Oleh:
Kelompok 6
SITI HOLIPAH
SITI IMAS
IRMA
MELI. N
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Standar Praktik Kebidanan.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Standar Praktik Kebidanan ini
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Hasil penulisan makalah ini dapat dijadikan acuan untuk pengembangan
keilmuan dimasa yang akan datang terutama pada pelayanan kebidanan.
Penulisan makalah yang dilakukan diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman dalam praktik kebidanan yang diberikan
serta dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat selama mengikuti
perkuliah
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
PROF. DR. IDA BAGUS GDE MANUABA mendefinisikan bahwa bidan
Indonesia adalah "Bidan merupakan mata rantai yang sangat penting karena
kedudukannya sebagai ujung tombak dalam upaya meningkatkan sumber daya
menusia melalui kemampuannya untuk melakukan pengawasan, pertolongan, dan
pengawasan neonatus dan pada persalinan ibu postpartum".
4
Sesuai Pasal 53 UU No. 23/92 menetapkan sebagai berikut : Standar
profesi adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam
menjalankan profesi secara baik. Tenaga kesehatan yang berhadapan dengan
pasien seperti dokter, bidan, dan perawat dalam melaksanakan tugasnya harus
menghormati hak pasien. Standar praktik kebidanan dibuat dan disusun oleh
organisasi profesi bidan ( PP IBI) berdasarkan kompetensi inti bidan, dimana
kompetensi ini lahir sebagai bukti bahwa bidan telah menguasai pengetahuan,
keterampilan, dan sikap minimal yang harus dimiliki bidan sebagai hasil belajar
dalam pendidikan.
Karena latar belakang pendidikan kebidanan sangat bervariasi maka
organisasi profesi IBI membuat standar praktik bidan berdasarkan kompetensi inti
sehingga dengan adanya standar praktik kebidanan, bidan mempunyai suatu
ukuran yang sama untuk semua bidan dalam melaksanakan tugasnya walaupun
latar belakang pendidikannya berbeda-beda.
Maka Standar praktik kebidanan adalah pelayanan kebidanan yang
diberikan oleh bidan yang telah terdaftar dan memperoleh surat izin praktik bidan
(SIPB) dan dari pemerintah (DIKES setempat) untuk melaksanakan praktik
pelayanan kebidanan secara mandiri, tetapi standar praktik mengacu kepada
kopetensi inti (Care Competency)
5
2. Format manajemen kebidanan terdiri dari: format pengumpulan data,
rencana format pengawasan resume dan tindak lanjut catatan kegiatan dan
evaluasi
6
1. Diagnosa kebidanan dibuat sesuai dengan kesenjangan yang dihadapi oleh
klien atau suatu keadaan psikologis yang ada pada tindakan kebidanan
sesuai dengan wewenang bidan dan kebutuhan klien.
2. Diagnosa kebidanan dirumuskan dengan padat, jelas sistimatis mengarah
pada asuhan kebidanan yang diperlukan oleh klien.
Standar V: Tindakan
Tindakan kebidanan dilaksanakan berdasarkan rencana dan perkembangan
keadaan klien: tindakan kebidanan dilanjutkan dengan evaluasi keadaan klien.
Difinisi Operasional
1. Ada format tindakan kebidanan dan evaluasi.
2. Format tindakan kebidanan terdiri dari tindakan dan evaluasi.
3. Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan rencana dan
perkembangan klien.
4. Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap dan
wewenang bidan atau tugas kolaborasi.
5. Tindakan kebidanan dilaksanakan dengan menerapkan kode etik
kebidanan etika kebidanan serta mempertimbangkan hak klien aman dan
nyaman.
6. Seluruh tindakan kebidanan dicatat pada format yang telah tersedia.
7
Difinisi Operasional
1) Klien/keluarga mendapatkan informasi tentang:
• Status kesehatan saat ini
• Rencana tindakan yang akan dilaksanakan.
• Peranan klien/keluarga dalam tindakan kebidanan.
• Peranan petugas kesehatandalam tindakan kebidanan.
• Sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan.
2) Klien dan keluarga bersama-sama dengan petugas melaksanakan tindal
kegiatan.
8
Standar IX : Dokumentasi
Asuhan kebidanan didokumentasikan sesuai dengan standar dokumentasi asuhan
kebidanan yang diberikan.
Definisi oprasional :
1. Dokumentasi dilaksanakan untuk di setiap langkah managemen kebidanan.
2. Dokumentasi dilaksanakan secara jujur, sistematis, jelas, dan ada yang
bertanggung jawab.
3. Dokumentasi merupakan bukti legal dari pelaksanaan asuhan kebidanan.
Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, pasal
50 penjelasan menyatakan bahwa : Yang dimaksud dengan” standar
profesi ”adalah batasan kemampuan ( knowledge, skill and professional
attitude ) minimal yang harus dikuasai oleh seorang individu untuk dapat
melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri yang
dibuat oleh organisasi profesi.
9
yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk
mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir.
5. Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan mneyusui yang bermutu
tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat.
6. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komperhensif pada bayi
baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan.
7. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komperhensif pada bayi
dan balita sehat (1 bulan – 5 tahun).
8. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komperhensif pada
keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat.
9. Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan gangguan sistem
reproduksi.
10
standar partisipasi klien, standar pengawasan, standar evaluasi, standar
dokumentasi.
11
kemampuan pemerintah dalam mengangkat pegawai negeri. Penatalaksanaan
wajib kerja juga tidak jelas dalam UU tersebut sebagai contoh bagaimana
sistem rekruitmen calon peserta wajib kerja, apa sangsinya bila seseorang
tidak menjalankan wajib kerja dan lain-lain. Yang perlu diperhatikan bahwa
dalam UU ini, lagi posisi perawat dinyatakan sebagai tenaga kerja pembantu
bagi tenaga kesehatan akademis termasuk dokter, sehingga dari aspek
profesionalisasian, perawat rasanya masih jauh dari kewenangan tanggung
jawab terhadap pelayanannya sendiri.
4. SK Menkes No. 262/Per/VII/1979 tahun 1979 Membedakan paramedis
menjadi dua golongan yaitu paramedis keperawatan (temasuk bidan) dan
paramedis non keperawatan. Dari aspek hukum, suatu hal yang perlu dicatat
disini bahwa tenaga bidan tidak lagi terpisah tetapi juga termasuk katagori
tenaga keperawatan.
5. Permenkes. No. 363/Menkes/Per/XX/1980 tahun 1980 Pemerintah membuat
suatu pernyataan yang jelas perbedaan antara tenaga keperawaan dan bidan.
Bidan seperti halnya dokter, diijinkan mengadakan praktik swasta, sedangkan
tenaga keperawatan secara resmi tidak diijinkan. Dokter dapat membuka
praktik swasta untuk mengobati orang sakit dan bidang dapat menolong
persalinan dan pelayanan KB. Peraturan ini boleh dikatakan kurang relevan
atau adil bagi profesi keperawatan. Kita ketahui negara lain perawat diijinkan
membuka praktik swasta. Dalam bidang kuratif banyak perawat harus
menggatikan atau mengisi kekurangan tenaga dokter untuk menegakkan
penyakit dan mengobati terutama dipuskesmas-puskesma tetapi secara hukum
hal tersebut tidak dilindungi terutama bagi perawat yang memperpanjang
pelayanan di rumah. Bila memang secara resmi tidak diakui, maka
seyogyanya perawat harus dibebaskan dari pelayanan kuratif atau pengobatan
utnuk benar-benar melakukan nursing care.
6. SK Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 94/Menpan/1986,
tanggal 4 November 1986, tentang jabatan fungsional tenaga keperawatan
dan sistem kredit point. Dalam sisitem ini dijelaskan bahwa tenaga
keperawatan dapat naik jabatannya atau naik pangkatnya setiap dua tahun bila
12
memenuhi angka kredit tertentu. Dalam SK ini, tenaga keperawatan yang
dimaksud adalah : Penyenang Kesehatan, yang sudah mencapai golingan II/a,
Pengatur Rawat/Perawat Kesehatan/Bidan, Sarjana Muda/D III Keperawatan
dan Sarjana/S1 Keperawatan. Sistem ini menguntungkan perawat, karena
dapat naik pangkatnya dan tidak tergantung kepada pangkat/golongan
atasannya
7. UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992
Merupakan UU yang banyak memberi kesempatan bagi perkembangan
termasuk praktik keperawatan profesional karena dalam UU ini dinyatakan
tentang standar praktik, hak-hak pasien, kewenangan,maupun perlindungan
hukum bagi profesi kesehatan termasuk keperawatan.
13
• Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui
pendidikan maupun pelatihan.
• Bidan berhak memperoleh kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir
dan jabatan yang sesuai
• Bidan berhak mendapat kompensasi dan kesejahteraan yng sesuai.
b. Kewajiban bidan
• Bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan
hokum antara bidan tersebut dengan rumah sakit bersalin dan sarana
pelayanan dimana ia bekerja.
• Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai dengan
standar profesi dengan menghormati hak-hak pasien.
• Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter yang
mempunyai kemampuan dan keahlian sesuai dengan kebutuhan pasien.
• Bidan wajib member kesempatan kepada pasien untuk didampingi suami
atau keluarga.
• Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan
ibadah sesuai dengan keyakinannya.
• Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang
seorang pasien.
• Bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan yang
akan dilakukan serta resiko yang mungkin dapat timbul.
• Bidan wajib meminta persetujuan tertulis atas tindakan yang akan
dilakukan
• Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang diberikan
• Bidan wajib mengikuti perkembangan iptek dan menambah ilmu
pengetahuannya melalui pendidikan formal dan non formal.
• Bidan wajib bekerja sama dengan profesi lain dan pihak yang terkait
secara timbal balik dalam memberikan asuhan kebidanan.
14
Hubungan Standar Praktek Kebidanan Dengan Hukum dan Perundang-
undangan
Bidan merupakan suatu profesi yang selalu mempunyai ukuran atau standar
profesi.Standar profesi bidan yang terbaru adalah diatur dalam PERMENKES RI
No. HK.02.02/MENKES/149/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik
bidan.
Lingkup Praktek Kebidanan Lingkup prakek kebidanan yang digunakan meliputi
asuhan mandiri/ otonomi pada anak-anak perem, remaja putri dan wanita desa
sebelum, selama kehamilan dan selanjutnya.
Hal ini berarti bidan memberikan pengawasan yang diperlukan asuhan serta
nasehat bagi wanita selama masa hamil, bersalin dan nifas.
Standar Praktek Kebidanan
Standar I : Metode asuhan.
Metode asuhan Meliputi :Pengumpulan data, penentuan diagnosa perencanan,
pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi.
Standar II : Pengkajian Pengumpulan data tentang status kesehatan klien
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan.
Standar III : Diagnosa Kebidanan Diagnosa kebidanan dirumuskan
berdasarkan analisis data yang telah dikumpulkan
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bidan yang merupakan salah satu profesi yang profesional tentunya
memiliki syarat-syarat dan standar dalam menjalankan tindakan profesinya,
salah satunya adalah standar praktek kebidanan yang terdiri dari sembilan
standar yaitu, Standar I: Metode Asuhan, Standar II: Pengkajian, Standar III:
diagnosa kebidanan, Standar IV: Rencana Asuhan, Standar V: Tindakan,
Standar VI: Partisipasi Klien, Standar VII: Pengawasan, Standar VIII:
Evaluasi, & Standar IX: Dokumentasi.
3.2 Saran
Bagi para bidan maupun mahasiswi calon bidan, hendaknya memahami
dan melaksanakan pelayanan sesuai standar praktek kebidanan yang telah di
tentukan dengan tetap berpedoman pada hati nurani, Pancasila dan Undang-
undang yang berlaku, agar pelayanan ataupun praktek kebidanan dapat
berjalan baik dan menghasilkan bidan yang benar-benar professional.
16
DAFTAR PUSTAKA
http://aliciarischa.blogspot.co.id/2014/05/makalah-standar-praktik-bidan-
beserta_24.html
Kurnia, S. Nova.2009. Etika Profesi Kebidanan. Yogyakarta: Panji Pustaka
Wahyuningsih, Heni. 2007. Etika Profesi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya
Sofyan, Mustika. 2001. 50 Tahun Ikatan Bidan Indonesia. Jakarta: Pengurus Pusat
IBI
Estiwidani, Meilani, Widyasih, Widyastuti, Konsep Kebidanan. Yogyakarta, 2008.
Penuntun Belajar Asuhan Kebidanan Ibu Hamil, Kebidanan. Jakarta, 2008.
17