Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENANGGULANGAN BENCANA

DISUSUN OLEH :

NAMA : INDRA MILIAWANTO SUMULE

NIM : 20180711014160

KELAS :F

MATKUL : MANAJEMEN BENCANA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang hingga saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan
kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasa ini yaitu kesempatan untuk
menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang “PENANGGULANGAN BENCANA”

Saya juga berharap dengan sungguh-sungguh supaya makalah ini mampu berguna serta
bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan terkait penanggulangan
bencana.

Selain itu saya juga sadar bahwa pada makalah kami ini dapat ditemukan banyak sekali
kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, saya benar-benar menanti kritik dan
saran untuk kemudian dapat saya revisi dan saya tulis di masa yang selanjutnya, sebab sekali kali
lagi saya menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran yang
konstruktif.

Di akhir saya berharap makalah sederhana saya ini dapat dimengerti oleh setiap pihak yang
membaca. Saya pun memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam makalah saya terdapat
perkataan yang tidak berkenan di hati.
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR………………………………………………………………………....

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..

BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………………………….

A. Latar belakang…………………………………………………………………
B. Rumusan masalah…………………………………………………………….
C. Tujuan…………………………………………………………………………

BAB II. PEMBAHASAN…………………………………………………………………….

A. Definisi bencana……………………………………………………………...
B. Potensi ancaman bencana…………………………………………………….
C. Sistem penanggulangan bencana……………………………………………..

BAB III. PENUTUP………………………………………………………………………….

