Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

STANDAR PRAKTIK BIDAN

Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Hukum Kebidanan


Dosen pengampu Ibu Beti Sartika, S.ST., M.Kes

Oleh:
Kelompok 6

SITI HOLIPAH
SITI IMAS
IRMA
MELI. N

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


POLTEKES YAPKESBI SUKABUMI
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Standar Praktik Kebidanan.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Standar Praktik Kebidanan ini
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Sukabumi, Desember 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. ii


Daftar isi ........................................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................. 1
1.3 Manfaat Penulisan ................................................................................ 1
BAB II Tinjauan Teori
2.1 Definisi Bidan........................................................................................ 3
2.2 Definisi Standar ..................................................................................... 4
2.3 Definisi Standar Praktek Kebidanan ..................................................... 4
2.4 Standar Praktek Kebidanan .................................................................. 5
1. Standar I (Metode Asuhan) ............................................................ 5
2. Standar II (Pengkajian) .................................................................. 6
3. Standar III (Diagnosa Kebidanan) ................................................. 6
4. Standar IV (Rencana Asuhan) ........................................................ 7
5. Standar V (Tindakan) ..................................................................... 7
6. Standar VI (Pertisipasi Klien) ........................................................ 7
7. Standar VII (Pengawasan).............................................................. 8
8. Standar VIII (Evaluasi) .................................................................. 8
9. Standar IX (Dokumentasi) ............................................................. 9
2.5 Hukum Perundangan di Indonesia ....................................................... 11
2.6 Hubungan Standar Profesi dan Hukum Perundangan di Indonesia ..... 13
BAB III Penutupan
3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 16
3.2 Saran ..................................................................................................... 16
Daftar Pustaka ................................................................................................. 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Clinicial Practice Guidline (1990) Standar adalah keadaan ideal
atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna yang dipergunakan sebagai
bataspenerimaan minimal.. Menurut Rowland dan Rowland (1983) Standar adalah
spesifikasi dari fungsi atau tujuan yang harus dipenuhi oleh suatu srana pelayanan
kesehatan agar pemakai jasa pelayanan dapat memeperoleh keuntungan yang
maksimal dari pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
Dalam profesi kebidanan, standar praktik kebidanan merupakan suatu
acuan atau pedoman bagi seorang bidan dalam melakukan sebuah tindakan.
Namun, seringkali kita temukan bidan yang tidak memberikan pelayanan yang
sesuai dengan standar praktik kebidanan yang telah ditetapkan. Hal ini
menimbulkan penurunan kualitas suatu pelayanan yang diberikan oleh bidan.
Oleh sebab itu penulis membahas mengenai standar praktik kebidanan, sehngga
calon – calon tenaga bidan yang akan datang dapat bekerja sesuai dengan standar
praktik kebidanan.

1.2 Tujuan Penulisan


 Untuk mengetahui definisi bidan
 Untuk mengetahui definisi standar
 Untuk mengetahui definisi Standar Praktek Kebidanan
 Untuk mengetahui tentang standar-standar yang ada dalam praktek bidan.

1.3 Manfaat Penulisan


 Hasil penulisan makalah ini bisa dijadikan sebagai masukan yang dapat
digunakan untuk evaluasi dan sebagai tindak lanjut dalam praktik
kebidanan sehingga pelayanan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan
standar praktik yang ditetapkan.

