Anda di halaman 1dari 15

Resume Tindakan keperawatan

“Pemberian infus dan analisa balance cairan’’


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Klinik Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I

DISUSUN OLEH :

Nama : Resi Rahma Dila

Kelas : 2-B Keperawatan

NIM : P2.06.20.1.19.067

POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN TASIKMALAYA
Jl. Cilolohan No.35 (0265) 340186 Kel.Kahuripan Kec. Tawang

Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat 46115

www.poltekkestasikmalaya.ac.id
RESUME PEMBERIAN INFUS
A. Pengertian
Pemasangan infus merupakan tindakan yang dilakukan pada pasien yang
memerlukan masukan cairan atau obat langsung ke dalam pembuluh darah vena
dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set.

B. Tujuan
1. Mempertahankan atau mengerti cairan elektrolit, vitamin, protein, kalori dan
nitrogen. Pada klien yang tdiak mampu mepertahankan masukan yang adekuat
melalui mulut
2. Memulihkan keseimbangan asam-asam
3. Intoksikasi berat
4. Sebelum transfuse darah
5. Pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu

C. Alat dan bahan


1. Bak instrument berisi handscoon dan kasa steril
2. Infus set steril
3. Jarum/wingnedle/abocath dengan nomer yang sesuai
4. Korentang dan tempatnya
5. Kom tutup berisi kapas alcohol
6. Standar infus
7. Bidai dan pembalut jika perlu
8. Perlak dan alasnya
9. Pembendung
10. Plester
11. Gunting verban
12. Bengkok
13. Sarung tangan bersih
14. Alcohol 70%
15. Cairan sesuai advis dokter, NaCl 0,9% Dextrose 5% dll

D. Langkah-langkah tindakan
1. Mencuci tangan
2. Memakai sarung tangan
3. Membuka daerah yang akan dipasang infus
4. Memasang alas dibawah anggota badan yang akan dipasang infus
5. Membuka set infus dan meletakkannya pada bak instrument steril
6. Menusukkan jarum set infus ke dalam botol infus kemudian mengalirkan cairan
ke selang infus berakhir di bengkok untuk mengeluarkan udara dan mengisi
selang infus
7. Isi tempat tetesan infus kurang lebih separuhnya
8. Pastikan roller selang infus dalam keadaan menutup (keaarah bawah)
9. Menggantungkan selang infus pada standar infus
10. Buka abocath dari bungkusnya
11. Potong 3 lembar plester
12. Pilih pembuluh darah yang akan dipasang infus, dengan syarat : pembuluh darah
berukuran besar, pembuluh darah tidak bercabang, pembuluh darah tidak di area
persendian
13. Bending bagian proksimal/atas pembuluh darah yang akan dipasang infus dengan
tourniquet
14. Minta pasien menggenggam tangan, dengan ibu jari pasien di dalam genggaman
15. Mendesinfeksi daerah yang akan dipasang infus
16. Menusukkan jarum infus ke vena dengan lubang jarum menghadap keatas.
Pastikan darah mengaliri jarum dan abocath. Jika belum teraliri oleh darah,
temukan pembuluh darah sampai darah mengaliri jarum abocath
17. Tourniquet dilepas bila darah sudah masuk
18. Lepas jarum sambal meninggalkan abocath di dalam pembuluh darah
19. Tekan pangkal abocath untuk mencegah darh keluar dan masukkan ujung sela
infus set ke abocath
20. Fixaxi secara menyilang menggunakan plester abocath yang sudah terpasang
21. Alirkan cairan dari botol ke pembuluh darah dengan membuka roller. Bila tetesan
lancer, jarum masuk di pembuluh darah yang benar
22. Fixaxi dengan cara kupu-kupu. Meletakkan plester dengan cara terbalik dibawah
selang infus , kemudian silangkan
23. Menutup jarum dan tempat tusukan dengan kassa steril dan diplester
24. Mengatur/menghitung jumlah tetesan
25. Mengatur posisi pada anggota tubuh yang diinfus bila perlu diberi spalk
26. Menuliskan tanggal pemasangan infus pada plester terakhir
27. Merapikan alat dan pasien
28. Melepas sarung tangan dan cuci tangan
29. Evaluasi
30. Dokumentasi