A. Kesimpulan…………………………………………………………………….
B. Saran…………………………………………………………………………...

Daftar Pustaka………………………………………………………………………………..
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kondisi geografis daerah kota dan kabupaten di Indonesia yang beragam mulai
dari suatu daerah yang terletak di dataran tinggi, dataran rendah, namun juga ada suatu
daerah yang memiliki dataran rendah dan juga dataran tinggi. Kondisi tersebut yang
menyebabkan Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai potensi bencana
alam yang tinggi. Bencana alam yang sering terjadi di Indonesia seperti gunung meletus,
banjir dan rob, tanah longsor, gempa bumi, hingga yang paling ekstrem adalah
gelombang tsunami.
Potensi penyebab bencana di Indonesia dapat dikelompokkan dalam 3 (tiga)
golongan yaitu karena faktor alam, perbuatan manusia, dan sosial. Bencana alam antara
lain berupa gempa bumi, letusan gunung api, angin topan, tanah longsor, kekeringan
kebakaran hutan/lahan karena faktor alam, hama penyakit tanaman, epidemi wabah,
kejadian luar biasa, dan kejadian antariksa/benda-benda angkasa. Bencana buatan
manusia antara lain berupa kebakaran hutan/lahan yang disebabkan oleh manusia,
kecelakaan transportasi, dampak industri, bom nuklir, pencemaran lingkungan seperti
polusi udara, polusi air sungai, dan lain sebagainya. Bencana sosial terjadi karena rusak
dan kurang harmonisnya hubungan antar sosial antar anggota masyarakat yang
disebabkan berbagai faktor baik sosial, budaya, suku atau ketimpangan sosial
Bencana alam yang sering sekali melanda banyak daerah di Indonesia yaitu banjir.
Banjir merupakan bencana alam yang sudah menjadi hal biasa bagi masyarakat
Indonesia, khususnya bagi mereka masyarakat di kota yang berada di pesisir pantai. Kota
yang berada di pesisir pantai biasanya kerap sekali terjadi bencana banjir. Hal ini
disebabkan karena dua hal yaitu antara perbuatan manusia atau memang benar- benar
merupakan bencana dari alam. Banjir yang atas perbuatan manusia adalah akibat dari ulah
masyarakat yang tidak bisa menjaga lingkungannya dengan baik. Sebagai contoh adalah
kebiasaan masyarakat yang membuang sampah ke sungai, hal ini yang ternyata masih
kurang diperhatikan oleh masyarakat bahwa mereka belum paham mengenai akibat dari
kebiasaan mereka jika membuang sampah ke sungai.
Indonesia menyadari bahwa masalah kebencanaan harus ditangani secara serius
sejak terjadinya gempabumi dan disusul tsunami yang menerjang Aceh dan sekitarnya
pada 2004. Kebencanaan merupakan pembahasan yang sangat komprehensif dan multi
dimensi. Menyikapi kebencanaan yang frekuensinya terus meningkat setiap tahun,
pemikiran terhadap penanggulangan bencana harus dipahami dan diimplementasikan oleh
semua pihak. Bencana adalah urusan semua pihak. Secara periodik, Indonesia
membangun sistem nasional penanggulangan bencana.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini yaitu :
1. Apa yang di maksud dengan bencana?
2. Apa saja potensi ancaman bencana?
3. Bagaimana sistem penanggulangan bencana?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui apa itu bencana
2. Untuk mengetahui apa aja potensi ancaman bencana
3. Agar dapat mengetahui sistem penanggulangan bencana
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Bencana
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis.
Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non
alam, dan manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tersebut
juga mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.
1. Bencana alam
adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus,
banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
2. Bencana nonalam
adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam
yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah
penyakit.
3. Bencana sosial
adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau
antarkomunitas masyarakat, dan teror.
4. Kejadian Bencana
adalah peristiwa bencana yang terjadi dan dicatat berdasarkan tanggal kejadian,
lokasi, jenis bencana, korban dan/ataupun kerusakan. Jika terjadi bencana pada
tanggal yang sama dan melanda lebih dari satu wilayah, maka dihitung sebagai
satu kejadian.
5. Gempa bumi
adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi yang disebabkan
oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif, akitivitas gunung api atau
runtuhan batuan.
6. Letusan gunung api
merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan istilah "erupsi".
Bahaya letusan gunung api dapat berupa awan panas, lontaran material (pijar),
hujan abu lebat, lava, gas racun, tsunami dan banjir lahar.
7. Tsunami
berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak lautan ("tsu" berarti
lautan, "nami" berarti gelombang ombak). Tsunami adalah serangkaian
gelombang ombak laut raksasa yang timbul karena adanya pergeseran di dasar
laut akibat gempa bumi.
8. Tanah longsor
merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun
percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat terganggunya
kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng.
9. Banjir
adalah peristiwa atau keadaan dimana terendamnya suatu daerah atau daratan
karena volume air yang meningkat.
10. Banjir bandang
adalah banjir yang datang secara tiba-tiba dengan debit air yang besar yang
disebabkan terbendungnya aliran sungai pada alur sungai.

11. Kekeringan
adalah ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan air untuk kebutuhan hidup,
pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan. Adapun yang dimaksud kekeringan
di bidang pertanian adalah kekeringan yang terjadi di lahan pertanian yang ada
tanaman (padi, jagung, kedelai dan lain-lain) yang sedang dibudidayakan .

