BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
memberikan pelayanan gawat darurat 24 (dua puluh empat) jam dan 7 (tujuh)
hari seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus- kasus
gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar.
b. Pelayanan Medik Spesialis Dasar
Terdiri dari Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri
dan Ginekologi. Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing- masing
minimal 6 (enam) orang dokter spesialis dengan masing- masing 2 (dua) orang
dokter spesialis sebagai tenaga tetap.
c. Pelayanan Spesialis Penunjang Medik
Terdiri dari Pelayanan Anestesiologi, Radiologi, Rehabilitasi Medik,
Patologi Klinik dan Patologi Anatomi. Pada Pelayanan Spesialis Penunjang
Medik harus ada masing-masing minimal 3 (tiga) orang dokter spesialis dengan
masing- masing 1 (satu) orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap. Pelayanan
Medik Spesialis Lain sekurang-kurangnya terdiri dari Pelayanan Mata, Telinga
Hidung Tenggorokan, Syaraf, Jantung dan Pembuluh Darah, Kulit dan Kelamin,
Kedokteran Jiwa, Paru, Orthopedi, Urologi, Bedah Syaraf, Bedah Plastik dan
Kedokteran Forensik. Pada Pelayanan Medik Spesialis Lain harus ada masing-
masing minimal 3 (tiga) orang dokter spesialis dengan masing-masing 1 (satu)
orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap.
d. Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut
Terdiri dari Pelayanan Bedah Mulut, Konservasi/Endodonsi, Periodonti,
Orthodonti, Prosthodonti, Pedodonsi dan Penyakit mulut. Pelayanan Medik
Spesialis Gigi Mulut harus ada masing- masing minimal 1 (satu) orang dokter gigi
spesialis sebagai tenaga tetap.
e. Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan
keperawatan dan asuhan kebidanan.
f. Pelayanan Medik Subspesialis
Terdiri dari Subspesialis Bedah, Penyakit Dalam, Kesehatan Anak,
Obstetri dan Ginekologi, Mata, Telinga Hidung Tenggorokan, Syaraf, Jantung
dan Pembuluh Darah, Kulit dan Kelamin, Jiwa, Paru, Orthopedi dan Gigi Mulut.
Pelayanan Medik Subspesialis harus ada masing-masing minimal 2 (dua) orang
5
minimal harus ada 9 (sembilan) orang dokter umum dan 2 (dua) orang dokter gigi
sebagai tenaga tetap.
b. Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat
24 (dua puluh) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan melakukan
pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi
sesuai dengan standar.
c. Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit Dalam,
Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi. Pelayanan Medik Dasar
minimal harus ada 9 (sembilan) orang dokter umum dan 2 (dua) orang dokter gigi
sebagai tenaga tetap.
d. Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut minimal 1 (satu) pelayanan.
e. Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan Anestesiologi,
Radiologi, Rehabilitasi Medik dan Patologi Klinik. Pelayanan Spesialis Penunjang
Medik masing- masing minimal 1 (satu) orang dokter spesialis setiap pelayanan
dengan 2 (dua) orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang
berbeda.
f. Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan
keperawatan dan asuhan kebidanan.
g. Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan intensif, Pelayanan Darah,
Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik .
h. Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan Laundry/Linen, Jasa
Boga/Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang,
Ambulance, Komunikasi, Kamar Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan
Gas Medik dan Penampungan Air Bersih.
