Anda di halaman 1dari 9

TUGAS INDIVIDU

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


RESUME NEEDLE THORACOSINTESIS

Memenuhi Tugas Individu


Mata Kuliah Kegawatdaruratan
Fasilitator
Yudha Prasetya Sanoesi. S.Kep., Ns.
NIP:0787121157)

DISUSUN OLEH :

ALKHAFI JANNATUL FIRDAUS (1610010)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANGTUAH SURABAYA
2020 / 2020

1
Pemeriksaan diagnostik Thoracentesis
Thoracentesis merupakan prosedur invasif yang melibatkan
penyisipan jarum ke dalam ruang pleura untuk menghilangkan cairan
pleural atau udara. Cairan pleura akan dihapus untuk terapi menghilangkan
rasa sakit atau sesak napas yang disebabkan oleh analisis cairan pleura
yang berlebihan juga dapat menjadi alat diagnostik untuk mendeteksi
berbagai gangguan, seperti kondisi peradangan, infeksi, atau kanker.
(Linda, 2010)
Torasentesis adalah penusukan jarum ke dalam spasium pleural.
Indikasi pemeriksaan torasentesis termasuk:
1. Pengangkatan cairan pleural untuk tujuan diagnostik.
a. Pemeriksaan untuk mengetahui berat jenis, jumlah sel
darah putih, bitung banding sel, jumlah sel darah merah,
dan kosentrasi protein, glukosa, dan amilase.

2
b. Pembuatan kultur dan pemeriksaan terhadap adanya
bakteri dan sel-sel ab¬normal atau malignan.
c. Penampilan umum cairan, kuantitas yang didapat, dan
lokasi dari letak torasentesis harus dipesankan.
2. Biopsi pleural.
3. Pembuangan cairan pleural jika cairan tersebut mengancam dan
mengakibatkan ketidaknyamanan klien.
4. Instilasi antibiotik atau obat lainnya ke dalam spasium pleural

a. Prosedur
Torasentesis adalah mengalirkan cairan atau udara yang ditemukan
dalam rongga pleural. Torasentesis terapeutik akan membuang cairan atau
udara yang menum-puk dalam rongga pleura yang dapat menyebabkan
kompresi paru dan distres pernapasan. Cairan yang dikumpulkan dikirim
ke laboratorium dan diperiksa terhadap berat jenis, glukosa, protein, pH,
kultur, pemeriksaan sensitivitas, dan sitologi. Warna dan konsistensi cairan
pleural juga dicatat. (Effendy & Niluh, 2002)

b. Perawatan praprosedur
Dapatkan izin tindakan dari klien dan jelaskan pada klien tentang
prosedur dan tujuannya. Posisi klien duduk tegak sambil condong ke
depan di atas meja trei atau sandaran kursi. Perhatikan posisi klien, dengan
posisi ini cairan dalam pleura berkumpul pada dasar toraks. Bila tidak,
baringkan klien dalam posisi rekumben dengan lengan terletak di bawah
kepalanya. Penusukan jarum akan menimbulkan nyeri. Instruksikan klien
untuk tidak bergerak selama prosedur karena gerakan mendadak dapat
mendorong jarum menebus rongga pleura dan mencederai pleura viseralis
atau parenkim paru. Pemeriksaan membutuhkan waktu 5 sampai 15 menit.
Selama prosedur bantu dokter; pantau tanda vital; dan amati terhadap
dispnea, keluhan kesulitan bernapas, mual, atau nyeri. (Effendy & Niluh,
2002)
c. Keterampilan Membantu Dalam Tindakan Torasentesis
Torasentesis adalah tindakan mengaspirasi cairan pleural atau
udara, dilakukan untuk menghilangkan tekanan, nyeri, atau dispnea.
Respons yang diantisipasi: klien dalam keaaan nyaman selama prosedur
dan tidak mengalami dispnea, batuk atau distres pernapasan.
Respons yang merugikan: klieanmengalamo distres pernapasan dan
menunjukkan gejala seperti peningkatan frekuensi pernapasan, batuk
takterkontrol, mukus berbusa dan bersemu darah, frekuensi jantung cepat,
atau tanda tanda hipoksia.
Peralatan yang dibutuhkan : trai torasntesis: jarum aspirasi no
16;8,75 cm, 1 ampul lidokain 1%(5ml), jarum no 21;3,73, jarum no 25;5/8
inci, spuit 5 ml, spuit 50 ml, katup dua jalur, 3 buah tabung spesimen,
kantung drainase, linen, plester adesif, aplikator prep, spong, trai prep,
sarung tangan steril. (Effendy & Niluh, 2002)

d. Tindakan yang harus dilakukan untuk pemeriksaan Torasentesis


(Effendy & Niluh, 2002)
Tindakan Rasional
1. Periksa pesanan dokter untuk 1.Ronsen digunakan untuk
ronsen dada atau pemeriksaan mengetahui letak cairan atau udar
ultrasonografi yang harus dalam rongga pleural klien untuk
dilakukan sebelum prosedur menentukan tempat penusukan.
Ultrasonografi digunakan untuk
mengetahui letak cairan.
2. Pastikan bahwa surat izin 2.Tindakan beda ini
tindakan sudah ditandatangani membutuhkan surat izin tindakan
oleh pasien. karena sifat dan potensial
komplikasi dari prosedur.

3. Tanyakan pada klien apakah ia 3.dokter harus diberitahu dan


alergi terhadap anastesik atau anastesik lannya harus tersedia.
antiseptik lokak yang
digunakan.
4. Jelaskan pada klien apa yang 4.mengurangi kegelisahan klien
diperkirakan terjadi selama dan
setelah prosedur.
5. Bantu klien memanjakan bagan 5.setelah menelaah hasil ronsen atau
atas tubuhnya. ultra sonografi, dokter akan
melakukan perkusi dada klien untuk
lebih memastikan letak tusukan
jarum.
6. cuci tangan anda. 6.mengurangi transmisi organisme
7. bantu klien mengambil posisi 7.memudahkan pengaliran cairan
yang tepat untuk torasentesis dari dinding dada
8. buka trai steril torasentesis 8.tindakan ini merupakan prosedur
menggunakan teknik steril. steril harus dipertahankan
9. Atur keterangan pencahayaan 9.mengevaluasi area torasentesis
10. Selama prosedur, berikan a. (b) setiap gerakan mendadak
dukungan emosional dan fisik dapat menyebabkan trauma
pada klien dan siapkan klien pada pleura atau fungsi
terhadap apa yang akan terjadi. sevara tidak sengaja terhadap
a. Klien akan merasa dingin
paru paru.
akibat anastesik b. Lidokain sering menimbulkan
b. Sarankan kllien untuk
rasa menyengat ketika
benar benar tidak bergerak
disuntikkan. Jika klien tidak
disiapkan, klien dan dapat
tidak batuk
c. Beritahukan pada klien
bergerak secara tiba-tiba.
kapan lidokain akan
ditusukkan
11. Setelah prosedur berikan 11.mengurangi kemungkinan
tekanan pada tempat tusukan pendarahan. Melindungi tempat
jarum dan pasang balutan penusukan dari masuknya organisme.
steril.
12. Bantu klien untuk kembali ke 12.meningkatkan rileksasi klien
posisi nyaman
13. Pastikan dengan dokter apakah 13.pemeriksaan ronsen mungkin
diperlukan pemeriksaan ronsen dilakukan untuk memastikan bahwa
kembali. tidak terjadi pneumotorkas.
14. Buang peralatan sesuai dengan 14.pembuangan yang tepat akan
kebijakan lembaga temat anda mengurangi transmisi
kerja. mikroorganisme
15. Kaji klien terhada respon 15.mengkaji tanda tanda
seperti peningkatan FP, pening, pneumotoraks.
vertigo, rasa sesak di dada,
batuk, sputum dengan semu
darah, nadi cepat atau sianosis.
16. Catat prosedur. Tuliskan 16.mengomunikasikan temuan
bagaimana klien menoleransi kepada anggota tim perawatan
prosedur dan karakter serta kesehatan lain. Pendokumentasian
jumlah drainase. asuhan yang teah diberikan kepada
klien berguna sebagai catatan legal.

d. Perawatan pascaprosedur

Setelah prosedur, klien biasanya dibaringkan pada sisi yang tidak


sakit selama 1 jam untuk memudahkan ekspansi paru. Kaji tanda vital
sesuai ketentuan institusi. Frekuensi dan karakter pernapasan dan
bunyi napas harus dikaji dengan cermat. Takipnea, dispnea, sianosis,
retraksi, atau tidak terdengarnya bunyi napas yang dapat menandakan
pneumotoraks harus dilaporkan pada dokter.

