Anda di halaman 1dari 72

GAMBARAN MALARIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS

KOYA BARAT TAHUN 2021

KARYA TULIS ILMIAH SARJANA


PERIODE 2021/2022

Oleh :

INGGRID GITA BONAY


20180811014057

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2022
HALAMAN JUDUL

GAMBARAN MALARIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS


KOYA BARAT TAHUN 2021

KARYA TULIS ILMIAH SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


guna Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh :
INGGRID GITA BONAY
20180811014057

Dosen Pembimbing :
1. Dr. JEFFERSON NELSON MUNTHE, Sp.OG(K)., M.Kes
2. VENTHY ANGELIKA, S.Psi, M.A.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2022

i
HALAMAN PERSEMBAHAN

“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam
segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucap
syukur”

(Filipi 4:6)

Karya tulis ini penulis persembahkan kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus untuk segala kasih karunia, kemurahan dan kesempatan

yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

2. Ayahanda tercinta Onesimus Bonay dan ibunda tercinta Maria Kao, yang selalu

menjadi penyemangat dan motivator dalam hidup, serta selalu memberikan

dukungan moril, materi dan doa sehingga penulis mampu menyelesaikan

penulisan karya ilmiah ini.

3. Kakak dan adik-adik tercinta Modio Leopold Bonay, Yoyo Arui Bonay, Ottow

Geisler Bonay dan France Abori Bonay yang senantiasa memberikan doa dan

dukungan sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan.

4. Yang terkasih Penias Habel Sayori dan nona Elisabeth Marlin Sayori atas

perhatian, semangat dan doa yang selalu diberikan.

5. Teman-temanku yang selalu memberi bantuan dan masukan.

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas kasih dan

penyertaan-Nyalah sehingga penulis diberikan hikmat untuk Menyusun dan

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini dengan judul “GAMBARAN

MALARIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KOYA BARAT TAHUN 2021”

Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk memenuhi persyaratan guna

memperoleh gelar sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas

Cenderawasih.

Dalam penyusunan penelitian ini, penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dan

bimbingan dari berbagai pihak, sangat sulit bagi penulis untuk menyelesaikan karya

tulis ilmiah ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan tanggapan

yang bersifat membangun untuk menyempurnakan karya tulis ilmiah ini. Dalam

penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah membantu, memotivasi serta

memberi bimbingan dalam menyusun karya tulis ilmiah ini.

1. Dr. Ir. Apolo Safanpo, ST.,MT sebagai Rektor Universitas Cenderawasih

Jayapura.

2. dr. Trajanus Jembise, Sp. B sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Cenderawasih beserta para pembantu dekan.

3. dr. Renny Sulelino, M,Clin.Ed sebagai Ketua Program Studi Sarjana

Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih.

iii
4. dr. Jefferson Nelson Munthe, Sp.OG(K)., M.Kes sebagai Dosen Pembimbing

I yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan dengan penuh kesabaran

membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penulisan Karya

Tulis ini.

5. Ibu Venthy Angelika, S.Psi., M.A sebagai Dosen Pembimbing II sekaligus

sebagai dosen wali yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan dengan

penuh kesabaran membimbing dan mengarahkan penulis dalam

menyelesaikan penulisan Karya Tulis ini.

6. Panitia ujian KTI dan para dosen penguji atas segala penilaian, kritik dan

saran yang diberikan untuk penulisan karya tulis ini.

7. Seluruh dosen pengajar dan staf Fakultas kedokteran Universitas

Cenderawasih yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang tidak

ternilai harganya kepada penulis selama masa pendidikan.

8. Bapak Onesimus Bonay, SKM.M.Kes , Ibu Maria Kao yang tidak henti-

hentinya mendoakan, mendukung dan memberi semangat kepada penulis dari

semester I hingga saat ini. Untuk kakak dan adik-adik terkasih Modio Bonay,

Yoyo Bonay, Oges Bonay, dan Abory Bonay yang selalu mendoakan,

mendukung, dan menghibur penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah

ini.

9. Yang terkasih Penias Habel Sayori dan nona Elisabeth Marlin Sayori atas

perhatian, semangat dan doa yang selalu diberikan dalam menyelesaikan

karya tulis ilmiah ini.

iv
10. Tanta Tua Elsemina Bonay, Mama Tua Agustina Kao, Ibu Bless Elisabeth

Kao dan Bapak Corneles Bless yang senantiasa mendoakan, mengasihi, dan

mendukung penulis sejak awal perkuliahan hingga saat ini

11. Seluruh keluarga besar Bonay, Kao, Bless, Hawar, Torembi, dan Muyapa

yang telah mendoakan dan memberi dukungan, nasehat, dan memberikan

bantuan kepada penulis dalam perkuliahan akhir ini penulis ingin

menyampaikan Terima Kasih.

12. Untuk para sahabat tercinta Angel Entama, Asiante Wenda, Martha Lenny

Zoany, Joy Felle. Terima Kasih untuk kebersamaan dukungan dan semangat

selama ini.

13. Kepada teman-teman kelompok bimbingan KTI saya Elvy Elvionita, Priscilia

Korwa, Agatha Aibesa, kaka Tisya, kaka Ronaldo dan Norsi Patiung yang

sudah berjuang bersama dan memberikan dukungan, motivasi, semangat dan

masukan dalam proses bimbinngan penyusunan karya tulis ilmiah ini.

14. Semua teman seperjuangan saya Angkatan 2018 (17NA) terima kasih atas

kebersamaannya selama ini, yang selalu menyemangati dan memberikan

dukungan selama proses perkuliahan.

15. Kakak-kakak senior dan adik junior yang sudah membantu serta memberikan

dukungan dan semangat dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

16. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah turut

membantu, memberikan semanngat, dukungan, serta doa kepada penulis.

v
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih memiliki kekurangan dan

jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya saran dan

kritik yang membangun demi perbaikan karya tulis ilmiah ini selanjutnya. Akhir kata,

penulis berharap agar kelak hasil dari penelitian ini dapat menjadi sumber informasih

yang dapat memberikan manfaat kepada semua orang.

Jayapura,………..2022

Penulis

Inggrid Gita Bonay

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................................i
HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................xi
DAFTAR SINGKATAN......................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................................xiii
INTISARI.............................................................................................................................xiv
ABSTRACT..........................................................................................................................xv
BAB I......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian...........................................................................................................5
1.3.1 Tujuan umum..........................................................................................................5
1.3.2 Tujuan khusus.........................................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................................................6
1.4.1 Manfaat praktis........................................................................................................6
1.4.2 Manfaat Secara Keilmuan.......................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................................7
2.1 Malaria...........................................................................................................................7
2.1.2 Epidemiologi Malaria..............................................................................................7
2.1.3 Etiologi Malaria......................................................................................................9
2.1.4 Jenis Malaria.........................................................................................................10
2.1.5 Faktor Risiko Malaria............................................................................................11
2.1.6 Siklus Hidup Malaria.............................................................................................11

vii
2.1.7 Transmisi Malaria.................................................................................................13
2.1.8 Manifestasi Klinis..................................................................................................14
2.1.9 Dignosis Malaria...................................................................................................19
2.1.10 Diagnosis Banding..............................................................................................22
2.1.11 Terapi Malaria.....................................................................................................22
2.2 Malaria Pada Ibu Hamil...............................................................................................26
2.2.1 Keadaan Patologi pada Ibu Hamil.........................................................................26
2.2.2 Diagnosis Malaria Pada Kehamilan.......................................................................28
2.2.4 Pengobatan Malaria pada Kehamilan....................................................................29
2.3 Kerangka Konseptual ..................................................................................................31
BAB III.................................................................................................................................33
METODE PENELITIAN....................................................................................................33
3.1 Desain Penelitian.........................................................................................................33
3.1.1 Waktu dan Tempat Penelitian...............................................................................33
3.2 Identifikasi Variabel Penelitian...................................................................................33
3.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian....................................................................34
3.4 Populasi dan Sampel...................................................................................................35
3.4.1 Populasi penelitian...............................................................................................35
3.4.2 Sampel penelitian.................................................................................................35
3.5 Teknik Sampling..........................................................................................................35
3.6 Teknik Pengumpulan Data...........................................................................................36
3.7 Analisis Data................................................................................................................36
3.8 Etika Penelitian............................................................................................................36
BAB IV..................................................................................................................................38
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...................................................................38
4.1 Pelaksanaan Penelitian.................................................................................................38
4.2 Hasil Penelitan.............................................................................................................38
4.3 Pembahasan..................................................................................................................41
4.3.1 Gambaran Malaria pada Ibu Hamil Berdasarkan Usia...........................................41
4.3.2 Gambaran Malaria pada Ibu Hamil Berdasarkan Jenis Plasmodium.....................43

viii
4.3.3 Gambaran Malaria pada Ibu Hamil Berdasarkan Usia Kehamilan........................44
BAB V...................................................................................................................................45
PENUTUP............................................................................................................................45
5.1 Kesimpulan..................................................................................................................45
5.2 Saran............................................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................47
L A M P I R A N...................................................................................................................50

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah penduduk dan jumlah kasus malaria dan ibu hamil yang positif
malaria di Kota Jayapura.............................................................................2
Tabel 2.1 Masa Inkubasi Penyakit Malaria Melalui Plasmodium…………………..12
Tabel 2.2 Pengobatan Malaria falsiparum menurut berat badan……………………23
Tabel 2.3 Pengobatan Malaria vivaks menurut berat badan dengan DHP dan
Primakuin…………………………………………………………………24
Tabel 2.4 Pengobatan infeksi campur P. falciparum, P. vivax, P. ovale dengan DHP
+ Primakuin……………………………………………………………….25
Tabel 2.5 Pengobatan malaria falciparum pada ibu hamil…………………………..30
Tabel 2.6 Pengobatan malaria vivaks pada ibu hamil………………………………..30
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel.....................................................................34
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia…………………………………...38
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Plasmodium……………………..39
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Kehamilan…………………….....40

