Anda di halaman 1dari 10

CRITICAL INSIDENCE REPORT (CIR)

PENGAMBILAN DARAH VENA

Oleh :
GRACE MARLIN LETLORA
R014221024

PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN DASAR


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
A. Pendahuluan
1. Tindakan Keperawatan : Pengambilan Darah Vena
Nama Pasien : Ny. N
Umur : 44 tahun
Diagnosa medis : Ulkus Diabetik (DM Type 2)

2. Definisi Tindakan
Pengambilan sampel darah merupakan salah satu metode pemeriksaan
laboratorium untuk mendeteksi penyakit, mengetahui fungsi organ, mendeteksi racun,
obat atau zat tertentu, dan pemeriksaan secara keseluruhan. Maka dari itu diperlukan
pemeriksaan ini untuk menentukan langkah selanjutnya dalam proses pengobatan
(Mardlatillah & Hidayat, 2021).
Sampel merupakan bahan atau suspensi berupa cairan atau padatan yang
selanjutnya akan diperiksa sesuai dengan parameter pemeriksaan yang dikehendaki.
Pada pemeriksaan kimia klinik dilaboratorium menggunakan sampel urin atau serum.
Salah satu contoh pemeriksaan kimia klinik yang menggunakan sampel serum adalah
pemeriksaan elektrolit darah (Armal et al., 2019). Pada pengambilan darah vena,
contoh darah umumnya diambil dari vena median cubital, pada anterior lengan (sisi
dalam lipatan siku). Vena ini terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan
tidak ada pasokan saraf besar. Apabila tidak memungkinkan, vena chepalica atau
vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya. Pengambilan darah pada vena basilica
harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan dengan arteri brachialis
dan syaraf median. Jika vena cephalica dan basilica ternyata tidak bisa digunakan,
maka pengambilan darah dapat dilakukan di vena di daerah pergelangan tangan
(Haryono, 2016).

3. Tujuan Tindakan : Pengambilan specimen untuk pemeriksaan di laboratorium

4. Prosedur Kerja dan Rasional :


a. Persiapan Alat
- Sarung tangan
- Torniquet
- Perlak kecil
- Spuit 5cc
- Swab/ kapas alcohol
- Object glass
- Wadah untuk bahan darah, tabung atau botol kecil
- Formulir permintaan jenis tes
- Kasa steril
- Plester
- Label untuk identitas
- Plastic/container untuk membawa specimen ke laboratorium

b. Prosedur Kerja

No. Tindakan dilakukan Rasional Tindakan

1. Mengecek program terapi medic dan Mencegah risiko kesalahan tindakan maupun
formulir permntaan jenis tes pasien akibat kelalaian

2. Mengucapkan salam terapeutik dan Perkenalan antara perawat dan klien, sehingga
memperkenalkan nama dapat terjalin kepercayaan antara klien kepada
perawat dalam melakukan tindakan
3. Melakukan identifikasi identitas Mengecek nama, usia dan tanggal lahir atau
pasien mengecek gelang status pasien untuk
memastikan ketepatan pasien
4. Evaluasi atau validasi perasaan pasien Untuk memastikan perasaan yang dirasakan
saat ini pasien sebelum tindakan dilakukan agar pasien
merasa nyaman selama tindakan diakukan
5. Menjelaskan jenis tindakan yang akan Informed consent untuk bukti persetujuan
dilakukan lalu menanyakan pasien/keluarga dan memberi kesiapan pasien
persetujuan (informed consent) dan kapan dan dimana tindakan bisa dilakukan
kesiapan pasien, serta melakukan
kontrak (waktu, tempat, topik)

5. Menjelaskan langkah-langkah Agar klien/keluarga tidak takut dan cemas


tindakan dengan tindakan yang dilakukan perawat

6. Menutup tirai/sampiran Untuk menjaga privasi kien

7. Menyiapkan alat dan mendekatkan Mempermudah dan mempercepat tindakan.


alat
8. Mencuci tangan dengan 6 langkah Menghindari terjadinya penularan
dengan menggunakan 5 moment dan mikroorganisme
memasang handscoen dan sudah
memakai masker

