Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS

PROGRAM PEMBERATASAN PENYAKIT MENULAR

Di susun oleh :

Anggi Yohana : 142012018049

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU


T.A. 2019/2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat Nya penyusun masih

diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
yang berjudul “Makalah Keperawatan Komunitas tentang program pemberantasan penyakit
menular” ini disusun untuk memenuhi tugas mahasiswa dari mata kuliah Keperawatan
komunitas diprogram studi ilmu keperawatan.

Kami menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah ini dimasa akan
datang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan masyarakat pada
umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah
pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat dan pembaca.

Pringsewu, 11 November 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Penyakit menular masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat
Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah penyakit tidak menular. Penyakit
menular tidak mengenal batas-batas daerah administratif, sehingga pemberantasan
penyakit menular memerlukan kerjasama antar daerah, misalnya antar propinsi,
kabupaten/kota bahkan antar negara. Beberapa penyakit menular yang menjadi
masalah utama di Indonesia adalah penyakit HIV-AIDS, Tuberkulosis Paru, Malaria,
Demam Berdarah (DBD), Diare dan penyakit lainnya. Salah satu penyakit menular
yang berbahaya dan bisa menyebabkan kematian adalah penyakit HIV-AIDS. Jawa
Timur menjadi provinsi yang memiliki jumlah kasus HIV-AIDS tertinggi ketiga
setelah DKI Jakarta dan Papua dengan jumlah kasus sebanyak 2.110 HIV-AIDS.
Sementara jumlah kasus HIV-AIDS di Indonesia sebanyak 18.913 (Ditjen PP dan PL
Kemenkes RI, 2012). Selain itu, Jawa Timur merupakan peringkat kedua di Indonesia
dalam kasus Tuberkulosis (TB) tertinggi (Dinkes, 2012). Pemerintah melakukan
berbagai upaya untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran penyakit menular
tersebut, antara lain dengan menyediakan fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan
adalah sarana yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan,
seperti halnya Rumah Sakit baik milik pemerintah maupun swasta dan Puskesmas.
Salah satu fasilitas kesehatan yang diupayakan oleh pemerintah adalah puskesmas.
Puskesmas merupakan kesatuan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya
kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata dan dapat diterima serta
terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat menggunakan hasil
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat
ditanggung oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya tersebut diselenggarakan dengan
menitikberatkan pada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat
kesehatan yang optimal tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan
(Depkes, RI 2004). Salah satu fungsi puskesmas adalah memberikan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya.
Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas meliputi pelayanan pengobatan,
upaya pencegahan, peningkatan kesehatan dan pemulihan kesehatan (Depkes RI,
2004).
Berdasarkan hal tersebut maka identifikasi program penyakit menular di setiap
puskesmas perlu dilakukan dalam rangka meminimalkan jumlah penderita. Salah satu
upaya tersebut adalah memetakan jenis layanan program pemberantasan penyakit
menular. Peta tematik adalah gambaran dari sebagian permukaan bumi yang
dilengkapi dengan informasi tertentu. Selain itu peta tematik merupakan peta yang
memberikan suatu informasi mengenai tema tertentu, baik data kualitatif maupun data
kuantitatif. Metode biplot sebagai suatu alat analisis data yang dapat meringkas
informasi dari suatu matrik data yang besar, yaitu menyajikan matrik data yang berisi
baris dan kolom ke dalam suatu plot yang berdimensi dua. Salah satu penelitian yang
dilakukan dengan menggunakan metode biplot adalah Intan (2012) yang menerapkan
metode biplot untuk mengetahui penyebaran kabupaten/kota di Jawa Timur
berdasarkan jaminan kesehatan. Penelitian ini akan melakukan pemetaan
kabupaten/kota berdasarkan Puskesmas yang memiliki program pemberantasan
penyakit menular di Provinsi Jawa Timur dengan menggunakan peta tematik. Selain
itu juga dilakukan metode biplot untuk mengetahui kecenderungan kabupaten/kota di
Provinsi Jawa Timur berdasarkan Puskesmas yang memiliki program pemberantasan
penyakit menular.

