Anda di halaman 1dari 48

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA HIV/AIDS

Yanti Cahyati
Misteri AIDS

Semua Orang Bisa Terkena AIDS


Belum Ada Vaksin Pencegahannya
Belum Ada Obatnya
Penyebaranya Sangat Cepat

Pengetahuan tentang AIDS adalah langkah pertama


untuk pencegahan penyebaran AIDS lebih meluas
Perkembangan AIDS di Indonesia

 Pertama kali kasus ditemukan tahun 1987


 Perkembangan tajam mulai tahun 1993
 Jumlah kasus sampai bulan Juni 2019
mencapai 349.883 kasus
 60% kasus adalah usia produktif
Perkembangan AIDS tahun 2019

Antara tahun 2000-2018  infeksi HIV/AIDS turun


37 persen dan kematian terkait HIV/AIDS turun 45
persen, dan sebanyak 13,6 juta jiwa selamat karena
konsumsi Antiretroviral (ARV).

Prestasi ini hasil dari upaya besar program HIV


nasional yang didukung masyarakat dan mitra
pembangunan internasional
Namun, saat ini sebanyak 23 persen ODHA
putus pengobatan ARV padahal obat itu
bisa dimanfaatkan secara gratis di rumah sakit
dan puskesmas di 34 provinsi dan 296
kabupaten/kota di seluruh Indonesia.
Strategi Kemenkes untuk menghentikan endemi
HIV/ADIS  STOP

S (Suluh), melalui edukasi hendak dicapai 90


persen masyarakat pahan HIV.
T (Temukan), melalui percepatan tes dini akan
dicapai 90 persen ODHA mengetahui statusnya.
O (Obati), 90 persen ODHA segera mendapat
terapi ARV (ART
P (Pertahankan), 90 oersen ODHA yang ART
tidak terdeteksi virusnya.
Upaya ini juga sekaligus untuk mencapai
Three Zero ditahun 2030 mendatang,
tujuannya antara lain tidak ada lagi penularan
infeksi baru HIV, tidak ada lagi kematian
akibat AIDS, dan tidak ada lagi stigma dan
diskriminasi pada ODHA.
Apa itu AIDS
Acquired
Immune
D eficiency
S yndrome
Kumpulan gejala yang disebabkan Menurunnya
sistem kekebalan tubuh
Apa penjebab AIDS

H uman
Immunodeficiency
Virus
HIV
Merupakan virus yang merusak kekebalan
tubuh manusia.
Virus hanya terdiri dari atas sekeping materi
genetik dalam wadah yang terbuat dari
lemak dan protein.
Virus membuat host dan replika
Termasuk retro-virus.
Perjalanan Infeksi HIV
1200 Infeksi
Primer Sindrom HIV Primer Kematian
1100
1000 Infeksi
Oportunistik
900 1:512
Infeksi laten
800 1:256

Plasma Viremia Titer


CD4 T Cells/mm3

700 1:128
)

)
600 Gejala 1:64
(

konstitusi

(
500 1:32
400 1:16
300 1:8
200 1:4
100 1:2
0 0
0 3 6 9 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Weeks Years
Penularan HIV

HIV Dalam jumlah yang bisa menularkan ada di

 CAIRAN SPERMA
 CAIRAN VAGINA
 DARAH
 AIR SUSU IBU
Kegiatan yang menularkan HIV :

 Hubungan seksual yang tidak aman dengan


orang yang terinfeksi HIV
 Transfusi darah yang tercemar HIV
 Mengunakan jarum suntik, tindik, tatto bersama-
sama dengan penderita HIV dan tidak disterilkan
 Dari Ibu hamil yang terinfeksi HIV kepada anak
yang di kandungnya
Cairan tubuh yang infeksius HIV