12. Kebakaran
adalah situasi dimana bangunan pada suatu tempat seperti rumah/pemukiman,
pabrik, pasar, gedung dan lain-lain dilanda api yang menimbulkan korban
dan/atau kerugian.
13. Kebakaran hutan dan lahan
adalah suatu keadaan di mana hutan dan lahan dilanda api, sehingga
mengakibatkan kerusakan hutan dan lahan yang menimbulkan kerugian ekonomis
dan atau nilai lingkungan. Kebakaran hutan dan lahan seringkali menyebabkan
bencana asap yang dapat mengganggu aktivitas dan kesehatan masyarakat sekitar.
14. Angin puting beliung
adalah angin kencang yang datang secara tiba-tiba, mempunyai pusat, bergerak
melingkar menyerupai spiral dengan kecepatan 40-50 km/jam hingga menyentuh
permukaan bumi dan akan hilang dalam waktu singkat (3-5 menit).
15. Gelombang pasang atau badai
adalah gelombang tinggi yang ditimbulkan karena efek terjadinya siklon tropis di
sekitar wilayah Indonesia dan berpotensi kuat menimbulkan bencana alam.
Indonesia bukan daerah lintasan siklon tropis tetapi keberadaan siklon tropis akan
memberikan pengaruh kuat terjadinya angin kencang, gelombang tinggi disertai
hujan deras.
16. Abrasi
adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang
bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis
pantai akibat abrasi ini dipicu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah
pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun
manusia sering disebut sebagai penyebab utama abrasi.
17. Kecelakaan transportasi
adalah kecelakaan moda transportasi yang terjadi di darat, laut dan udara.
18. Kecelakaan industri
adalah kecelakaan yang disebabkan oleh dua faktor, yaitu perilaku kerja yang
berbahaya (unsafe human act) dan kondisi yang berbahaya (unsafe conditions).
Adapun jenis kecelakaan yang terjadi sangat bergantung pada macam industrinya,
misalnya bahan dan peralatan kerja yang dipergunakan, proses kerja, kondisi
tempat kerja, bahkan pekerja yang terlibat di dalamnya.
19. Kejadian Luar Biasa (KLB) 
adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang
bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
949/MENKES/SK/VII/2004.
20. Konflik Sosial atau kerusuhan sosial atau huru hara 
adalah suatu gerakan massal yang bersifat merusak tatanan dan tata tertib sosial
yang ada, yang dipicu oleh kecemburuan sosial, budaya dan ekonomi yang
biasanya dikemas sebagai pertentangan antar suku, agama, ras (SARA).
21. Aksi Teror 
adalah aksi yang dilakukan oleh setiap orang yang dengan sengaja menggunakan
kekerasan atau ancaman kekerasan sehingga menimbulkan suasana teror atau rasa
takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat
masal, dengan cara merampas kemerdekaan sehingga mengakibatkan hilangnya
nyawa dan harta benda, mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap
obyek-obyek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik
internasional.
22. Sabotase 
adalah tindakan yang dilakukan untuk melemahkan musuh melalui subversi,
penghambatan, pengacauan dan/ atau penghancuran. Dalam perang, istilah ini
digunakan untuk mendiskripsikan aktivitas individu atau grup yang tidak
berhubungan dengan militer, tetapi dengan spionase. Sabotase dapat dilakukan
terhadap beberapa sruktur penting, seperti infrastruktur, struktur ekonomi, dan
lain-lain.
B. Potensi ancaman Bencana
Bencana dapat disebabkan oleh kejadian alam (natural disaster) maupun oleh ulah
manusia (man-made disaster). Faktor-faktor yang dapat menyebabkan bencana antara lain
:

Bahaya alam (natural hazards) dan bahaya karena ulah manusia (man-made
hazards) yang menurut United Nations International Strategy for Disaster Reduction
(UN-ISDR) dapat dikelompokkan menjadi bahaya geologi (geological hazards), bahaya
hidrometeorologi (hydrometeorological hazards), bahaya biologi (biological hazards),
bahaya teknologi (technological hazards) dan penurunan kualitas lingkungan
(environmental degradation) Kerentanan (vulnerability) yang tinggi dari masyarakat,
infrastruktur serta elemen-elemen di dalam kota/ kawasan yang berisiko bencana
Kapasitas yang rendah dari berbagai komponen di dalam masyarakat
Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada
pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng
Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian selatan dan timur Indonesia
terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera ? Jawa –
Nusa Tenggara ? Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran
rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi
sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan
tanah longsor. Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang
memiliki tingkat kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat
kegempaan di Amerika Serikat (Arnold, 1986).
Gempa bumi yang disebabkan karena interaksi lempeng tektonik dapat
menimbulkan gelombang pasang apabila terjadi di samudera. Dengan wilayah yang
sangat dipengaruhi oleh pergerakan lempeng tektonik ini, Indonesia sering mengalami
tsunami. Tsunami yang terjadi di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh gempa-
gempa tektonik di sepanjang daerah subduksi dan daerah seismik aktif lainnya (Puspito,
1994). Selama kurun waktu 1600-2000 terdapat 105 kejadian tsunami yang 90 persen di
antaranya disebabkan oleh gempa tektonik, 9 persen oleh letusan gunung berapi dan 1
persen oleh tanah longsor (Latief dkk, 2000). Wilayah pantai di Indonesia merupakan
wilayah yang rawan terjadi bencana tsunami terutama pantai barat Sumatera, pantai
selatan Pulau Jawa, pantai utara dan selatan pulau-pulau Nusa Tenggara, pulau-pulau di
Maluku, pantai utara Irian Jaya dan hampir seluruh pantai di Sulawesi. Laut Maluku
adalah daerah yang paling rawan tsunami. Dalam kurun waktu tahun 1600-2000, di
daerah ini telah terjadi 32 tsunami yang 28 di antaranya diakibatkan oleh gempa bumi
dan 4 oleh meletusnya gunung berapi di bawah laut.
Wilayah Indonesia terletak di daerah iklim tropis dengan dua musim yaitu panas
dan hujan dengan ciri-ciri adanya perubahan cuaca, suhu dan arah angin yang cukup
ekstrim. Kondisi iklim seperti ini digabungkan dengan kondisi topografi permukaan dan
batuan yang relatif beragam, baik secara fisik maupun kimiawi, menghasilkan kondisi
tanah yang subur. Sebaliknya, kondisi itu dapat menimbulkan beberapa akibat buruk bagi
manusia seperti terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor,
kebakaran hutan dan kekeringan. Seiring dengan berkembangnya waktu dan
meningkatnya aktivitas manusia, kerusakan lingkungan hidup cenderung semakin parah
dan memicu meningkatnya jumlah kejadian dan intensitas bencana hidrometeorologi
(banjir, tanah longsor dan kekeringan) yang terjadi secara silih berganti di banyak daerah
di Indonesia. Pada tahun 2006 saja terjadi bencana tanah longsor dan banjir bandang di
Jember, Banjarnegara, Manado, Trenggalek dan beberapa daerah lainnya. Meskipun
pembangunan di Indonesia telah dirancang dan didesain sedemikian rupa dengan dampak
lingkungan yang minimal, proses pembangunan tetap menimbulkan dampak kerusakan
lingkungan dan ekosistem. Pembangunan yang selama ini bertumpu pada eksploitasi
sumber daya alam (terutama dalam skala besar) menyebabkan hilangnya daya dukung
sumber daya ini terhadap kehidupan mayarakat. Dari tahun ke tahun sumber daya hutan
di Indonesia semakin berkurang, sementara itu pengusahaan sumber daya mineral juga
mengakibatkan kerusakan ekosistem yang secara fisik sering menyebabkan peningkatan
risiko bencana.
Pada sisi lain laju pembangunan mengakibatkan peningkatan akses masyarakat
terhadap ilmu dan teknologi. Namun, karena kurang tepatnya kebijakan penerapan
teknologi, sering terjadi kegagalan teknologi yang berakibat fatal seperti kecelakaan
transportasi, industri dan terjadinya wabah penyakit akibat mobilisasi manusia yang
semakin tinggi. Potensi bencana lain yang tidak kalah seriusnya adalah faktor keragaman
demografi di Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2004 mencapai 220 juta
jiwa yang terdiri dari beragam etnis, kelompok, agama dan adat-istiadat. Keragaman
tersebut merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang tidak dimiliki bangsa lain. Namun
karena pertumbuhan penduduk yang tinggi tidak diimbangi dengan kebijakan dan
pembangunan ekonomi, sosial dan infrastruktur yang merata dan memadai, terjadi
kesenjangan pada beberapa aspek dan terkadang muncul kecemburuan sosial. Kondisi ini
potensial menyebabkan terjadinya konflik dalam masyarakat yang dapat berkembang
menjadi bencana nasional.
C. Sistem Penanggulangan Bencana
Indonesia menyadari bahwa masalah kebencanaan harus ditangani secara serius
sejak terjadinya gempabumi dan disusul tsunami yang menerjang Aceh dan sekitarnya
pada 2004. Kebencanaan merupakan pembahasan yang sangat komprehensif dan multi
dimensi. Menyikapi kebencanaan yang frekuensinya terus meningkat setiap tahun,
pemikiran terhadap penanggulangan bencana harus dipahami dan diimplementasikan oleh
semua pihak. Bencana adalah urusan semua pihak. Secara periodik, Indonesia
membangun sistem nasional penanggulangan bencana. Sistem nasional ini mencakup
beberapa aspek antara lain :
1. Legislasi
Dari sisi legislasi, Pemerintah Indonesia telah mengesahkan Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. Produk
hukum di bawahnya antara lain Peraturan Pemerintah , Peraturan Presiden,
Peraturan Kepala Kepala Badan, serta peraturan daerah. (Lebih detail lihat Produk
Hukum).
2. Kelembagaan
Kelembagaan dapat ditinjau dari sisi formal dan non formal. Secara
formal, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merupakan focal point
lembaga pemerintah di tingkat pusat. Sementara itu, focal point penanggulangan
bencana di tingkat provinsi dan kabupaten/kota adalah Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD).
Dari sisi non formal, forum-forum baik di tingkat nasional dan lokal
dibentuk untuk memperkuat penyelenggaran penanggulangan bencana di
Indonesia. Di tingkat nasional, terbentuk Platform Nasional (Planas) yang terdiri
unsur masyarakat sipil, dunia usaha, perguruan tinggi, media dan lembaga
internasional. Pada tingkat lokal, kita mengenal Forum PRB Yogyakarta dan
Forum PRB Nusa Tenggara Timur.

