Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN KOMPLEMETER PADA BAYI


“GIZI BURUK”
DOSEN :MURNIATI, MKM

OLEH :
NAMA : MAULIZA DEWI
NIM : 2115302091

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


DARUSSALAM
PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN
LHOKSEUMAWE
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, saya
panjatkan puji dan puja syukur atas kehadhirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang
berjudul tentang “GIZI BURUK”.

Makalah ini telah saya susun dengan maksimal mungkin dengan bantuan arahan dari
dosen pegampu mata kuliah. Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.

Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah saya. Akhir kata saya berharap semoga
makalah ilmiah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembacanya.

Lhokseumawe,9 Agustus 2022

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...................................................................................................... i

Daftar Isi ............................................................................................................... ii

Bab I Pendahuluan ................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1


1.1 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.2 Manfaat ..................................................................................................... 2

Bab II Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 3

2.1 Pengertian Gizi Buruk............................................................................... 3


2.1 Faktor Penyebab Gizi buruk...................................................................... 3
2.2 Faktor risiko yang tidak berpengaruh Gizi Buruk..................................... 4

Bab III Penutup ..................................................................................................... 6

3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 6


3.1 Saran ......................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Keadaan gizi yang baik merupakan syarat utama kesehatan dan berdampak terhadap
kualitas sumber daya manusia. Gizi buruk menurut World Health Organization (WHO)
ditentukan berdasarkan indikator antropometri berat badan menurut tinggi atau panjang badan
(BB/TB) dengan z-skor BB/TB <-3 SD dan ada atau tidaknya odema.1,2 Faktor penyebab
gizi buruk dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak
langsung. Penyebab langsung gizi buruk meliputi kurangnya jumlah dan kualitas makanan
yang dikonsumsi dan menderita penyakit infeksi, sedangkan penyebab tidak langsung gizi
buruk yaitu ketersediaan pangan rumah tangga, kemiskinan, pola asuh yang kurang memadai
dan pendidikan yang rendah.

Faktor konsumsi makanan merupakan penyebab langsung dari kejadian gizi buruk pada
balita. Hal ini disebabkan karena konsumsi makanan yang tidak memenuhi jumlah dan
komposisi zat gizi yang memenuhi syarat gizi seimbang yaitu beragam, sesuai kebutuhan,
bersih dan aman sehingga akan berakibat secara langsung terhadap pertumbuhan dan
perkembangan balita. Faktor penyakit infeksi berkaitan dengan tingginya kejadian penyakit
menular terutama diare, cacingan dan penyakit pernapasan akut (ISPA). Faktor kemiskinan
sering disebut sebagai akar dari kekurangan gizi, yang mana faktor ini erat kaitannya
terhadap daya beli pangan di rumah tangga sehingga berdampak terhadap pemenuhan zat
gizi.

Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR) juga merupakan faktor yang dapat
berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk. Hal ini dikarenakan bayi yang mengalami BBLR
akan mengalami komplikasi penyakit karena kurang matangnya organ, menyebabkan
gangguan pertumbuhan fisik dan gangguan gizi saat balita. Faktor pendidikan Ibu erat
kaitannya dengan pengetahuan Ibu mengenai gizi sehingga akan berakibat terhadap buruknya
pola asuh balita.

Status gizi buruk pada balita dapat menimbulkan pengaruh yang dapat menghambat
pertumbuhan fisik, mental maupun kemampuan berpikir. Balita yang menderita gizi buruk
dapat mengalami penurunan kecerdasan (IQ) hingga sepuluh persen. Dampak paling buruk
dari gizi buruk yaitu kematian pada umur yang sangat dini.
1.2 Tujuan

Mengetahui hubungan faktor personal dengan perilaku keluarga dalam


pemenuhan kebutuhan Gizi anak.