E. Indikasi tindakan
1. Gangguan pencernaan, seperti diare berat, tukak lambung, dan perdarahn saluran
cerna
2. Dehidrasi berat
3. Serangan jantung
4. Stroke
5. Keracunan
6. Syok
7. Pasien dengan gangguan fungsi organ, seperti gagal ginjal atau gagal hati
8. Kanker

F. Prinsip dan rasional Tindakan

No Prinsip Tindakan Rasional


1. Persiapan alat yang diperlukan Dengan menyiapkan alat dengan
dalam pemasangan infus benar dapat mempermudah dan
mempercepat pemasangan infus
2 Melakukan verifikasi program memastikan tindakan yang diberikan
pengobatan pasien sesuai dengan program pengobatan
pasien
3 Mencuci tangan mencegah transmisi mikroorganisme
4 Mengidentifikasi pasien dan mencegah terjadinya salah pasien dan
menjelaskan maksud dan tujuan mengurangi rasa cemas
tindakan
5 Mengatur posisi pasien senyaman membuat keadaan pasien rileks
mungkin
6 Dekatkan alat didekat pasien mempermudah melakukan tindakan
7 Sambungkan cairan nfus ke infus set, mempermudah dalam pemasangan
gantung di tiang infus
8 Pasang perlak dibawah daerah yang menjaga kebersihan daerah sekitar
akan ditusuk penusukan
9 Pasang tourniquet 5-10 cm diatas untuk mempermudah menemukan
tempat penusukan dan kencangkan Vena yang akan ditusuk
10 Pasnag sarung tangan mencegah penyebaran
mikroorganisme
11 Tentuian vena yang akan ditusuk Vena yang sesuai akan mengurangi
nyeri pada Vena
12 Desinfeksi daerah yang akan ditusuk mencegah penyebaran
mikroorganisme
13 Lakukan penusukan pada daerah cara ini dapat mengurangi trauma saat
yang sudah di desinfeksi dengan menusukkan jarum
sudut 30°
14 Lepas tourniquet apabila berhasil mengurangi tekanan pada vena
15 Hubungkan jarum intravena dengan untuk memberikan pasien cairan
infus set sesuai kebutuhan
16 Fiksasi jarum intravena agar jarum tidak lepas dan tetap
berada pada posisinya
17 Desinfeksi daerah tusukan dan tutup mencegah perkembangan
dengan kassa steril dan plester mikroorganisme pada daerah
penusukan
18 Atur tetesan sesuai dengan menjalankan terapi cairan sesuai
kebutuhan pasien anjuran
19 Melakukan evaluasi tindakan mengetahui perasaan pasien setelah
dipasangkan infus