2.1.4 Rumah Sakit Tipe D
Rumah Sakit Umum Kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) Pelayanan Medik Spesialis Dasar. Kriteria,
fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas meliputi Pelayanan Medik
Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan
Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik dan Pelayanan
Penunjang Non Klinik. Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur
adalah 2:3 dengan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di
9
Rumah Sakit. Jumlah tempat tidur minimal 50 (lima puluh) buah. Administrasi
dan manajemen terdiri dari struktur organisasi dan tata laksana. Struktur
organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas Kepala
Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur
keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal,
serta administrasi umum dan keuangan. Tatakelola sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi tatalaksana organ isasi, standar pelayanan, standar operasional
prosedur (SPO), Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMS), hospital by
laws dan Medical Staff by laws.
a. Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik
Gigi Mulut dan Pelayanan Keseha tan Ibu Anak/Keluarga Berencana. Pelayanan
Medik Dasar minimal harus ada 4 (empat) orang dokter umum dan 1 (satu) orang
dokter gigi sebagai tenaga tetap.
b. Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24
(dua puluh empat) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan
melakukan pemeriksaan awal kasus- kasus gawat darurat, melakukan resusitasi
dan stabilisasi sesuai dengan standar.
c. Pelayanan Medik Spesialis Dasar sekurang- kurangnya 2 (dua) dari 4 (empat)
jenis pelayanan spesialis dasar meliputi Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan
Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi. Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus
ada masing-masing minimal 1 (satu) orang dokter spesialis dari 2 (dua) jenis
pelayanan spesialis dasar dengan 1 (satu) orang dokt er spesialis sebagai tenaga
tetap.
d. Pelayanan Spesialis Penunjang Medik yaitu laboratorium dan Radiologi.
e. Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan
keperawatan dan asuhan kebidanan.
f. Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan High Care Unit, Pelayanan
Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik.
g. Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan Laundry/Linen, Jasa
Boga/Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang,
Ambulance, Komunikasi, Kamar Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan
Gas Medik dan Penampungan Air Bersih.
10
pelosok tanah air, maka sejak Repelita III konsep wilayah diperkecil yang
mencakup suatu wilayah dengan penduduk sekitar 30.000 jiwa.Dan sejak tahun
1979 mulai dirintis pembangunan Puskesmas di daerah-daerahtingkat Kelurahan
atau Desa yang memiliki jumlah penduduk sekitar 30.000 jiwa.Dan untuk
mengkoordinasi kegiatan-kegiatan yang berada di suatu Kecamatan, maka salah
satu Puskesmas tersebut ditunjuk sebagai penanggung jawab dan disebutdengan
nama Puskesmas tingkat Kecamatan atau yang disebut juga PuskesmasPembina.
Dan Puskesmas-Puskesmas yang ada di tingkat Kelurahan atau Desa disebut
Puskesmas Kelurahan atau yang lebih dikenal sebagai Puskesmas Pembantu. Dan
sejak itu Puskesmas dibagi dalam 2 kategori seperti apa yang kita kenal sekarang,
yaitu:
1. Puskesmas Kecamatan (Puskesmas Pembina)
2. Puskesmas Kelurahan/Desa (Puskesmas Pembantu)
Sebagai sarana untuk mempermudah Puskesmas dalam melakukan
tugasnya,maka Puskesmas ditunjang dengan unit kegiatan yang lebih sederhana
dalam bentuk, diantaranya (Sumitro, 2010) :
1. Puskesmas Pembantu (Pustu)
Puskesmas pembantu merupakan unit pelayanan kesehatan yang sederhana
dan berfungsi menunjang serta membantu melaksanakan kegiatan yang dilakukan
Puskesmas dalam masyarakat lingkungan wilayah yang lebih kecil serta jenis dan
kompetensi pelayanan yang disesuaikan dengan kemampuan tenaga dan sarana
yang tersedia. Dalam Pelita V, wilayah kerja Puskesmas pembantu diperkirakan
meliputi 2–3 desa, dengan sasaran penduduk antara 2500 orang hingga 10.000
orang. Puskesmas pembantumerupakan bagian integral dari Puskesmas, dengan
kata lain Puskesmas jugameliputi Puskesmas pembantu yang ada di wilayah
kerjanya.Tugas pokok Puskesmas pembantu adalah menyelenggarakan sebagian
program kegiatan Puskesmas sesuai dengan kompetensi tenaga dan sumberdaya
lain yang tersedia.