B. Tujuan
Berdasarkan materi bahasan tentang “Program P2M di Indonesia” sehingga
tujuan penulisan makalah terbagi atas 2, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
Adapun tujuan umum, yaitu memenuhi tanggung jawab sebagai mahasiswa Semester
5 Fakultas Kesehatan untuk mengerjakan tugas dari dosen yang bersangkutan pada
mata kuliah Keperawatan Komunitas materi tentang Program Pemberantasan Penyakit
Menular. Sedangkan tujuan khusus, yaitu :
1. Menjelaskan tentang bagaimana gambaran program P2M di Indonesia,
2. Menjelaskan tentang apa saja peran imunisasi dan karantina dalam program
P2M di Indonesia,
3. Menjelaskan tentang apa saja peraturan perundang-undangan tentang program
P2M di Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
P2M yaitu salah satu program untuk mengurangi atau memberantas penyakit
menular harus diadakan pada tingkat nasional dan mengikut sertakan tidak saja semua
petugas puskesmas tetapi juga seluruh anggota masyarakat.
Tujuan :
1. Menemukan kasus penyakit menular sedini mungkin.
2. Mengurangi berbagai faktor risiko lingkungan masyarakat yang
memudahkan terjadinya penyebaran penyakit menular di suatu tempat.
3. Memberikan proteksi khusus kepada kelompok masyarakat tertentu
agar terhindar dari penularan penyakit.
Sasaran :
1. Ibu hamil, balita, dan anak-anak sekolah (untuk kegiatan imunisasi)
2. Lingkungan pemukiman masyarakat
3. Kelompok-kelompok tertentu masyarakat yang berisiko tinggi

Tindakan yang ditujukan untuk mencegah, menunda, mengurangi, membasmi,


mengeliminasi penyakit dan kecacatanm dgn menerapkan sebuah atau sejumlah
intervensiyg telah dibuktikan efektif. (Kleinbaum, et al., 1982; Last, 2001). Jadi
pencegahan penyakit menular adalah upaya yang ditujukan untuk mencegah,
menunda, mengurangi, membasmi, mengeliminasi penyakit menular yang tidak atau
menyebabkan kecacatan dgn menerapkan sebuah atau sejumlah intervensi yang telah
dibuktikan efektif. Arti Pencegahan adalah mengambil tindakan terlebih dahulu
sebelum kejadian.
B. Deskripsi program
Surveilans epidemiologi merupakan kegiatan pengamatan terhadap penyakit
atau masalah kesehatan pada suatu wilayah, yang kegiatannya meliputi:
pengumpulan, penyajian, analisis data kesakitan dan kematian penyakit menular dan
tidak menular. Oleh sebab itu, adanya penyebab terjadinya wabah dan bencana yang
menjadi masalah kesehatan saat ini terutama di Indonesia, diperlukan kegiatan
surveilans epidemiologi.

Wabah merupakan peningkatan kejadian kesakitan/kematian, yang meluas secara


cepat baik dalam jumlah kasus maupun luas daerah penyakit, dan dapat menimbulkan
bencana. Sedangkan kejadian luar biasa (KLB) adalah salah satu status yang
diterapkan di Indonesia untuk mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah
penyakit, suatu kejadian dinyatakan luar biasa jika terdapat:
1) Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau
tidak dikenal.
2) Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih
dibandingkan dengan periode sebelumnya.
3) Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali
lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan
dalam tahun sebelumnya.

C. Pelaksanaan

Kegiatan pelaporan dan dokumentasi program Diare Tahun 2014


NO JENIS SATUAN TARGET PENCAPAIAN (H) CAKUPAN
SASARAN SUB VARIAB
KEGIATAN
VARIAB EL
EL
(T) L P JUML (SV) (V)
AH
1. Penemuan 10% x 214/
penderita x Jml Pddk
Diare yang
Kasus Pkm = 1366 562 563 1125 82,36% X
diobati di
Puskesmas orang/tahun
dan Kader
2. Cakupan
pelayanan % 100% 562 563 1125 100% X
Diare
3. Angka
penggunaan % 100% 100 100% X
oralit
4. Angka
penggunaan % 1% 221 19,6% X
RL
5. Proporsi
penderita
diare balita
Kasus 100% 356 273 629 100% X
yang diberi
tablet Zink
6. Case Fatality
Rate KLB % < 1% 0 0 0 0% X
Diare

Kegiatan pelaporan dan dokumentasi program Ispa Tahun 2014

N JENIS SATUA TARGET PENCAPAIAN (H) CAKUPAN


SASARA SUB VARIABE
O KEGIATA N
N VARIABE L
N
L
(T) L P JUMLA (SV) (V)
H
Cakupan Kasus 10% x
penemuan Jml Pddk
penderita balita x 13 12 259 55,69% X
Pnemonia 90% = 4 5
balita 465
Kegiatan pelaporan dan dokumentasi program penyakit Kusta Tahun 2014