1
 Hasil penulisan makalah ini dapat dijadikan acuan untuk pengembangan
keilmuan dimasa yang akan datang terutama pada pelayanan kebidanan.
 Penulisan makalah yang dilakukan diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman dalam praktik kebidanan yang diberikan
serta dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat selama mengikuti
perkuliah

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Bidan


Bidan adalah profesi yang diakui di seluruh dunia dalam membantu
kelahiran seseorang. Seperti yang disebutkan di atas bahwa Pengertian bidan
secara internasional telah diatur dan diakui oleh Internasional Confederation of
Midwives ( ICM ) pada tahun 1972 dan Internasional Federation of International
Gynaecologist and Obstetritian ( FIGO ) pada tahun 1973, WHO dan badan
lainnya. Kemudian Pada tahun 1990, dalam pertemuan dewan Internasional yang
digelar di kota Kobe, ICM menyempurnakan definisi Bidan yang kemudian
disahkan oleh FIGO ( Federation of International Gynecologist Obstetrition ) pada
tahun 1991 serta WHO tahun 1992.
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) mendefinisikan bahwa bidan Indonesia
adalah : "seorang perempuan yang sudah lulus dari pendidikan Bidan yang diakui
oleh pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia (
NKRI ) serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan
atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan."
International Confederation Of Midwives mendefinisikan bahwa bidan
Indonesia adalah “Seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan
yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi
kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki ijin yang sah (lisensi) untuk
melakukan praktik kebidanan."
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health
Organization, mendefinisikan bahwa bidan Indonesia adalah "Bidan adalah
seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di
negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk
didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan
praktik bidan."

3
PROF. DR. IDA BAGUS GDE MANUABA mendefinisikan bahwa bidan
Indonesia adalah "Bidan merupakan mata rantai yang sangat penting karena
kedudukannya sebagai ujung tombak dalam upaya meningkatkan sumber daya
menusia melalui kemampuannya untuk melakukan pengawasan, pertolongan, dan
pengawasan neonatus dan pada persalinan ibu postpartum".

2.2 Definisi Standar


Menurut Clinical Practice Guideline (1990) Standar adalah keadaan ideal
atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna yang dipergunakan sebagai batas
penerimaan minimal. Menurut Donabedian (1980) Standar adalah rumusan
tentang penampilan atau nilai diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan dengan
parameter yang telah ditetapkan. Menurut Rowland and Rowland (1983) Standar
adalah spesifikasi dari fungsi atau tujuan yang harus dipenuhi oleh suatu sarana
pelayanan kesehatan agar pemakai jasa pelayanan dapat memperoleh keuntungan
yang maksimal dari pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.

2.3 Definisi Standar Praktek Kebidanan (SPK)


Standar Praktek Kebidanan (SPK) adalah rumusan tentang penampilan atau
nilai diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah
ditetapkan yaitu standar pelayanan kebidanan yang menjadi tanggung jawab
profesi bidan dalam sistem pelayanan yang bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan
masyarakat (Depkes RI, 2001: 53).
Standar adalah ukuran atau parameter yang digunakan sebagai dasar untuk
menilai tingkat kualitas yang telah disepakati dan mampu dicapai dengan ukuran
yang telah ditetapkan. Penentuan standar profesi selalu berkaitan erat dengan
situasi dan kondisi dari tempat standar profesi itu berlaku. Sebagai tenaga
kesehatan yang profesional maka bidan dalam melakukan tugasnya wajib
memenuhi standar profesi sesuai dengan apa yang dinyatakan dalam UU No.
23/92 Tentang Kesehatan, bahwa tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya
berkewajiban untuk memenuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.

4
Sesuai Pasal 53 UU No. 23/92 menetapkan sebagai berikut : Standar
profesi adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam
menjalankan profesi secara baik. Tenaga kesehatan yang berhadapan dengan
pasien seperti dokter, bidan, dan perawat dalam melaksanakan tugasnya harus
menghormati hak pasien. Standar praktik kebidanan dibuat dan disusun oleh
organisasi profesi bidan ( PP IBI) berdasarkan kompetensi inti bidan, dimana
kompetensi ini lahir sebagai bukti bahwa bidan telah menguasai pengetahuan,
keterampilan, dan sikap minimal yang harus dimiliki bidan sebagai hasil belajar
dalam pendidikan.
Karena latar belakang pendidikan kebidanan sangat bervariasi maka
organisasi profesi IBI membuat standar praktik bidan berdasarkan kompetensi inti
sehingga dengan adanya standar praktik kebidanan, bidan mempunyai suatu
ukuran yang sama untuk semua bidan dalam melaksanakan tugasnya walaupun
latar belakang pendidikannya berbeda-beda.
Maka Standar praktik kebidanan adalah pelayanan kebidanan yang
diberikan oleh bidan yang telah terdaftar dan memperoleh surat izin praktik bidan
(SIPB) dan dari pemerintah (DIKES setempat) untuk melaksanakan praktik
pelayanan kebidanan secara mandiri, tetapi standar praktik mengacu kepada
kopetensi inti (Care Competency)