3. Pendanaan
Saat ini kebencanaan bukan hanya isu lokal atau nasional, tetapi
melibatkan internasional. Komunitas internasional mendukung Pemerintah
Indonesia dalam membangun manajemen penanggulangan bencana menjadi lebih
baik. Di sisi lain, kepedulian dan keseriusan Pemerintah Indonesia terhadap
masalah bencana sangat tinggi dengan dibuktikan dengan penganggaran yang
signifikan khususnya untuk pengarusutamaan pengurangan risiko bencana dalam
pembangunan.
Berikut beberapa pendanaan yang terkait dengan penanggulangan bencana di
Indonesia :
 Dana DIPA (APBN/APBD)
 Dana Kontijensi
 Dana On-call
 Dana Bantual Sosial Berpola Hibah
 Dana yang bersumber dari masyarakat
 Dana dukungan komunitas internasional
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa bencana bisa datang kapan
saja,maka dari itu kita wajib mengetahui tentang apa itu bencana, apa saja potensi
ancaman bencana, bagaimana cara siaga dari bencana dan bagaimana proses atau sistem
penanggulangan bencana agar kita dapat meminimalisir atau menghindari bencana yang
kita tidak tau kapan datangnya.
B. Saran
Saran saya sebagai penulis bagi kita semua warga Indonesia agar kita belajar tentang
penanggulangan bencana sedari dini dengan cara membagikan makalah ini dan juga
dapat membacanya langsung di situs resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB).

DAFTAR PUSTAKA

Ramli, Soehatman. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Bencana. Jakarta: Dian Rakyat.
Kusumasri, Bevola. 2014. Manajemen Bencana dan Kapabilitas Pemerintah Lokal.
Yogyakarta: Gava Media.

https://www.bnpb.go.id/definisi-bencana

https://www.bnpb.go.id/potensi-ancaman-bencana

https://www.bnpb.go.id/sistem-penanggulangan-bencana

Anda mungkin juga menyukai