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Jumlah penduduk dan jumlah kasus malaria dan ibu hamil yang positif
malaria di Kota Jayapura……………………………………………….3
Gambar 2.1 Nyamuk Anopheles……………………………………………………..10
Gambar 2.2 Siklus hidup Plasmodium……………………………………………....11
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual…………………………………………………...31
Gambar 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia………………………………....39
Gambar 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Plasmodium…………………..40
Gambar 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Kehamilan…………………….41

xi
DAFTAR SINGKATAN

ACT : Artemisinin Combination Therapy

API : Annual Parasite Incidence

BBLR : Berat Badan Lahir Rendah

DHP : Dihydropyridine

DIC : Disseminated Intravascular Coagulation

G6PD : Glukosa-6-Phosphat-Dehidrogenase

GPI : Glycosyl Phosphatidylinositol

Hb : Hemoglobin

HbS : Hemoglobin S

KEPK : Komisi Etik Penelitian Kesehatan

KLB : Kejadian Luar Biasa

PCR : Polymerase Chain Reaction

RDT : Rapid Diagnostic Test

SD : Sediaan Darah

WHO : World Health Organization

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Pengambilan Data dari Dinas Kesehatan Kota Jayapura kepada

Kepala Puskesmas Koya Barat………………………………………….51

Lampiran 2 Surat Permohonan Ijin Pengambilan Data Dari Kampus Kepada Kepala

Puskesmas Koya Barat………………………………………………….52

Lampiran 3 Surat Keterangan Persetujuan Etik……………………………………..53

Lampiran 4 Surat Keterangan Selesai Penelitian……………………………………54

Lampiran 5 Data Register Ibu Hamil Positif Malaria Tahun 2021…………………55

xiii
GAMBARAN MALARIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KOYA
BARAT TAHUN 2021

dr. Jefferson Nelson Munthe, Sp.OG(K)., M.Kes 1, Venthy Angelika, S.Psi, M.A.2,
Inggrid Gita Bonay 3
Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih

INTISARI
Latar belakang: Malaria masih menjadi masalah kesehatan yang cukup besar di
Indonesia salah satunya Puskesmas Koya Barat kota Jayapura Provinsi Papua yang
masih menjadi daerah endemis malaria. Kelompok yang paling rentan terhadap
malaria adalah ibu hamil, malaria pada kehamilan dapat menimbulkan berbagai
keadaan patologi seperti demam, anemia, hipoglikemi, udema paru akut, gagal ginjal
bahkan dapat menyebabkan kematian.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran malaria pada ibu hamil
di Puskesmas Koya Barat tahun 2021. Metode: Penelitian ini menggunakan deskriptif
analitik dengan teknik total sampling. Penelitian dilakukan di Puskesmas Koya Barat
Kecamatan Muara Tami Kota Jayapura Provinsi Papua, dilaksanakan pada bulan Mei
2022. Sampel penelitian diambil dari data rekam medik / data register ibu hamil yang
positif malaria pada tahun 2021. Data kemudian dianalisis menggunakan rumus
distribusi frekuensi.
Hasil: Penelitian ini melibatkan 41 sampel data rekam medik / data register ibu hamil
yang positif malaria. Pada tabel distribusi frekuensi berdasarkan usia didapatkan
bahwa usia ibu hamil yang positif malaria banyak ditemukan pada usia 20-29 tahun,
dengan jumlah 24 (58,5%). Pada tabel distribusi frekuensi berdasarkan jenis
plasmodium didapatkan parasit jenis plasmodium falciparum merupakan plasmodium
terbanyak dengan jumlah 24 (58,5%) dan pada tabel distribusi frekuensi berdasarkan
usia kehamilan didapatkan bahwa usia kehamilan pada ibu hamil yang positif malaria
paling banyak ditemukan pada trimester 2 dengan jumlah 20 (48,8%).
Kesimpulan: Malaria pada ibu hamil paling banyak ditemukan pada usia produktif,
dan wanita hamil memiliki resiko terserang malaria falciparum lebih sering dan lebih
berat dibandingan wanita tidak hamil. Kondisi bahaya malaria pada ibu hamil
berisiko saat memasuki usia kehamilan trimester 2.

Kata Kunci: malaria, malaria pada ibu hamil

xiv
DESCRIPTION OF MALARIA IN PREGNANT WOMEN AT THE KOYA
BARAT PUBLIC HEALTH CENTER IN 2021

dr. Jefferson Nelson Munthe, Sp.OG(K)., M.Kes 1, Venthy Angelika, S.Psi, M.A.2,
Inggrid Gita Bonay 3
Faculty of Medicine,University of Cenderawasih

ABSTRACT
Background: Malaria is still a fairly large health problem in Indonesia, one of which
is the West Koya Health Center in Jayapura City, Papua Province, which is still an
endemic malaria area. The group most susceptible to malaria is pregnant women,
malaria in pregnancy can give rise to various pathological states such as fever,
anemia, hypoglycemy, acute pulmonary disease, kidney failure can even lead to
death.
Objective: This study aims to determine the picture of malaria in pregnant women at
the West Koya Health Center in 2021. Method: This study used descriptive analytics
with total sampling technique. The research was conducted at the West Koya Health
Center, Muara Tami District, Jayapura City, Papua Province, which was carried out
in May 2022. The study sample was taken from medical record data / register data of
pregnant women who were positive for malaria in 2021. The data is then analyzed
using the frequency distribution formula.
Results: This study involved 41 samples of medical record data / register data of
pregnant women who were malaria positive. In the frequency distribution table by
age, it was found that the age of pregnant women who were malaria positive was
found at the age of 20-29 years, with a total of 24 (58.5%). In the frequency
distribution table based on the type of plasmodium, it was found that the parasite type
plasmodium falciparum was the largest plasmodium with a total of 24 (58.5%) and in
the frequency distribution table based on gestational age, it was found that the
gestational age in pregnant women who were malaria positive was most found in the
2nd trimester with a total of 20 (48.8%).
Conclusion: Malaria in pregnant women is most commonly found in productive age,
and pregnant women have a more frequent and more severe risk of developing
falciparum malaria than non-pregnant women. Malaria hazard conditions in
pregnant women are at risk when entering the 2nd trimester of pregnancy.

Keywords: malaria, malaria in pregnant women

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

World Malaria Report 2021 menyatakan bahwa diperkirakan ada 241 juta

kasus malaria dan 627.000 kematian akibat malaria di seluruh dunia pada tahun

2020. Ini mewakili sekitar 14 juta lebih banyak kasus pada tahun 2020

dibandingkan dengan tahun 2019, dan 69.000 lebih banyak kematian. Sedangkan

prevalensi malaria berdasarkan riwayat pemeriksaan darah di Indonesia pada

tahun 2018 adalah sebesar 0,4% (Kemenkes, 2018).

Berdasarkan data tren kasus positif malaria dan jumlah penderita malaria

Annual Parasite Incidence (API), tercatat bahwa keseluruhan kasus malarian

tahun 2019 di Indonesia sebanyak 250.644 kasus. Kasus malaria pada ibu hamil

tahun 2019, paling tinggi terdapat di Provinsi Papua yaitu sekitar 1.769 kasus.

Namun, secara umum dari proporsi keseluruhan kasus positif malaria, kasus pada

ibu hamil adalah sekitar 0,5% (Kemenkes, 2018).

Angka kesakitan malaria yang dinilai menggunakan annual parasite incidence

(API) per 1.000 penduduk di Provinsi Papua, tahun 2016 sebesar 49,6 per 1.000

penduduk, sedangkan presentase kasus positif malaria di Provinsi Papua tahun

2016 adalah 54,3%. Data ibu hamil di Kabupaten Jayapura pada tahun 2018

adalah 4.120 orang, dari jumlah tersebut ibu hamil positif malaria sebanyak 132

orang (Dinas Kesehatan Provinsi Papua, 2018).

1
2

Kasus malaria di kota Jayapura terus meningkat dari tahun 2016-2018 dapat

dilihat dalam tabel 1. dibawah ini :

Tabel 1.1
Jumlah penduduk dan jumlah kasus malaria dan ibu hamil yang positif
malaria di Kota Jayapura
Tahun Jumlah penduduk Malaria (+) Ibu hamil malaria

2016 288.786 jiwa 14.020 141

2017 293.690 jiwa 17.562 144

2018 293.690 jiwa 19.551 183

(Sumber : Dinkes Kota Jayapura, 2018)

Puskesmas Koya Barat merupakan salah satu puskesmas dari 13 puskesmas

yang ada di wilayah kerja dinas kesehatan kota Jayapura. Berdasarkan data

malaria pada ibu hamil di dinas kesehatan kota Jayapura, puskesmas Koya Barat

menyumbang kasus terbesar dari 12 puskesmas lainnya pada tahun 2018, dalam

pelayanan kepada masyarakat puskesmas Koya Barat melayani masyarakat 2

kelurahan dan 2 kampung yaitu kelurahan Koya Barat, Koya Timur dan

kampung Holtekamp dan kampung Koya Tengah. Kasus malaria pada ibu hamil

di tahun 2017 mengalami penurunan, tetapi pada tahun 2018 mengalami

peningkatan seperti pada grafik dibawah ini :


3

Grafik kasus malaria tahun 2016-2018 pada ibu hamil di


puskesmas Koya Barat
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
2016 2017 2018

Gambar 1.1
Jumlah penduduk dan jumlah kasus malaria dan ibu hamil yang positif
malaria di Kota Jayapura

Hasil pengamatan selama melakukan kunjungan ke Puskesmas Koya Barat,

masih banyak hutan dan perkebunan serta lahan pertanian serta terdapat kolam-

kolam pemancingan ikan yang dikelola warga Koya Barat sebagai sumber

pendapatan dari masyarakat. Kondisi lahan-lahan perkebunan, pertanian dan juga

kolam-kolam pemancingan menjadi faktor pemungkin tingginya kasus malaria.

Disamping itu, masih terdapat rumah - rumah warga yang terbuat dari kayu

dengan kerapatan yang kurang. Perilaku masyarakat yang berkebun dan bertani

di lahan pertanian memungkinkan warga digigit oleh nyamuk Anopheles.