9. Posisikan tangan pasien secara Untuk mempermudah menemukan vena yang


ekstensi dengan telapak tangan akan ditusuk
berada di bagian atas,
11. Pilih lokasi penusukan untuk Untuk memudahkan menemukan vena karena
pengambilan darah. Memasang dapat melambatkan aliran darah dan membuat
tourniquet 4-5 jari diatas lokasi vena vena lebih menonjol dan mendapatkan
yang akan di tusuk dan minta pasien kualitas sampel yang baik, kepuasan pasien,
untuk mengepalkan tangan. mengurangi kerusakan saraf, dan menghindari
Pemasangan tourniquet tidak lebih tusukan arteri.
dari satu menit.
12. Meletakkan underpad dibawah lokasi Menghindari adanya darah yang keluar/yang
pengambilan darah dapat mengotori kasur pasien pada saat
dilakukan penusukan pada vena

13. Bersihkan lokasi pengambilan darah Untuk mencegah patogen kulit. Pembersihan
vena dengan alkohol swabs harus dilakukan dengan 1-2 kali usap dan
menggunakan teknik sirkuler (dari harus dibiarkan kering setelah desinfeksi dan
dalam ke luar) selama 30 detik lalu tidak menyentuh vena yang telah di
biarkan mengering selama 30 detik. disinfeksikan
14. Menyiapkan spoit, memegang kulit Dapat meminimalkan rasa sakit
dengan tangan non dominan dan dan mengurangi risiko perforasi
melakukan penusukan dengan sudut dinding belakang vena
15-30o. Tusuk vena dengan bevel ke
atas

15. Merendahkan spoit dan melihat Melepaskan tourniquet dengan hati-hati agar
adanya aliran darah yang masuk serta tidak menggeser ujung jarum dalam vena.
segera melepaskan tourniquet dengan
hati-hati dan minta pasien membuka
kepalan tangan
16. Menarik spoit dengan hati-hati dan Agar tidak terjadi cedera dan untuk
menekan area penusukan menghindari perdarahan.

17. Melepas jarum, menutup kembali Untuk mencegah kerusakan sel darah,
jarum suntik dan mendorong darah hemolysis, aktivasi trombosit atau pembekuan
darah.
sampai ke ujung spoit. Jangan sampai
berbusa atau tertumpah. Jangan
melakukan pencampuran spesimen
yang kuat

(pengocokan)
18. Tekan lembut bekas tusukan dengan Memberikan balutan yang tepat untuk luka
kapas alcohol sampai tidak dan menempatkan luka pada lingkungan
menegluarkan darah, lalu beri plester terbaik agar proses penyembuhan lebih efektif
bulat. Minta klien untuk tidak
menekuk lengan karena dapat
menyebabkan hematoma.
19. Darah yang telah diambil di tampung Untuk menghindari kesalahan data pasien
dalam botol yang telah diberi label setelah dilakukan tindakan
nama, tanggal, waktu, dan nama
pengambilan darah (sesuai kebijakan
RS)
20. Masukkan darah yang telah diambil Mempertahankan sterilisasi dan memudahkan
ke dalam palstik container proses membawa ke laboratorium

21. Buang bekas kapas alcohol yang telah Memisahkan sampah yang terkontaminasi
digunakan ke dalam nierbekken untuk cairan/darah klien
dibuang ke tempat sampah infeksius
22. Membereskan alat-alat yang telah di Mempertahankan kebersihan dan
gunakan kenyamanan klien

23. Lepaskan handscoen dan cuci tangan Untuk menghindari terkontaminasi dengan
cairan tubuh atau minroorganisme

24. Mengevaluasi respon subjektif dan Mengetahui perasaan dan kondisi pasien
objektif klien setelah dilakukan tindakan

23. Merencanakan tindak lanjut Pasien mengetahui tindakan selanjutnya yang


akan dilakukan

24. Melakukan dokumentasi setelah Sebagai pertanggungjawaban atau bukti


melakukan tidakan perawat telah melakukan tindakan

B. Kesenjangan antara Teori dan Praktek


Dalam pengambilan darah vena pada pasien perawat sudah melakukan tindakan
sesuai dengan SOP pengambilan darah vena. Hanya saja masih terdapat beberapa hal
yang berbeda dengan SOP, yaitu :

No Kesenjangan teori Yang perlu dilakukan


1. Terjadinya hematoma pada area Sebaiknya spoit langsung dicabut dan
penusukkan memilih area penusukkan yang lain.
2. Tidak segera melepaskan Melepaskan tourniquet sesaat darah masuk
tourniquet kedalam jarum spuit saat pengambilan darah
vena untuk menghindari tingginya kadar
kalium dalam serum
3. Tidak merespon perasaan pasien Perlunya menanyakan perasaan
setelah tindakan pasien setelah tindakan.validasi
ini dapat meningkatkan komunikasi antara
pasien dengan perawat terutama jika pasien
merasa nyeri
4. Memberikan sampel kepada Sampel darah sebaiknya tidak diberikan
keluarga pasien kepada keluarga pasien dikarenakan sampel
darah harus segera diantar ke laboratorium
dan membawanya harus dengan hati-hati agar
tidak terjadi hemolisis

