Anda di halaman 1dari 14

PENYEBAB KETIMPANGAN BEBAN PENYAKIT INFEKSI (Disease

Burden) ANTAR DAERAH

Disusun Oleh :
Aji Pangestu 02220200023
Caca Maulud Hanafi 02220200022
Deka Maulidin 02220200006
Elirahma Agustina 02220200001
Yuni Asminingsih 02220200021

PROGRAM STUDI KESEHTAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
A. Pendahuluan..............................................................................................1
B. Definisi......................................................................................................1
C. Transisi Epidemiologi...............................................................................3
D. Konsep Global Burden Disease versi WHO.............................................4
E. Disability-Adjusted Life Year (DALY)....................................................5
F. Penyebab Ketimpangan Beban Penyakit......................................................7
G. Kesimpulan..............................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

i
A. Pendahuluan

Sejak tahun 2014 kegiatan Health Sector Review dan Penyusunan


Program Prioritas Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Tahunan,
telah menggunakan pendekatan GBD untuk penyusunan program prioritas dan
penentuan alokasi anggaran oleh Bappenas.
Analisis beban penyakit (burden of diseases) bermanfaat dalam Kebijakan
Kesehatan untuk menilai kinerja program kesehatan, mengidentifikasi masalah
yang perlu dikendalikan terkait faktor risiko kesehatan, sebagai sumber
informasi perencanaan untuk intervensi kesehatan, menghasilkan informasi
pada forum debat ilmiah, untuk penentuan prioritas masalah kesehatan dan
pengembangan ilmu pengetahuan (Lopez Alan et al., GBD & risk
factor,Lancet 2006 dalam (Ade Heryana, 2022)).
ep.
Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan, Perguruan Tinggi dan para ahli
di Indonesia melakukan kolaborasi dengan Institute for Health Metric and
Evaluatian melakukan analisis Beban Penyakit nasional dan subnasional
Indonesia. Setelah bekerja keras selama satu tahun dihasilkan analisis Beban
Penyakit. Laporan ini menggambarkan distribusi dan tren penyakit dan faktor
risiko untuk setiap Provinsi di Indonesia dari tahun 1990 hingga 2017.

B. Definisi

Setiap kejadian penyakit (menular maupun tidak menular) selalu


menimbulkan beban (burden) bagi komunitas atau negara. Beban penyakit
dapat diidentikkan dengan biaya, waktu, dan tenaga yang hilang akibat
kejadian yang berhubungan dengan kesehatan.
Aikins & Agyemang (2016) mendefinisikan beban penyakit sebagai
konsekuensi biaya, yakni sebagai akumulasi biaya medis, ekonomis, dan
psikososial pada suatu kondisi penyakit.
Namun demikian, beban penyakit tidak hanya dikalkulasikan dalam
bentuk biaya. Beberapa ahli epidemiologi, memasukkan unsur biaya dan
tenaga/manusia dalam menentukan beban penyakit. Kelsey, Petiti & King

1
(1998) dan Truman & Teutchs (1998), mengestimasi beban penyakit dan
disabilitas pada populasi tertentu dengan ukuran-ukuran antara lain:
a. Insiden (jumlah kasus baru pada periode tertentu);
b. Prevalens (jumlah pasien dengan kasus penyakit pada satu periode);
c. Mortalitas (angka kematian). Pada penyakit tidak menular (PTM),
perhitungan beban penyakit yang paling mudah adalah dengan angka
mortalitas (Brownson, 1998)
d. Case-Fatality Rate (CFR)
e. Jumlah hari disabilitas (disability days) selama berlangsungnya
kejadian penyakit;
f. Hidup (lives), jumlah tahun-hidup (life-years), atau jumlah tahun-sehat
(healthy-years) yang hilang pada satu kondisi penyakit tertentu;
g. Kualitas kehidupan (quality of life);
h. QALY (Quality-Adjusted Year Life), DALE (Disability-Adjusted Life
Year), atau HeaLY (Healthy Life Year);
i. Biaya perawatan per pasien/individu pada kondisi tertentu atau cost of
illness; dan
j. Kontribusi kondisi penyakit terhadap produktivitas yang hilang.
Dengan demikian dari uraian di atas, burden penyakit dapat digambarkan
dengan menggunakan ukuran sebagai berikut:
1. Biaya: cost of illness atau biaya medis, biaya ekonomis, biaya
psikososial;
2. Waktu: DALY, QALY, HeaLY, disability day; dan
3. Tenaga/Orang: Insiden, Prevalen, mortalitas, modbiditas, CFR,
produktivitas yang hilang.