2. Puskesmas keliling (Pusling)
Puskesmas Keliling adalah merupakan tim pelayanan kesehatan
Puskesmas keliling, terdiri dari tenaga yang dilengkapi dengan kendaraan
bermotor/roda 4/perahu bermotor, peralatan kesehatan, peralatan komunikasi yang
12
Utama :
1. Klinik Utama, merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik
Spesialistik atau pelayanan medik dasar dan spesialistik.
2. Klinik Pratama, dapat mengkhususkan pelayanan pada satu bidang tertentu
berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ atau jenis penyakit tertentu.
Klinik harus memenuhi persyaratan, diantaranya :
a. Lokasi pendirian klinik harus sesuai dengan tata ruang daerah masing-
masing.
b. Bangunan dan Ruangan
Bangunan klinik paling sedikit terdiri atas:
1) ruang pendaftaran/ruang tunggu.
2) ruang konsultasi dokter
3) ruang administrasi
4) ruang tindakan
5) ruang farmasi
6) kamar mandi/wc
7) ruangan lainnya sesuai kebutuhan pelayanan.
c. Prasarana klinik meliputi:
1) instalasi air
2) instalasi listrik
3) instalasi sirkulasi udara
4) sarana pengelolaan limbah
5) pencegahan dan penanggulangan kebakaran
6) ambulans, untuk klinik yang menyelenggarakan rawat inap
7) sarana lainnya sesuai kebutuhan.
d. Peralatan
Klinik harus dilengkapi dengan peralatan medis dan nonmedis yang
memadai sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan dan memenuhi standar
mutu, keamanan, dan keselamatan.
e. Perizinan
Permohonan izin klinik diajukan dengan melampirkan:
1) surat rekomendasi dari dinas kesehatan setempat.
14
1.Pengelola adalah agensi atau unit yang bertanggung jawab terhadap pelayanan
kesehatan di rumah yang bisa merupakan bagian Puskesmas, Rumah Sakit, klinik
atau mandiri.
2. Pelaksana terdiri dari tenaga keperawatan dan tenaga profesional lain dan non
profesional yang terdiri koordinator kasus dan pelaksana pelayanan.
3. Klien adalah penerima pelayanan kesehatan.
4. Koordinator kasus adalah seorang perawat dengan kriteria tertentu baik yang
masih aktif maupun yang sudah memasuki masa pensiun.
3. Pengelola
Persyaratan Pengelola :
a. Mendapat ijin mengelola dari Pemda dengan rekomendasi dari Dinkes.
b. Memiliki kantor dengan alamat jelas.
c. Memiliki peralatan pelayanan kesehatan.
d. Mampu menyediakan transportasi yang dibutuhkan klien.
e. Memiliki tenaga (pimpinan, administrasi dan perawat minimal D3 yang purna
waktu)
f. Mampu menyediakan tenaga profesional atau non yang bersertifikat pelatihan
home care.
g. Punya kerjasama dengan Rumah Sakit rujukan.
4. Koordinator Kasus
Syarat Koordinator Kasus :
a) Minimal berumur 21 tahun
b) Minimal pendidikan D3 Keperawatan.
c) Koordinator kasus harus punya sertifikat pelatihan home care.
d) Mampu melakukan pengkajian awal dan melakukan analisis terhadap kasus
e) Mampu memimpin bekerjasama dalam tim.
f) Mampu melaksanakan bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi.
5. Pelaksana
Syarat Pelaksana :
a. Usia minimal 21 tahun.
b. Punya ijasah formal.
c. Punya sertifikat pelatihan home care.
18
Maka jika kita “berorganisasi” tetapi hasil kerja kita tidak lebih baik dan
lebih cepat dibandingkan pekerjaan orang lain; maka dapat dikatakan kita belum
bisa berorganisasi.
