29,6
4. Tamat PT 6 11,1
Total 54 100
Pekerjaan (Ibu)
1. Tidak Bekerja/IRT 27 50,0
2. PNS 5 9,3
3. Buruh/Tani 9 16,7
4. Wiraswasta 13 24,1
Total 54 100
Pendapatan Keluarga
1. < Rp. 4.200.000; 39 72,2
2. ≥ Rp. 4.200.000; 15 27,8
Total 54 100
Jumlah Anggota Keluarga
1. ≥ 5 Orang 36 66,7
2. < 5 Orang 18 33,3
Total 54 100
Sumber: Data Primer, 2021

Tabel 4.1 menunjukkan karakteristik responden, di lihat dari umur

ibu menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur 29-38 tahun

yaitu sebanyak 28 orang (51,9%). Berdasarkan tingkat pendidikan

responden yang terbanyak adalah tamat SMP sebanyak 21 orang

(38,9%). Pekerjaan responden yang terbanyak adalah tidak bekerja (IRT)

sebanyak 27 orang (50,0%). Sebagian besar responden memiliki

44
pendapatan keluarga di bawah UMR (upah minimum regional)

Kabupaten Biak Numfor tahun 2020 yaitu sebanyak 39 orang (72,2%).

Berdasarkan umur balita sebagian besar berumur 24-36 bulan yaitu

sebanyak 25 balita (46,3%). Berdasarkan jenis kelamin lebih dominan

pada balita perempuan sebanyak 28 balita (51,9%).

b. Karakteristik Sampel

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel di Kampung


Kamorfuar Kabupaten Biak Numfor
Variabel n %
Umur Balita (Bulan)
1. 24-36 25 46,3
2. 37-48 16 29,6
3. 49-60 13 24,1
Total 54 100
Jenis Kelamin Balita
1. Laki-Laki 26 48,1
2. Perempuan 28 51,9
Total 54 100
Sumber: Data Primer, 2021

Tabel 4.2 menunjukkan karakteristik sampel, di lihat dari umur

balita menunjukkan bahwa sebagian besar balita berumur 24-36 bulan

yaitu sebanyak 25 balita (46,3%). Berdasarkan jenis kelamin lebih

dominan pada balita perempuan sebanyak 28 balita (51,9%).

45
c. Distribusi Frekuensi

1) Sosial Ekonomi Keluarga

Tabel 4.3 Analisis Distribusi Frekuensi Variabel Sosial Ekonomi


Keluarga dengan Status Gizi Balita
Status Gizi Balita
Sosial Ekonomi Kurang Baik
n % n %
Rendah 12 36,4 21 63,6
Tinggi 1 4,8 20 95,2
Total 13 100 41 100
Sumber: Data Primer, 2021

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa kategori sosial ekonomi keluarga

lebih dominan pada sosial ekonomi rendah dengan status gizi kurang

sebanyak 12 balita (36,4%) dan status gizi bailk sebanyak 21 balita

(63,6%).

2) Pengetahuan Ibu

Tabel 4.4 Analisis Distribusi Frekuensi Variabel Pengetahuan Ibu

Status Gizi Balita


Pengetahuan Kurang Baik
n % n %
Kurang 9 40,9 13 59,1
Baik 4 12,5 28 87,5
Total 13 100 41 100
Sumber: Data Primer, 2021

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa kategori pengetahuan ibu lebih

dominan pada pengetahuan baik dengan status gizi kurang sebanyak 4

balita (12,5%) dan status gizi baik sebanyak 28 balita (87,5).

46
2. Analisis Bivariat

a. Hubungan antara Sosial Ekonomi Keluarga dengan Status Gizi Balita di

Kampung Kamorfuar Kabupaten Biak Numfor.

Tabel 4.5 Hubungan antara Sosial Ekonomi Keluarga dengan Status Gizi
Balita
Status Gizi Blita
Total
Sosial ekonomi Kurang Baik
n % n % n %
Rendah 12 36,4 21 63,6 33 100
Tinggi 1 4,8 20 95,2 21 100
Total 13 100 41 100 54 100
P-Value = 0,020; RP = 7,636; 95% CI = (1,070-54,499)
Sumber: Data Primer; 2021

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 33 responden kategori sosial

ekonomi keluarga lebih dominan pada sosial ekonomi rendah dengan

status gizi kurang sebanyak 12 balita (36,4%) dan status gizi baik

sebanyak 21 balita (63,6%). Sedangkan dari 21 responden kategrori

sosial ekonomi keluarga tinggi dengan status gizi kurang sebanyak 1

balita (4,8%) dan status gizi baik sebanyak 20 balita (95,2%).

Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi-square variabel sisoal

ekonomi keluarga dengan variabel terkait di peroleh p-value = 0,020 < a

(0,05), rasio prevalensi (RP) = 7,636 dan 95%CI = (1,070-54,499). Hal

ini menunjukkan bahwa secara statistik terdapat hubungan antara sosial

ekonomi keluarga dengan status gizi balita di Kampung Kamorfuar

Kabupaten Biak Numfor. Nilai RP pada variabel ini adalah 7,636 yang

dapat di interpretasikan bahwa responden yang memiliki sosial ekonomi

47
rendah berisiko mengalami status gizi kurang sebesar 7,636 kali di

banding responden yang memiliki sosial ekonomi tinggi rentang nilai

pada tingkat kepercayaan (CI) = 95% dengan nilai batas bawah = 1,070

dan nilai batas atas = 54,499 yang tidak mencakup nilai satu sehingga

besar risiko tersebut dikatakan siknifikan.

b. Hubungan antara Pengetahuan Ibu dengan Status Gizi Balita di Kampung

Kamorfuar Kabupaten Biak Numfor.

Tabel 4.6 Hubungan antara Pengetahuan Ibu dengan Status Gizi Balita
Status Gizi Blita
Total
Pengetahuan ibu Kurang Baik
n % n % n %
Kurang 9 40,9 13 59,1 22 100
baik 4 12,5 28 87,5 32 100
Total 13 100 41 100 54 100
P-Value = 0,038; RP = 3,273; 95% CI = (1,151-9,308)
Sumber: Data Primer, 2021

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 32 responden kategori

pengetahuan ibu lebih dominan pada pengetahuan baik dengan status

gizi kurang sebanyak 4 balita (12,5%) dan status gizi baik sebanyak

28 balita (87,5%). Sedangkan dari 22 responden kategrori

pengetahuan ibu kurang dengan status gizi kurang sebanyak 9 balita

(40,9%) dan status gizi baik sebanyak 13 balita (59,1%).

Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi-square variabel

pengetahuan ibu dengan variabel terkait di peroleh p-value = 0,038 < a

(0,05), rasio prevalensi (RP) = 3,273 dan 95%CI = (1,151-9,308). Hal ini

menunjukkan bahwa secara statistik terdapat hubungan antara

48
pengetahuan ibu dengan status gizi balita di Kampung Kamorfuar

Kabupaten Biak Numfor. Nilai RP pada variabel ini adalah 3,273 yang

dapat di interpretasikan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan kurang,

maka balitanya berisiko mengalami status gizi kurang sebesar 3,273 kali

di banding responden yang memiliki sosial ekonomi tinggi rentang nilai

pada tingkat kepercayaan (CI) = 95% dengan nilai batas bawah = 1,151

dan nilai batas atas = 9,308 yang tidak mencakup nilai satu sehingga

besar risiko tersebut dikatakan siknifikan.

49
C. Pembahasan

1. Analisis Bivariat

a. Sosial Ekonomi Keluarga

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara sosial ekonomi keluarga dengan status

gizi balita dengan nilai p-value = 0,020 < α (0,05), RP = 7,636 dan

95%CI = (1,070-54,499). Maka H0 di tolak dan H1 di terima yang

artinya ada hubungan yang bermakna antara sosial ekonomi keluarga

dengan status gizi balita.

Penelitian ini sejalan dengan Joni Periade (2017) bahwa terdapat

hubungan yang bermakna secara statistik antara status sosial ekonomi

keluarga dengan status gizi balita di mana nilai p-value = 0,000<0,05.

Status sosial ekonomi keluarga dapat memengaruhi perubahan status gizi

balita, penyediaan makanan bergizi sering kali membutuhkan dana yang

tidak sedikit, dengan kata lain keluarga dengan status sosial ekonomi

rendah biasanya kesulitan dalam penyedian makanan bergizi sebaliknya

keluarga dengan status sosial ekonomi tinggi akan lebih mudah untuk

menyediakan makanan yang bergizi (Irianto, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 33 responden