Sumber data pengukuran burden penyakit bisa didapat dari studi deskriptif
epidemiologi, salah satunya adalah surveilans epidemiologi. Ratusan studi
epidemiologi menunjukkan bahwa burden PTM dapat dikurangi dengan
mengurangi faktor risiko perilaku seperti merokok, aktivitas fisik kurang, atau
rendahnya utilisasi layanan mamografi.

2
C. Transisi Epidemiologi

Di Indonesia terjadi transisi penyakit yang mengakibatkan terjadinya


beban ganda masalah penyakit. Terjadinya transisi demografi dan transisi
epidemiologi mengakibatkan terjadinya transisi penyakit yang merupakan
bagian dari masalah transisi kesehatan. Beban ganda terjadi karena
permasalahan penyakit tidak menular masih menjadi masalah terutama di
Indonesia bagian Timur semantara tren penyakit telah bergeser ke arah
Penyakit Tidak Menular seperti diabetes melitus, stroke, jantung dan kanker.
Pada tahun 2017, 69,90% dari total beban penyakit di Indonesia
disebabkan oleh penyakit tidak menular (PTM). Sedangkan penyakit
menular(PM), maternal, neonatal dan gizi 23,60%, dan Cedera 6,5%. Beban
PM, maternal, neonatal dan gizi telah menurun dan beban PTM meningkat di
semua provinsi di Indonesia dari tahun 1990 hingga 2017. Namun, pada tahun
2017 ada variasi cukup besar di 34 (Tiga puluh empat) provinsi di Indonesia,
dengan kontribusi PTM terhadap total beban penyakit mulai dari 48,9%
hingga 76,99%, sedangkan penyakit menular, maternal, neonatal dan gizi
mulai dari 16,49% hingga 39%, dan cedera mulai dari 7,49% hingga 12.65%.
Walaupun terjadi penurunan kelompok PM, maternal, neonatal dan gizi,
penting untuk dicatat bahwa untuk penyakit diare, tuberkulosis dan HIV
menyebabkan DALY lebih tinggi daripada yang diperkirakan di sebagian
besar provinsi untuk tingkat perkembangannya (Indeks Sosial-demografis).
Untuk PTM adalah penyakit stroke, diabetes dan cirrhosis yang tingkat
perkembangannya lebih tinggi daripada yang diperkirakan. Sedangkan untuk
cedera bencana yang menyebabkan perkembangan cedera lebih besar dari
perkiraan.
Perubahan beban penyakit menular di Indonesia pada tahun 1990 pada
umumnya > 50% menurun pada tahun 2017 menjadi <35%. Terlihat masih
tinggi pada umumnya di Indonesia Timur regional Maluku, Papua, Nusa
Tenggara dan sebagian Sulawesi dan Kalimantan. India memiliki beban
tuberkulosis yang sangat tinggi, menyumbang jumlah kasus baru terbanyak
setiap tahun dari negara mana pun di dunia.. Secara nasional di Indonesia

3
beban TB dari tahun 1990 hingga tahun 2017 menurun sebesar 45,1%.
Terdapat provinsi dengan peningkatan persentase beban penyakit TB yaitu
provinsi Kalimantan timur dengan peningkatan cukup tinggi dan Maluku.
Sedangkan provinsi yang penurunan pesentase beban penyakit TB kurang dari
40% adalah Aceh, Riau, Bengkulu, Sumatera Selatan, Bangka Belitung,
Kepulauan Riau, Yogjakarta, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
Maluku Utara, Papua Barat dan Papua. Perubahan beban penyakit tidak
menular di Indonesia pada tahun 1990 yang pada umumnya < 39% meningkat
menjadi antara 50% - 77%. Perubahan paling tinggi terlihat pada Jawa-Bali
dan Sulawesi Utara. Sedangkan terendah perubahan di Papua (Kemenkes,
2017).