Adapun faktor pemukiman penduduk merupakan daerah rawah yang banyak

ditumbuhi pohon sagu, sehingga banyak jentik nyamuk perkembangbiak (Dinas

Kesehatan Provinsi Papua, 2018).


4

Malaria pada kehamilan dapat menimbulkan berbagai keadaan patologi pada

ibu hamil seperti demam, anemia, hipoglikemia, udema paru akut, gagal ginjal

bahkan dapat menyebabkan kematian. Pada janin menyebabkan abortus,

persalinan prematur, berat badan lahir rendah, dan kematian janin. Kelainan yang

ditimbulkan ini sangat tergantung pada status imunitas, jumlah paritas dan umur

ibu hamil. Di daerah endemisitas tinggi, dimana penduduknya sudah mempunyai

imunitas terhadap malaria, jarang terjadi malaria berat dan kematian. Klinis yang

ditimbulkan dan derajat parasitemia juga akan lebih berat pada ibu hamil

primigravida dan berumur muda. Wanita hamil lebih rentan terkena malaria

dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil. Kerentanan ini semakin tinggi

pada kehamilan pertama dan kedua. Kerentanan terhadap malaria ini

berhubungan erat dengan proses imunologi dan perubahan hormonal di masa

kehamilan. Adapun faktor gaya hidup penduduk yang tidak patuh terhadap

penggunaan kelambu (Quinn, 1992).

Pengetahun merupakan hasil tahu seseorang setelah melakukan penginderaan

terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan yang baik akan tercermin dalam sikap

dan tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok dan masyarakat.

Sebaliknya jika pengetahuan yang tidak diikuti dengan kesadaran ketertarikan,

menimbang baik dan buruk keputusan tersebut untuk dirinya, serta memulai

perilaku dan mulai mengadopsinya, maka perilaku tersebut tidak akan bertahan

lama dalam masyarakat. Upaya melakukan sebuah tindakan pencegahan malaria

pada ibu hamil harus didasari dengan pengetahuan yang baik tentang bahaya dan

faktor-faktor risiko dari malaria pada ibu hamil, dengan mengetahui bahaya dan
5

faktor risiko maka akan muncul kesadaran dari ibu hamil untuk melindungi

dirinya dari ancaman gigitan nyamuk Anopheles (Notoatmodjo, 2012).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran malaria pada ibu hamil di Puskesmas Koya Barat tahun

2021

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui gambaran malaria pada ibu hamil di Puskesmas Koya Barat

tahun 2021

1.3.2 Tujuan khusus

a. Mengetahui gambaran malaria pada ibu hamil trimester 1 di

Puskesmas Koya Barat tahun 2021.

b. Mengetahui gambaran malaria pada ibu hamil trimester 2 di

Puskesmas Koya Barat tahun 2021.

c. Mengetahui gambaran malaria pada ibu hamil trimester 3 di

Puskesmas Koya Barat tahun 2021.

d. Mengetahui gambaran malaria pada ibu hamil di Puskesmas Koya

Barat tahun 2021 berdasarkan usia.

e. Mengetahui gambaran malaria pada ibu hamil di Puskesmas Koya

Barat tahun 2021 dengan jenis Plasmodium Falciparum, Plasmodium

Vivax, Plasmodium Malariae, Plasmodium Ovale


6

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat praktis

a. Bagi Masyarakat Koya Barat

Memberi pengetahuan kepada masyarakat tentang gambaran malaria

pada ibu hamil sebagai dasar pengetahuan dan pemikiran serta menjadi

informasi dalam upaya penanganan malaria.

b. Bagi institusi Universitas Cenderawasih

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

referensi untuk meningkatkan pendidikan kesehatan dan hasil

penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi baik untuk

bahan bacaan maupun untuk penelitian lebih lanjut yang lebih luas

tentang gambaran malaria pada ibu hamil di puskesmas Koya Barat.

1.4.2 Manfaat Secara Keilmuan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan atau masukan

untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang gambaran malaria

pada ibu hamil


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Malaria

Malaria adalah suatu penyakit akut maupun kronik disebabkan oleh

protozoa genus Plasmodium dengan manifestasi berupa demam, anemia dan

pembesaran limpa. Penyakit ini secara alamiah ditularkan melalui gigitan

nyamuk Anopheles betina. Orang yang menderita malaria secara khas

mengalami gejala awal mirip seperti flu, demam tinggi, rasa dingin, dan sakit

kepala. Penyakit ini dapat menyerang semua kelompok umur (Arsin, 2012).

Gejala malaria akan tampak setelah 10 hari sampai 4 minggu berupa

demam, sakit kepala, muntah, dan menggigil. Trias epidemiologi menjelaskan

konsep terjadinya penyakit ditentukan oleh tiga faktor yaitu pejamu (host),

penyebab penyakit (agent), dan lingkungan (environment). Penularan malaria

berkaitan dengan manusia sebagai pejamu dan perilakunya, keberadaan

Plasmodium dalam tubuh nyamuk betina, serta lingkungan sebagai tempat

perindukan dan tempat tingal vektor. Ketiga faktor tersebut menentukan risiko

penularan malaria, dengan demikian dalam upaya pencegahan penularan

malaria harus memperhatikan ketiga faktor perilaku manusia, keberadaan

agent, dan lingkungan (Harijanto, 2010).

2.1.2 Epidemiologi Malaria

Secara epidemiologi, malaria merupakan penyakit endemis di daerah

tropis dan sebagian daerah subtropic di Afrika, Asia, serta Amerika

7
8

Tengah dan Selatan. Di Indonesia, malaria terutama ditemukan di

daerah Indonesia Timur. Secara global di tahun 2018 diperkirakan

terdapat 228 juta kasus malaria secara global dan 94% kasus ditemukan

di daerah Afrika. Plasmodium falciparum dan Plasmodium Vivax

merupakah spesie parasit yang paling banyak menimbulkan malaria.

Beberapa Penelitian menunjukan bahwa perempuan mempunyai respon

imun yang lebih kuat dibandingkan dengan laki- laki, namun kehamilan

dapat meningkatkan resiko malaria (Fitriany, 2018).

Ada beberapa faktor yang turut mempengaruhi seseorang terinfeksi

malaria diantarannya adalah :

1. Ras atau suku bangsa. Pada penduduk Benua Afrika prevalensi

Hemoglobin S (HbS) cukup tinggi sehingga penduduk Benua Afrika

lebih tahan terhadap infeksi Plasmodium falciparum karena HbS

dapat menghambat perkembangbiakan Plasmodium falciparum

2. Kekurangan enzim tertentu. Kekurangan terhadap enzim Glukosa 6

Phosphat Dehidrogenase (G6PD) memberikan perlindungan

terhadap infeksi P. falciparum yang berat. Defisiensi terhadap enzim

ini merupakan penyakit genetik dengan manifestasi utama pada

wanita.

3. Kekebalan pada malaria. Kekebalan pada malaria terjadi apabila

tubuh mampu menghancurkan Plasmodium yang masuk atau mampu

menghalangi perkembangannya. Hanya pada daerah dimana orang-

orang mempunyai gametosit dalam darahnya dapat menjadikan


9

nyamuk anopheles terinfeksi. Anak-anak mungkin terutama penting

dalam hal ini. Penularan malaria terjadi pada kebanyakan daerah

tropis dan subtropis, walaupun Amerika Serikat, Kanada, Eropa,

Australia dan Israel sekarang bebas malaria lokal, wabah setempat

dapat terjadi melalui infeksi nyamuk lokal oleh wisatawan yang

datang dari daerah endemis.

4. Malaria kongenital. Malaria Kongenital disebabkan oleh penularan

agen penyebab melalui barier plasenta, jarang ada, Sebaliknya

malaria neonates, agak sering dan dapat sebagai akibat dari

pencampuran darah ibu yang terinfeksi dengan darah bayi selama

proses kelahiran (Putra, 2011).

2.1.3 Etiologi Malaria

Penyebab infeksi malaria ialah Plasmodium, yang selain menginfeksi

manusia juga menginfeksi binatang seperti golongan burung, Reptile,

dan Mamalia. Termasuk Genus Plasmodium dari Famili Plamodidae,

Ordo Eucoccidiorida, kelas Sporozoasida, dan Phylium Apicomplexa.

Plasmodium pada manusia menginfeksi eritrosit dan mengalami

pembiakan aseksual di jaringan hati dan di eritrosit. Pembiakan seksual

terjadi pada tubuh nyamuk Anopheles betina. Secara keseluruhan ada

lebih dari 100 plasmodium yang menginfeksi (Harijanto, 2009)


10

Gambar 2.1 Nyamuk Anopheles


Sumber: CDC. Life Cycle of the Malaria Parasite.

2.1.4 Jenis Malaria

Malaria terdiri dari beberapa jenis yaitu sebagai berikut :

1. Malaria Falciparum (malaria tropika)

Malaria Falciparum disebabkan oleh infeksi Plasmodium

falciparum. Gejala yang timbul yaitu demam yang timbul secara

intermiten dan dapat kontinyu. Jenis malaria ini paling sering

menjadi malaria berat yang menyebabkan kematian.

2. Malaria Vivaks (malaria tersiana)

Malaria Vivaks disebabkan oleh infeksi Plasmodium vivax. Gejala

yang timbul yaitu demam berulang dengan interval bebas demam

2 hari. Saat ini telah ditemukan kasus malaria berat yang

disebabkan oleh Plasmodium vivax.

3. Malaria Ovale

Malaria Ovale disebabkan oleh infeksi Plasmodium ovale.

Manifestasi klinis dari malaria ini biasanya bersifat ringan. Pola

demam seperti pada malaria vivaks.


11

4. Malaria Malariae (malaria kuartana)

Malaria Malariae Disebabkan oleh infeksi Plasmodium malariae.

Gejala yang timbul yairu demam berulang dengan interval bebas

demam 3 hari (Irawan, 2017).

2.1.5 Faktor Risiko Malaria

Penyebaran penyakit malaria dapat dipengaruhi oleh berbagai

faktor, diantaranya yaitu Faktor Agent, Host dan Environment. Faktor

host sendiri dibagi menjadi dua yaitu host intermediate (manusia) dan

host definitive (nyamuk) (Arief, 2020).