2.4 Standar praktek kebidanan


Standar Praktek Kebidananan (SPK) di bagi menjadi sembilan standar, yang
terdiri dari :
Standar I : Metode Asuhan
Asuhan kebidanan dilaksanakan dengan metode manajemen kebidanan dengan
langkah: pengumpulan data dan analisis data, penentuan diagnosa perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi.
Difinisi Operasional:
1. Ada format manajemen kebidanan yang sudah terdaftar pada catatan
medis.

5
2. Format manajemen kebidanan terdiri dari: format pengumpulan data,
rencana format pengawasan resume dan tindak lanjut catatan kegiatan dan
evaluasi

Standar II: Pengkajian


Data tentang status kesehatan klien dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan. Data yang diperoleh dicatat dan dianalisis.
Difinisi Operasional:
1) Ada format pengumpulan data
2) Pengumpulan data dilakukan secara sistimatis, terfokus, yang meliputi
data:
• Demografi identitas klien.
• Riwayat penyakit terdahulu.
• Riwayat kesehatan reproduksi.
• Keadaan kesehatan saat ini termasuk kesehatan reproduksi.
• Analisis data.
3) Data dikumpulkan dari:
• Klien/pasien, keluarga dan sumber lain.
• Tenaga kesehatan.
• Individu dalam lingkungan terdekat.
4) Data diperoleh dengan cara:
• Wawancara
• Observasi.
• Pemeriksaan fisik.
• Pemeriksaan penunjang.

Standar III : Diagnosa Kebidanan


Diagnosa kebidanan dirumuskan berdasarkan analisis data yang telah dikumpulan.
Difinisi Operasional

6
1. Diagnosa kebidanan dibuat sesuai dengan kesenjangan yang dihadapi oleh
klien atau suatu keadaan psikologis yang ada pada tindakan kebidanan
sesuai dengan wewenang bidan dan kebutuhan klien.
2. Diagnosa kebidanan dirumuskan dengan padat, jelas sistimatis mengarah
pada asuhan kebidanan yang diperlukan oleh klien.

Standar IV :Rencana Asuhan


Rencana asuhan kebidanan dibuat berdasarkan diagnosa kebidanan.
Difinisi Operasional :
1) Ada format rencana asuhan kebidanan
2) Format rencana asuhan kebidanan terdiri dari diagnosa, rencana tindakan
dan evaluasi.

Standar V: Tindakan
Tindakan kebidanan dilaksanakan berdasarkan rencana dan perkembangan
keadaan klien: tindakan kebidanan dilanjutkan dengan evaluasi keadaan klien.
Difinisi Operasional
1. Ada format tindakan kebidanan dan evaluasi.
2. Format tindakan kebidanan terdiri dari tindakan dan evaluasi.
3. Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan rencana dan
perkembangan klien.
4. Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap dan
wewenang bidan atau tugas kolaborasi.
5. Tindakan kebidanan dilaksanakan dengan menerapkan kode etik
kebidanan etika kebidanan serta mempertimbangkan hak klien aman dan
nyaman.
6. Seluruh tindakan kebidanan dicatat pada format yang telah tersedia.

Standar VI : Partisipasi Klien


Tindakan kebidanan dilaksanakan bersama-sama/partisipasi klien dan keluarga
dalam rangka peningkatan pemeliharaan dan pemulihan kesehatan.