D. Konsep Global Burden Disease versi WHO

Konsep Global Burden Disease (GBD) atau beban penyakit secara


global, mulai dipublikasikan tahun 1996 oleh WHO. Konsep ini merupakan
konsep yang paling komprehensif dan konsisten dalam mengestimasi
mortalitas dan morbiditas penyakit. Konsep ini dibuat untuk mengkuantifikasi
beban akibat kematian dini (prematur mortality) dan disabilitas (disability)
bagi penyakit-penyakit utama atau kelompok penyakit. Konsep GBD
menggunakan ukuran sederhana kesehatan populasi yang disebut DALYs
(Disability-Adjusted Life Years). DALY mengkombinasikan Years Life Lost
(YLL) dan YLD (Years Live with Diability).

Kesehatan suatu populasi secara ringkas dapat diukur dengan


mengkombinasikan data mortalitas dan indikator kesehatan non-fatal, menjadi
satu angka. Angka tersebut bisa dalam bentuk DALY, atau QALY (Quality-
Adjusted Life Year), DALE (Disability-Adjusted Life Expectancy), dan HeaLY
(Healthy Life Year). Masing-masing ukuran tersebut ada kelemahan dan
kelebihan.

DALY merupakan ukuran yang paling banyak digunakan. Istilah


“disability” atau disabilitas pada konsep ini adalah perpindahan dari kondisi
sehat yang ideal pada kondisi apapun. Misalnya: mobilitas, self-care, kegiatan

4
sehari-hari, rasa sakit dan tidak nyaman, ketegangan dan depresi, serta
ketidakmampuan berfikir.

E. Disability-Adjusted Life Year (DALY)

DALY pada prinsipnya adalah menghitung kesenjangan (gap)


kesehatan yang bertentangan dengan harapan orang terhadap kesehatan.
DALY menghitung perbedaan antara situasi saat ini dengan situasi ideal
seseorang untuk hidup dengan standar umur harapan hidup, dan dalam
kesehatan yang sempurna. Standar usia harapan hidup untuk wanita adalah 80
tahun, dan pria adalah 82,5 tahun sesuai dengan tabel hidup (life table).
Menurut konsep ini, pendekatan terbaik untuk mengukur beban penyakit
adalah dengan unit waktu.

Rumus perhitungan DALY adalah sebagai berikut:

DALY = YLL + YLD

Dimana,

DALY = Disability-Adjusted Life Year (jumlah tahun hidup yang disesuaikan


dengan disabilitas);

YLL = years of life due to premature mortality (jumlah tahun hidup pada
kematian dini);

YLD = years of lived with disability (jumlah tahun hidup dengan disabilitas)

YLL pada suatu populasi diukur dengan mengalikan jumlah kematian


penyakit (N) dengan standar usia harapan hidup pada kematian (dalam tahun,
L), sehingga rumusnya adalah:

YLL = N × L YLD

YLD pada suatu populasi diukur dengan mengalikan jumlah insiden


penyakit (I) dengan rata-rata durasi disabilitas (L) dan faktor disabilitas
penyakit (Disability Weight, DW), atau dengan rumus sebagai berikut:

YLD = I × DW × L

5
Gambar 1 Sepuluh Peringkat Teratas Penyebab DALYs Menurut Jenis
Kelamin di Indonesia Tahun 2017

Pada gambar 1 menunjukkan sepuluh penyebab utama tahun yang


hilang akibat beban penyakit pada laki-laki dan perempuan tahun 2017. Stroke
menduduki peringkat pertama baik pada laki-laki maupun perempuan,
menyebabkan 2.968,6 tahun hilang per 100.000 penduduk laki-laki dan 2745,3
tahun hilang per 100.000 penduduk perempuan. Ischemic heart disease
menjadi penyebab kedua tahun yang hilang karena beban penyakit pada laki-
laki, sedangkan pada perempuan menduduki peringkat ketiga. Diabetes
merupakan peringkat kedua penyebab beban penyakit pada perempuan,
sedangkan pada laki-laki menduduki peringkat keempat. Tuberculosis menjadi
penyebab dengan peringkat kelima pada laki-laki, sedangkan pada perempuan
tuberculosis menduduki peringkat kedelapan. Kecelakaan masuk ke dalam
sepuluh peringkat teratas penyebab tahun yang hilang karena beban penyakit
pada laki-laki, namun tidak masuk ke dalam sepuluh peringkat teratas pada
perempuan.