G. Bahaya dan pencegahannya


1. Bila dalam pemasangan IV keteter salah busa melukai pasien, vena menjadi
pecah dan mmebiru, cairan tidak bisa masuk melalui vena, bisa terjadi infeksi
jika IV cateter tidak steril. Akan terjadi flebitis/pembengkakakn jika terlalu lama
ditancapkan.
Pencegahan : berhati hati dan cermat saat memasang IV kateter sesuai dengan
prosedur
2. Infeksi
Infeksi bisa terjadi pada area kulit di mana jarum infus disuntikkan. Infeksi pada
bekas infus juga dapat mengalir ke seluruh tubuh melalui tumpangan aliran darah.
Biasanya, infeksi akibat penggunaan infus dapat terjadi akibat proses pemasangan
jarum dan kateter yang tidak tepat, atau penggunaan alat-alat medis yang tidak
steril.Gejala infeksi pemasangan infus, antara lain kemerahan, nyeri, dan bengkak
yang disertai dengan demam tinggi hingga menggigil. Segera hubungi perawat
apabila Anda merasakan sejumlah gejala infeksi akibat penggunaan infus.
Pencegahan : berhati hati dalam penusukan
3. Flebitis
Inflamasi vena yang disebabkan oleh iritasi kimia maupun mekanik. Kondisi ini
dikarakteristikan dengan adanya daerah yang memerah dan hangat disekitar
daerah insersi/penusukan atau sepanjang vena, nyeri atau rasa lunak pada area
insersi atau sepanjang vena, dan pembengkakan. Insiden flebitis meningkat sesuai
dengan lamanya pemasangan jalur intravena, komposisi cairan atau obat yang
diinfuskan (terutama pH dan tonisitasnya, ukuran dan tempat kanula dimasukka,
pemasangan jalur IV yang tidak sesuai dan masuknya mikroorganisme saat
penusukan.
Pencegahan :
- Gunakan teknik aseptic selama pemasangan
- Menggunakan kateter dan jarum yang sesuai dengan vena
- Mempertimbangan komposisi cairan dan medikasi ketika memilih area
insersi
- Mengobservasi tempat insersi akan adanya kemungkinan komplikasi appaun
setiap jam
4. Infiltrasi
Infiltrasi terjadi ketika cairan iv memasuki ruang subkutan di sekeliling tempat
fungsi vena. Infiltrasi ditunjukkan dengan adanya pembengkakan (akibat
peningkatan cairan di jaringan), palor ( disebabkan oleh sirkulasi yang menurun)
di sekitar area insersi, ketidaknyamanan dan penurunan kecepatan aliran secara
nyata. infiltrasi mudah dikenali jika tempat penusukan lebih besar dari pada
tempat yang sama di ekstremitas yang berlawanan. Suatu cara yang lebih
dipercaya untuk memastikan infiltrasi adalah dengan memasang torniquet di atas
atau di daerah proxima dari tempat pemasangan infus dan mengencangkan
tourniquet tersebut secukupnya Untuk menghentikan aliran Vena. jika invers
tetap menetas meskipun ada obstruksi Vena, berarti terjadi infiltrasi.
Pencegahan : mengobservasi daerah pemasangan infus secara continue
penggunaan kanula yang sesuai dengan Vena minta klien untuk melaporkan jika
ada nyeri dan bengkak pada area pemasangan infus
5. Tromboflebitis
Menggambarkan adanya bekuan ditambah peradangan dalam vena. Karakteristik
tromboflebitis adalah adanya nyeri yang terlokalisasi, kemerahan, rasa hangat
dan pembengkakan di sekitar area insersi atau sepanjang vena, imobilisasi
ekstremitas karena adanya rasa tidak nyaman dan pembengkakan, Kecepatan
aliran yang tersendat, demam, malaise dan leukositosis.
Pencegahan :
- Menghindarkan trauma pada vena pada saat IV dimasukkan
- Mengobservasi area inversi tiap jam
- Mengecek tambahan pengobatan untuk kompabilitas

DAFTAR PUSTAKA
Nursalam.2008. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional Jakarta: Salemba Medika.

ANALISA VIDEO
https://www.youtube.com/watch?v=9WpPAOyW530

Video diawali dari tahap pra-interaksi yaitu dengan mengecek dan


mengumpulkan data pasien sampai dengan tahap terminasi dan diakhiri oleh tindakan
pembuangan sampah yang sudah dipakai ke tempat sampah sesuai jenisnya.