7
Difinisi Operasional
1) Klien/keluarga mendapatkan informasi tentang:
• Status kesehatan saat ini
• Rencana tindakan yang akan dilaksanakan.
• Peranan klien/keluarga dalam tindakan kebidanan.
• Peranan petugas kesehatandalam tindakan kebidanan.
• Sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan.
2) Klien dan keluarga bersama-sama dengan petugas melaksanakan tindal
kegiatan.

Standar VII :Pengawasan


Monitor/pengawasan terhadap klien dilaksanakan secara terus menerus den,
tujuan untuk mengetahui perkembangan klien.
Difinisi Operasional
1. Adanya format pengawasan klien.
2. Pengawasan dilaksanakan secara terus menerus sistimatis un¬mengetahui
keadaan perkembangan klien.
3. Pengawasan yang dilaksanakan selalu dicatat pada catatan yang telah
disediakan.

Standar VIII :Evaluasi


Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan terus menerus seiring dengan tindak
kebidanan yang dilaksanakan dan evaluasi dari rencana yang telah dirumuskan.
Difinisi Operasional
• Evaluasi dilaksanakan setelah dilaksanakan tindakan kebidanan. Men sesuai
dengan standar ukuran yang telah ditetapkan.
• Evaluasi dilaksanakan untuk mengukur rencana yang telah dirumuskan
• Hasil evaluasi dicatat pada format yang telah disediakan.

8
Standar IX : Dokumentasi
Asuhan kebidanan didokumentasikan sesuai dengan standar dokumentasi asuhan
kebidanan yang diberikan.
Definisi oprasional :
1. Dokumentasi dilaksanakan untuk di setiap langkah managemen kebidanan.
2. Dokumentasi dilaksanakan secara jujur, sistematis, jelas, dan ada yang
bertanggung jawab.
3. Dokumentasi merupakan bukti legal dari pelaksanaan asuhan kebidanan.
Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, pasal
50 penjelasan menyatakan bahwa : Yang dimaksud dengan” standar
profesi ”adalah batasan kemampuan ( knowledge, skill and professional
attitude ) minimal yang harus dikuasai oleh seorang individu untuk dapat
melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri yang
dibuat oleh organisasi profesi.

Dalam melaksanakan profesinya, Bidan memiliki 9 (sembilan) kompetensi


yaitu :
1. Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu-
ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari
asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi baru
lahir dan keluarganya.
2. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan
yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh dimasyarakat
dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat,
perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua.
3. Bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan
kesehatan selama kehamilan yang meliputi: deteksi dini, pengobatan atau
rujukan dari komplikasi tertentu.
4. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap
kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin selama persalinan

9
yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk
mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir.
5. Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan mneyusui yang bermutu
tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat.
6. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komperhensif pada bayi
baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan.
7. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komperhensif pada bayi
dan balita sehat (1 bulan – 5 tahun).
8. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komperhensif pada
keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat.
9. Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan gangguan sistem
reproduksi.

Setiap Kompetensi dilengkapi dengan Pengetahuan dan keterampilan


dasar, pengetahuan dan keterampilan tambahan, yang wajib dimiliki dan
dilaksanakan dalam melakukan kegiatan asuhan kebidanan
Setiap Bidan harus bekerja Secara profesional dalam melaksanakan profesi
asuhan kebidanan , dan dalam melaksanakan profesi tersebut Bidan harus
bekerja sesuai standar yang meliputi meliputi : standar pendidikan, standar
falsafah, standar organisasi, standar sumber daya pendidikan, standar pola
pendidikan kebidanan, standar kurikulum, standar tujuan pendidikan, standar
evaluasi pendidikan, standar lulusan, standar Pendidikan Berkelanjutan Bidan,
standar organisasi, standar falsafah, standar sumber daya pendidikan, standar
program pendidikan dan pelatihan, standar fasilitas, standar dokumen
penyelenggaraan pendidikan berkelanjutan, standar pengendalian mutu
Standar Pelayanan Kebidanan, standar falsafah, Standar Administrasi Dan
Pengelolaan, Standar Staf Dan Pimpinan, Standar Fasilitas Dan Peralatan,
Standar Kebijakan Dan Prosedur, Standar Pengembangan Staf Dan Program
Pendidikan, Standar Asuhan, Standar Evaluasi Dan Pengendalian Mutu,
standar praktik kebidanan, Standar metode asuhan, Standar pengkajian,
Standar Diagnosa kebidanan, standar rencana asuhan, standar tindakan,