C. Analisa berdasarkan EBP


1. Hal-hal yang harus saya perhatikan sebagai perawat adalah posisi jarum saat menusuk
yaitu mempertahankan posisi 15o - 30o sangatlah penting untuk mencegah darah
dalam vena mengalir keluar sementara darah dialirkan ke dalam spoit. Tusukan jarum
yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena dapat menyebabkan darah bocor dan
mengakibat hematoma.
Hematoma dapat menyebabkan iritasi dan peradangan, darah yang keluar dari
pembuluh darah dapat menyebabkan rasa nyeri pada jaringan sekitarnya. Dinding
pembuluh darah manusia dapat memperbaiki diri jika mengalami luka. Ketika
mengalami luka, tubuh akan melakukan perbaikan dengan cara membentuk bekuan
darah dan jaringan fibrin. Namun, apabila pembuluh darah mengalami tekanan yang
kuat dan kerusakan dinding pembuluh darah yang luas, darah akan selalu bocor lewat
pembuluh yang rusak. Hal tersebut dapat membuat hematoma semakin besar.
(Robbins, 2015).
Hematoma juga bisa terjadi oleh beberapa faktor seperti posisi jarum salah dimana
lubang jarum menempel pada bagian atas atau bawah dinding vena, jarum masuk
terlalu dalam, jarum masuk sebagian atau kurang dalam, jarum masuk kedalam vena
yang kolaps. Di samping itu, penusukan yang berkali-kali juga berpotensi
menyebabkan hematoma. Lokasi pembuluh darah yang salah (terlalu dalam letak
pembuluh darah atau telalu kecilnya pembuluh darah) seringkali menyebabkan
beberapa kali penusukan jarum pada pembuluh darah (Anggraheni et al, 2020).
2. Pada analisa tindakan ini diperoleh bahwa perawat pada saat pengambilan darah tidak
segera melepaskan turniquet. Tourniquet dapat menjadi masalah jika diikatkan terlalu
lama dan dan terlalu erat pada saat pengambilan darah vena dapat mempengaruhi
kadar kalium dan mengakibatkan kadar kalium tinggi palsu (pseudohiperkalemia)
(Armal et al., 2019). Tingginya kadar kalium dalam darah dapat disebabkan oleh
hemolisis sampel tidak segera diperiksa atau kesalahan praanalitik yang lain yaitu
tourniquet pada lengan atas tidak lepas pada saat pengambilan darah serta setelah
penderita mengepalkan dan menggenggam tangannya berulangkali ini dapat terjadi
peningkatan sampai 2 mEq/L (Yaswir & Ferawati, 2012). Semakin lama
membendung tourniquet dilengan akan mengakibatkan semakin tingginya kadar
kalium dalam darah. Hal ini dikarenakan semakin banyak cairan intraseluler kalium
yang bocor ke cairan ekstraseluler dan masuk kedalam serum. Yang dimungkinkan
semakin tingginya kadar kalium dalam darah (Kowalak & Jeniffer, 2010). disarankan
bagi tenaga medis untuk segera melepaskan tourniquet sesaat darah masuk kedalam
jarum spuit saat pengambilan darah vena untuk menghindari tingginya kadar kalium
dalam serum.
3. Perawat tidak merespon perasaan pasien setelah pengambilan darah. Setelah
melakukan tindakan, perawat langsung memberikan sampel darah kepada keluarga
untuk dibawa ke laboratorium dan berpamitan kepada pasien. Perawat perlu
melakukan validasi tentang perasaan pasien mengenai tindakan. Validasi ini dapat
meningkatkan komunikasi antara pasien dengan perawat terutama jika pasien merasa
nyeri dan hal ini merupakan salah satu tindakan empati dari perawat kepada pasien.
Sangat penting bagi perawat untuk menyadari pentingnya empati kepada pasien, yang
mana hal ini akan meningkatkan hubungan terapetik antara perawat dengan pasien
(Moreno-Poyato & Nogueira, 2021).
4. Sampel darah yang diambil diberikan kepada keluarga pasien untuk dibawa ke
laboratorium. Transportasi sampel darah adalah bagian utama jalur praanalitik dan
menjadi hal penting dalam penundaan hasil laboratorium. Transportasi sampel darah
harus dilakukan dengan secepat mungkin untuk dapat mempertahankan cepat waktu
penyelesaian dan memastikan integritas sampel. Proses ini juga harus dipastikan
bahwa analisis yang diminta tidak dipengaruhi oleh suhu, agitasi atau kondisi fisik
lainnya. Transportasi sampel darah merupakan tugas yang kompleks dan
membutuhkan ketelitian perencanaan dan sumber daya khusus. Namun, hal ini sering
diabaikan seperti halnya pada analisa tindakan ini, dimana perawat memberikan
sampel darah kepada keluarga pasien untuk diantar ke laboratorium. Hal ini tentunya
tidak sesuai dengan aturan transportasi spesimen pasien dimana orang yang dapat
melakukan transportasi spesimen harus memiliki pengetahuan tentang pengangkutan
spesimen dan harus terlatih tentang prosedur keselamatan serta pengemasan spesimen
yang tepat (Plato, et al., 2019). Pengemasan dan transportasi spesimen dapat
berpotensi menimbulkan bahaya maka dari itu sampel darah harus dikemas
sedemikian rupa untuk menjaga kerahasiaan pasien dan mencegah kebocoran atau
kontaminasi. Namun, berbeda hal dengan yang dilakukan perawat dimana
pengemasan spesimen hanya dengan menggunakan vacutainer dan kemudian
dibungkus dengan formulir rujukan (kertas). Hal in tentu juga tidak sesuai dengan
aturan pengemasan spesimen yaitu PI650 dan UN3373 dimana wadah primer
(vacutainer) harus dikemas dalam wadah sekunder anti bocor sehingga pada proses
transportasi jika wadah primer pecah atau bocor isinya akan tertampung di dalam
kemasan sekunder. Kemudian wadah sekunder harus diamankan dalam kemasan luar
dengan bahan bantalan yang sesuai (kertas, plastik atau logam). Kemudian pastikan
spesimen dan formulir rujukan harus disegal secara terpisah dalam kantong biohazard
untuk mencegah kontaminasi dokumen jika terjadi kebocoran. Serta formulir rujukan
dan wadah spesimen harus diberi label yang jelas (misalnya dengan pita infeksi yang
berbahaya (WHO, 2015).
DAFTAR PUSTAKA