Gambar 2.2 Siklus hidup Plasmodium


Sumber: CDC. Life Cycle of the Malaria Parasite.

2.1.6 Siklus Hidup Malaria

Siklus hidup dari keempat spesies Plasmodium pada manusia

umumnya sama. Infeksi parasit malaria pada manusia dimulai saat


12

nyamuk Anopheles betina menggigit manusia, kemudian nyamuk akan

melepaskan sporozoit ke dalam pembuluh darah dimana Sebagian

besar dalam waktu 45 menit akan menuju ke hati dan Sebagian kecil

sisanya akan mati di dalam darah. Di dalam sel parenkim hati mulai

terjadi fase perkembangan aseksual. Pada perkembangan ini

memerlukan waktu sekitar 5,5 hari untuk plasmodium falciparum dan

untuk perkembangan plasmodium malariae memerlukan waktu 15

hari. Setelah sel parenkim hati terinfeksi, terbentuk Skizon hati yang

apabila pecah akan dapat mengeluarkan 10.000 -30.000 merozoit ke

sirkulasi darah. Di dalam darah, Sebagian besar parasite akan

membentuk gamet jantan dan betina. Apabila nyamuk anopheles

betina menghisap darah manusia yang sakit atau terinfeksi, maka akan

terjadi siklus seksual dalam tubuh nyamuk. Setelah terjadi perkawinan

zygote akan terbentuk dan akan menjadi ookinet yang akan menembus

dinding perut nyamuk dan akhirnya menjadi bentuk oocyst kemudian

akan menjadi masak dan mengeluarkan sporozoit yang akan

bermigrasi ke kelenjar ludah nyamuk dan siap untuk menginfeksi

manusia (PAPDI, 2014).

Tabel 2.5 Masa Inkubasi Penyakit Malaria Melalui Plasmodium.

plasmodium Masa Inkubasi (rata-rata)


Plasmodium Falciparum 9-14 hari
Plasmodium Vivax 12-17 hari
P Plasmodium Ovale 16-18 hari
Plasmodium Malariae 18-40 hari
13

2.1.7 Transmisi Malaria

Penularan penyakit malaria dari orang yang sakit kepada orang

sehat, sebagian besar melalui gigitan nyamuk. Bibit penyakit malaria

dalam darah manusia dapat terhisap oleh nyamuk, berkembang biak di

dalam tubuh nyamuk, dan ditularkan kembali kepada orang sehat yang

digigit nyamuk tersebut. Jenis-jenis vektor (perantara) malaria yaitu :

a. Anopheles Sundaicus, nyamuk perantara malaria di daerah pantai.

b. Anopheles Aconitus, nyamuk perantara malaria daerah persawahan.

c. Anopheles Maculatus, nyamuk perantara malaria daerah

perkebunan, kehutanan dan pegunungan (Ditjen, 2014).

Penularan yang lain adalah melalu transfusi darah. Namun

kemungkinannya sangat kecil. Cara penularan penyakit malaria dapat

di bedakan menjadi dua macam yaitu sebagai berikut.

1. Penularan secara alamiah (natural infection)

Penularan secara alamiah terjadi melalui gigitan nyamuk

Anopheles betina yang telah terinfeksi oleh Plasmodium. Sebagian

besar spesies menggigit pada senja dan menjelang malam hari.

Namun beberapa vektor mempunyai waktu puncak menggigit pada

tengah malam dan menjelang fajar. Setelah nyamuk Anopheles

betina mengisap darah yang mengandung parasit pada stadium

seksual (gametosit), gamet jantan dan betina bersatu membentuk

ookinet di perut nyamuk yang kemudian menembus di dinding

perut nyamuk dan membentuk kista pada lapisan luar dimana


14

ribuan sporozoit dibentuk. Sporozoit-sporozoit tersebut siap untuk

ditularkan. Pada saat menggigit manusia, parasit malaria yang ada

dalam tubuh nyamuk masuk ke dalam darah manusia sehingga

manusia tersebut terinfeksi lalu menjadi sakit.

2. Penularan tidak alamiah (not natural infection)

a. Malaria bawaan (kongenital)

Malaria yang disebabkan karena adanya kelainan pada

sawar plasenta sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu

ke bayi yang dikandungnya. Penularan terjadi melalui tali pusat

atau plasenta.

b. Secara mekanik

Penularan terjadi melalui transfusi darah dan penggunaan

jarum suntik.

c. Secara oral

Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung

(P.gallinasium), burung dara (P.relection) dan monyet

(P.knowlesi) (Kemenkes, 2018).

2.1.8 Manifestasi Klinis

Menurut berat-ringannya gejala malaria dapat dibagi menjadi 2

jenis yaitu :

a. Gejala malaria ringan (malaria tanpa komplikasi)


15

Meskipun disebut malaria ringan, pada dasarnya gejala yang

dirasakan penderitanya cukup berat. Gejala malaria yang utama

yaitu: demam, dan menggigil, juga dapat disertai sakit kepala,

mual, muntah, diare, nyeri otot atau pegal-pegal. Gejala-gejala

yang timbul dapat bervariasi tergantung daya tahan tubuh penderita

dan gejala spesifik dari mana parasit berasal (PAPDI, 2014).

Demam pada gejalah malaria diduga terjadi karena

berhubungan dengan proses skizogoni (pecahnya merozoit atau

skizon), pengaruh GPI (glycosyl phosphatidylinositol) atau

terbentuknya sitokin atau toksin lainnya. Pada beberapa penderita,

demam yang timbul mungkin saja tidak terjadi (misalnya pada

daerah hiperendemik) banyak orang dengan parasitemia tanpa

gejala (Kemenkes, 2017).

1. Masa inkubasi

Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung

dari spesies parasit (terpendek untuk Plasmodium falciparum

dan terpanjang untuk Plasmodium malariae).

2. Keluhan-keluhan prodromal

Keluhan-keluhan prodromal dapat terjadi sebelum

terjadinya demam, berupa: malaise, lesu, sakit kepala, sakit

tulang belakang, nyeri pada tulang dan otot, anoreksia, perut

tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di

punggung. Keluhan prodromal sering terjadi pada infeksi


16

Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale, sedangkan

Plasmodium falciparum dan Plasmodium malariae keluhan

prodromal belum jelas.

3. Gejala umum

Gejala-gejala klasik umum pada malaria yaitu terjadinya

trias malaria (malaria proxym) secara berurutan yang disebut

trias malaria, yaitu :

1. Stadium dingin (cold stage) Stadium ini berlangsung

kurang lebih dari 15 menit sampai dengan 1 jam. Dimulai

dengan menggigil dan perasaan sangat dingin, gigi

gemeretak, nadi cepat tetapi lemah, bibir dan jari-jari pucat

kebiru-biruan (sianotik), kulit kering dan terkadang disertai

muntah.

2. Stadium demam (hot stage) Stadium ini berlangsung kira-

kira kurang lebih dari 2 – 4 jam. Penderita merasakan

kepanasan, Muka merah, kulit kering, sakit kepala dan

sering kali muntah. Nadi menjadi kuat kembali, merasa

sangat haus dan suhu tubuh dapat meningkat hingga 41

derajat celcius   atau lebih. Pada anak-anak, suhu tubuh

yang sangat tinggi dapat menimbulkan kejang.

3. Stadium berkeringat (sweating stage) Stadium ini

berlangsung kurang lebih 2 – 4 jam. Penderita berkeringat

sangat banyak. Suhu tubuh kembali turun, kadang-kadang


17

sampai di bawah normal. Setelah itu biasanya penderita

beristirahat hingga tertidur. Setelah bangun tidur pada

kebanyakan penderita merasa lemah tetapi tidak ada gejala

lain sehingga dapat kembali melakukan kegiatan sehari-hari

(Kemenkes, 2017).

b. Gejala malaria berat (malaria dengan komplikasi)

Penderita dikatakan menderita malaria berat bila di dalam

darahnya ditemukan parasit malaria melalui pemeriksaan

laboratorium Sediaan Darah Tepi atau Rapid Diagnostic Test

(RDT) dan disertai memiliki satu atau beberapa gejala/komplikasi

berikut ini :

1. Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat (mulai dari koma

sampai penurunan kesadaran lebih ringan dengan manifestasi

seperti: mengigau, bicara salah, tidur terus, diam saja, tingkah

laku berubah).

2. Keadaan umum yang sangat lemah (tidak bisa duduk/berdiri)

3. Kejang-kejang

4. Panas sangat tinggi

5. Mata atau tubuh kuning

6. Tanda-tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas kulit

berkurang, bibir kering, produksi air seni berkurang)

7. Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan

8. Nafas cepat atau sesak nafas


18

9. Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum

10. Warna air seni seperti teh tua dan dapat sampai kehitaman

11. Jumlah air seni kurang sampai tidak ada air seni .

12. Telapak tangan sangat pucat (anemia dengan kadar Hb kurang

dari 5 g%) Penderita malaria berat harus segera dibawa/dirujuk

ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan penanganan

semestinya (PAPDI, 2014).

Perbedaan gejala klinis

1. Malaria tropika disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Gejala

demam timbul intermiten dan dapat kontinyu. Jenis malaria ini

paling sering menjadi malaria berat yang menyebabkan kematian.

Ditandai dengan gejala panas yang ireguler, anemia,

splenomegaly, parasitemia, dan sering terjadi komplikasi. Dengan

gejala prodromal sakit kepala, nyeri punggung, nyeri tungkai, lesu,

perasaan dingin, mual, muntah, dan diare.

2. Malaria tertiana disebabkan oleh plasmodium vivax. Masa

inkubasi pada malaria tertian sekitar 12-17 hari, bisa lebih panjang

12-20 hari pada hari-hari pertama gejala yang terlihat yaitu panas

yang ireguler, kadang-kadang remiten atau intermiten. lalu pada

akhir minggu pertama tipe panas menjadi intermiten dan periodik

setiap 48 jam dengan gejala klasik trias malaria. Pada minggu

kedua limpa mulai teraba. Parasitemia mulai menurun setelah 14

hari, limpa masih dapat membesar dan panas masih berlangsung.