10
standar partisipasi klien, standar pengawasan, standar evaluasi, standar
dokumentasi.

2.5 Hukum Perundangan di Indonesia


Undang-Undang yang ada di Indonesia yang berkaitan dengan praktik kebidanan:
1. UU No. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok kesehatan Bab II (Tugas
Pemerintah), pasal 10 antara lain menyebutkan bahwa pemerintah mengatur
kedudukan hukum, wewenang dan kesanggupan hukum.
2. UU No. 6 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan. UU ini merupakan
penjabaran dari UU No. 9 tahun 1960. UU ini membedakan tenaga kesehatan
sarjana dan bukan sarjana. Tenaga sarjana meliputi dokter, dokter gigi dan
apoteker. Tenaga perawat termasuk dalam tenaga bukan sarjana atau tenaga
kesehatan dengan pendidikan rendah, termasuk bidan dan asisten farmasi
dimana dalam menjalankan tugas dibawah pengawasan dokter, dokter gigi
dan apoteker. Pada keadaan tertentu kepada tenaga pendidikan rendah dapat
diberikan kewenangan terbatas untuk menjalankan pekerjaannya tanpa
pengawasan langsung. UU ini boleh dikatakan sudah usang karena hanya
mengkalasifikasikan tenaga kesehatan secara dikotomis (tenaga sarjana dan
bukan sarjana). UU ini juga tidak mengatur landasan hukum bagi tenaga
kesehatan dalam menjalankan pekerjaannya. Dalam UU ini juga belum
tercantum berbagai jenis tenaga sarjana keperawatan seperti sekarang ini dan
perawat ditempatkan pada posisi yang secara hukum tidak mempunyai
tanggung jawab mandiri karena harus tergantung pada tenaga kesehatan
lainnya.
3. UU Kesehatan No. 14 tahun 1964, tentang Wajib Kerja Paramedis. Pada
pasal 2, ayat (3) dijelaskan bahwa tenaga kesehatan sarjana muda, menengah
dan rendah wajib menjalankan wajib kerja pada pemerintah selama 3
tahun.Dalam pasal 3 dijelaskan bahwa selama bekerja pada pemerintah,
tenaga kesehatan yang dimaksud pada pasaal 2 memiliki kedudukan sebagai
pegawai negeri sehingga peraturan-peraturan pegawai negeri juga
diberlakukan terhadapnyaUU ini untuk saat ini sudah tidak sesuai dengan