1.3Manfaat

Tersedianya informasi mengenai perilaku keluarga dalam pemenuhan gizi agar


tidak terjadi faktor dari penyebab guzu buruk.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Gizi Buruk


Gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks berat badan menurut
umur (BB/U) yang merupakan padanan istilah underweight (gizi kurang) dan severely
underweight (gizi buruk). Balita disebut gizi buruk apabila indeks Berat Badan
menurut Umur (BB/U) kurang dari -3 SD (Kemenkes, 2011). Gizi buruk (severe
malnutrition) adalah suatu istilah teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi,
kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya
kekurangan gizi menahun (Wiku A, 2005).
2.2 Faktor penyebab Gizi Buruk

a.Sikap ibu terhadap makanan

Faktor resiko ini terbukti berpengaruh terhadap kejadian gizi kurang dan
gizi buruk adalah sikap ibu terhadap makanan yang buruk dengan OR 6,98,
artinya ibu yang mempunyai balita 12-59 bulan mempunyai risiko menderita
gizi kurang dan gizi buruk sebesar 6,98 kali lebih besar bila dibandingkan
dengan ibu yang mempunyai balita gizi baik. Kejadian gizi kurang dan gizi
buruk berkaitan dengan sikap ibu terhadap makanan. Sikap terhadap makanan
berarti juga berkaitan dengan kebiasaan makan, kebudayaan masyarakat,
kepercayaan dan pemilihan makanan. Budaya adalah daya dari budi yang
berupa cipta, karya dan karsa. Budaya berisi norma-norma sosial yakni sendi-
sendi masyarakat yang berisi sanksi dan hukuman-hukumannya yang
dijatuhkan kepada golongan bilamana yang dianggap baik untuk menjaga
kebutuhan dan keselamatan masyarakat itu dilanggar. Norma-norma itu
mengenai kebiasaan hidup, adat istiadat, atau tradisi-tradisi hidup yang 9
dipakai secara turun temurun.

b.Sanitasi lingkungan

Sanitasi lingkungan buruk terbukti sebagai faktor risiko kejadian gizi


kurang dan gizi buruk pada balita dengan OR 5,03, artinya ibu yang
mempunyai balita gizi kurang dan gizi buruk mempunyai risiko 5,03 kali
untuk menderita gizi kurang dan gizi buruk bila dibandingkan dengan ibu
yang mempunyai balita gizi baik.Sanitasi lingkungan memiliki peran yang
cukup dominan dalam penyedianan lingkungan yang mendukung kesehatan
anak dan proses tumbuh kembangnya. Sanitasi lingkungan yang buruk akan
menyebabkan anak balita akan lebih muda terserang penyakit infeksi yang
akhirnya dapat mempengaruhi status gizi anak.
Sanitasi lingkungan erat kaitannya dengan ketersedian air bersih, ketersedian
jamban, jenis lantai rumah, serta kebersihan peralatan makanan, kebersihan
rumah, pencahayaan, ventilasi. Makin tersediannya air bersih untuk betuhan
sehari-hari, maka makin kecil risiko anak terkena penyakit 13 kurang gizi.
Tingkat sanitasi lingkungan ditentukan oleh berbagai kemungkinan bahwa
lingkungan berperan sebagai pembiakan agent hidup, tingkat lingkungan yang
tidak sehat bisa diukur dengan penyedian air bersih yang kurang, pembuangan
air limbah yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan, tidak adanya
penyedian dan pemanfaatan tempat pembuangan sampah rumah tangga yang
memenuhi persyaratan kesehatan, tidak adanya penyedian sarana pengawasan
makanan, serta penyedian sarana perumahan yang tidak memenuhi
persyaratan kesehatan. Hal-hal yang menyangkut sanitasi pertama adalah
ventilasi.
Perumahan yang penghuninya banyak dan ventilasi yang tidak memenuhi
syarat-syarat kesehatan dapat mempermudah dan memungkinkan adanya
transisi penyakit dan mempengaruhi kesehatan penghuninya. Kedua adalah
pencahayaan, pencahayaan yang cukup untuk penerangan ruangan di dalam
rumah merupakan kebutuhan kesehatan manusia. Pencahayaan dapat diperoleh
dari pencahayaan dari sinar matahari, pencahayaan dari sinar matahari masuk
ke dalam melalui jendela. Celah-celah dan bagian rumah yang terkena sinar
matahari hendaknya tidak terhalang oleh benda lain. Ketiga dinding rumah
harus bersih, kering dan kuat. Kempat kepadatan penghuni risiko yang
ditimbulkan oleh kepadatan penguni rumah terhadap 14 terjadinya penyakit.
2.3 Faktor risiko yang tidak berpengaruh Gizi Buruk
a.Asi Ekslusif
Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa nilai OR : 0, 44 (95% CI 0,182 – 4,
945) p = 0,180, artinya tidak ada hubungan antara tidak diberikan ASI eksklusif
dengan kejadian gizi kurang dan gizi buruk pada balita. Berbagai penelitian
epidemiologis yang menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif mempunyai
keuntungan terhadap kesehatan pada umumnya dan pertumbuhan 18 tinggi badan
bayi.
b.Asupan Energi
Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa nilai OR : 1,18 (95% CI 0,383–3,630)
p = 1,000, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan energi kurang
dengan kejadian gizi kurang dan gizi buruk pada balita.Berbagai penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang lakukan sebelumnya oleh Asrar dan Boediman bahwa tidak
ada eksklusif Asupan energi 51 hubungan bermakna antara asupan protein dengan
status gizi anak balita menurut indeks 19 BB/TB nilai p valuenya sama dengan 0,187.
C.Asupan Protein
Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa nilai OR : 1,65 (95% CI 0, 525–
5,154 ) p = 0,567, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan protein
kurang dengan kejadian gizi kurang dan gizi buruk pada balita.Berbagai penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang lakukan sebelumnya oleh Asrar dan Boediman bahwa
tidak ada hubungan bermakna antara asupan protein kurang dengan status gizi anak
balita menurut indeks BB/TB nilai p valuenya sama 19 dengan 0,187.

d.Pendidikan Ibu

Berdasarkan hasil analisa multivariat menunjukkan bahwa nilai OR : 2,45 (95%


CI 0,707-8,464) p= 0,158, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara
pendidikan ibu rendah dengan kejadian gizi kurang dan gizi buruk pada
balita.Berbagai penelitian ini mendukung terhadap hasil penelitian sebelumnya oleh
Miller yang menunjukan bahwa tingkat pendidikan ibu yang rendah tidak
berpengaruh terhadap kejadian gizi 23 buruk.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Menyimpulkan bahwa Ada hubungan antara pengetahuan gizi Ibu dengan tingkat
kecukupan energi dan protein balita dan anak dengan asupan energi ‘kurang’ mempunyai
resiko terjadinya status gizi kurang sebesar 2.439 kali dibandingkan dengan anak yang
asupan energinya ‘cukup’. Pendidikan ibu yang rendah mempunyai resiko terjadinya status
gizi kurang pada anak sebesar 2.386 kali dibandingkan dengan ibu yang mempunyai
Pendidikan tingii.
3.2Saran

Diharapkan Ibu lebih memperhatikan konsumsi makanan balita dengan akan berlanjut
sampai usia selanjutnya, dan bayi BBLR juga mengalami gangguan pencernanaan seperti
kurang menyerap lemak dan protein sehingga mengakibatkan kurangnya cadangan zat gizi
dalam tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

World Health Organization. WHO Child Growth Standards and The Identification of Severe
Acute Malnutrition in Infants and Children. 2010 2.
Sanchez pedro et all. Halving Hunger: It Can Be Done. USA: Earthscan;
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKMUI. Gizi Dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada; 2007.
Rahma Faiza S. 2007. Faktor Risiko Kejadian Gizi Buruk pada Balita (12-59 bulan) di Wilayah
Kerja Puskesmas Andalas Timur Kota Padang.
Yetty Nency M, DSA, Muhamad Thohar Arifin,MD.2005.Gizi Buruk, Ancaman Generasi yang
Hilang;5 (17).pp.1-4.

Anda mungkin juga menyukai