19

Pada akhir minggu kelima panas mulai menurunTelah ditemukan

juga kasus malaria berat yang disebabkan oleh Plasmodium vivax.

3. Malaria ovale disebabkan oleh Plasmodium ovale. Manifestasi

klinis biasanya bersifat ringan. Masa inkubasi 11-16 hari, serangan

paroksismal 3-4 hari terjadi malam hari dan jarang lebih dari 10

kali walaupun tanpa terapi. Gejala klinis yang ditimbulkan hamper

sama dengan malaria vivaks, lebih ringan, puncak panas lebih

rendah dan perlangsungan lebih pendek, dan dapat sembuh

spontan tanpa pengobatan. Serangan menggigil jarang terjadi dan

splenomegaly jarang sampai dapat diraba.

4. Malaria quartana disebabkan oleh Plasmodium malariae. Gejala

demam berulang dengan interval bebas demam 3 hari. Masa

inkubasi 18-40 hari. Manifestasi klinik seperti pada malaria vivaks

hanya berlangsung lebih ringan, anemia jarang terjadi,

splenomegaly sering dijumpai walaupun ringan. Serangan

paroksismal terjadi tiap 3-4 hari, biasanya pada waktu sore dan

parasitemia sangat rendah kurang dari 1 %. Komplikasi jarang

terjadi (Irawan, 2017).

2.1.9 Dignosis Malaria

Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnyaa

berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang.

1. Anamnesis
20

Keluhan utama pada malaria adalah demam, menggigil,

berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan

nyeri otot atau pegal-pegal. Pada anamnesis juga perlu ditanyakan :

a. Riwayat berkunjung ke daerah endemik malaria

b. Riwayat tinggal di daerah endemik malaria

c. Riwayat sakit malaria/Riwayat demam

d. Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir

e. Riwayat mendapat transfusi darah

2. Pemeriksaan Fisik

a. Demam (>37,5◦C aksila)

b. Konjungtiva dan telapak tangan pucat

c. Pembesaran limpa (splenomegali)

d. Pembesaran hati (hepatomegali)

e. Selain itu manifestasi malaria berat dapat berupa penurunan

kesadaran, demam tinggi, konjungtiva anemis, telapak tangan

pucat, dan ikterik, oliguria, urin berwarna cokelat kehitaman

(black water fever), kejang dan sangat lemah (prostration)

(PERSI, 2020).

3. Pemeriksaan Laboratorium

Untuk mendapatkan kepastian diagnosis malaria, maka harus

dilakukan pemeriksaan sediaan darah. Pemeriksaan tersebut dapat

dilakukan melalui cara berikut

a. Pemeriksaan dengan Mikroskop


21

Pemeriksaan dengan mikroskop merupakan gold standar

(standar baku) untuk diagnosis pasti malaria pemeriksaan

mikroskop dilakukan dengan membuat sediaan darah tebal dan

tipis. Pemerisaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di rumah

sakit / Puskesmas/ lapangan untuk menentukan; ada tidaknya

parasit malaria, spesies dan stadium plasmodium, kepadatan

Parasit. Kepadatan parasit terbagi menjadi.

1. Semi Kuantitatif

2. Kuantitatif

b. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic

Test/RDT)

Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit

malaria, dengan menggunakan metoda imunokromatografi. Tes

ini digunakan pada unit gawat darurat, pada saat terjadi KLB,

dan di daerah terpencil yang tidak tersedia fasilitas

laboratorium mikroskopis. Hal yang penting yang perlu

diperhatikan adalah sebelum memakai RDT sebaiknya terlebih

dahulu membaca cara penggunaannya pada etiket yang tersedia

dalam kemasan RDT untuk menjamin akurasi hasil

pemeriksaan. Saat ini yang digunakan oleh Program

Pengendalian Malaria adalah yang dapat mengidentifikasi

Plasmodium falcifarum dan non Plasmodium falcifarum.


22

c. Pemeriksaan dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) dan

Sequensing DNA

Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada fasilitas yang tersedia.

Pemeriksaan ini penting untuk membedakan antara re-infeksi

dan rekrudensi pada Plasmodium falcifarum. Selain itu dapat

digunakan untuk identifikasispesies Plasmodium yang jumlah

parasitnya rendah atau di bawah batas ambang mikroskopis.

Pemeriksaan dengan menggunakan PCR juga sangat penting

dalam eliminasi malaria karena dapat membedakan antara

parasit impor atau indigenous (PERSI, 2020).

2.1.10 Diagnosis Banding

1. Demam Dengue.

2. Demam Tifoid.

3. Leptospirosis.

4. Infeksi virus akut lainnya (PAPDI, 2014)

2.1.11 Terapi Malaria

Terapi Malaria

Pengobatan yang diberikan pada pasien yang menderita malaria

adalah pengobatan simtomatik dan juga pengobatan radikal malaria

dengan membunuh semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh

manusia. Yang dimaksud dengan pengobatan simtomatik adalah

dengan memberikan antipiretik pada penderita demam untuk


23

mencegah hipertermia dan antikonvulsan pada penderita dengan

kejang. Tujuan pengobatan radikal adalah untuk mendapat

kesembuhan klinis dan parasitologik serta untuk memutuskan rantai

penularan (PERSI, 2020).

Pengobatan malaria tanpa komplikasi

1. Malaria falciparum dan Malaria vivaks

Pengobatan malaria falciparum dan vivaks saat ini menggunakan

Dihidroartemisinin-Piperakuin (DHP) + Primakuin


ACT ditambah primakuin. Dosis ACT untuk malaria falciparum

sama dengan malaria vivaks, Primakuin untuk malaria falciparum

hanya diberikan pada hari pertama saja dengan dosis 0,25

mg/kgBB, dan untuk malaria vivaks selama 14 hari dengan dosis

0,25 mg /kgBB. Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi usia <

6 bulan. Pengobatan malaria falciparum dan malaria vivaks

adalah (PERSI, 2020).

Tabel 6.2
Pengobatan Malaria falciparum menurut berat badan
24

2. Pengobatan malaria vivaks yang relaps Pengobatan kasus malaria

vivaks relaps (kambuh) diberikan dengan regimen ACT yang

sama tapi dosis Primakuin ditingkatkan menjadi 0,5

mg/kgBB/hari.

3. Pengobatan malaria ovale Pengobatan malaria ovale saat ini

menggunakan ACT yaitu DHP ditambah dengan Primakuin

selama 14 hari. Dosis pemberian obatnya sama dengan untuk

malaria vivaks.

4. Pengobatan malaria malariae Pengobatan P. malariae cukup

diberikan ACT 1 kali perhari selama 3 hari, dengan dosis sama

dengan pengobatan malaria lainnya dan tidak diberikan

primakuin.

5. Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivax/P.ovale

Pada penderita dengan infeksi campur diberikan ACT selama 3

Tabel 2.8
Pengobatan infeksi campur P. falciparum, P. vivax, P. ovale
dengan DHP + Primakuin

hari serta primakuin dengan dosis 0,25 mg/kgBB/hari selama 14

hari (PERSI, 2020).


25

Catatan :

a. Sebaiknya dosis pemberian obat berdasarkan berat badan,

apabila penimbangan berat badan tidak dapat dilakukan maka

pemberian obat dapat berdasarkan kelompok umur.

b. Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat badan

(pada tabel pengobatan), maka dosis yang dipakai adalah

berdasarkan berat badan.

c. Untuk anak dengan obesitas gunakan dosis berdasarkan berat

badan ideal.

d. Primakuin tidak boleh diberikan pada ibu hamil.

Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan

perut kosong karena bersifat iritasi lambung. Oleh sebab itu

penderita harus makan terlebih dahulu setiap akan minum obat

anti malaria (PERSI, 2020).

2.2 Malaria Pada Ibu Hamil

Wanita hamil lebih rentan terkena malaria dibandingkan dengan wanita yang

tidak hamil. Kerentanan ini semakin tinggi pada kehamilan pertama dan kedua.

Kerentanan terhadap malaria ini berhubungan erat dengan proses imunologi dan

perubahan hormonal di masa kehamilan. Konsentrasi eritrosit yang terinfeksi

parasit banyak ditemukan di daerah intervillus plasenta. Keadaan ini

berhubungan dengan supresi sistim imun baik humoral maupun seluler selama

kehamilan sehubungan dengan keberadaan fetus sebagai “benda asing” di dalam


26

tubuh ibu. Supresi sistim imun selama. kehamilan terjadi karena perubahan

hormonal terutama hormon progesteron dan kortisol. Konsentrasi hormon

progesteron yang meningkat selama kehamilan berefek menghambat aktifasi

limfosit T terhadap stimulasi antigen (Guyyat, 2004).

2.2.1 Keadaan Patologi pada Ibu Hamil

a. Demam

Demam akibat malaria pada ibu hamil biasanya terjadi pada

primigravida yang belum mempunyai kekebalan terhadap malaria. Pada

ibu hamil multi-gravida dan berasal dari daerah endemisitas tinggi

jarang terjadi gejala demam walaupun mempunyai derajat parasitemia

yang tinggi. Klinis demam ini sangat berhubungan dengan proses

skizogoni (pecahnya merozoit/skizon) dan terbentuknya sitokin dan atau

toksin lainnya.

b. Anemia

Berdasarkan definisi WHO, seorang wanita hamil dikatakan anemia

apabila kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 11 gram/dl. Anemia yang

terjadi pada trimester pertama kehamilan sangat berhubungan dengan

kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Hal ini disebabkan karena

pertumbuhan janin terjadi sangat pesat terjadi pada kehamilan sebelum

20 minggu. Anemia akibat malaria terjadi karena pecahnya eritrosit

yang terinfeksi dan yang tidak terinfeksi. Pecahnya eritrosit yang tidak

terinfeksi terjadi akibat meningkatnya fragilitas osmotik, sehingga


27

mengakibatkan autohemolisis. Pada malaria falciparum dapat terjadi

anemia yang berat karena semua umur eritrosit dapat diserang.

c. Hipoglikemia

Komplikasi malaria berupa hipoglikemia lebih sering terjadi pada

wanita hamil dibandingkan dengan individu yang tidak hamil. Keadaan

hipoglikemia ini sering tidak terdeteksi karena gejala hipoglikemia itu

sendiri mirip dengan gejala malaria. Gangguan susunan saraf pusat

akibat hipoglikemia sering diragukan dengan malaria serebral.