11
kemampuan pemerintah dalam mengangkat pegawai negeri. Penatalaksanaan
wajib kerja juga tidak jelas dalam UU tersebut sebagai contoh bagaimana
sistem rekruitmen calon peserta wajib kerja, apa sangsinya bila seseorang
tidak menjalankan wajib kerja dan lain-lain. Yang perlu diperhatikan bahwa
dalam UU ini, lagi posisi perawat dinyatakan sebagai tenaga kerja pembantu
bagi tenaga kesehatan akademis termasuk dokter, sehingga dari aspek
profesionalisasian, perawat rasanya masih jauh dari kewenangan tanggung
jawab terhadap pelayanannya sendiri.
4. SK Menkes No. 262/Per/VII/1979 tahun 1979 Membedakan paramedis
menjadi dua golongan yaitu paramedis keperawatan (temasuk bidan) dan
paramedis non keperawatan. Dari aspek hukum, suatu hal yang perlu dicatat
disini bahwa tenaga bidan tidak lagi terpisah tetapi juga termasuk katagori
tenaga keperawatan.
5. Permenkes. No. 363/Menkes/Per/XX/1980 tahun 1980 Pemerintah membuat
suatu pernyataan yang jelas perbedaan antara tenaga keperawaan dan bidan.
Bidan seperti halnya dokter, diijinkan mengadakan praktik swasta, sedangkan
tenaga keperawatan secara resmi tidak diijinkan. Dokter dapat membuka
praktik swasta untuk mengobati orang sakit dan bidang dapat menolong
persalinan dan pelayanan KB. Peraturan ini boleh dikatakan kurang relevan
atau adil bagi profesi keperawatan. Kita ketahui negara lain perawat diijinkan
membuka praktik swasta. Dalam bidang kuratif banyak perawat harus
menggatikan atau mengisi kekurangan tenaga dokter untuk menegakkan
penyakit dan mengobati terutama dipuskesmas-puskesma tetapi secara hukum
hal tersebut tidak dilindungi terutama bagi perawat yang memperpanjang
pelayanan di rumah. Bila memang secara resmi tidak diakui, maka
seyogyanya perawat harus dibebaskan dari pelayanan kuratif atau pengobatan
utnuk benar-benar melakukan nursing care.
6. SK Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 94/Menpan/1986,
tanggal 4 November 1986, tentang jabatan fungsional tenaga keperawatan
dan sistem kredit point. Dalam sisitem ini dijelaskan bahwa tenaga
keperawatan dapat naik jabatannya atau naik pangkatnya setiap dua tahun bila

12
memenuhi angka kredit tertentu. Dalam SK ini, tenaga keperawatan yang
dimaksud adalah : Penyenang Kesehatan, yang sudah mencapai golingan II/a,
Pengatur Rawat/Perawat Kesehatan/Bidan, Sarjana Muda/D III Keperawatan
dan Sarjana/S1 Keperawatan. Sistem ini menguntungkan perawat, karena
dapat naik pangkatnya dan tidak tergantung kepada pangkat/golongan
atasannya
7. UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992
Merupakan UU yang banyak memberi kesempatan bagi perkembangan
termasuk praktik keperawatan profesional karena dalam UU ini dinyatakan
tentang standar praktik, hak-hak pasien, kewenangan,maupun perlindungan
hukum bagi profesi kesehatan termasuk keperawatan.

2.6 Hubungan Standar Profesi dan Hukum Perundangan di Indonesia


Hubungan hokum perundang-undangan dan hokum yang berlaku dengan
tenaga kesehatan adalah:
Klien sebagai penerima jasa kesehatan mempunyai hubungan timbal balik
dengan tenaga kesehatan yang dalam hal ini adalah pemberi jasa. Hubungan
timbale balik ini mempunyai dasar hokum yang merupakan peraturan pemerintah.
Klien sebagai penerima jasa kesehatan dan tenaga kesehatan sebagai pemberi jasa
sama-sama mempunyai hak dan kewajiban
Hak dan kewajiban tersebut adalah:
Hak dan kewajiban bidan
a. Hak bidan
• Bidan berhak mendapat perlindungan hokum dalam melaksanakan tugas
sesuai dengan profesinya
• Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setiap
timgkat jenjang pelayanan kesehatan
• Bidan berhak menolak keinginan pasien/klien dan keluarga yang
bertentangan dengan peraturan perundangan, dank ode etik profesi.
• Bidan berhak atas privasi/kerahasiaan dan menuntut apabila nama
baiknya dicemarkan baik oleh pasien, keluarga maupun profesi lain.