F. Penyebab Ketimpangan Beban Penyakit

6
Saat ini Indonesia tengah menghadapi transisi demografi dan
epidemiologi. Transisi demografi yang terjadi menjadikan penduduk Asia
Tenggara termasuk Indonesia di kelompok usia produktif akan mencapai 70
persen lebih besar dibandingkan penduduk usia lanjut. Hal itu diperkirakan
terjadi pada tahun 2020-2030.

Badan Pusat Statistik (BPS) bahkan memproyeksikan pada periode


2010-2035 Indonesia berada dalam periode bonus demografi. Kondisi saat
jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) berjumlah dua kali lipat
dibanding penduduk usia non produktif (di bawah 15 tahun dan di atas 65
tahun).

Transisi demografi tentunya memberikan keuntungan dalam


persaingan global bagi Indonesia. Namun disisi lain, Indonesia juga tengah
menghadapi transisi epidemiologi yang mengakibatkan pergeseran beban
penyakit dari penyakit menular (PM) ke penyakit tidak menular (PTM).
Perubahan ini menjadikan PTM meningkat signifikan dan menjadi faktor
penyebab utama kematian di Indonesia. Padahal PM belum sepenuhnya bisa
diatasi dan diselesaikan. Bahkan masih menjadi momok yang menakutkan,
khususnya penyakit HIV/AIDS, tuberkulosis, dan malaria. Hal ini menjadikan
Indonesia alami ancaman beban ganda penyakit.

Hasil riset Analisis Beban Penyakit Nasional dan Sub Nasional


Indonesia Tahun 2017 yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan (Badan Litbangkes) bekerjasama dengan Institute For Health
Metrics and Evaluation (IHME) mencatat telah terjadi transisi epidemiologi
PM ke PTM dari tahun 1990 menuju tahun 2017. Pada tahun 1990 penyakit
terbesar adalah penyakit menular/kia/gizi sebesar 51.30%, diikuti penyakit
tidak menular (39.8%) dan cedera (8.9%). Namun di tahun 2017 penyakit
terbesar adalah penyakit tidak menular sebesar 69.9% diikuti penyakit
menular/kia/gizi (23.6%) dan cedera (6.5%).

Selain itu terjadi perubahan peringkat beban penyakit dari tahun 1990
ke tahun 2017. Pada tahun 2017, hampir seluruh penyakit tidak menular

7
mengalami peningkatan peringkat apabila dibandingkan dengan tahun 1990.
Yang perlu diwaspadai tentunya adanya DALY Lost (DALYs) atau disability
adjusted life year. DALYs merupakan jumlah tahun yang hilang untuk hidup
sehat karena kematian dini, penyakit atau disabilitas. Kewaspadaan ini
diperlukan agar harapannya terjadi peningkatan healthy life
expectancy (HALE) bagi penduduk Indonesia yaitu harapan seseorang untuk
hidup dalam kondisi sehat sepenuhnya.

Hasil riset ini juga mencatat penyebab utama tahun yang hilang akibat
beban penyakit pada tahun 1990 adalah neonatal disorders, lower respiratory
infection, diarrheal disease, tuberculosis dan stroke. Pada tahun 2017, lima
penyebab utama beban penyakit disebabkan stroke, ischemic hearth disease,
diabetes, neonatal disorders dan tuberkulosis.

Stroke mengalami peningkatan dari peringkat kelima pada tahun 1990


menjadi peringkat pertama pada tahun 2017, dengan peningkatan sebesar
93,4%. Perlu diwaspadai tahun yang hilang akibat beban penyakit yang
meningkat cukup tajam dari tahun 1990 ke tahun 2017 akibat diabetes
(157,1%), ischemic heart disease/IHD (113,9%) dan lung cancer (113,1%).