Hipoglikemia yang tidak diatasi segera dapat jatuh ke keadaan asidosis

laktat yang dapat mengakibatkan fetal distress.

Hipoglikemia akibat malaria pada wanita hamil terjadi karena

beberapa hal antara lain; adanya perubahan metabolisme karbohidrat

terutama pada trimester akhir kehamilan, kebutuhan glukosa dari

eritrosit yang terinfeksi lebih tinggi dibandingkan dengan eritrosit yang

tidak terinfeksi, peningkatan fungsi sel beta pancreas, peningkatan

sekresi adrenalin dan disfungsi susunan saraf pusat.

d. Edema paru akut

Edema paru akut sering terjadi pada trimester kedua dan ketiga.

Kondisi ini terjadi karena beberapa sebab yaitu peningkatan

permeabilitasvaskuler sekunder terhadap emboli dan Disseminated

Intravascular Coagulation (DIC), disfungsi berat mikrosirkulasi, proses

alergi, terapi cairan yang berlebihan bersamaan dengan gangguan fungsi


28

kapiler alveoli, malaria serebral, tingkat parasitemi yang tinggi,

hipotensi, asidosis dan uremia.

e. Malaria serebral

Keadaan malaria serebral antara lain disebabkan oleh obstruksi

mekanis pembuluh darah otak akibat berkurangnya deformabilitas

eritrosit yang terinfeksi parasite dan terjadinya adhesi eritrosit yang

mengandung parasite di endotel vaskuler yang menimbulkan

peningkatan permeabilitas sehingga menimbulkan perubahan sawar

darah otak dan udem (Rusjdi, 2012)

2.2.2 Diagnosis Malaria Pada Kehamilan

Malaria pada kehamilan dipastikan dengan ditemukannya parasit

malaria di dalam :

a. Darah maternal

b. Darah plasenta / melalui biopsy

Gambaran klinik malaria pada wanita non-imun (di daerah non-

endemik) bervariasi dari :

a. Malaria ringan tanpa komplikasi (uncomplicated malaria) dengan

demam tinggi.

b. Malaria berat (complicated malaria) dengan risiko tinggi pada ibu dan

janin (maternal mortality rate 20-50 % dan sering fatal bagi janin).
29

Sedangkan gambaran klinik malaria pada wanita di daerah endemik

sering tidak jelas, mereka biasanya memiliki kekebalan yang semi-imun,

sehingga :

a. Tidak menimbulkan gejala-gejala, misal : demam.

b. Tidak dapat didiagnosis klinik (Suparman, 2004)

2.2.4 Pengobatan Malaria pada Kehamilan

Pada prinsipnya pengobatan malaria pada ibu hamil sama dengan

pengobatan pada orang dewasa umumnya, perbedaannya adalah pada

pemberian obat malaria berdasarkan umur kehamilan. Pada ibu hamil tidak

diberikan Primakuin.
30

Tabel 2.5 Pengobatan malaria falciparum pada ibu hamil :

Dosis klindamisin 10 mg/kgBB diberikan 2 x sehari

UMUR KEHAMILAN PENGOBATAN

Trimester I (0-3 bulan) Kina 3x2 tablet + Klindamisin 2x300

mg selama 7 hari

Trimester II (4-6 bulan) ACT tablet selama 3 hari

Trimester III (7-9 bulan) ACT tablet selama 3 hari

Tabel 2.6 Pengobatan malaria vivaks pada ibu hamil

UMUR KEHAMILAN PENGOBATAN

Trimester I (0-3 bulan) Kina 3x2 tablet selama 7 hari

Trimester II (4-6 bulan) ACT tablet selama 3 hari

Trimester III (7-9 bulan) ACT tablet selama 3 hari

Selama obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut

kosong karena bersifat iritasi lambung. Oleh sebab itu kasus harus makan

terlebih dahulu setiap akan minum obat anti malaria (Kemenkes, 2017).
31

2.3 Kerangka Konseptual

Ibu hamil di Puskesmas Koya


Barat Tahun 2021

Ibu hamil Trismester 1 dengan Ibu Hamil dengan Plasmodium


Malaria Falciparum

Ibu hamil Trismester 2 dengan Ibu Hamil dengan Plasmodium


Malaria Vivax

Ibu hamil Trismester 3 dengan Ibu Hamil dengan Plasmodium


Malaria Malariae

Gambaran Malaria
Pada Ibu Hamil di Puskesmas koya
Barat tahun 2021

Gambar 2.3
Kerangka Konseptual
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan data

sekunder berupa rekam medik yang diperoleh dari petugas puskesmas yang

diambil dari Puskesmas Koya Barat. Dalam penelitian ini peneliti melakukan

penelitian tentang gambaran malaria pada ibu hamil trimester 1, trimester 2, dan

trimester 3, dengan jenis malaria P.Falciparum, P.Vivax, P.Malariae, dan

P.Ovale.

3.1.1 Waktu dan Tempat Penelitian

a. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei – Juni 2022

b. Tempat Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini yaitu Puskesmas Koya Barat

3.2 Identifikasi Variabel Penelitian

Identifikasi variabel yang terdapat dalam sebuah penelitian berfungsi untuk

menentukan alat pengumpulan data dan teknik analisis yang akan

digunakan.Variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang berbentuk apa saja

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi yang

kemudian bisa ditarik suatu kesimpulan (Sugiyono, 2015).

Variabel penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu gambaran penyakit

malaria pada ibu hamil dengan sub variabel ibu hamil yang terkena malaria pada

33
34

trismester 1, trimester 2, dan trimester 3, dengan jenis malaria P.Falciparum,

P.Vivax, P.Malariae, dan P.Ovale.

3.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Tabel 3.1
Definisi operasional variabel

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Skala Hasil Ukur

Opersional

Usia Usia merupakan Telaah Lembar Interval 1. 10-19 Tahun


kurun waktu sejak dokumen Pengumpulan 2. 20-29 Tahun
adanya seseorang (rekam Data 3. 30-39 Tahun
dan dapat diukur medis) 4. > 40 Tahun
menggunakan
satuan waktu
dipandang dari
segi kronologis,
individu normal
dapat dilihat
derajat
perkembangan
anatomis dan
fisiologis sama.

Jenis Adalah jenis-jenis Telaah Lembar Ordinal 1. Plasmodium


Plasmodiu protozoa yang dokumen Pengumpulan Falciparum
m terbawa melalui (rekam Data 2. Plasmodium Vivaks
gigitan nyamuk medis) 3. Plasmodium
dan perkembang Malariae
biak dalam sel
darah manusia
Malaria Wanita hamil lebih Telaah Lembar Ordinal 1. Ibu hamil trimester
pada Ibu mudah terinfeksi dokumen Pengumpulan 1 dengan positif
Hamil malaria (rekam Data plasmodium
dibandingkan medis) 2. Ibu hamil trimester
dengan populasi 2 dengan positif
umumnya, selain plasmodium
mudah terinfeksi 3. Ibu hamil trimester
wanita hamil juga 3 dengan positif
mudah terjadi plasmodium
infeksi yang
berulang dan
35

komplikasi berat
yang
mengakibatkan
kematian.

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang positif

malaria pada trimester 1, trimester 2, dan trimester 3, dengan jenis malaria

P.Falciparum, P.Vivax, P.Malariae, dan P.Ovale.

3.4.2 Sampel penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu hamil trimester

1, trimester 2, dan trimester 3 yang terkena malaria dengan jenis malaria

P.Falciparum, P.Vivax, P.Malariae dan P.Ovale di Puskesmas Koya Barat

Tahun 2021.

3.5 Teknik Sampling

Peneliti ingin menggunakan teknik non probability sampling (Sugiyono,

2015) mengatakan bahwa teknik non probability sampling adalah teknik

penarikan sampel yang tidak memberikan peluang bagi setiap unsur atau anggota

populasi untuk dipilih untuk menjadi sampel. Dan peneliti akan menggunakan

teknik total sampling. Menurut (Sugiyono, 2015) mengatakan bahwa total

sampling adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi

digunakan sebagai sampel.


36

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan metode Observasi.

Dalam menggunakan observasi cara yang paling efektif adalah dengan

melengkapinya dengan lembar pengamatan sebagai instrumen. Lembar

pengamatan tersebut kemudian disusun dengan format yang berisi item-item

tentang kejadian atau tingkah laku yang diamati. Dalam observasi pencatatan

disertakan penilaian kepada skala bertingkat (Sucipto, 2020).

3.7 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat. Analisis

univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik

variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012). Data yang didapat kemudian diolah

serta dipresentasikan dalam bentuk table dan grafik menggunakan rumus :

F
P= x 100 %
N

Keterangan :

P = Presentase yang dicari

F = Frekuensi

N = Jumlah sampel

3.8 Etika Penelitian

Dalam penelitian ini, isu etik yang mungkin ditemui oleh peneliti di lapangan

antara lain terungkapnya identitas responden seperti nama maupun data yang

akan diambil dari subjek peneliti. Penelitian ini menggunakan data sekunder
37

berupa rekam medik yang diperoleh dari petugas puskesmas yang diambil dari

Puskesmas Koya Barat. Dalam hal ini identitas pasien harus dijaga

kerahasiaannya.

Kelaikan etik penelitian kesehatan ditandai dengan adanya surat rekomendasi

persetujuan etik dari suatu komisi etik kesehatan. Permintaan Ethical Clereance

diajukan kepada Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) Fakultas Kedokteran

Universitas Cenderawasih.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Penelitian

Puskesmas Koya Barat merupakan salah satu puskesmas yang beralamatkan

di Jln. Nabire Koya Barat Kecamatan Muara Tami Kota Jayapura Papua, sebagai

tempat penelitian yang dipilih oleh peneliti. Penelitian ini dilaksanakan pada

bulan Mei 2022. Peneliti mengambil sampel dari data rekam medis / data register

pasien ibu hamil yang positif malaria pada tahun 2021. Peneliti mengambil

sampel dari usia, jenis plasmodium dan usia kehamilan. Sehingga data yang

diperoleh sebanyak 41 sampel.