13
• Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui
pendidikan maupun pelatihan.
• Bidan berhak memperoleh kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir
dan jabatan yang sesuai
• Bidan berhak mendapat kompensasi dan kesejahteraan yng sesuai.
b. Kewajiban bidan
• Bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan
hokum antara bidan tersebut dengan rumah sakit bersalin dan sarana
pelayanan dimana ia bekerja.
• Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai dengan
standar profesi dengan menghormati hak-hak pasien.
• Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter yang
mempunyai kemampuan dan keahlian sesuai dengan kebutuhan pasien.
• Bidan wajib member kesempatan kepada pasien untuk didampingi suami
atau keluarga.
• Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan
ibadah sesuai dengan keyakinannya.
• Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang
seorang pasien.
• Bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan yang
akan dilakukan serta resiko yang mungkin dapat timbul.
• Bidan wajib meminta persetujuan tertulis atas tindakan yang akan
dilakukan
• Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang diberikan
• Bidan wajib mengikuti perkembangan iptek dan menambah ilmu
pengetahuannya melalui pendidikan formal dan non formal.
• Bidan wajib bekerja sama dengan profesi lain dan pihak yang terkait
secara timbal balik dalam memberikan asuhan kebidanan.

14
Hubungan Standar Praktek Kebidanan Dengan Hukum dan Perundang-
undangan
Bidan merupakan suatu profesi yang selalu mempunyai ukuran atau standar
profesi.Standar profesi bidan yang terbaru adalah diatur dalam PERMENKES RI
No. HK.02.02/MENKES/149/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik
bidan.
Lingkup Praktek Kebidanan Lingkup prakek kebidanan yang digunakan meliputi
asuhan mandiri/ otonomi pada anak-anak perem, remaja putri dan wanita desa
sebelum, selama kehamilan dan selanjutnya.
Hal ini berarti bidan memberikan pengawasan yang diperlukan asuhan serta
nasehat bagi wanita selama masa hamil, bersalin dan nifas.
Standar Praktek Kebidanan
 Standar I : Metode asuhan.
Metode asuhan Meliputi :Pengumpulan data, penentuan diagnosa perencanan,
pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi.
 Standar II : Pengkajian Pengumpulan data tentang status kesehatan klien
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan.
 Standar III : Diagnosa Kebidanan Diagnosa kebidanan dirumuskan
berdasarkan analisis data yang telah dikumpulkan

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bidan yang merupakan salah satu profesi yang profesional tentunya
memiliki syarat-syarat dan standar dalam menjalankan tindakan profesinya,
salah satunya adalah standar praktek kebidanan yang terdiri dari sembilan
standar yaitu, Standar I: Metode Asuhan, Standar II: Pengkajian, Standar III:
diagnosa kebidanan, Standar IV: Rencana Asuhan, Standar V: Tindakan,
Standar VI: Partisipasi Klien, Standar VII: Pengawasan, Standar VIII:
Evaluasi, & Standar IX: Dokumentasi.

3.2 Saran
Bagi para bidan maupun mahasiswi calon bidan, hendaknya memahami
dan melaksanakan pelayanan sesuai standar praktek kebidanan yang telah di
tentukan dengan tetap berpedoman pada hati nurani, Pancasila dan Undang-
undang yang berlaku, agar pelayanan ataupun praktek kebidanan dapat
berjalan baik dan menghasilkan bidan yang benar-benar professional.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://aliciarischa.blogspot.co.id/2014/05/makalah-standar-praktik-bidan-
beserta_24.html
Kurnia, S. Nova.2009. Etika Profesi Kebidanan. Yogyakarta: Panji Pustaka
Wahyuningsih, Heni. 2007. Etika Profesi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya
Sofyan, Mustika. 2001. 50 Tahun Ikatan Bidan Indonesia. Jakarta: Pengurus Pusat
IBI
Estiwidani, Meilani, Widyasih, Widyastuti, Konsep Kebidanan. Yogyakarta, 2008.
Penuntun Belajar Asuhan Kebidanan Ibu Hamil, Kebidanan. Jakarta, 2008.

17

Anda mungkin juga menyukai