Anda di halaman 1dari 16

BLADDER TRAUMA

KELOMPOK 3
Anggota Kelompok:
 Indah Indriyani A11601303
 Hanifah Adila F. A11701556
 Hasna Faras Fatin A11701557
 Ilham Yoga A11701561
 Linda Felina A11701571
 Maudy R.A. A11701575
 Miftakhul Huda A11701580
 Nanang Aziz A11701588
 Nisa Iprawati A11701591
 Novella Rizqi A11701692
 Nur Wiji A11701595
Pengertian
 Cedera pada kandung kemih oleh karena patah tulang panggul dan hantaman
keras ke arah abdomen bagian bawah ketika kandung kemih terisi penuh
(Smeltzer & Bare, 2013)
 Cedera kandung kemih dapat disebabkan oleh trauma tumpul, penetrasi, atau
iatrogenik. cedera kandung kemih bervariasi sesuai dengan derajat distensi
kandung kemih, kandung kemih penuh lebih rentan terhadap cedera daripada
yang kosong.
Etiologi
 • Kecelakaan
 • Jatuh
 • Benda jatuh di perut bagian bawah
 • Penggunaan sabuk pengaman
 • Luka tusuk
 • Peluru, pisau, pecahan peluru
 • Cedera iatrogenik
Tanda dan gejala
 • Memar
 • Kerusakan pada kandung kemih (tears)
 • Hematuria
 • Nyeri (tidak terasa; akibat cedera lain)
 • Disuria (urine bocor ke intraperitoneal)
 • Aliran urine lemah
 • Severe back pain
 • Disuria
Klasifikasi
 Ruptur ekstraperitoneal
Sebagian besar kasus ruptur ekstraperitoneal berhubungan dengan fraktur
panggul. Ini mungkin karena cedera perlambatan dan insersia cairan yang
dikombinasikan dengan gaya gesek geser yang berkembang ketika cincin panggul
patah atau berubah bentuk. Kadang-kadang ruptur ekstraperitoneal mungkin
disebabkan perforasi oleh fragmen tulang. Dengan pecahnya ekstraperitoneal,
kontras akan mengalami ekstravasasi dasar kandung kemih dan terbatas pada ruang
perivekal.
 Pecah intraperitoneal
Mode cedera adalah peningkatan tekanan intravesika dan kompresi dari panggul
yang berdekatan. ruptur kandung kemih intraperitoneal dapat terjadi setelah
trauma setir dan pukulan langsung. Air seni akan mengalir ke rongga perut dan
diagnosis tidak selalu mudah. Ketika urin diserap ke dalam sirkulasi sistemik,
kelainan elektrolit utama dan metabolisme mungkin menjadi jelas. Selain itu, pasien
dapat mengalami anuria. Diagnosis dapat dikonfirmasi dengan paracentesis urin
atau ekstravasasi urin pada studi pencitraan.
pathway
Skenario Kasus
 Laki-laki usia 41 tahun dibawa ke IGD setelah jatuh mengendarai sepeda. Pasien
mengatakan tidak mampu berkemih. Hasil pengkajian didapatkan darah pada meatus
uretra, pembengkakan pada scrotum dan ada ekimosis di area scrotum dextra. Hasil
pemeriksaan laboratorium Hb 10.1 gr/dL, Leukosit 16.000 sel/mm3. TD 100/70
mmHg, frekuensi nadi 84x/menit, laju pernafasan 26x/menit, dan suhu 37,4oC.
Tindakan pemasangan DC tidak dapat dilakukan karena selang DC tidak dapat masuk.
