Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

HEMORAGIC POST PARTUM (HPP)

Nama : Lina Permata Sari


NMP : 1914901110087

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
PALANGKARAYA 2020
Definisi
Perdarahan pasca partum adalah perdarahan yang terjadi setelah kelahiran bayi, sebelum, selama dan sesudah
keluarnya plasenta (Harry Oxorn, 2010). Perdarahan pascapersalinan adalah perdarahan melebihi 500 ml pasca
persalinan setelah bayi lahir (Ambar Dwi, 2010).

Klasifikasi
Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
1. Early post partum hemorhagic
Early post partum terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
2. Late post partum hemorhagic
Late post partum terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir.perdarahan yang terjadi antara hari kedua
sampai enam minggu paska persalinan.

Etiologi
Banyak faktor yang dapat menyebabkan perdarahan post partum, antara lain :
1. Atonia uteri
Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus tidak mampu untuk berkontraksi dengan baik dan mengecil
sesudah janin keluar dari rahim.
2. Retensi Plasenta
Bila plasenta tetap tertinggal dalam uterus setengah jam setelah anak lahir disbut sebagai retensio plasenta
3. Sisa Plasenta dan selaput ketuban
a. Pelekatan yang abnormal
b. Tidak ada kelainan perlekatan
4. Trauma jalan lahir
a. Episiotomi yang lebar
b. Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim
c. Rupture uteri
5. Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia /hipofibrinogenemia. Tanda yang sering dijumpai:
a. Perdarahan yang banyak
b. Solusio plasenta.
c. Pre eklampsia dan eklampsia.

Manifestasi klinis
Gejala Klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah yang banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat,
lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, dan ekstremitas dingin, mual. timbul gejala penurunan tekanan
darah (sistolik <90 mmHg) nadi (>100x / menit) dan napas cepat, pucat (Hb <8%), extremitas dingin, sampai terjadi
syok (Ambar, 2010).

Komplikasi
1. Anemia yang dapat memperlemah kondisi klien, menurunkan daya tahan dan menjadi faktor predisposisi
terjadinya infeksi nifas.
2. Kematian akibat kehilangan darah yang tidak dapat ditangani. (Harry Oxorn, 2010)
Diagnosa keperawatan
1. Gangguan keseimbangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam
NOC : Mencegah disfungsional bleeding dan memperbaiki volume cairan
NIC : Monitor tanda vital, Monitor intake dan output setiap 5-10 menit, Lakukan masage uterus dengan satu tangan
serta tangan lainnya diletakan diatas simpisis, Batasi pemeriksaan vagina dan rectum, Bila tekanan darah semakin
turun, denyut nadi makin lemah, kecil dan cepat, pasien merasa mengantuk, perdarahan semakin hebat, segera
kolaborasi. Berikan infus atau cairan intravena, Berikan transfusi whole blood ( bila perlu )
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan pervaginam
NOC : Tanda vital dan gas darah dalam batas normal
NIC : Monitor tanda vital tiap 5-10 menit, Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu kulit,
Tindakan kolaborasi Berikan terapi oksigen
3. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya inkontinuitas jaringan
NOC :skala nyeripada pasien berkurang
NIC : Pertahankan tirah baring selama fase akut, Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam atau teknik distraksi, Hindar
atau minimalkan aktivitas yang berat, Kolaborasi dengan pemberian analgetik
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan keadaan dan ancaman kematian
NOC : Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan mengatakan perasaan cemas berkurang atau
hilang
NIC : Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan, Kaji respon fisiologis klien ( takikardia,
takipnea, gemetar ), Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan, Bantu klien mengidentifikasi rasa
cemasnya, Kaji mekanisme koping yang digunakan klien
5. Resiko infeksi berhubungan dengan perdarahan dan prosedur yang kurang steril
NOC : Tidak terjadi infeksi ( lokea tidak berbau dan TV dalam batas normal )
NIC : Catat perubahan tanda vital, Catat adanya tanda lemas, kedinginan, anoreksia, kontraksi uterus yang lembek, dan
nyeri panggul, Monitor involusi uterus dan pengeluaran lochea, Perhatikan kemungkinan infeksi di tempat lain,
misalnya infeksi saluran nafas, mastitis dan saluran kencing, Tindakan kolaborasi
6. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
NOC : tidak terjadi syok dan kondisi klien dalam batas normal
NIC: Monitor tanda vital tiap 5-10 menit, Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu kulit,
Pemeriksaan penunjang
1. Biakan dan uji sensitivitas (pada luka, drainase atau urine) digunakan untuk mendiagnosis infeksi
2. Venografi adalah metode yang paling akurat untuk mendiagnosis thrombosis vena profunda
3. Jumlah darah lengkap: menunjukkan penurunan Hb/Ht dan peningkatan jumlah sel darah putih (SDP). (Hb
saat tidak hamil: 12-16gr/dl, saat hamil: 10-14gr/dl. Ht saat tidak hamil: 37%-47%, saat hamil: 32%-42%.
Total SDP saat tidak hamil 4.500- 10.000/mm3,saat hamil 5.000-15.000).
4. Ultrasonografi Doppler real-time dan Ultrasonografi Doppler berwarna adalah metode diagnostik untuk
mendiagnosis adanya tromboflebitis dan thrombosis.
5. Urinalisis : Memastikan kerusakan kandung kemih
6. Sonografi : Menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan. ( Barbara R. Stright, 2004)