NO JENIS SATUAN TARGET PENCAPAIAN CAKUPAN


SASARAN SUB VARIABEL
KEGIATAN (H)
VARIABEL
(T) L P JUMLAH (SV) (V)
1. Penemuan
Penderita
Kusta Baru
Orang > 5% 8 2 10 100% X
(Case
Detection
Rate)
2. Proporsi kasus
kusta anak % <5% 0 0 0 0% X
3. Proporsi kasus
kusta Tk II % <5% 3 0 3 30% X
4. Proporsi kasus
baru MB % <30% 8 2 10 100%
X
5. RFT Rate
penderita PB % 95% 0 0 0 0% X
6. RFT Rate
penderita MB % 90% 5 1 6 60% X

Kegiatan pelaporan dan dokumentasi program penyakit TB paru Tahun 2014

NO JENIS SATUAN TARGET PENCAPAIAN (H) CAKUPAN


SASARAN SUB VARIABEL
KEGIATAN
VARIABEL
(T) L P JUMLAH (SV) (V)
1. Penemuan 10,7/1000
suspect Orang x Jumlah
penderita TB
Penduduk 6 85 149 21,81% X
= 683 4
orang
2. Proporsi
Pasien TB
Paru BTA
% 34/683 x 4 30 34 50% X
Positif
diantara 10%
suspek TB
3. Angka
keberhasilan % 100% 4 18 22 64,71% X
pengobatan
pasien baru
BTA positif

Capaian pelaksanaan program pencegahan penyakit DBD Tahun 2014

NO JENIS SATUAN TARGET PENCAPAIAN CAKUPAN


SASARAN SUB VARIABEL
KEGIATAN (H)
VARIABEL
(T) L P JUMLAH (SV) (V)
1. Insidens kasus 52/100.00
DBD 0
Kasus penduduk 6 1 7 21,21% X
PKM= 33
orang/th
2. Prosentase Orang 100% 6 1 7 100% X
Penderita
DBD ditangani
3. Case Fatality
Rate Kasus
(CFR) % <1% 0 0% X
penyakit DBD
4. Angka Bebas
Jentik ( ABJ ) % >95% 96,75 100% X
5. Jumlah
wilayah KLB Desa 0 0 0% X
DBD
6. Cakupan 100%
Penyelidikan penderita
Epidemiologi % DBD di 6 60% X
(PE) PE

D. Pencapaian
Pencapaian target untuk penderita diare sudah lebih dari 80% yaitu sebanyak
82,36% /1125 dan ISPA pada balita masih kurang dari target yaitu sebanyak 55,69% /
259, sedangkan untuk TB paru diwilayah PKM Mumbulsari masih kurang dari target
yaitu sebanyak 21,81% /149 untuk suspect TB paru, sedangkan untuk TB pru BTA
positif sebanyak 21,38% / 34. Dalam hal ini dikarenakan dari berbagai faktor
diantaranya, kurangnya pemahaman petugas tentang pneumonia, kurangnya
kesadaran masyarakat tentang pentingnya tidak BAB di sungai, kurangnya sosialisasi
tentang pencegahan diare dan ISPA ke masyarakat, kesehatan lingkungan masyarakat
yang kurang sehat, PHBS masyarakat yang kurang, kesehatan lingkungan rumah yang
kurang dari standart dan penemuan masalah diare, ISPA, dan TB paru yang lambat
dari PKM.
Sedangkan untuk penderita kusta dari data yang ditemukan pada tahun 2014 sebanyak
10 penderita baru atau sebanyak 100%, dan untuk proporsi untuk kasus kusta TK II
mencapai 30%, namun untuk penderita kusta perlu adanya pengendalian terhadap
penyakit kusta tersebut, sehingga nantinya jumlah penderita kusta berkurang. Dan
untuk penderita DBD, dari data yang didapat belum memenuhi target sebab dari hasil
data yang didapatkan yaitu 33/21,21% kasus DBD.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Penyakit menular masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat
Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah penyakit tidak menular. Penyakit
menular tidak mengenal batas-batas daerah administratif, sehingga pemberantasan
penyakit menular memerlukan kerjasama antar daerah, misalnya antar propinsi,
kabupaten/kota bahkan antar negara.
DAFTAR PUSTAKA

http://gladysalawangi.blogspot.com/2016/11/makalah-tentang-program-
pemberantasan.html?m=1
https://www.academia.edu/11173871/LAPORAN_PROGRAM_P2M?
auto=download

Anda mungkin juga menyukai