Analisa Data
Data Fokus Problem Etiologi
DS : pasien mengatakan tidak mampu berkemih Hambatan Eliminasi Penyebab Multiple
DO : Urine (trauma)
-Terdapat darah pada meatus uretra (00016)
-Pembengkakan pada scrotum
-Terdapat ekimosis di area scrotum dekstra
DS : - Resiko Syok Sepsis
DO : pasien terlihat pucat dan akral dingin (00205)
Leukosit = 16.000 sel/mm3
Hb = 10.1 gr/ dL
TD = 100/70 mmHg
N = 84x/ menit
RR = 26x/ menit
S = 37,4oC
DS : pasien mengatakan Nyeri akut (00132) Agen cidera fisik
P: (Trauma)
Profokatif :pasien mengatakan nyeri akibat trauma pada saat jatuh dari sepeda
Paliatif : pasien mengatakan nyeri berkurang saat beristirahat
Q : seperti tertekan benda berat
R : area scrotum hingga pangkal paha
S : skala 9
T : terus menerus
DO : pasien terlihat kesakitan
Intervensi
Dx NOC NIC Rasional
1. Setelah dilakukan asuhan keperawatan Kateterisasi Urin (0580) Kateterisasi Urin (0580)
selama 1 x 6 jam di harapkan masalah 1. Jelaskan prosedur dan rasionalisasi 1. Memberikan informasi pada pasien
keperawatan Hambatan eliminasi urin b.d kateterisasi (suprapubic) mengenai prosedur pemasangan kateter
penyebab multiple (trauma) dapat teratasi 2. Posisikan pasien dengan tepat 2. Untuk memberikan kenyamanan pada
dengan indicator : (supinasi) pasien
Eliminasi Urin (0503) 3. Pasang alat dengan tepat 3. Untuk memastikan alat yang akan di
4. Berikan privasi dan tutupi pasien gunakan sesuai SOP
Indikator A T dengan baik 4. Untuk memberikan kenyaman untuk
Pola Eliminasi 1 3 5. Pertahankan teknik antiseptic yang pasien
ketat 5. Memastikan pemasangan kateter tidak
Jumlah Urine 1 3
6. Gunakan IV kateter paling besar menimbulkan infeksi lain
Warna Urine 2 3 (no 14-16) 6. Agar urin dapat mengalir dengan lancer
Kejernihan Urine 2 3 7. Anastesi daerah yang akan di 7. Mengurangi rasa sakit saat di tusuk
tusuk. Tusuk 90o diatas pubis 8. Untuk mengalirkan urin keluar dari
Darah Terlihat dalam urine 1 3 8. Hubungkan IV kateter dengan infus kadung kemih
Inkontinensia urine 1 3 set dan fiksasi 9. Memastikan urin dapat keluar dengan
Keterangan : 9. Pertahankan system drainase lancer
1. Sangat terganggu 10. Monitor intake dan output 10. Untuk mengetahui input dan output
2. Banyak terganggu 11. Ajarkan pasien dan keluarga pasien
3. Cukup terganggu mengenai perawatan kateter yang 11. Untuk memberikan informasi mengenai
4. Sedikit terganggu tepat perawatan kateter yang benar
5. Tidak terganggu
2. Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 Pencegahan Syok (4260) Pencegahan Syok (4260)
x 6 jam, diharapkan masalah keperawatan Resiko 1. Monitor tanda-tanda vital 1. Untuk mengetahui kondisi
syok b.d sepsis dapat teratasi dengan indicator : 2. Monitor respon kompensasi awal syok pasien
Keparahan syok : Sepsis (0421) (misal TTV, akral, warna kulit, mual dan 2. Untuk memonitor adanya
muntah, kelemahan) tanda dan gejala syok
Indikator A T 3. Monitor adanya tanda-tanda sindrom 3. Untuk mengetahui adanya
Meningkatnya laju pernafasan 2 3 imflamasi (misal peningkatkan suhu, tanda dan gejala syok
Sesak nafas 2 3 takikardi, takipnea, leukositosis) 4. Untuk mengetahui
4. Periksa urin terhadap adanya darah dan kandungan di dalam urin
Penurunan keluaran urine 1 3 protein 5. Memcegah infeksi dalam
Meningkatnya suhu tubuh 3 4 5. Kolaborasi pemberian antibiotic tubuh
6. Berikan cairan melalui IV atau oral sesuai 6. Untuk memenuhi cairan
Pucat 3 4
kebutuhan tubuh pasien sesuai
Akral dingin dan kulit kemerahan 3 4 7. Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan kebutuhan dan mecegah