kategori sosial ekonomi keluarga lebih dominan pada sosial ekonomi

rendah dengan status gizi kurang sebanyak 12 balita (36,4%) dan status

gizi baik sebanyak 21 balita (63,6%) Status gizi balita sangat

berhubungan dengan faktor sosial ekonomi, sementara itu kondisi sosial

ekonomi keluarga tergantung dari pekerjaan kedua orang tuanya, ibu

50
yang bekerja memiliki waktu yang sedikit untuk mengasuh anaknya di

banding ibu yang tidak bekerja. sehingga akan berpengaruh pada asupan

gizi seimbang yang di terima oleh anak. Faktor-faktor yang berhubungan

dengan status gizi balita tidak hanya di lihat dari status pekerjaan ibu atau

keluarga saja, namun masih banyak faktor lain misalnya pendapatan

keluarga, pendidikan ibu, pelayanan kesehatan, usia orang tua, kondisi

fisik anak dan asupan makan (Nafi’ah, 2015).

Menurut hasil pengematan yang di lakukan peneliti ketika berada

dilokasi penelitian variabel ini berhubungan di sebabkan oleh status

sosial ekonomi keluarga yang tergolong rendah sebesar 61%, status

sosial ekonomi ini di lihat dari tiga faktor yaitu dari tingkat pendidikan

responden yang rendah sebesar 59,3%, pendapatan keluarga yang masih

di bawah UMR sebesar 72,2%, dan jumlah anggota keluarga ≥5 orang.

Ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan mempunyai

pengetahuan luas dan lebih memahami makanan yang baik, serta

keragaman bahan makanan untuk anaknya. Hal ini menunjukkan bahwa

dampak jenjang pendidikan yang rendah akan menyebabkan ibu kurang

memahami mengenai pentingnya gizi dan menyerap informasi kesehatan

dari pada ibu yang memiliki pendidikan tinggi akan lebih mudah

menerima, memahami dan dapat mengaplikasikan di keluarganya karena

mempunyai pengetahuan yang luas. Pengetahuan mengenai status gizi

merupakan hal yang penting untuk diketahui para ibu karena dapat

mengarahkan untuk melakukan pemantauan pertumbuhan dan

perkembangan balita, dengan memberikan makanan yang sesuai dengan

51
kebutuhan gizi balita sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi

status gizi balita. Pengetahuan memfasilitasi seseorang untuk

mendapatkan informasi yang bermanfaat dan menerapkan gaya hidup

sehat. Pentingnya pemenuhan gizi yang memadai didasarkan pada tiga

fakta empiris, yaitu:

a) status nutrisi yang cukup, nutrisi diperlukan untuk pertumbuhan yang

optimal baik fisik maupun mental dalam jangka waktu yang lama dan

memiiki kesadaran tentang cara mengolah dan mengkonsumsi

makanan yang mengandung nutrisi mengingat bahwa balita rentan

terhadap kekurangan gizi.

b) Pengetahuan yang tidak memadai dan praktik-praktik yang tidak tepat

merupakan hambatan signifikan terhadap peningkatan gizi ekonomi

(Widyanata dkk, 2020).

c) Pendapatan keluarga dapat didefiniskan jumlah uang yang didapatkan

oleh seluruh anggota keluarga dari hasil kerja selama periode tertentu.

Pendapatan dapat berupa gaji, upah, tunjangan, dan pensiun. Keluarga

yang memiliki pendapatan rendah berisiko menurunkan status gizi

balita jika dibandingkan dengan keluarga berpendapatan tinggi.

Konsumsi harian keluarga dapat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan

keluarga. Keluarga berpendapatan rendah cenderung membeli

makanan dengan lebih memperhatikan nilai ekonomi dibandingkan

nilai gizi sehingga asupan yang berasal dari makanan tidak dapat

memenuhi kecukupan zat gizi, pendapatan dapat menentukan

52
makanan yang dikonsumsi oleh keluarga termasuk balita berdasarkan

jumlah dan jenisnya (Lutfi Afifah, 2019).

d) Jumlah anggota keluarga dalam satu keluarga juga mempengaruhi

status gizi, jumlah anggota keluarga yang melebihi anjuran yaitu 3

anak saja dalam satu keluarga di tambah dengan status ekonomi yang

sudah rendah maka akan menimbulkan kekurangan pangan dalam

keluarga tersebut sehingga berpengaruh terhadap status gizi balita.

b. Pengetahuan Ibu

Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan

signifikan antara pengetahuan ibu dengan status gizi balita dengan

nilai p-value =0,038 < a (0,05), rasio prevelensi (RP) = 3,273 dan

95%CI = (1,151-9,308). Maka H0 di tolak dan H1 di terima yang

artinya ada hubungan yang bermakna antara sosial ekonomi keluarga

dengan status gizi balita.

Penelitian ini sejalan dengan Hendrayanti ddk (2018) ada

hubungan antara pengetahuan ibu dengan status gizi balita dengan

nilai (p-value = 0,002 < 0,05). Pengetahuan gizi ini memiliki peran

yang penting karena dengan memiliki pengetahuan yang cukup

khususnya tentang kesehatan, seseorang dapat mengetahui berbagai

macam gangguan kesehatan yang mungkin akan timbul sehingga

dapat di cari pencegahannya (Notoatmodjo, 2003).

Berdasarkan penelitian yang di lakukan bahwa dari 32

responden kategori pengetahuan ibu lebih dominan pada pengetahuan

baik dengan status gizi kurang sebanyak 4 balita (12,5%) dan status

53
gizi baik sebanyak 28 balita (87,5%). Tingkat pengetahuan ibu

tentang gizi balita sangat mempengaruhi keadaan gizi balita

tersebut karena ibu adalah seorang yang paling besar

keterikatannya terhadap anak. Kebersamaan ibu dengan anaknya

lebih besar dibandingkan dengan anggota keluarga yang lain

sehingga lebih mengerti segala kebutuhan yang dibutuhkan anak,

pengetahuan yang dimiliki ibu menjadi kunci utama kebutuhan

gizi balita terpenuhi. Pengetahuan yang didasari dengan pemahaman

yang baik dapat menumbuhkan perilaku baru yang baik pula.

Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi yang dipahami dengan

baik akan diiringi dengan perilaku pemberian makanan bergizi bagi

balita.

Selain itu pola pengasuhan sangat berkontribusi terhadap status

gizi anak. Salah satu pola yang berhubungan dengan status gizi anak

adalah pola asuh makan. Pola pengasuhan anak dalam pemberian

makan sehari-hari ditentukan oleh tingkat pendidikan dan

pengetahuan ibu tentang gizi balita. Sebagian besar kejadian gizi

kurang dapat dihindari apabila ibu sebagai orang yang paling dekat

dengan anak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang gizi.

Pengetahuan yang harus diketahuan oleh ibu adalalah tentang

kebutuhan gizi, cara pemberian makan, jadwal pemberian makan pada

balita, sehingga akan menjamin anak dapat tumbuh dan berkembaang

dengan optimal

54
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang di lakukan

Mahardika (2012) bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu

dengan status gizi balita (p=0,110) hal ini di karenakan pengetahuan

merupakan penyebab tidak langsung gannguan gizi pada balita, masih

ada faktor langsung seperti pola konsumsi, penyakit infeksi dan faktor

sosial.

D. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini juga di lakukan dalam masa pandemi Covid-19 sehingga

banyak kesulitan dalam melakukan penelitian di antaranya mulai dari

pengurusan berkas-berkas agar peneliti di katakana layak untuk berinteraksi

langsung dengan para responden untuk melakukan penelitian, peneliti hanya

dapat melakukan penelitian di posyandu terkait.

55
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kategori sosial ekonomi keluarga

lebih dominan pada sosial ekonomi rendah dengan status gizi kurang

sebanyak 12 balita (36,4%) dan status gizi bailk sebanyak 21 balita

(63,6%), sedangkan pada kategori pengetahuan ibu lebih dominan pada

pengetahuan baik dengan status gizi kurang sebanyak 4 balita (12,5%)

dan status gizi baik sebanyak 28 balita (87,5%).

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara sosial ekonomi keluarga

dengan status gizi balita (p-value = 0,020; RP = 7,636; 95% CI = 1,070-

54,499).

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan

status gizi balita (p-value = 0,038; RP = 3,273; 95% CI = 1,151-9,308).

56
B. Saran

1. Bagi Puskesmas

Penelitian ini di harapkan dapat di gunakan sebagai bahan masukkan

dalam pelaksanaan penyusunan program terkait status gizi balita di

wilayah kerja Puskesmas Ridge Kabupaten Biak Numfor.