Fungsi-fungsi pokok management berorganisasi :
- Perencanaan (Planning)
- Pengorganisasian (Organizing)
- Melaksanakan (Actuating)
- Pengawasan (Controling)
Untuk : mencapai tujuan
beragam agar kegiatan mereka rampung tepat waktu dan sesuai anggaran.
Departementalisasi produk, di lain pihak, memiliki keuntungan dan kerugian yang
berlawanan. Departementalisasi ini memudahkan koordinasi di antara para
spesialis untuk menyelesaikan tugas tepat waktu dan memenuhi target anggaran.
Lebih jauh, departementalisasi ini memberikan tanggung jawab yang jelas atas
semua kegiatan yang terkait dengan sebuah produk, tetapi dengan duplikasi biaya
dan kegiatan. Matriks berupaya menarik kekuatan tersebut sembari
menghindarkan kelemahan-kelemahan mereka.
Karakteristik struktural paling nyata dari matriks adalah bahwa ia
mematahkan konsep kesatuan komando sehingga karyawan dalam struktur
matriks memiliki dua atasan manajer departemen fungsional dan manajer produk.
Karena itulah matriks memiliki rantai komando ganda.
semacam ini, organisasi menyadari bahwa tanpa dukungan publiknya, ia tak dapat
tumbuh optimal.
Sejauhmana suatu organisasi/perusahaan memandang perlunya manajemen
reputasi/citra? Pertanyaan ini sangat signifikan untuk diajukan. Mengapa
demikian? Karena kini, publik telah mengalami perubahan begitu cepat dalam
mencermati lingkungan yang ada di sekitarnya. Publik telah memiliki ruang yang
lebih luas untuk memantau sepak terjang organisasi/perusahaan baik yang
berkaitan dengan produk/jasa, pengelolaan organisasi/perusahaan sampai kinerja
suatu perusahaan. Sehingga, tuntutan untuk terus menjaga citra (image) baik
menjadi sesuatu yang mendesak.
Citra yang baik dari suatu organisasi akan mempunyai dampak yang
menguntungkan, merupakan aset, karena citra mempunyai suatu dampak pada
persepsi publik dari komunikasi dan operasi organisasi dalam berbagai hal
sedangkan citra yang jelek akan merugikan organisasi. Dalam jangka panjang
citra baik membawa banyak manfaat, baik pada saat organisasi sedang jatuh
maupun pada saat-saat organisasi menghadapi berbagai macam krisis.
Webster (1993) mendefinisikan citra sebagai gambaran mental atau
konsep tentang sesuatu. Pengertian citra itu sendiri abstrak ( intangible), tidak
nyata, tidak bisa digambarkan secara fisik dan tidak dapat diukur secara
matematis, karena citra hanya ada dalam pikiran. Walaupun demikian wujudnya
bisa dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk, seperti penerimaan dan
tanggapan baik positif maupun negatif yang datang pada publik (khalayak
sasaran) dan masyarakat luas pada umumnya. Citra bisa diketahui, diukur dan
diubah. Penelitian mengenai citra organisasi (corporate image) telah membuktikan
bahwa citra bisa diukur dan diubah walaupun perubahan citra relatif lambat.
Dengan kata lain suatu citra akan bertahan cukup permanen pada kurun waktu
tertentu.
Setiap organisasi mau tidak mau memiliki citra di masyarakat. Karena
citra ada di benak masyarakat, maka salah satu hal yang harus dilakukan pimpinan
organisasi adalah menjaga jangan sampai karena berbagai macam sebab,
mayoritas anggotamasyarakat mempunyai persepsi yang salah tentang
organisasinya sehingga menimbulkan citra negatif. Citra negatif akan merugikan
33
organisasi karena citra menjadi salah satu pegangan bagi banyak orang dalam
mengambil berbagai keputusan penting seperti antara lain membeli barang atau
menggunakan jasa yang dihasilkan. Dengan demikian citra organisasi harus
menjadi perhatian pimpinan organisasi. Pimpinan organisasi perlu mengupayakan
agar persepsi masyarakat tidak jauh menyimpang dari apa yang diharapkan.