Jumlah cairan yang dikeluarkan harus dicatat sebagai haluaran


cairan. Pemeriksaan ronsen dada mungkin dilakukan untuk
mengevaluasi tingkat reekspansi paru dan pneumotoraks. Emfisema
subkutan dapat menyertai prosedur ini, karena udara dalam rongga
pleura masuk ke dalam jaringan subkutan. Jaringan ini teraba seperti
kertas (krepitus) ketika dipalpasi. Biasanya emfisema subkutan tidak
menjadi masalah kecuali bila terjadi peningkatan dan menghambat
organ lain (mis. trakhea). Klien harus dijelas-kan ten tang kondisi ini.
Sumber : Winariani. 2012. PPT Peran Pemeriksaan Diagnostik Sistem
Respirasi: FNAB, endoskopi, faal paru, torasentesis. Surabaya:
FK. UNAIR, RSUD. Dr. Soetomo

Gambar Pemeriksaan diagnostik Thoracentesis (Carolyn M.


Hudak., et
al. 1998)

27
SOP / PROTAP Pemasangan Needle Thoracosintesis
Pemasangan Needle Thoracosintesis
a.       Pengertian
Menusukkan jarum dengan lumen yang besar ke rongga pleura
b.      Tujuan
-          Mengurangi rasa sesak nafas
-          Mengeluarkan udara dari rongga pleura
-          Mengurangi rasa sakit
c.       Indikasi
Pasien dengan tension pneumatorax
d.      Persiapan
Alat :
-          Alat pelindung diri (masker, handscoen)
-          Jarum IV line No. 14
-          Betadine
-          Kassa
-          Handscoen
-          Plester
Pasien :
-          Inform consent
-          Berikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
-          Pasien tidur terlentang / sesuai kebutuhan
Petunjuk :
-          2 orang
e.       Pelaksanaan
1.      Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, handscoen)
2.      Petugas I mengamankan jalan nafas sambil mengamankan servicall
3.      Petugas II mendesinfeksi daerah yang akan dilakukan penusukan, yaitu pada daerah dada yang
mengalami tension pneumatorax
4.      Melakukan penusukan dengan jarum yang sudah disiapkan di daerah mid clavicula pada sela iga ke
tiga
5.      Setelah jarum ditusukkan pada sela iga ke tiga miringkan jarum 30-45 derajat ke arah atas.
6.      Jika jarum sudah masuk ditandai oleh suara keluarnya udara. Mandrain dicabut dan kateternya
ditinggal.
7.      Tutup ujung IV cath. Dengan klap buatan dari potongan sarung tangan telah diberikan lubang pada
ujungnya.
8.      Fiksasi IV cath dengan memberikan plester pada persambungan antara sarung tangan dengan IV cath
9.      Catat seluruh tindakan yang sudah dilakukan dan monitor respon pasien
f.       Hal-hal yang perlu diperhatikan
1.      Jumlah nafas dan kualitas pernafasan
2.      Keluhan pasien
3.      Segera lanjutkan dengan pemasangan WSD
DAFTAR PUSTAKA

Dewit, Susan C. 2009. Medical-Surgical Nursing Concepts & Practice. United


States: Saunders-evolve.
Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi (Respiratory medicine). Jakarta: EGC
Effendy, Cristantie., & Niluh, Gedhe. 2002. Keperawatan Medikal Bedah:
Klien
dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta: EGC.
Febriani, Anna. 2015. PPT Biopsi Aspirasi Jarum Halus (Bajah)/
Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB). Surabaya: Departemen
Pulmonologi Dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fk Unair Rsud Dr. Soetomo
Surabaya
Febriani, Anna. 2015. PPT Bronkoskopi. Surabaya: Departemen Pulmonologi
Dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fk Unair Rsud Dr. Soetomo Surabaya
Febriani, Anna. 2015. PPT Efusi Pleura & Thorakosintesis. Surabaya:
Departemen Pulmonologi Dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fk Unair Rsud
Dr. Soetomo Surabaya
Febriani, Anna. 2015. PPT Dasar Pemeriksaan Faal Paru (Ventilasi). Surabaya:
Departemen Pulmonologi Dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fk Unair Rsud
Dr. Soetomo Surabaya
Geiger-Bronsky, M., & Wilson, D.J. 2008. Respiratory Nursing : A Core
Curriculum. New York: Springer Publishing
Company.
Hudak, Carolyn M., et al. 1998. Critical Nursing: A Holistic Approach 7th
Edition. USA: Lippincott-raven Publisher.
Lewis, et al. 2009. Medical-Surgical Nursing Assessment and Management of
Clinical Problems 8th Ed. Riverport: Elsevier Mosby.

Winariani. 2012. PPT Peran Pemeriksaan Diagnostik Sistem Respirasi: FNAB,


endoskopi, faal paru, torasentesis. Surabaya: FK. UNAIR, RSUD. Dr.
Soetomo

Anda mungkin juga menyukai