2. Bagi Kepala Kampung

Agar dapat lebih memperhatikan serta lebih aktif dalam mencari

informasi tentang status gizi terutama pada balita. Senantiasa mengarahkan

para kader agar selalu berkordinasi dengan pihak Puskesmas terkait status

gizi pada balita di Kampung Kamorfuar Kabupaten Biak Numfor

3. Bagi Ibu Balita

Bagi ibu yang memiliki balita dan terpaksa harus meninggalkan balita

karena kegiatan atau kesibukan di luar rumah, alangkah baiknya jika balita

yang di tinggalkan dapat dipercayakan kepada pengasuh atau anggota

keluarga yang lain untuk dirawat dan diberikan konsumsi makanan yang

baik.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Di sarankan untuk meneliti faktor-faktor lain yang belum di teliti

dalam penelitian ini, yang berhubungan dengan karakteristik ibu terhadap

balita dengan sampel yang lebih besar dan ruang lingkup yang lebih luas

sehingga dapat meningkatkan ketelitian hasil penelitian.

57
DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. (2002). Definisi Sosial Ekonomi Masyarakat.

Achmad, DS. (1988). Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat.

Andriani & Wiratmadi. (2012). Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Kencana.
Jakarta.

Adriani, M., Wirjadmadi, B. 2012. Peran Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta:
Kencana Premada Media Group.

Andriani, M., & Wiratmaji, B. (2014). Gizi dan Kesehatan Balita Serta
Pertumbuhan Balita. Jurnal Kesmas Asclepius.

Andriani, M., & Wiratmaji, B. (2015). (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup).
Gizi dan Kesehatan Balita Serta Pertumbuhan Balita. Jurnal Kesmass
Asclepius.
Arikunto, Suharsimi, 2002. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Chomaria, Nurul. (2015). Tumbuh Kembang Anak Usia 0-5 Tahun. Surakarta:
Cinta Menebar Cinta Menuai Hikmah

Ditjen Kesehatan Masyarakatat, Kementrian Kesehatan RI.2016. Hasil


Pemantauan Status Gizi (PSG). Tahun 2015.

Ditjen Kesehatan Masyarakatat, Kementrian Kesehatan RI.2017. Hasil


Pemantauan Status Gizi (PSG). Tahun 2016.

Ditjen Kesehatan Masyarakatat, Kementrian Kesehatan RI.2017. Hasil


Pemantauan Status Gizi (PSG). Tahun 2017.

Djola. (2012). Perbedaan Sosial Ekonomi dan Pengetahuan Gizi Ibu Balita Gizi
Kurang dan Gizi Normal. Departemen Gizi Kesehatan, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Airlangga Kampus C Unair Jalan Mulyorejo
Surabaya

Hardiansyah,MS & I Dewa Nyoman Supriasa. (2017). Ilmu Gizi.


Jakarta:EGC,2016: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Irianto, Koes. (2014). Gizi Seimbang dalam Kesehatan Reproduksi (Balance


Nutrition in Reproductive Health).Bandung:ALFABETA

Joni Periade. (2017). Hubungan Antara Kejadian Penyakit Infeksi, Asi Ekslusif
dengan Pola Pemberian Makan Dengan Status Gizi Balita. Skripsi Program
Stuju Kesehatan Masyarakat Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia I. (2014). Pedoman Gizi Seimbang.


Jakarta.

58
Kemenkes RI. (2010). Standard Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.

Kemenkes, RI. (2003). hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Pedoman Gizi Seimbang.


Marmi,S.ST,. & Kukuh Rahardjo. (2015). Penilaian Status Gizi.

Marmi,S.ST,. & Kukuh Rahardjo. (2015). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan
Anak Prasekolah.

Moehji,S. (2017). Dasar-Dasar Ilmu Gizi 2 . Jakarta: Pustaka Kemang.

Monografi Desa Kampung Kamorfuar Kabupaten Biak Numfor.

Notoadmodjo, S. (2003) Ilmu kesehatan masyarakat: Teori dan aplikasi. Jakarta:


Rhineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo. (2014). Konsep Pengetahuan Gizi.

Par'i. Holil,M. (2017) Penilaian Status Gizi : Dilengkapi Proses Asuhan Gizi
Standar. Jakarta: EGC.

Pemantauan Status Gizi. (2017). Buku Saku Pemantauan Status Gizi. Direktorat
Jendral Kesehatan Masyarakat.

Putri. (2015). Tingkat Pendidikan Ibu Dengan Keadaan Gizi Balita. Jurnal
Kesehatan Andalas. Vol.4 No.1

Setyawati,V.A.V., & Hartini,E. (2018). Buku Ajar Dasar Ilmu Gizi Kesehatan
Masyarakat. Deepublish.

Setiyanti, W. (2016). Efektifitas Selimut Alumunium Foil Terhadap Kejadian


Hipotermi pada Pasien Post Operasi RSUD Kota Salatiga. Skripsi S1 Keperawatan
Stikes Kusuma Husada Surakarta (dipublikasikan).