4.2 Hasil Penelitan

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia

Usia F %
10-19 Tahun 5 12,2%
20-29 Tahun 24 58,5%
30-39 Tahun 8 19,5%
> 40Tahun 4 9,8%
Total 41 100%

Dari table 4.1 didapatkan bahwa usia ibu hamil yang positif malaria banyak

ditemukan pada usia 20-29 tahun, dengan jumlah 24 (58,5%).

38
39

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia


58,5%
25

20

15

19,5%
10
12,2%
9,8%
5

0
10-19 Tahun 20-29 Tahun 30-39 Tahun > 40Tahun

Gambar 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia

Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa ibu hamil yang positif malaria

paling banyak di temukan pada kelompok usia 20-29 tahun sebanyak 24 (58,5%),

dan paling sedikit di temukan pada usia > 40 tahun sebanyak 4 (9,8%).

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Plasmodium

Jenis Plasmodium F %
Falciparum 24 58,5%
Vivax 17 41,5%
Malariae 0 0%
Ovale 0 0%
Total 41 100%

Dari table 4.2 didapatkan parasite jenis Plasmodium falciparum merupakan

Plasmodium terbanyak dengan jumlah 24 (58,5%).


40

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Plasmodium


58,5%
25

20 41,5%

15

10

5
0% 0%
0
Falciparum Vivax Malariae Ovale

Gambar 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Plasmodium

Berdasarkan Gambar 4.2 ibu hamil yang positif malaria dengan jenis

plasmodium paling banyak adalah Plasmodium falciparum sebanyak 24 (58,5%),

dan diikuti oleh Plasmodium vivax sebanyak 17 (41,5%). Sedangkan

Plasmodium Malaria dan Plasmodium Ovale 0% (tidak ada kasus positif).

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Kehamilan

Trimester F %
Trimester 1 11 26,8%
Trimester 2 20 48,8%
Trimester 3 10 24,4%
Total 41 100%

Dari table 4.3 didapatkan bahwa usia kehamilan pada ibu hamil yang positif

malaria paling banyak ditemukan pada Trimester ke 2 dengan jumlah 20

(48,8)%.
41

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Kehamilan


48,8%

20
18
16
14 26,8%
24,4%
12
10
8
6
4
2
0
Trimester 1 Trimester 2 Trimester 3

Gambar 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Kehamilan

Berdasarkan Gambar 4.3 ibu hamil yang posotif malaria dengan usia

kehamilan paling banyak di temukan pada trimester 2 sebanyak 20 (48,8%), dan

trimester 1 sebanyak 11 (26,8), trimester 3 sebanyak 10 (24,4%).

4.3 Pembahasan

Hasil penelitian yang telah diperoleh dari 41 rekam medik / data register ibu

hamil yang positif malaria di Puskesmas Koya Barat pada Tahun 2021.

4.3.1 Gambaran Malaria pada Ibu Hamil Berdasarkan Usia

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa distribusi malaria pada ibu

hamil berdasarkan usia di Puskesmas Koya Barat yaitu paling banyak

pada kelompok usia 20-29 tahun dengan 24 kasus (58,5%), kemudian

diikuti oleh kelompok usia 30-39 tahun dengan 8 kasus (19,5%),

kelompok usia 10-20 tahun dengan 5 kasus (12,2%), dan kelompok usia >
42

40 tahun dengan 4 kasus (9,8%). Hasil penelitian ini sesuai dengan

penelitian Emalia, didapatkan yakni usia 20-29 tahun sebanyak 3 ibu

hamil (50%). Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Rudono dkk,

didapatkan umur paling banyak terdapat pada kelompok usia 20-35 tahun.

Kelompok usia 20-29 merupakan kelompok umur produktif dimana

ibu hamil yang berada pada rentang usia ini dianggap sudah dewasa dan

bisa mengambil keputusan sendiri dan lebih banyak bergaul dalam

masyarakat dalam hal ini juga menyebabkan ibu hamil lebih banyak

kesempatan untuk terkena penyakit malaria karena sering mengunjungi

daerah endemis malaria yang dapat menjadi salah satu faktor penyebab

tertular malaria. Hal ini berkaitan dengan aktifitas diluar rumah pada

malam hari sebagaimana teori yang menyatakan kebiasaan untuk berada

diluar rumah sampai larut malam, dimana vektornya memiliki

kesempatan yang lebih besar untuk menggigit dan menularkan malaria

(Gusra, 2014).

Penyakit malaria merupakan penyakit yang ditularkan melalui gigitan

nyamuk Anopheles yang terinfeksi oleh plasmodium, artinya seseorang

akan mudah terkena malaria apabila terjadi kontak berupa gigitan nyamuk

Anopheles yang terinfeksi plasmodium (Ditjen, 2014).

4.3.2 Gambaran Malaria pada Ibu Hamil Berdasarkan Jenis Plasmodium

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa distribusi malaria pada ibu

hamil berdasarkan jenis plasmodium yaitu paling banyak ditemukan


43

Plasmodium falciparum dengan 24 kasus (58,5%), kemudian diiukuti

oleh Plasmodium vivax dengan 17 kasus (41,5%), sedangkan pada

Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale nol kasus (0%).

Hal ini sesuai dengan jenis spesies yang banyak ditemukan di

Indonesia yaitu Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax. Di

Indonesia kawasan Timur mulai Kalimantan, Sulawesi Tengah, Sulawesi

Utara, Maluku, Irian Jaya dari Lombok sampai Nusantara Tenggara

Timur serta Timor merupakan daerah yang endemis malaria dengan

Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax yang dapat menyebabkan

malaria tropika dan malaria tertiana (Setiati, 2016). Penelitian ini sejalan

dengan penelitian Ottay, didapatkan jenis Plasmodium terbanyak adalah

jenis Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax.

Wanita hamil memiliki risiko terserang malaria falciparum lebih

sering dan lebih berat dibandingkan wanita tidak hamil. Konsentrasi

eritrosit yang terinfeksi parasite banyak ditemukan di plasenta sehingga

diduga respon imun terhadap parasite dibagian tersebut mengalami

supresi. Hal tersebut berhubungan dengan supresi sistem imun baik

humoral maupun seluler selama kehamilan sehubung dengan keberadaan

fetus sebagai benda asing di dalam tubuh ibu (Harijanto, 2009).

4.3.3 Gambaran Malaria pada Ibu Hamil Berdasarkan Usia Kehamilan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa distribusi malaria pada ibu

hamil berdasarkan usia kehamilan yaitu paling banyak ditemukan pada


44

trimester 2 dengan 20 kasus (48,8%), kemudian diikuti oleh trimester 1

dengan 11 kasus (26,8%), dan trimester 3 dengan 10 kasus (24,4%).

Hal ini sesuai dengan teori Harijanto bahwa wanita hamil lebih mudah

terinfeksi malaria dibandingkan dengan populasi umumnya, selain mudah

terinfeksi, wanita hamil juga mudah menderita infeksi yang berulang dan

komplikasi berat yang dapat mengakibatkan kematian. Hal ini mungkin

disebabkan oleh melemahnya imunitas tubuh. Wanita hamil mengalami

penurunan imunitas sehingga mengurangi efektivitas dalam

membersihkan parasite malaria. Sebagai tambahannya, parasite malaria

akan mengambil dan mereplikasi plasenta. Infeksi malaria pada masa

kehamilan dapat menyebabkan keguguran, kehamilan prematur, berat

badan lahir rendah, infeksi bawaan, dan/atau kematian perinatal

(Harijanto, 2010).

Menurut Soedarto, perempuan hamil yang menderita malaria akan

mengalami gejala malaria tiga kali lebih berat dibandingkan dengan

perempuan yang tidak hamil. Masalah-masalah kesehatan ibu hamil dan

janin yang dikandungnya akibat malaria terutama dialami oleh ibu hamil

pertama atau pada kehamilan kedua. Selain itu, menurut Affandi, kondisi

bahaya malaria pada ibu akan lebih berisiko saat memasuki usia

kehamilan trimester 2 karena pada trimester 2 plasenta berperan sebagai

sumber makanan untuk janin yang sudah terbentuk, dan plasenta

merupakan tempat yang disukai untuk sekuestrasi dan perkembangan

parasit malaria. Ruang intervili terisi oleh parasite dan makrofag sehingga
45

mengganggu transport oksigen dan nutrisi ke janin. Hipertrofi vilus dan

nekrosis fibroid villi dapat dilihat. Jaringan plasenta akan mengandung

pigmen malaria (dengan atau tanpa parasite) (Affandi, 2014).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ulima yang menyebutkan

distribusi ibu hamil berdasarkan usia kehamilan di daerah endemis

malaria didominasi oleh ibu hamil trimester 2 yaitu 26 (50%) sedangkan

di daerah non-endemis malaria usia kehamilan didominasi oleh ibu hamil

trimester 3 sebanyak 30 (57,7%) (Ghaisani, 2019).


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Kelompok usia 20-29 merupakan kelompok umur produktif dimana ibu

hamil yang berada pada rentang usia ini dianggap sudah dewasa dan bisa

mengambil keputusan sendiri dan lebih banyak bergaul dalam masyarakat

dalam hal ini juga menyebabkan ibu hamil lebih banyak kesempatan untuk

terkena penyakit malaria karena sering mengunjungi daerah endemis malaria

yang dapat menjadi salah satu faktor penyebab tertular malaria.

2. Wanita hamil memiliki risiko terserang malaria falciparum lebih sering dan

lebih berat dibandingkan wanita tidak hamil. Konsentrasi eritrosit yang

terinfeksi parasite banyak ditemukan di plasenta sehingga diduga respon

imun terhadap parasite dibagian tersebut mengalami supresi.

3. Kondisi bahaya malaria pada ibu akan lebih berisiko saat memasuki usia

kehamilan trimester 2 karena pada trimester 2 plasenta berperan sebagai

sumber makanan untuk janin yang sudah terbentuk, dan plasenta merupakan

tempat yang disukai untuk sekuestrasi dan perkembangan parasit malaria.