Proporsi penyakit berdasarkan kelompok umur menunjukkan


perbedaan. Pada kelompok umur 0-5 hari sampai dengan balita proporsi
terbesar beban penyakit disebabkan oleh kelompok penyakit menular, KIA
dan gizi. Sedangkan pada kelompok usia lebih dari 5 tahun proporsi terbesar
beban penyakit disebabkan oleh kelompok penyakit tidak menular, dengan
proporsi tertinggi pada kelompok usia 55-59 tahun. Proporsi kelompok
injuries terbesar pada kelompok umur 15-19 tahun dan 20 – 24 tahun.

Terdapat 5 penyebab penyakit yang menunjukkan peningkatan beban


penyakit yaitu stroke, IHD, diabetes, low back pain dan COPD dengan
peningkatan antara 15%-25%, kecuali diabetes peningkatan lebih dari 50%.
Tetapi terdapat 5 penyebab penyakit yang menunjukkan penurunan beban
penyakit antara 25%- 35% yaitu neonatal disorders, tuberkulosis
dan diarrheal diseases, kecuali cirrhosis menunjukkan penurunan sekitar 2%.

8
Beban penyakit menular di Indonesia berdasarkan riset ini mengalami
penurunan di periode 1990 sampai 2017. Berdasarkan jenis kelamin, beban
laki- laki lebih tinggi dibandingkan perempuan dengan penyebab utama
karena tuberkulosis, diare dan penyakit infeksi saluran nafas bawah. Provinsi
dengan beban tertinggi penyakit akibat tuberkulosis di Indonesia tahun 2017
adalah Provinsi Maluku dan beban terendah di provinsi Kalimantan Utara.

Beban penyakit akibat diare di Indonesia menurut provinsi pada tahun


2017 tertinggi terdapat di Provinsi Papua dan terendah di provinsi Kalimantan
Utara. Sedangkan beban akibat malaria di Indonesia terdapat di Provinsi
Gorontalo dan beban terendah di provinsi Kalimantan Utara. Diantara
kelompok penyakit menular, beban penyakit akibat HIV merupakan yang
paling tinggi kenaikannya dari tahun 1990 sampai 2017 yaitu sebesar 21.15%.

Untuk peringkat teratas beban penyakit/DALYs di 34 provinsi di


Indonesia tahun 2017 sebagian besar disebabkan oleh penyakit tidak menular
seperti stroke, ischemic heart disease, dan diabetes. Kemudian beban pada
laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan.

Tiga peringkat tertinggi beban penyakit stroke ada di provinsi


Yogjakarta, Sulawesi Utara dan Kalimantan Selatan dengan peringkat beban
penyakit stroke terendah di Kalimantan Utara. Kemudian tahun yang hilang
karena beban penyakit akibat ischemic heart disease (IHD) di Indonesia
berdasarkan provinsi pada tahun 2017 tertinggi di Provinsi Yogjakarta dan
beban terendah di provinsi Kalimantan Utara. Beban penyakit atau DALYs
akibat Diabetes Mellitus (DM) berdasarkan provinsi di Indonesia tahun 2017
tertinggi di Provinsi Sulawesi Utara dan beban terendah terdapat di provinsi
NTT.

Beban untuk faktor resiko di 34 provinsi di Indonesia tahun 2017


tertinggi disebabkan oleh dietary risk, kadar gula darah puasa yang tinggi,
tekanan darah tinggi, malnutrisi dan tobacco.

9
Pada kelompok laki-laki peringkat teratas untuk DALYs faktor resiko
adalah tobacco, kemudian diikuti oleh dietary risk, tekanan darah tinggi, dan
kadar gula darah puasa yang tinggi. Sedangkan pada perempuan peringkat
teratas DALYs faktor resiko adalah kadar gula darah puasa yang tinggi,
kemudian diikuti oleh tekanan darah tinggi, dietary risk dan paling
rendah tobacco

G. Kesimpulan

Upaya peningkatan tahun hidup berkualitas (HALE) nasional dan


Provinsi harus ditingkatkan dengan meningkatkan umur harapan hidup dan
menurunkan tahun hidup dengan sakit dan disabilitas.

Terjadi variasi beban penyakit penyakit menular dan penyakit tidak


menular antar provinsi. Maternal dan neonatal masih tinggi di beberapa
provinsi terutama di Indonesia Timur. Beban Penyakit karena Maternal dan
Neonatal masih tinggi di Papua, Maluku, Malut, Sulawesi Tenggara, Nusa
Tenggara Timur. Penyakit menular seperti tuberculosis, diare dan infeksi
saluran pernapasan bawah masih masuk tinggi terutama di Papua, Maluku dan
Nusa Tenggara Timur dan beberapa Provinsi di Sulawesi. DALYs Penyakit
TB mengalami penurunan DALYs sangat lambat perlu penguatan upaya
pencegahan dan pengendalian penyakit TB. DALYs Penyakit HIV mengalami
peningkatan paling tinggi, sehingga perlu penguatan upaya pencegahan dan
pengendalian penyakit HIV baik pada level propinsi maupun nasional

Beban penyakit tidak menular dari analisis beban penyakit paling besar
adalah penyakit stroke, Ischemic Heart Disease dan Diabetes Mellitus, sejalan
dengan meningkatnya beban penyakit karena faktor resiko hipertensi, gula
darah puasa, pola makan berisiko dan merokok

Penetapan prioritas pada PTM (70 % Beban Penyakit adalah akibat


PTM). Hal ini berimplikasi pada peningkatan alokasi anggaran Program
Pengendalian PTM, khususnya promotif dan preventif terkait penanggulangan
faktor risiko (metabolik, perilaku, lingkungan) .Program PTM diprioritaskan

10
pada promotif dan preventif, terutama untuk pencegahan faktor risiko diet dan
tekanan darah tinggi. Target Indikator Renstra PTM perlu dilengkapi untuk
pengendalian faktor risiko, terutama hipertensi, kadar gula puasa dan tobacco.

Penguatan program untuk menurunkan faktor risiko dengan penguatan


Germas, perluasan Kawasan Tanpa Rokok, penguatan skrining (Standar
Pelayanan Minimal, Program Indonesia Sehat–Pendekatan Keluarga), edukasi
di tingkat keluarga, penguatan posbindu (mulai umur 10 tahun/remaja),
regulasi pengendalian faktor risiko (Gula, Garam, Lemak), penguatan
survailans PTM.

Permasalahan Cedera Perlu sosialisasi dan advokasi lintas sektor


seperti Kepolisian, Kementerian Perhubungan dan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayan terkait upaya pencegahan dan penurunan kejadian kecelakaan
lalu lintas.

Hasil analisis beban penyakit dapat digunakan sebagai bahan advokasi


kepada stakeholder daerah dan lintas sektor, sebagai dasar dalam menentukan
prioritas pembangunan kesehatan di daerah.

DAFTAR PUSTAKA
Ade Heryana (2022) ‘Burden (Beban) Penyakit’, in, pp. 1–8. Available
at: https://mylac.process.bsa.org.uk/burden-beban-penyakit-catatan-ade
heryana_YjoyNTo0Mw.pdf

11
Aikins, Ama de-Graft, dan Charles Agyemang (2016) “Introduction:
Addressing the Chronic Non-communicable Disease Burden in Low-and-
Middle-income Countries”, dalam Ama de-Graft Aikins dan Charles
Agyemang (eds.), Chronic Non- communicable Disease in Low and Middle-
income Countries, UK, CABI International.

Kemenkes, R. I. (2017) ‘Analisis Beban Penyakit Nasional dan Sub


Nasional Indonesia 2017’, Institute for Health Matrics and Evaluation, p. 620.
Available at: https://dinkes.acehprov.go.id/uploads/laporan_BoD2017.pdf.

World Health Organization. Environmental Burden of Disease Series.


http://www.who.int/quantifying_ehimpacts/national/en/index.html

Diakses pada tanggal 23 Oktober 2022 pada pukul 13:14 WIB


https://www.litbang.kemkes.go.id/beban-ganda-penyakimengancamindonesia/

12

Anda mungkin juga menyukai