Supriasa. (2015). Penentuan Status Gizi Balita.


Wirjadmadi. (2012). Peran Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta : Kencana
Premada Media Group.

Word Health Organization. (2014). Word Health Statistics. Word Health


Organization, Switzer Land.
Word Health Organization. (2015). Hubungan Pengetahuan dan Pendidikan Ibu
Terhadao Status Gizi Balita. Jurnal Kesmas Asclepius.
Word Health Organization. (2000). Penyebab Masalah Gizi Kurang. Management
of Severe Malnutrition.
Lampiran I

59
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
Umur :
Alamat :

Menyatakan bersedia menjadi responden pada penelitian yang berjudul:


“Hubungan sosial ekonomi keluarga dan pengetahuan ibu pada status gizi
balita di Kampung Kamorfuar Kabupaten Biak Numfor”.
Saya bersedia mengikuti semua kegiatan yang di lakukan sesuai dengan
prosedur penelitian.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada
paksaan dari pihak manapun.
.

Biak, …………….2021

Responden

(………………….)

60
Lampiran II
KUESIONER PENELITIAN

Nama Wilayayah/Posyandu:
A. DATA IBU
1. Data Umum Responden/Ibu
Tempat/Tgl Lahir :
Umur :
Jumlah Anak :
Alamat :
2. Data Karakteristik Ibu
a. Status Sosial Ibu :
Apa pendidikan terakhir ibu menurut jenjang sekolah
a) Tidak Sekolah
b) Tidak Tamat SD
c) Tamat SD/Sederajat
d) Tamat SLTP/Sederajat
e) Tamat SLTA/SMA/SMK
f) Tamat Perguruan Tinggi/Sarjana/Diploma

b. Pekerjaan Ibu :
a) Tidak Bekerja (IRT)
1) PNS
2) Buruh/Tani
3) Wiraswasta
4) Lainnya …
b) Bekerja

c. Pendapatan Perbulan
Berapa rata-rata pendapatan keluarga (baik pokok maupun sampingan)
dalam setiap bulannya?
a) < Rp. 3.516.700;

61
b) ≥ Rp. 3.516.700;

d. Jumlah Keseluruhan Anggota Keluarga Dalam Satu Rumah


a) ≥ 5 Orang
b) < 5 Orang

B. DATA BALITA
1. Data Umum Balita
a. Jenis Kelamin : a) Laki-Laki
b) Perempuan
b. Tempat/Tanggal Lahir :
c. Umur :
2. Data Berat Badan / PB : ….kg / ….cm

62
INSTRUMEN PENELITIAN
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU
TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI
BALITA

Petunjuk Pengisian: Beri tanda silang (x) pada jawaban yang ibu anggap benar!
1. Apa yang ibu ketahui tentang makanan sehat?
a. Makanan yang berguna untuk tubuh
b. Makanan yang mengandung zat-zat gizi.
c. Makanan yang mengenyangkan.
d. Makanan yang enak rasanya.

2. Makanan yang bergizi adalah....


a. Makanan yang mengandung banyak lauk
b. Makanan yang mengenyangkan
c. Makanan yang memiliki rasa yang enak
d. Makanan yang bergizi seimbang

3. Kebutuhan nutrisi yang diperlukan balita meliputi....


a. Protein dan Vitamin
b. Karbohidrat, Protein, Vitamin dan Mineral
c. Karbohidrat dan Protein
d. Vitamin dan Mineral

4. Salah satu manfaat dari Vitamin A adalah..........


a. Membantu kesehatan mata.
b. Membantu pertumbuhan.
c. Mencegah sariawan.
d. Menjaga kekebalan tubuh.

5. Manfaat protein adalah...........


a. Mengganti sel-sel tubuh yang rusak.
b. Menyediakan energi
c. Sumber energi.
d. Memelihara kesehatan kulit

6. Makanan berikut yang mengandung protein hewani adalah............


a. Tempe
b. Gandum
c. Minyak ikan
d. Daging

7. Mentega/margarin merupakan jenis makanan yang banyak mengandung...


a. Lemak

63
b. Vitamin
c. Protein
d. Karbohidrat

8. Sayuran dan buah-buahan merupakan bahan makanan yang kaya akan.........


a. Protein
b. Vitamin
c. Karbohidrat
d. Mineral
9. Untuk mencegah agar balita tidak mudah sakit adalah....
a. Mengkonsumsi buah dan sayur
b. Minum multivitamin
c. Makan nasi dan lauk
d. Benar semua

10. Dalam sehari, balita usia 3 tahun hendaknya mendapatkan makanan..........


a. 1 piring nasi/ pengganti
b. 1 - 1½ piring nasi/ pengganti
c. 2 piring nasi/ pengganti
d. 1 – 2 piring nasi / pengganti

11. Berikut ini merupakan contoh penyusunan menu yang


mengandung zat gizi yang lengkap kecuali......
a. Nasi,telur goreng, sayur nangka, jeruk dan teh manis
b. Nasi , tempe, bihun, pisang, air putih
c. Nasi, bakwan, sayur sawi, roti bolu, susu
d. Nasi, tempe, sayur asem, pisang, susu

12. Menu makanan yang disajikan sebaiknya........


a. Bervariasi, dibuat menu 7 hari dan diulang kembali.
b. Bervariasi, dibuat menu 4 hari dan diulang kembali.
c. Bervariasi, dibuat menu 3 hari dan diulang kembali.
d. Bervariasi, di buat menu berganti satu minggu sekali.

13. Selain makanan utama, balita dapat pula diberikan makanan...


a. Makanan selingan
b. Makanan siap saji
c. Makanan ringan
d. Makanan pendamping asi

14. Idealnya pemberian makan balita yaitu...


a. 3x makan utama dan 2x makan selingan.
b. 3x makan utama dan 3x makan selingan.
c. 4x makan utama dan 2x makan selingan.
d. 4x makan utama dan 1x makan selingan

15. Agar anak dapat tertarik makan, maka usaha yang dilakukan adalah..........
a. Makanan disajikan dengan menarik

64
b. Mengajak anak makan di restoran/ di luar
c. Memberikan makan ketika anak lapar
d. Memberikan pewarna buatan agar lebih menarik

16. Berikut ini adalah contoh upaya untuk mengatasi balita sulit makan,
kecuali...
a. Mengurangi memberi snack yang berlebihan
b. Memaksakan makan pada saat anak tidak mau makan
c. Pengaturan jadual pemberian makanan dan selingan
d. Ciptakan suasana yang menyenangkan

17. Kelebihan lemak akan menimbulkan....


a. Kegemukan
b. Melarutkan vitamin berguna di dalam tubuh
c. Memelihara kulit
d. Menjaga suhu tubuh

18. Agar mendapat nutrisi tulang yang baik anak harus mendapatkan vitamin....
a. Vitamin K
b. Vitamin B
c. Vitamin D
d. Vitamin A

19. Vitamin yang berfungsi membantu pembekuan darah adalah....


a. Vitamin K
b. Vitamin B
c. Vitamin D
d. Vitamin A

20. Contoh makanan lumat adalah....


a. Nasi tim
b. Bubur sumsum
c. Buah dipotong-potong
d. Nasi sayur

65
Lampiran III

66
Lampiran IV

67
Lampiran V
HASIL OUTPUT SPSS
Analisis Univariat
Frequencies
Statistics

Gizi Balita

N Valid 54

Missing 0

Gizi Balita

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang 13 24.1 24.1 24.1

Baik 41 75.9 75.9 100.0

Total 54 100.0 100.0

Frequencies
Statistics

Pengetahuan Ibu

N Valid 54

Missing 0

Pengetahuan Ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang 22 40.7 40.7 40.7

Baik 32 59.3 59.3 100.0

Total 54 100.0 100.0

68
Frequencies
Statistics

Sosial Ekonomi

N Valid 54

Missing 0

Sosial Ekonomi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Rendah 33 61.1 61.1 61.1

Tinggi 21 38.9 38.9 100.0

Total 54 100.0 100.0

Frequencies
Statistics

Jenis Kelamin Balita

N Valid 54

Missing 0

Jenis Kelamin Balita

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-Laki 26 48.1 48.1 48.1

Perempuan 28 51.9 51.9 100.0

Total 54 100.0 100.0

69
Frequencies
Statistics

Umur Balita Kategori

N Valid 54

Missing 0

Umur Balita Kategori

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 24-36 25 46.3 46.3 46.3

37-48 16 29.6 29.6 75.9

49-60 13 24.1 24.1 100.0

Total 54 100.0 100.0

Frequencies
Statistics

Jumlah Anggota Keluarga

N Valid 54

Missing 0

Jumlah Anggota Keluarga

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid >= 5 orang 36 66.7 66.7 66.7

< 5 orang 18 33.3 33.3 100.0

Total 54 100.0 100.0

70
Frequencies
Statistics

Pendapatan Keluarga

N Valid 54

Missing 0

Pendapatan Keluarga

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid < 4.200.000 39 72.2 72.2 72.2

>= 4.200.000 15 27.8 27.8 100.0

Total 54 100.0 100.0

Frequencies

Statistics

Pekerjaan Ibu

N Valid 54

Missing 0

Pekerjaan Ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Bekerja/IRT 27 50.0 50.0 50.0

PNS 5 9.3 9.3 59.3

Buruh/Tani 9 16.7 16.7 75.9

Wiraswasta 13 24.1 24.1 100.0

Total 54 100.0 100.0

71
Frequencies
Statistics

Pendidikan Terakhir Ibu

N Valid 54

Missing 0

Pendidikan Terakhir Ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tamat SD 11 20.4 20.4 20.4

Tamat SMP 21 38.9 38.9 59.3

Tamat SMA 16 29.6 29.6 88.9

Tamat PT 6 11.1 11.1 100.0

Total 54 100.0 100.0

Frequencies
Statistics

Umur Ibu dikategorikan

N Valid 54

Missing 0

Umur Ibu dikategorikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 19-28 24 44.4 44.4 44.4

29-38 28 51.9 51.9 96.3

>38 2 3.7 3.7 100.0

Total 54 100.0 100.0

72
Analisis Bivariat

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Sosial Ekonomi * Gizi Balita 54 100.0% 0 .0% 54 100.0%

Pengetahuan Ibu * Gizi Balita 54 100.0% 0 .0% 54 100.0%

Pengetahuan Ibu * Gizi Balita

Crosstab

Gizi Balita

Kurang Baik Total

Pengetahuan Ibu Kurang Count 9 13 22

Expected Count 5.3 16.7 22.0

% within Pengetahuan Ibu 40.9% 59.1% 100.0%

% within Gizi Balita 69.2% 31.7% 40.7%

% of Total 16.7% 24.1% 40.7%

Baik Count 4 28 32

Expected Count 7.7 24.3 32.0

% within Pengetahuan Ibu 12.5% 87.5% 100.0%

% within Gizi Balita 30.8% 68.3% 59.3%

% of Total 7.4% 51.9% 59.3%

Total Count 13 41 54

Expected Count 13.0 41.0 54.0

% within Pengetahuan Ibu 24.1% 75.9% 100.0%

% within Gizi Balita 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 24.1% 75.9% 100.0%

73
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 5.756a 1 .016

Continuity Correctionb 4.307 1 .038

Likelihood Ratio 5.728 1 .017

Fisher's Exact Test .024 .019

Linear-by-Linear Association 5.650 1 .017

N of Valid Casesb 54

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.30.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Pengetahuan Ibu


4.846 1.258 18.676
(Kurang / Baik)

For cohort Gizi Balita = Kurang 3.273 1.151 9.308

For cohort Gizi Balita = Baik .675 .466 .979

N of Valid Cases 54

74
Sosial Ekonomi * Gizi Balita

Crosstab

Gizi Balita

Kurang Baik Total

Sosial Ekonomi Rendah Count 12 21 33

Expected Count 7.9 25.1 33.0

% within Sosial Ekonomi 36.4% 63.6% 100.0%

% within Gizi Balita 92.3% 51.2% 61.1%

% of Total 22.2% 38.9% 61.1%

Tinggi Count 1 20 21

Expected Count 5.1 15.9 21.0

% within Sosial Ekonomi 4.8% 95.2% 100.0%

% within Gizi Balita 7.7% 48.8% 38.9%

% of Total 1.9% 37.0% 38.9%

Total Count 13 41 54

Expected Count 13.0 41.0 54.0

% within Sosial Ekonomi 24.1% 75.9% 100.0%

% within Gizi Balita 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 24.1% 75.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value Df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 7.012a 1 .008

Continuity Correctionb 5.389 1 .020

Likelihood Ratio 8.306 1 .004

Fisher's Exact Test .009 .007

Linear-by-Linear Association 6.882 1 .009

N of Valid Casesb 54

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.06.

b. Computed only for a 2x2 table

75
Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Sosial Ekonomi


11.429 1.358 96.163
(Rendah / Tinggi)

For cohort Gizi Balita = Kurang 7.636 1.070 54.499

For cohort Gizi Balita = Baik .668 .507 .880

N of Valid Cases 54

76
Lampiran VI
DOKUMENTASI

77
78

Anda mungkin juga menyukai