Anggraheni., D, Legowo. S.P & Tambunan. (2020). Analisis Risiko Hematom pada
Pengambilan Darah Studi Kasus di Klinik “P”

Armal, H. L., Khasanah, H. R., & Marlina, L. (2019). Pengaruh waktu pelepasan tourniquet
terhadap kadar kalium pada pengambilan darah vena. Poltekia: Jurnal Ilmu Kesehatan,
13(1), 36–41.

Haryono.,B. (2016). Modul Paket Keahlian Analisis Kesehatan Pengambilan Sampel Darah
Untuk Pemeriksaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Jakarta: Kemendikbud

Kowalak, & Jeniffer. (2010). Uji Diagnostik (3 ed.). Jakarta: Buku Kedokteran EC

Mardlatillah, H. F., & Hidayat, T. (2021). Desain Workstation Pengambilan Sampel Darah
Laboratorium Klinik Rumah Sakit Kelas A-B. Jurnak Sains Dan Seni ITS, 10(1), 9–15.

Moreno-Poyato, A. R., & Nogueira, O. R. (2021). The association between emphaty and the
nurse-patient therapeutic relationship in mental health units: a cross-sectional study.
Journal of Psychiatric and Mental Health Nursing, 335-343.

Plato, F. D., Fontana, C., Gherardi, G., Privitera, P., Puro, V., Rigoli, R., et al. (2019).
Collection, transport and storage procedures for blood culture specimens in adult patients:
recommendations from a board of Italian experts. De Gruyter, 57(11), 1680-1689.

Robbins. (2015). Buku ajar patologi (9 ed). Singapore: Elsevier

World Health Organization. (2015). WHO guidelines on drawing blood : best practices in
phlebotomy. World Health Organization.

Yaswir , R., & Ferawati, I. (2012). Fisiologi dan Gangguan Keseimbangan Natrium, Kalium dan
Klorida serta Pemeriksaan Laboratorium.

Anda mungkin juga menyukai