Disusun Oleh :
Aji Pangestu 02220200023
Caca Maulud Hanafi 02220200022
Deka Maulidin 02220200006
Elirahma Agustina 02220200001
Yuni Asminingsih 02220200021
i
A. Pendahuluan
B. Definisi
1
(1998) dan Truman & Teutchs (1998), mengestimasi beban penyakit dan
disabilitas pada populasi tertentu dengan ukuran-ukuran antara lain:
a. Insiden (jumlah kasus baru pada periode tertentu);
b. Prevalens (jumlah pasien dengan kasus penyakit pada satu periode);
c. Mortalitas (angka kematian). Pada penyakit tidak menular (PTM),
perhitungan beban penyakit yang paling mudah adalah dengan angka
mortalitas (Brownson, 1998)
d. Case-Fatality Rate (CFR)
e. Jumlah hari disabilitas (disability days) selama berlangsungnya
kejadian penyakit;
f. Hidup (lives), jumlah tahun-hidup (life-years), atau jumlah tahun-sehat
(healthy-years) yang hilang pada satu kondisi penyakit tertentu;
g. Kualitas kehidupan (quality of life);
h. QALY (Quality-Adjusted Year Life), DALE (Disability-Adjusted Life
Year), atau HeaLY (Healthy Life Year);
i. Biaya perawatan per pasien/individu pada kondisi tertentu atau cost of
illness; dan
j. Kontribusi kondisi penyakit terhadap produktivitas yang hilang.
Dengan demikian dari uraian di atas, burden penyakit dapat digambarkan
dengan menggunakan ukuran sebagai berikut:
1. Biaya: cost of illness atau biaya medis, biaya ekonomis, biaya
psikososial;
2. Waktu: DALY, QALY, HeaLY, disability day; dan
3. Tenaga/Orang: Insiden, Prevalen, mortalitas, modbiditas, CFR,
produktivitas yang hilang.
Sumber data pengukuran burden penyakit bisa didapat dari studi deskriptif
epidemiologi, salah satunya adalah surveilans epidemiologi. Ratusan studi
epidemiologi menunjukkan bahwa burden PTM dapat dikurangi dengan
mengurangi faktor risiko perilaku seperti merokok, aktivitas fisik kurang, atau
rendahnya utilisasi layanan mamografi.
2
C. Transisi Epidemiologi
3
beban TB dari tahun 1990 hingga tahun 2017 menurun sebesar 45,1%.
Terdapat provinsi dengan peningkatan persentase beban penyakit TB yaitu
provinsi Kalimantan timur dengan peningkatan cukup tinggi dan Maluku.
Sedangkan provinsi yang penurunan pesentase beban penyakit TB kurang dari
40% adalah Aceh, Riau, Bengkulu, Sumatera Selatan, Bangka Belitung,
Kepulauan Riau, Yogjakarta, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
Maluku Utara, Papua Barat dan Papua. Perubahan beban penyakit tidak
menular di Indonesia pada tahun 1990 yang pada umumnya < 39% meningkat
menjadi antara 50% - 77%. Perubahan paling tinggi terlihat pada Jawa-Bali
dan Sulawesi Utara. Sedangkan terendah perubahan di Papua (Kemenkes,
2017).
4
sehari-hari, rasa sakit dan tidak nyaman, ketegangan dan depresi, serta
ketidakmampuan berfikir.
Dimana,
YLL = years of life due to premature mortality (jumlah tahun hidup pada
kematian dini);
YLD = years of lived with disability (jumlah tahun hidup dengan disabilitas)
YLL = N × L YLD
YLD = I × DW × L
5
Gambar 1 Sepuluh Peringkat Teratas Penyebab DALYs Menurut Jenis
Kelamin di Indonesia Tahun 2017
6
Saat ini Indonesia tengah menghadapi transisi demografi dan
epidemiologi. Transisi demografi yang terjadi menjadikan penduduk Asia
Tenggara termasuk Indonesia di kelompok usia produktif akan mencapai 70
persen lebih besar dibandingkan penduduk usia lanjut. Hal itu diperkirakan
terjadi pada tahun 2020-2030.
Selain itu terjadi perubahan peringkat beban penyakit dari tahun 1990
ke tahun 2017. Pada tahun 2017, hampir seluruh penyakit tidak menular
7
mengalami peningkatan peringkat apabila dibandingkan dengan tahun 1990.
Yang perlu diwaspadai tentunya adanya DALY Lost (DALYs) atau disability
adjusted life year. DALYs merupakan jumlah tahun yang hilang untuk hidup
sehat karena kematian dini, penyakit atau disabilitas. Kewaspadaan ini
diperlukan agar harapannya terjadi peningkatan healthy life
expectancy (HALE) bagi penduduk Indonesia yaitu harapan seseorang untuk
hidup dalam kondisi sehat sepenuhnya.
Hasil riset ini juga mencatat penyebab utama tahun yang hilang akibat
beban penyakit pada tahun 1990 adalah neonatal disorders, lower respiratory
infection, diarrheal disease, tuberculosis dan stroke. Pada tahun 2017, lima
penyebab utama beban penyakit disebabkan stroke, ischemic hearth disease,
diabetes, neonatal disorders dan tuberkulosis.
8
Beban penyakit menular di Indonesia berdasarkan riset ini mengalami
penurunan di periode 1990 sampai 2017. Berdasarkan jenis kelamin, beban
laki- laki lebih tinggi dibandingkan perempuan dengan penyebab utama
karena tuberkulosis, diare dan penyakit infeksi saluran nafas bawah. Provinsi
dengan beban tertinggi penyakit akibat tuberkulosis di Indonesia tahun 2017
adalah Provinsi Maluku dan beban terendah di provinsi Kalimantan Utara.
9
Pada kelompok laki-laki peringkat teratas untuk DALYs faktor resiko
adalah tobacco, kemudian diikuti oleh dietary risk, tekanan darah tinggi, dan
kadar gula darah puasa yang tinggi. Sedangkan pada perempuan peringkat
teratas DALYs faktor resiko adalah kadar gula darah puasa yang tinggi,
kemudian diikuti oleh tekanan darah tinggi, dietary risk dan paling
rendah tobacco
G. Kesimpulan
Beban penyakit tidak menular dari analisis beban penyakit paling besar
adalah penyakit stroke, Ischemic Heart Disease dan Diabetes Mellitus, sejalan
dengan meningkatnya beban penyakit karena faktor resiko hipertensi, gula
darah puasa, pola makan berisiko dan merokok
10
pada promotif dan preventif, terutama untuk pencegahan faktor risiko diet dan
tekanan darah tinggi. Target Indikator Renstra PTM perlu dilengkapi untuk
pengendalian faktor risiko, terutama hipertensi, kadar gula puasa dan tobacco.
DAFTAR PUSTAKA
Ade Heryana (2022) ‘Burden (Beban) Penyakit’, in, pp. 1–8. Available
at: https://mylac.process.bsa.org.uk/burden-beban-penyakit-catatan-ade
heryana_YjoyNTo0Mw.pdf
11
Aikins, Ama de-Graft, dan Charles Agyemang (2016) “Introduction:
Addressing the Chronic Non-communicable Disease Burden in Low-and-
Middle-income Countries”, dalam Ama de-Graft Aikins dan Charles
Agyemang (eds.), Chronic Non- communicable Disease in Low and Middle-
income Countries, UK, CABI International.
12