Penatalaksaan
a. Penatalaksanaan Medis
Terapi Medis yang dapat digunakan
 Methergine 0,2 mg peroral setiap 4 jam sebanyak 6 dosis. Dukung dengan analgesik bila
terjadi kram.
 Pitocin 10 - 20 unit dalam 1000 cc cairan IV
 Methergine 0,2 mg IM bila tidak ada riwayat hipertensi
 Prostin supositoria pervagina, uterus atau rectum
 Bila perdarahan terus berlanjut beri Hernabate 1 ampul per IM setiap 5 menit sebanyak tiga
kali. Berikan dosis pertama 10 menit setelah pemberian Prostin (Geri Morgan, 2009).
b. Penatalaksanaan Keperawatan Penunjang Medis
 Tekan bagian segmen uterus bagian bawah dan keluarkan bekuan darah
 Periksa konsistensi uterus
a) Bila terjadi atonia, pijat uterus
b) Bila tidak ada respon, lakukan kompresi bimanual
c) Berikan oksitoksik dan atau ergot, seperti berikut :
1. Pitocin 10 - 20 unit dalam 1000 cc cairan IV
2. Methergine 0,2 mg IM bila tidak ada riwayat hipertensi
3. Prostin supositoria pervagina, uterus, atau rectum
4. Bila perdarahan uterus berlanjut berikan Hernabate 1 ampul per IM setiap 5 menit sebanyak
tiga kali. Beri dosis pertama 10 menit setelah pemberian prostin.
d) Lanjutkan kompresi bimanual
e) Pantau TTV dan tanda syok
 Bila uterus terus berkontraksi dan perdarahan terus berlanjut, perhatikan apakah ada laserasi.
a) Bila laserasi vagina atau perineum derajat pertama atau kedua, segera perbaiki
b) Bila laserasi serviks atau laserasi vagina atau laserasi perineum derajat tiga atau empat: jepit perdarahan
dan lakukan perbaikan bila terjadi hemostasis
 Bila terjadi tanda - tanda syok:
a) Berikan infuse RL dengan cepat
b) Baringkan pasien dengan kaki sedikit dinaikkan
c) Berikan oksigen melalui masker
d) Jaga pasien agar tetap hangat, beri selimut
e) Pantau tanda - tanda vital
 Pada kasus yang ekstrem, pertimbanngkan untuk melakukan hal-hal berikut:
a) Injeksi oksitosin secara langsung ke uterus dengan trompet lowa
b) Lakukan kompresi aorta
c) Lakukan histerektomi atau D&C bila diperlukan
 Penatalaksanaan tindak lanjut
Lakukan uji hemotokrit :
a) Saat 12 jam setelah pelahiran
b) Saat 24 jam sesudah pelahiran
c) Pertimbangkan pemberian suplemen zat besi ( Geri Morgan, 2009).
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Yetti.2010.Asuhan Kebidanan Masa Nifas.Yogyakarta : Pustaka Rihama


Herdman, T. Heather., 2018. Definisi dan klasifikasi 2018-2020. Jakarta : EGC.
Jannah, N. 2011.Asuhan Ibu nifas.Jakarta:AR-RUZZ MEDIA
Prawirohadjo, Sarwono.2001.Panduan Praktis Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakrta:YBP-SP
Suherni,dkk.2009.Perawatan Masa Nifas.Yogyakarta : Fitramaya
Sunarsih, tri dan vivian Nanny Lia D. 2011.Asuhan Kebidanan pada ibu Nifas.Jakarta:
Salemba Medika

Palangkaraya 30 Juli 2020

Preseptor akademik, Preseptor Klinik,

(Hj. Ruslinawati., Ns, M.Kep) (Herlianthy Paruna Sintha S.Kep.,


Ns)

Anda mungkin juga menyukai