Walaupun citra adalah dunia menurut persepsi, tetapi citra perlu dibangun
secara jujur agar citra yang dipersepsikan oleh publik adalah baik dan benar dalam
arti ada konsistensi antara citra dengan realitas. Citra tidak bisa dibangun dengan
kebohongan informasi. Ketika tidak ada konsistensi antara kinerja nyata dan citra
yang dikomunikasikan, realitas akan menjadi komunikasi organisasi yang
dirasakan tidak dipercaya, akan merusak citra bahkan mungkin lebih parah lagi.
Jadi, membangun citra di atas informasi yang tidak benar, tidak akan mampu
menaikkan citra, malah sebaliknya citra akan menjadi rusak. Dengan demikian,
sebenarnya image adalah realitas, olehk arena itu pengembangan dan perbaikan
citra harus didasarkan pada realitas. Dalam mengkomunikasikan produk atau
programnya suatu organisasi harus menggambarkan realitas yang sebenarnya.
Proses pembentukan citra pada akhirnya akan menghasilkan sebuah
pendapat, tanggapan, atau perilaku tertentu. Pendapat dan keinginan akan pada
suatu isue tertentu akan menunjukan sikap (attitude) tertetu yang dapat timbul
sebagai public opini. Publik opini harus dibentuk melalui komunikasi yang efektif
dan persuasif sehingga menjadi favourable public opinion. Kenyataannya
menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan memiliki citra dan reputasi yang
bagus, umumnya menikmati enak hal :
a. Hubungan yang baik dengan para pemuka masyarakat
b. Hubungan yang positif dengan pemerintah setempat
c. Rasa kebanggan dalam organisasi dan diantara khalayak sasaran
d. Saling pengertian antara khalayak sasaran, baik internal maupun eksternal dan
meningkatkan kesetiaan pada staf perusahaan.
Adapun fungsi Public Relations, yaitu :
a. Programming
Fungsi ini antara lain mencakup analisis masalah dan peluang menentukan
goals dan publik (kelompok orang yang dukungan dan pemahamannya diperlukan
34
diarahkan untuk dapat menarik perhatian dan memperoleh pengakuan dari publik
terhadap keberadaan perusahaan. Aspek-aspek yang perlu mendapat perhatian
biasanya berkaitan dengan protokoler, perencanaan, koordinasi detail-detail
jadwal dengan kegiatannya, serta persiapan publik penunjangnya seperti booklets,
publisitas dan juga laporannya.
g. Speaking
Keterampilan penting yang juga harus dimiliki seorang praktisi PR adalah
ketrampilan berbicara baik untuk tatap muka individual maupun untuk tatap muka
kelompok (public speaking) termasuk menulis naskahnya.
h. Research dan Evaluation
Aktivitas penting yang dilakukan seorang praktisi PR adalah pengumpulan
fakta. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk itu, baik yang dilakukan secara
formal maupun informal.
2.4.5 Avoiding Critism
Gaya seseorang atau organisasi yang cenderung untuk menghindari
terjadinya konflik. Hal-hal yang sensitif dan potensial menimbulkan konflik
sedapat mungkin dihindari sehingga tidak menimbulkan konflik terbuka. Setiap
kelompok dalam satu organisasi, dimana didalamnya terjadi interaksi antara satu
dengan lainnya, memiliki kecenderungan timbulnya konflik. Dalam institusi
layanan kesehatan terjadi kelompok interaksi, baik antara kelompok staf dengan
staf, staf dengan pasen, staf dengan keluarga dan pengunjung, staf dengan dokter,
maupun dengan lainnya yang mana situasi tersebut seringkali dapat memicu
terjadinya konflik. Konflik sangat erat kaitannya dengan perasaan manusia,
termasuk perasaan diabaikan, disepelekan , tidak dihargai, ditinggalkan, dan juga
perasaan jengkel karena kelebihan beban kerja.
Konfik adalah situasi yang terjadi ketika ada perbedaan pendapat atau
perbedaan cara pandang diantara beberapa orang, kelompok organisasi. Sikap
saling mempertahankan diri sekurang-kurangnya diantara dua kelompok, yang
memiliki tujuan dan pandangan berbeda, dalam upaya mencapai satu tujuan
sehingga mereka berada dalam posisi oposisi bukan kerja sama.
Suatu organisasi dapat mencapai tujuannya dengan cara semua pihak
dalam organisasi tersebut bekerja dengan efektif dan efisien. Penilaian tentang
36
dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman kerja serta memiliki
pengetahuan dibidangnya (Regestered Nurse). Pembagian tugas dalam kelompok
dilakukan oleh pimpinan kelompok/ ketua group dan ketua group bertanggung
jawab dalam mengarahkan anggota group / tim. Selain itu ketua group bertugas
memberi pengarahan dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan
klien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila menjalani
kesulitan dan selanjutnya ketua tim melaporkan pada kepala ruang tentang
kemajuan pelayanan / asuhan keperawatan terhadap klien.
Keperawatan Tim berkembang pada awal tahun 1950-an, saat berbagai
pemimpin keperawatan memutuskan bahwa pendekatan tim dapat menyatukan
perbedaan katagori perawat pelaksana dan sebagai upaya untuk menurunkan
masalah yang timbul akibat penggunaan model fungsional. Pada model tim,
perawat bekerja sama memberikan asuhan keperawatan untuk sekelompok pasien
di bawah arahan/pimpinan seorang perawat profesional (Marquis & Huston,
2000).
Dibawah pimpinan perawat professional, kelompok perawat akan dapat
bekerja bersama untuk memenuhi sebagai perawat fungsional. Penugasan
terhadap pasien dibuat untuk tim yang terdiri dari ketua tim dan anggota tim.
Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok
mempunyai kontriibusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan
keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang
tinggi. Setiap anggota tim akan merasakan kepuasan karena diakui kontribusmnya
di dalam mencapai tujuan bersama yaitu mencapai kualitas asuhan keperawatan
yang bermutu. Potensi setiap anggota tim saling melengkapi menjadi suatu
kekuatan yang dapat meningkatkan kemampuan kepemimpinan serta
menimbulkan rasa kebersamaan dalam setiap upaya dalam pemberian asuhan
keperawatan.
Pelaksanaan konsep tim sangat tergantung pada filosofi ketua tim apakah
berorientasi pada tugas atau pada klien. Perawat yang berperan sebagai ketua tim
bertanggung jawab untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan semua pasien yang
ada di dalam timnya dan merencanakan perawatan klien. Tugas ketua tim
40
Kepala ruang
Pada model ini, klien, keluarga, stafmedik dan staf keperawatan akan
mengetahui bahwa pasien tertentu akan merupakan tanggung jawab perawat
primer tertentu. Setiap perawat primer mempunyai 4-6 pasien. Seorang perawat
primer mempunyai kewenangan untuk melakukan rujukan kepada pekerja sosial,
kontak dengan lembaga sosial masyarakat membuat jadual perjanjian klinik,
mengadakan kunjungan rumah, dan lain sebagainya. Dengan diberikannya
kewenangan tersebut, maka dituntut akontabilitas yang tinggi terhadap hasil
pelayanan yang diberikan.
Tanggung jawab mencakup periode 24 jam, dengan perawat kolega yang
memberikan perawatan bila perawat primer tidak ada. Perawatan yang yang
diberikan direncanakan dan ditentukan secara total oleh perawat primer. Metode
keperawatan primer mendorong praktek kemandirian perawat, yang ditandai
dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang
ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan keperawatan
selama pasien dirawat. Perawat primer bertanggung jawab untuk membangun
komunikasi yang jelas di antara pasien, dokter, perawat asosiet, dan anggota tim
kesehatan lain. Walaupun perawat primer membuat rencana keperawatan, umpan
balik dari orang lain diperlukan untuk pengkoordinasian asuhan keperawatan
klien.
Dalam menetapkan seseorang menjadi perawat primer perlu berhati-hati
karena memerlukan beberapa kriteria, di antaranya dalam menetapkan
kemampuan asertif, self direction kemampuan mengambil keputusan yang tepat,
menguasai keperawatan klinik, akuntabel serta mampu berkolaborasi dengan baik
antar berbagai disiplin ilmu. Di negara maju pada umumnya perawat yang
ditunjuk sebagai perawat primer adalah seorang perawat spesialis klinik yang
mempunyai kualifikasi master dalam bidang keperawatan.
Karakteristik modalitas keperawatan primer adalah :
a. Perawat primer mempunyai tanggung jawab untuk asuhan keperawatan pasien
selama 24 jam sehari, dari penerimaan sampai pemulangan.
b. Perawat primer melakukan pengkajian kebutuhan asuhan keperawatan,
kolaborasi dengan pasien dan professional kesehatan lain, dan menyusun
rencana perawatan.
45
Kelebihan :
a. Perawat primer mendapat akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan untuk pengembangan diri.
b. Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi meningkatkan
motivasi, tanggung jawab dan tanggung gugat
c. Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai dengan arahan perawat primer
dalam memberikan atau mengarahkan perawatan sepanjang hospitalisasi.
d. Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran manajer
operasional dan administrasi.
e. Kepuasan kerja perawat tinggi karena dapat memberiikan asuhan keperawatan
secara holistik. Kepuasan yang dirasakan oleh perawat primer adalah
memungkinkan pengembangan diri melalui penerapan ilmu pengetahuan.
f. Staf medis juga merasakan kepuasan karena senantiasa informasi tentang
kondisi klien selalu mutakhir dan komprehensif serta informasi dapat diperoleh
dari satu perawat yang benar-benar mengetahui keadaan kliennya.
g. Perawat ditantang untuk bekerja total sesuai dengan kapasitas mereka.
h. Waktu yang digunakan lebih sedikit dalam aktivitas koordinasi dan supervisi
dan lebih banyak waktu untuk aktivitas langsung kepada klien.
i. Pasien terlihat lebih menghargai. Pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhi
kebutuhannya secara individu.
j. Asuhan keperawatan berfokus pada kebutuhan klien.
k. Profesi lain lebih menghargai karena dapat berkonsultasi dengan perawat yang
mengetahui semua tentang kliennya.
l. Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.
m. Meningkatnya hubungan antara perawat dan klien.
n. Metode ini mendukung pelayanan profesional.
46
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manajemen pelayanan keperawatan sebagai sub sistem manajemen rumah
sakit harus memperoleh tempat dan perhatian sama dengan manajemen lainnya
sehingga rumah sakit dapat berfungsi sebagaimana diharapkan. Lingkup
manajemen operasional dan manajemen asuhan keperawatan merencanakan,
mengorganisir, mengarahkan, dan mengawasi sumber daya keperawatan.
Fungsi-fungsi manajemen keperawatan adalah perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, yang harus dilakukan oleh manusia
dalam bentuk supervisi. Supervisi yang dilakukan oleh manajer keperawatan
secara baik dan terus menerus dapat memastikan pemberian asuhan keperawatan
yang sesuai dengan standar praktek keperawatan.
3.2 Saran
Sebagai calon perawat hendaklah menerapkan atau mengaplikasikan
manajemen keperawatan dengan efektif dalam setiap melakukan proses
keperawatan, sehingga dalam memberikan pelayanan bisa dilakukan secara
optimal. manajemen keperawatan dikatakan baik apabila dalam satu tim bisa
berpatisipasi secara aktif.
49