Potensial berisiko (OPIM=


other potentially
infectious material)
• Cairan serebrospinal
Risiko tinggi • Cairan amnion
• Darah • Cairan pleura
• Cairan mani • Cairan peritoneal
• Cairan vagina • Cairan perikardial
• Cairan sendi
• ASI
• cairan serviks
• muntah
• feses
• air liur Tidak dianggap
infeksius,
• keringat kecuali
• air mata terkontaminasi
• Urin darah yang terlihat
• Cairan nasal
• sputum
AIDS tidak menular lewat
 Bersentuhan, senggolan, salaman, berpelukan,
berciuman dengan penderita AIDS
 Mengunakan peralatan makan bersama-sama
dengan penderita AIDS
 Gigitan nyamuk
 Terkena keringat, air mata, ludah penderita
AIDS
 Berenang bersama-sama dengan penderita
AIDS
Kelompok Resiko Tinggi
Individu yang sering berganti-ganti
pasangan dalam melakukan hub sex.
Penjaja seks dan pelanggannya
Pengguna jarum suntik secara bersama-
sama
Bayi yang dikandung ibu yang terinfeksi
Orang yang memerlukan darah secara
teratur (c/ hemofilia)
FASE DAN GEJALA AIDS
FASE I (0 – 5 Tahun terinfeksi)  Tanpa Gejala
(asimtomatik)

FASE II (5-7 TAHUN TEINFEKSI)


Muncul Gejala Minor : hilang selera makan, tubuh
lemah, keringat berlebihan di malam hari,
pembengkakan kelenjar getah bening, diare terus
menerus, flu tidak sembuh-sembuh
FASE III (7 TAHUN ATAU LEBIH)
Masuk penyakit AIDS:
Kekebalan tubuh sudah sangat sedikit dan
muncul infeksi oportunistik: TBC, Radang
Paru, Gangguan Syaraf, Kaposi Sarkoma
(kanker Kulit)
DERAJAT HIV(WHO) :
Fase Klinik 1:
1. Asymptomatic
2. Persistent generalised lymphadenopathy
3. Acute retroviral seroconvertion syndrome:
- Gejala: demam, radang kerongkongan,
sakit kepala, ruam kulit, nyeri otot,
- Hasil belum menunjukkan HIV +
Derajat II
- BB menurun < 10 %
- Minor mucocutaneous manifestation,
e.g.prurigo, fungal nail, oral ulceration,
- Herpes zoster
- Infeksi saluran napas atas berulang
Fase klinik III:
Bergejala, aktifitas masih normal
• BB menurun > 10 %
- Kronik diare tidak jelas penyebabnya >1 month
- Demam terus menerus > 1 month
- Oral candidiasis
- Oral hair leukopenia
- Pulmonary tb
- Infeksi bakteri berat : pneumonia, pyomyositis
Fase Klinik IV
Kelompok IV: Berkembangnya penyakit-
penyakit seperti:
- Penyakit saraf
- Infeksi-infeksi oportunistik
- Keganasan/neoplasma : lymphoma,Kaposi’s
sarcoma
- HIV encephalopathy
- Extrapulmonary TB
Tahap Infeksi Lanjut
Gejala Utama:
1. Turunnya berat badan sampai lebih dari 10% BB
biasa tanpa sebab yang jelas
2. Diare yang terus-menerus selama lebih dari satu
bulan.
3. Demam yang terus menerus selama lebih dari
bulan
4. Penyakit pernafasan yang tidak biasa
5. Gangguan saraf-khususnya dimensia
Gejala minor:
1. Kandidiasis mulut
2. Oral Hairy Leoplakia (OHL) adanya garis-garis
putih vertikal pada sisi lidah
3. Dermatosis pruritic tanpa sebab khusus
4. Herpes zoster
5. Infeksi jamur atau bakteri yang meluas pada kulit.

AIDS jika memiliki 2 atau lebih gejala utama dan


paling sedikit satu gejala minor.
Deteksi Infeksi HIV
Antibodi terdeteksi dengan pemeriksaan lab
setelah 3 – 6 bulan terinfeksi HIV
Uji Antibodi:
1. ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay)
2. Western blot
• Uji Antigen
1. Antigen P24
2. Uji Reaksi Rantai Polimerasi (PCR)
Interpretasi Uji Antibodi HIV
Bila +: mempunyai antibodi terhadap virus
HIV.HIV +
Bila +: dapat menularkan ke orang lain
Bila -: a. Belum terinfeksi HIV, atau
b. Terinfeksi HIV dalam periode
jendela
ELISA +, perlu konfirmasi
Bila -: uji ulang 3 – 6 bulan
Opportunistic infection %
candidiasis(oropharyngeal, esophageal) 40
Pulmonary tuberculosis 37.1
Chronic diarrhea 27.1
Bacterial pneumonia 16.7
Toxoplasma encephalitis 12
Extrapulmonary tuberculosis 11.8
Herpes zoster 6.3
Bacterial endocarditis 5.7
Pokdisus 2004
Opportunistic infection < 2%
Cryptococcal meningitis
CMV retinitis
Pneumocystis pneumonia
Mycobacterium avium complex lymphadenitis
Malignant lymphoma
Genital warts
Pokdisus 2004
Prinsip penatalaksanaan HIV/AIDS

ARV

Pengobatan
infeksi oportunistik

Pengobatan dasar
Pengobatan suportif
Memperbaiki keadaan umum ODHA
(orang dengan HIV/AIDS)
Gizi
Dukungan psikososial
Obat simptomatik
Agar ODHA dapat melakukan aktivitas
Pengobatan
Menghambat perkembangan virus:
Azodothimidine (AZT), DDI
(Dideoxynosine), DDC (Dideoxycytidine)
Pengkajian
Aktivitas
- Gejala: mudah lelah, gangguan pola tidur
- Tanda: Tonus otot lemah
Sirkulasi
- Gejala:Perdarahan lebih lama,
- Tanda:Takikardia, perubahan TD, sianosis
Integritas ego
- Gejala: faktor stress karena kehilangan, i.e dukungan
keluarga, keuangan, gaya hidup
- Tanda:Denial, cemas, depresi, takut, menarik diri
Eliminasi:
- Gejala:Diare, nyeri saat berkemih (di saluran kemih)
- Tanda:Diare, perubahan urin, warna, karakteristik

Nutrisi/cairan
- Gejala: Anoreksi, nause/vomiting,nyeri saat menelan.
- Tanda:Peningkatan peristaltik usus, Penurunan BB
Hygiene:
- Gejala: Tidak mampu memenuhi ADL
- Tanda: Defisit perawatan diri
Neurosensori:
- Gejala: sakit kepala, perubahan status mental,
tremor
- Tanda:Perubahan status mental
Nyeri:
- Gejala:Nyeri, rasa terbakar, sakit kepala
- Tanda: Bengkak pada sendi, nyeri pada nodul,
penurunan ROM
Respirasi
- Gejala: Nafas pendek, batuk
- Tanda: Takipnea, perubahan bunyi nafas,
sputum
Keamanan:
- Gejala:Riwayat jatuh, transfusi darah,
infeksi (IMS), demam berulang.
- Tanda: Perubahan integritas kulit, abses,
pembesaran nodul
Seksualitas:
- Tanda:hamil yang beresiko, genitalia??
- Gejala: riwayat resti: partner sex, penurunan
libido
Interaksi sosial:
- Tanda: Perubahan interaksi keluarga,
- Gejala:Isolasi, kesepian, partner/teman yang
meninggal karena AIDS.
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko infeksi b. d penurunan imunitas tubuh
2. Resiko defisit volume cairan b. d pengeluaran cairan yang
berlebihan
3. Pola nafas tidak efektif/gangguan pertukaran gas b. d
kerusakan otot pernafasan, penurunan ekspansi paru
4. Resiko injuri/gangguan pembekuan darah b. d penurunan
absorbsi vit K, gangguan fungsi hati
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.
d gangguan pencernaan, metabolisme nutrisi, peningkatan
metabolisme
6. Nyeri b. d inflamasi jaringan
7. Kerusakan integritas kulit b. d defisit imunologi
8. Gangguan membran mukosa mulut b. d
dehidrasi, defisit imunologi (candida),malnutrisi
9. Kerusakan integritas kulit b. d dermatitis.
10. Fatique b. d penurunan produksi metabolisme
energi, peningkatan kebutuhan energi.
11. Cemas b. d perubahan kesehatan, sosial
ekonomi.
12. Isolasi sosial b. d perubahan fisik.
13. Powerlessness b. d proses berduka tidak
komplit.
14. Kurang pengetahuan b. d kurang informasi.
Asuhan individual pasien dengan
HIV
Kebutuhan akan pernapasan yang memadai
Kebutuhan akan hidrasi yang cukup
Kebutuhan akan eliminasi urin dan feses.
Kebutuhan akan nutrisi yang adekuat.
Kebutuhan akan istirahat dan tidur yang
cukup.
Kebutuhan dikaitkan dengan proses
meninggal.
Kebutuhan akan pernapasan yang
memadai
Masalah potensial Kemungkinan penyebab
Dispnu, hipoksia, takipnu, Pneumonia (karena
sianosis Pnuemocystic)

Batuk , confusion TB paru


Adanya neoplastik, caused by
Kaposi’s sarcoma, lymphoma
Anemia
Tujuan : Untuk mengoptimalkan fungsi
respirasi
Mempertahankan pasien teroksigenasi dengan
baik

Pengkajian:
• Kaji tanda vital
• Kaji warna, upaya bernapas, suara napas , produksi
sputum, status mental.
• Kolaborasi : nilai ABG
• Observasi setiap tanda COPD
Intervensi keperawatan
Posisi : Posisi pasien dapat memfasilitasi fungsi
napas. Duduk tegak dikursi dengan bantal untuk
menyangga, jika lelah.
Oksigen: tergantung nilai ABG: masker, kanula
hidung.
Keselamatan pasien: perawat harus mengkaji
keseleamatan pasien jika pasien bingung.
Pendidikan pasien : napas dalam, batuk, latihan
relaksasi.
Oral hygiene : berkumur menggunakan
cairan kumur2 (povidone Iodine, Gargarisma
Khan dll karena O2 dapat mengeringkan
mukosa membran.

Evaluasi:
• Fungsi respirasi optimal: ABG
• Gejala menurun, seperti batuk, dispnu
• Evaluasi setiap efek samping pengobatan.
Kebutuhan akan nutrisi secara adekuat
Masalah yang mungkin Kemungkinan penyebab
BB menurun tanpa sebab jelas Katabolism berhub dgn penyakit HIV (HIV
wasting syndrome) dan atau akibat penyakit
oportunistik: TB, keganasan

BB menurun akibat terapi Terapi ARV

Malnutrisi Diare dan malabsorpsi karena macam2 infeksi


seperti Kandidiasis, Kriptosporidiosis

Intake makanan menurun Disfagia, anorexia, diare, nausea, muntah,


infeksi dan ulserasi esofagus

Hilangnya massa otot, Perubahan metabolik dikaitkan dengan HIV


lipodistrofi,and gangguan ARV
metabolisme lain
Intervensi keperawatan : nutrisi oral
Kaji kemampuan pasien makan.
Pasien dengan gangguan napas mungkin
tidak mampu mengunyah dan menelan
seperti orang normal, mintalah untuk makan
perlahan-lahan.
Kolaborasi untuk terapi anti emetik mis:
metoclopramide
Jika asupan per oral tidak mencukupi, pasang
nutrisi enteral dan intra vena.

Anda mungkin juga menyukai