5.2 Saran

Saran penulis dari penelitian ini adalah :

1. Kepada pihak puskesmas disarankan untuk memberikan edukasi yang baik

kepada ibu hamil khususnya ibu hamil usia muda agar lebih sadar untuk

melakukan pemeriksaan dini tentang malaria.

45
46

2. Kepada ibu hamil disarankan untuk menjaga diri dari gigitan nyamuk saat

malam hari terutama saat tidur dengan cara menggunakan kelambu yang

sudah berinsektisida sewaktu tidur dan atau memakai lotion anti nyamuk dan

baju tertutup saat harus keluar di malam hari.

3. Ibu hamil disarankan memeriksakan kesehatannya di pelayanan kesehatan

masyarakat atau puskesmas untuk memantau kesehatan ibu dan janin selama

masa usia kehamilan.

4.
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, B. (2014). Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi.

Arief, N. M., Arif, M. I., & Erlani, E. (2020). Faktor-Faktor Yang Berhubungan

Dengan Kejadian Penyakit Malaria (Studi Literatur). Sulolipu: Media

Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat, 20(2), 206-211.

Arsin, A. A. (2012). Malaria di Indonesia tinjauan aspek epidemiologi. Penerbit:

Masagena Press. IKAPI.

Centers for Disease Control (CDC). (2013). Schema of the life cycle of malaria.

Dinas kesehatan provinsi Papua. (2018). Profil kesehatan Provinsi Papua tahun 2017.

Jayapura: Dinas Kesehatan Provinsi Papua.

Ditjen, P. P., & Kemenkes, P. L. (2014). Pedoman manajemen malaria. Jakarta:

Ditjen PP dan PL Kemenkes RI..

Fitriany. J. dan Sabiq. A. (2018). Malaria. Jurnal Averrous. 4 (2).

Ghaisani, S. F. (2019). Hubungan Indeks Massa tubuh Ibu Hamil Dengan Kejadian

Hipertensi di Puskesmas Kecamatan Matraman (Doctoral dissertation,

Universitas Binawan).

Gusra, T., Irawati, N., & Sulastri, D. (2014). Gambaran Penyakit Malaria di

Puskesmas Tarusan dan Puskesmas Balai Selasa Kabupaten Pesisir Selatan

periode Januari-Maret 2013. Jurnal Kesehatan Andalas, 3(2).

Guyatt, H. L., & Snow, R. W. (2004). Impact of malaria during pregnancy on low

birth weight in sub-Saharan Africa. Clinical microbiology reviews, 17(4), 760-

769.

47
48

Harijanto, P. N. (2010). Gejala klinik malaria Ringan. Dalam: Harijanto, PN, ed.

Malaria dari Molekuler ke klinis. edisi, 2.

Harijanto, P. N., & Nugroho, A. (2009). Malaria dari molekuler ke klinis. EGC.

Irawan, H., Merry, M. S., & Wuryaningsih, N. S. (2017). Profil Hematologik

berdasarkan jenis Plasmodium pada pasien malaria rawat inap di RSK

Lindimara, Sumba Timur. Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana, 2(2), 393-

402.

Kemenkes, R. E. (2017). Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria. Direktorat

P2PTVZ Kementerian Kesehatan, Republik Indonesia, Jakarta.

Kemenkes, R. E. (2018). Pelaksanaan Deteksi Dini dan Pemberian Obat Anti Malaria

oleh Kader Malaria pada Daerah Situasi Khusus. Menteri Kesehatan, Republik

Indonesia, Jakarta.

Kemenkes, R. E. (2018). Wilayah dominan Bebas Malaria. Kementrian Kesehatan,

Republik Indonesia, Jakarta.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi penelitian kesehatan.

Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan & Perilaku, Jakarta: Rineka

Cipta. Jakarta: Rineka Cipta.

PAPDI, P. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan

Departemen IPD FKUI.

PERSI, (2020). Malaria. In: Buku Saku Tatalaksana Kasus Malaria. Kementrian

Kesehatan, Republik Indonesia, Jakarta.

Putra, T. R. I. (2011). Malaria dan permasalahannya. Jurnal Kedokteran Syiah

Kuala, 11(2), 103-114.
49

Quinn, T. C. (1992). Parasitic Disease During Pregnancy.

Rusjdi, S. R. (2012). Malaria pada masa kehamilan. Majalah Kedokteran

Andalas, 36(2), 173-178.

Setiati, S., Alwi, I., Sudoyo, A. W., Simadibrata, K., Setiyohadi, B., & Syam, A. F.

(2016). Buku ajar ilmu penyakit dalam.

Sucipto, C. D. (2020). Metodologi penelitian kesehatan.

Sugiyono, S. (2015). Metode penelitian pendidikan:(pendekatan kuantitatif, kualitatif

dan R & D). Bandung: Alfabeta.

Suparman, E., & Suryawan, A. (2004). Malaria pada kehamilan. Maranatha Journal

of Medicine and Health, 4(1), 148312.


LAMPIRAN

50
51

Lampiran 1 Surat Ijin Pengambilan Data dari Dinas Kesehatan Kota Jayapura kepada

Kepala Puskesmas Koya Barat.


52

Lampiran 2 Surat Permohonan Ijin Pengambilan Data Dari Kampus Kepada Kepala

Puskesmas Koya Barat


53

Lampiran 3 Surat Keterangan Persetujuan Etik


54

Lampiran 4 Surat Keterangan Selesai Penelitian


55

Lampiran 5 Data Register Ibu Hamil Positif Malaria Tahun 2021


Trimester Trimester Trimester Tanggal Jenis
No Nama Umur 1 2 3 Kunjungan Plasmodium
Senin, 4 Plasmodium
1 Ny. MT 20 24 minggu Januari 2021 Vivax
Kamis, 7 Plasmodium
2 Ny. EA 26 17 minggu Januari 2021 Falciparum
14 Januari Plasmodium
3 Ny. DAN 20 11 minggu 2021 Vivax
Sabtu, 16 Plasmodium
4 Ny. MP 23 23 minggu Januari 2021 Vivax
Senin, 18 Plasmodium
5 Ny. JM 17 27 minggu Januari 2021 Vivax
Jumat, 22 Plasmodium
6 Ny. P 38 15 minggu Januari 2021 Falciparum
Rabu, 27 Plasmodium
7 Ny. LS 25 29 minggu Januari 2021 Vivax
Jumat, 29 Plasmodium
8 Ny. LT 20 23 minggu Januari 2021 Falciparum
Senin, 01
Februari Plasmodium
9 Ny. L 17 12 minggu 2021 Falciparum
Rabu, 03
Februari Plasmodium
10 Ny. S 32 5 minggu 2021 Vivax
Rabu, 03
Februari Plasmodium
11 Ny. HW 22 4 minggu 2021 Falciparum
Senin, 08
Februari Plasmodium
12 Ny. A 19 11 minggu 2021 Falciparum
Rabu, 10
Februari Plasmodium
13 Ny. P 21 16 minggu 2021 Vivax
19 Maret Plasmodium
14 Ny. Sa 19 31 minggu 2021 Vivax
Rabu, 24 Plasmodium
15 Ny. Pn 40 24 minggu Maret 2021 Falciparum
29 Maret Plasmodium
16 Ny. IA 30 20 minggu 2021 Vivax
Selasa, 06 Plasmodium
17 Ny. Un 35 5 minggu April 2021 Falciparum
Selasa, 06 Plasmodium
18 Ny. Si 36 23 minggu April 2021 Vivax
Kamis, 22 Plasmodium
19 Ny. JP 21 27 minggu April 2021 Falciparum
Kamis, 29 Plasmodium
20 Ny. Aa 34 11 minggu April 2021 Vivax
Kamis, 29 Plasmodium
21 Ny. Hi 40 15 minggu April 2021 Falciparum
Senin, 31 Plasmodium
22 Ny. Ka 23 27 minggu Mei 2021 Falciparum
Senin, 31 Plasmodium
23 Ny. GA 27 18 minggu Mei 2021 Falciparum
Selasa, 22 Plasmodium
24 Ny. M 21 11 minggu Juni 2021 Falciparum
25 Ny. SW 27 22 minggu Rabu, 23 Plasmodium
56

Juni 2021 Falciparum


Rabu, 7 Juli Plasmodium
26 Ny. Ea 34 29 minggu 2021 Vivax
Kamis, 22 Plasmodium
27 Ny. Yi 22 7 minggu Juli 2021 Falciparum
Selasa, 03
Agustus Plasmodium
28 Ny. Ya 28 30 minggu 2021 Falciparum
Senin, 06
September Plasmodium
29 Ny. MM 27 13 minggu 2021 Falciparum
Kamis, 09
September Plasmodium
30 Ny. YE 28 34 minggu 2021 Falciparum
Sabtu, 11
September Plasmodium
31 Ny. Ma 38 14 minggu 2021 Falciparum
Kamis, 16
September Plasmodium
32 Ny. NS 42 35 minggu 2021 Vivax
Sabtu, 25
September Plasmodium
33 Ny. SP 19 19 minggu 2021 Falciparum
Senin, 07
September Plasmodium
34 Ny. VH 23 21 minggu 2021 Falciparum
Sabtu, 02
Oktober Plasmodium
35 Ny. Pa 27 20 minggu 2021 Falciparum
Senin, 01
November Palmodium
36 Ny. SS 22 21 minggu 2021 vivax
Selasa, 02
November Plasmodium
37 Ny. YM 28 18 minggu 2021 Vivax
Senin, 08
November Plasmodium
38 Ny. RM 41 8 minggu 2021 Falciparum
Sabtu, 04
Desember Plasmodium
39 Ny. Ns 24 26 minggu 2021 Vivax
Senn, 13
Desember Plasmodium
40 Ny. YM 24 19 minggu 2021 Falciparum
Rabu, 29
Desember Plasmodium
41 Ny. Ro 29 37 minggu 2021 Vivax
Jumlah 41 pasien

Anda mungkin juga menyukai