1. Persiapan Alat dengan Tepat


Perawat mempersiapkan alat dan memastikan dalam kondisi baru serta mengecek
tanggal kadaluarsa, jenis, ukuran dan kualitas alat dan bahan yang akan
digunakan.
2. Persiapan Pasien dengan Tepat
Secara fisik dan mental pasien telah siap diberi tindakan pemasangan infus oleh
perawat dan dapat bekerja sama hingga tidak terjadi kesalahan dalam pemasangan
infus.
3. Langkah dan Prosedur
Prosedur pelaksanaan pemasangan infus sudah sesuai dengan SOP hanya saja ada
beberapa tindakan yang urutannya berbeda dengan SOP yang saya temukan dan
ada penambahan mendoakan kesembuhan pasien. Urutan tindakan yang ada di
video diantaranya :
1) Salam terapeutik dan menjelaskan kepada klien tentang prosedur dan
sensasi yang akan dirasakan selama pemasangan infus
2) Siapkan cairan dengan menyambung botol cairan dengan selang infus dan
gantungkan pada standar infus
3) Cuci tangan
4) Pakai sarung tangan
5) Dekatkan alat
6) Atur posisi pasien / berbaring
7) Pasang alas
8) Menentukan area vena yang akan ditusuk
9) Pasang tourniket pembendung ± 15 cm diatas vena yang akan ditusuk
10) Desinfeksi area yang akan ditusuk dengan diameter 5-10 cm
11) Tusukan IV catheter ke vena dengan jarum menghadap ke jantung
12) Pastikan jarum IV masuk ke vena
13) Sambungkan jarum IV dengan selang infus
14) Lakukan fiksasi ujung jarum IV ditempat insersi
15) Tutup area insersi dengan kasa kering kemudian plester
16) Atur tetesan infus sesuai program medis
17) Bereskan alat
18) Lepas sarung tangan
19) Cuci tangan
20) Pasang label di selang dan botol cairan pelaksanaan tindakan yang berisi :
nama pelaksana, tanggal dan jam pelaksanaan
21) Observasi dan evaluasi respon pasien
22) Mendoakan kesembuhan pasien dan catat pada dokumentasi keperawatan
4. Evaluasi Tindakan
Saat evaluasi, respon klien kooperatif dan menyatakan perasaan yang sebenarnya ketika
dilakukan tindakan pemasangan infus serta diakhir perawat menyebutkan akan kembali lagi
untuk tindakan selanjutnya sembari memonitor/memantau infus

RESUME MONITORING BALANCE CAIRAN

A. Pengertian
Monitoring atau pemantauan balance cairan adalah dilakukan dengan cara
mencatat jumlah cairan yang diminum dan jumlah urin setiap harinya pada chart/tabel
(Shepherd, 2011). Keseimbangan cairan dalam tubuh menurut Irianto (2014) dipengaruhi
oleh jumlah asupan cairan (input) dan pengeluaran (output). Asupan cairan yang masuk
dalam tubuh berasal dari sumber makanan dan minuman, cairan yang dibutuhkan oleh
tubuh dalam 24 jam antara 1800 ml–2500 ml. Sedangkan pengeluaran (output)
didapatkan dalam bentuk urin 1200 ml–1500 ml/hari, pengeluaran feses 100 ml/hari,
paru-paru pengeluaran sekitar 300 ml–500 ml/hari, serta pengeluaran melalui kulit
Insesible Water Loss (IWL) 600 ml–800 ml.
B. Tujuan
Monitioring balance cairan ini bertujuan untuk menentukan status
keseimbangan cairan tubuh klien, menentukan tingkat dehidrasi klien, memudahkan
kontrol terhadap keseimbangan cairan elektrolit dan memberikan data untuk
menunjukan efek diuretic atau terapan rehidrasi. Selain itu, monitoring balance cairan
pada pasien bertujuan untuk mencegah komplikasi serta mempertahankan kualitas
hidup, maka perlu dilakukan analisis praktek terkait intervensi dalam mengontrol
jumlah asupan cairan melalui pencatatan jumlah cairan yang diminum serta urin yang
dikeluarkan setiap harinya.
C. Langkah – langkah
a. Tahap orientasi
1) Berikan salam, panggil nama klien
2) Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan kepada klien/keluarga
3) Siapkan alat-alat dan privasi ruangan
b. Tahap kerja
1) Cuci tangan
2) Menghitung take oral (minum)
3) Menghitung intake oral (makan)
4) Menghitung intake parenteral
5) Menentukan cairan metabolisme
Dengan cara, tentukan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh.
Cairan yang masuk ke dalam tubuh melalui air minum, air dalam makanan,
air hasil oksidasi (metabolisme), dan cairan intravena.

Rata-rata intake cairan per hari :

1) air minum : 1500-2500 ml


2) air dari makanan : 750 ml
3) air hasil metabolisme oksidatif : 300 ml
 Menghitung output urine
 Menghitung output feces
 Menghitung output abnormal (muntah, drain, pendarahan, dll)
 Menghitung output IWL

Dengan cara, tentukan jumlah cairan yang keluar dari tubuh pasien.
Cairan yang keluar dari tubuh terdiri atas urine, insensible water loss (IWL),
dan feces.

Rata-rata output cairan per hari :


1) urine : 1-2 cc/kgBB/jam
2) Insensible water loss :
 Dewasa: IWL = 10-15 cc/kgBB/hari
 Anak-anak: IWL = 30-umur (th) cc/kgBB/hari
 Bila ada kenaikan suhu: IWL = 200 (suhu sekarang-36,8◦C)
4) feces : 100-200 ml
Menghitung balance cairan
Dengan cara tentukan keseimbangan cairan tubuh klien dengan rumus :
intake – output.
c. Tahap Evaluasi
1) Evaluasi  perasaan klien
2) Simpulkan hasil kegiatan
3) Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4) Rapikan alat
5) Cuci tangan
d. Dokumentasi
Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan
D. Indikasi
1. Turgor kulit buruk
2. Edema
3. Tekanan darah sangat rendah atau tinggi
4. Gagal jantung kongestif
5. Dispnea
6. Penurunan haluaran urine
7. Infus intravena
E. Prinsip dan Rasional

No Prinsip Rasional

1 Tahap orientasi Membina hubungan saling


1) Berikan salam, panggil nama klien percaya dan agar klien
2) Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan mengerti dan memahami
kepada klien/keluarga tindakan yang akan
3) Siapkan alat-alat dan privasi ruangan dilakukan

2 Tahap kerja Untuk mengetahui jumlah


1) Cuci tangan cairan yang masuk, akan
2) Menghitung take oral (minum) mempermudah perhitungan
3) Menghitung intake oral (makan) intake cairan pasien
4) Menghitung intake parenteral nantinya.
5) Menentukan cairan metabolism
Dengan cara, tentukan jumlah cairan yang
masuk ke dalam tubuh. Cairan yang
masuk ke dalam tubuh melalui air minum,
air dalam makanan, air hasil oksidasi
(metabolisme), dan cairan intravena.
Rata-rata intake cairan per hari :
 air minum : 1500-2500 ml
 air dari makanan : 750 ml
 air hasil metabolisme oksidatif : 300
ml
3. 6) Menghitung output urine Untuk mengetahui jumlah
7) Menghitung output feces cairan yang keluar, akan
8) Menghitung output abnormal (muntah, memudahkan perhitungan
drain, pendarahan, dll) ouput cairan pasien
9) Menghitung output IWL nantinya.
Dengan cara, tentukan jumlah cairan yang
keluar dari tubuh pasien. Cairan yang
keluar dari tubuh terdiri atas urine,
insensible water loss (IWL), dan feces.
Rata-rata output cairan per hari :
 urine : 1-2 cc/kgBB/jam
 Insensible water loss : - dewasa: IWL
= 10-15 cc/kgBB/hari
a. anak-anak: IWL = 30-umur (th)
cc/kgBB/hari
b. bila ada kenaikan suhu: IWL =
200 (suhu sekarang-36,8◦C)
 feces : 100-200 ml
4. 10) Menghitung balance cairan Dengan mengetahui jumlah
Dengan cara tentukan keseimbangan tersebut kita bisa
cairan tubuh klien dengan rumus : intake merencanakan tindakan
– output. selanjutnya.

5. Tahap Evaluasi Mengetahui keadaan pasien


1) Evaluasi  perasaan klien setelah dilakukan tindakan.
2) Simpulkan hasil kegiatan
3) Lakukan kontrak untuk kegiatan
selanjutnya
4) Rapikan alat
5) Cuci tangan
6. Dokumentasi Bentuk tanggung gugat dan
Catat hasil tindakan dalam catatan tanggung jawab
keperawatan

F. Bahaya dan Pencegahannya


Kelebihan maupun kekurangan cairan pada pasien yang dalam pemantauan ketat,
misalnya pada pasien dengan gagal ginjal atau dengan cardiomegali yang mana jumlah
cairan akan dibatasi guna mencegah terjadinya beban berat pada organ ginjal atau
jantung akibat kelebihan cairan tersebut. Ataupun pada pasien yang mengalami
dehidrasi, perdarahan, demam yang membutuhkan cairan untuk mencegah terjadinya
syok. Untuk itu, pencegahan yang dapat dilakukan dengan cara terus lakukan memonitor
intake dan output cairan dengan cermat dan hati-hati.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz., & Musifatul Uliyah. (2012). Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia (KDM): Pendekatan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Surabaya: Health
Book . (2015). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Edisi. 2. Jakarta: Salemba
Medika

Irianto, Ferli. (2014). Gizi Seimbang Dalam Kesehatan Reproduksi (Balance


Nutrition In Reproductive Health). Bandung: ALFABETA
Leksana, Eri. (2015). Strategi Terapi Cairan Pada Dehidrasi. Semarang: Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro. CDK-224/Vol.42, No.1
Shepherd, A. (2011) Measuring and managing fluid balance. Nursing times
107(28), 12-16. Diperoleh dari https://www.ncbi.nlm. nih.gov/p ubmed/21941718

ANALISA VIDEO
https://www.youtube.com/watch?v=BMpwZACmMlY

Di video ini diawali dengan tahap pra interaksi yaitu mengkaji adanya konsumsi
obat – obatan yang dapat mempengaruhi urin baik itu meningkatkan output urin dan
menurunkan output urin, mengkaji adanya tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan,
mengkaji nilai laboratorium hematocrit pada pasien, dan juga mengkaji nerat badan pasien.

1. Persiapan alat dengan tepat


Alat yang digunakan pada video ini sudah lengkap dan sesuai dengan SOP yang ada
di atas
2. Persiapan pasien dengan tepat
Di video ini persiapan sudah baik. Pasien menggunakan gelang identitas.
3. Langkah dan prosedur

Dalam video tersebut, langkah dan prosedur sudah sesuai dengan SOP, diantaranya :

Pada tahap orientasi, perawat melakukan salam terapeutik untuk membina hubungan
saling percaya dengan pasien, menanyakan kondisi pasien dan keluhan yang dirasakan serta
menanyakan banyaknya air minum yang dikonsumsi oleh pasien untuk menentukan jumlah
cairan yang masuk. Selain itu perawat juga menjelaskan tujuan dan prosedur kepada pasien
mengenai tindakan yang akan dilakukan. Perawat juga melakukan kontrak waktu dan pasien
menyetujuinya.

Pada tahap kerja diawali dengan mendekatkan alat dan menutup sampiran untuk
menjaga privasi pasien. Setelah itu, perawat memberikan posisi yang nyaman untuk pasien.
Sebelum melakukan tindakan perawat cuci tangan terlebih dahulu, kemudian memakai
handscoon/ sarung tangan. Perawat melakukan komunikasi dengan pasien untuk
mendapatkan informasi mengenai nutrisi dan eliminasi pasien. Setelah itu, perawat mencatat
jumlah intake oral dilanjutkan dengan mencatat jumlah output pasien diantaranya, jumlah
urin, jumlah feses, adanya muntah, dan jumlah IWL. Karena di video ini pasien
menggunakan kateter, maka dari itu perawat melihat jumlah urin dari kantong urin. Perawat
juga mencatat jumlah intake parenteral dari pemasukan cairan infus pasien.

Pada tahap terminasi, perawat merapikan alat yang sudah digunakan dan melepas
sarung tangan. Namun pada video ini perawat tidak mencuci tangan setelah tindakan selesai
dilaksanakan.

4. Evaluasi Tindakan

Perawat memberitahukan kepada pasien bahwa ia akan menghitung terlebih dahulu


jumlah keseimbangan cairan dan ia akan kembali 15 menit kemudian untuk memberitahukan
hasilnya. Selama tindakan dilakukan pasien sangat kooperatif dan juga responsif.

Anda mungkin juga menyukai