8. Lakukan edukasi pada pasien dan dehidrasi
Keterangan : keluarga mengenai factor-faktor pemicu 7. Untuk memenuhi kebutuhan
1. Berat syok dan cara mengatasinya oksigen pasien
2. Cukup berat 8. Memberikan informasi pada
3. Sedang pasien dan keluarga
4. Ringan mengenai factor pemicu syok
5. Tidak ada dan dapat mengatasinya
3. Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Nyeri: Manajemen nyeri:
selama 1 x 6 jam diharapkan masalah 1. Posisikan pasien supinasi 1. Untuk mengurangi nyeri
keperawatan Nyeri akut b.d agen cedera 2. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif 2. Pengkajian yang optimal akan
fisik (trauma) dapat teratasi dengan PQRST memberikan data yang objektif yang
indikator: 3. Observasi adanya petunjuk nonverbal mencegah kemungkinan komplikasi
Kontrol Nyeri (1605) mengenai ketidaknyamanan dan melakukan intervensi yang tepat
4. Modifikasi lingkungan (suhu, 3. Untuk mengetahui skala nyeri
Indikator A T
pencahayaan, suara bising) untuk 4. Untuk mengontrol nyeri dan
Mengenali kapan nyeri terjadi 2 3 mengontrol nyeri mengurangi nyeri
5. Kolaborasi dengan dokter untuk 5. Analgesic memblok lintasan nyeri
Faktor penyebab 2 3
pemberian analgesic sehingga nyeri akan berkurang
Melaporkan nyeri yang terkontrol 2 3 6. Ajarkan pasien tindakan pereda nyeri 6. Pendekatan dengan menggunakan
dengan nonfarmakologi relaksasi dan nonfarmakologi dapat
Menggunakan analgesic yang 2 3
mengurangi nyeri
direkomendasikan
Keterangan :
1. Deviasi berat dari kisaran normal
2. Deviasi yang cukup, cukup berat dari
kisaran normal
3. Deviasi sedang dari kisaran normal
4. Deviasi ringan dari kisaran normal
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal
Implementasi
No Diagnosa Implementasi

1. Hambatan eliminasi urin b.d penyebab Kateterisasi Urin


multiple (trauma)
1. Menjelaskan prosedur dan rasionalisasi kateterisasi
(suprapubic)
2. Memposisikan pasien dengan tepat (supinasi)
3. Memasang alat dengan tepat
4. Memberikan privasi dan tutupi pasien dengan baik
5. Mempertahankan teknik antiseptic yang ketat
6. Menggunakan IV kateter paling besar (no 14-16)
7. Melakukan anastesi pada daerah yang akan di tusuk.
Tusuk 90o diatas pubis
8. Menghubungkan IV kateter dengan infus set dan fiksasi
9. Mempertahankan system drainase
10. Melakukan monitor intake dan output
11. Mengajarkan pasien dan keluarga mengenai perawatan
kateter yang tepat
2. Resiko syok b.d sepsis Pencegahan Syok
1. Melakukan monitoring tanda-tanda vital
2. Melakukan monitor respon kompensasi awal syok (misal TTV, akral,
warna kulit, mual dan muntah, kelemahan)
3. Melakukan monitor adanya tanda-tanda sindrom imflamasi (misal
peningkatkan suhu, takikardi, takipnea, leukositosis)
4. Melakukan pemeriksa urin terhadap adanya darah dan protein
5. Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotic
6. Memberikan cairan melalui IV atau oral sesuai kebutuhan
7. Memberikan terapi oksigen sesuai kebutuhan
8. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai factor-
faktor pemicu syok dan cara mengatasinya
3. Nyeri Akut b.d Manajemen Nyeri:
Agen cidera 1. Memposisikan pasien supinasi
fisik (Trauma) 2. Melakukan pengkajian nyeri komprehensif PQRST
3. Mengobservasi adanya petunjuk nonverbal mengenai
ketidaknyamanan
4. Memodifikasi lingkungan (suhu, pencahayaan, suara bising)
untuk mengontrol nyeri
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat
analgesic
6. Melakukan edukasi dengan mengajarkan pada pasien tentang
tindakan pereda nyeri dengan nonfarmakologi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai