Anda di halaman 1dari 3

2.

7 Kerugian dari Kepemimpinan Transaksional


Komitmen antara pemimpin dan anggota organisasi yang sifatnya kesepakatan untuk
memenuhi tujuan organisasi dan mengakomodir kebutuhan individu anggota organisasi
tidak menjamin bahwa suatu organisasi dapat terus konsisten dengan produktivitas dan
kinerja yang diharapkan oleh pemimpin. Adanya kesepakatan yang bersifat transaksional
antara pemimpin dan anggota dapat menyebabkan masalah ketidakstabilan suatu
organisasi karena Ketika kebutuhan individu terpenuhi bisa jadi anggota tersebut tidak
termotivasi untuk bekerja secara maksimal bahkan bisa jadi anggota tersebut pergi dari
organisasi tersebut.
Menurut Bass (1985) ada beberapa kekurangan dalam kepemimpinan transaksional
ini. Kekurangan tersebut munculnya persaingan dalam individu, komitmen bawahan
terhadap organisasi biasanya berjangka pendek, aktivitas pekerjaan yang dilakukan oleh
anggota hanya berfokus pada negosiasi upah dan mengabaikan hal-hal yang berkaitan
dengan keberlangsungan organisasi itu sendiri seperti visi bersama, komitmen bawahan
terhadap organisasi akan tergantung pada sejauh mana kemampuan organisasi dalam
memenuhi kebutuhan individu anggota organisasi.
Okcu (2014) mengemukakan gaya kepemimpinan transaksional tidak dapat menjamin
kinerja individu dalam suatu organisasi dapat konsisten karena adanya hubungan yang
transaksional yang sekedar memenuhi tugas dan kemudian mendapat imbalan antara
pemimpin dengan bawahan. Sejalan dengan pendapat Khan (2017) bahwa produktivitas
kinerja yang hanya bersifat sementara dapat berpengaruh terhadap kestabilan suatu
organisasi. Adanya kesepakatan-kesepakatan yang bersifat transaksional tersebut dapat
membuat iklim suatu organisasi tidak kondusif karena adanya kecemburuan antar
individu yang ada dalam organisasi sehingga berdampak pada produktivitas suatu
organisasi dalam upaya mencapai target yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Wagimo dan Ancok (2016) kepemimpinan transaksional dapat menimbulkan
kecemburuan pada anggota organisasi yang lain karena imbalan atau hadiah diberikan
pimpinan kepada beberapa individu yang memiliki kedekatan dengan pemimpin secara
personal dan mengabaikan kebutuhan individu anggota lain sehingga dapat mengganggu
kinerja organisasi itu sendiri.

2.8 Penelitian yang Relevan


a. Skripsi yang berjudul “PENGARUH GAYA
KEPEMIMPINAN
TRANSAKSIONAL, TRANSFORMASIONAL DAN BUDAYA ORGANISASI

1
TERHADAP KINERJA KARYAWAN (Studi pada PT Gunung Bara Utama)” yang
disusun oleh Andara Anjasmina menyatakan bahwa variabel gaya kepemimpinan
transaksional berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan dengan sig.
0,017 lebih kecil dari 0,05. Hal ini dapat diartikan bahwa variabel gaya
kepemimpinan transaksional yang kuat akan menyebabkan kinerja karyawan yang
semakin baik pula. Sebaliknya jika gaya kepemimpinan transaksional lemah maka
kinerja karawan menjadi kurang maksimal. Adanya gaya kepemimpinan
transaksional yang kuat akan membuat karyawan di PT gunung Bara Utama
mengerti dengan tugas yang diberikan pemimpin, pemimpin memberikan arahan
yang cukup baik kepada karyawannya.
b. Skripsi yang berjudul “PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP
KEDISIPLINAN KERJA PEGAWAI KANTOR DINAS KESEHATAN
KABUPATEN BARRU” yang disusun oleh Muchlys menyatakan bahwa
kepemimpinan transaksional sangat mempengaruhi peningkatan disiplin kerja
pegawai sebanyak 79%. Semakin baik kepemimpinan transaksional seorang atasan
atau pimpinan yang dimiliki oleh sebuah instansi maka akan berdampak terhadap
peningkatan disiplin kerja karyawan Dinas Keshatan Barru. Disiplin kerja dalam
instansi mempunyai tujuan untuk mengarahkan tingkah laku para pegawai dengan
sejumlah peraturan yang menunjang pencapaian tujuan instansi. Untuk menciptakan
suasana agar pegawai dapat berdisiplin tinggi, selain itu instansi bukan hanya
memberikan ancaman atau hukuman bagi yang melakukan tindakan indisipliner
tetapi juga memberikan balas jasa yang sesuai dengan kerja keras dan pekerjaan yang
telah pegawai berikan terhadap instansi seperti tingkat kesejahteraan yang cukup,
rewards, tunjangan, promosi dan lain-lain.
c. Jurnal yang berjudul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional dan
Transaksional Terhadap Loyalitas Karyawan Administrasi di Rumah Sakit Wijaya
Kusuma Kabupaten Lumajang” yang disusun oleh Chasyanah dkk., menyatakan
bahwa nilai thitung (3,180) > t tabel (2,00347) hal tersebut berarti secara parsial
kepemimpinan transaksional berpengaruh secara signifikan terhadap loyalitas
karyawan administrasi. Pimpinan RS Wijaya Kusuma menerapkan kepemimpinan
transaksionalnya dengan cara memberikan penghargaan berupa upah insentif kepada
karyawannya dengan maksud untuk mendorong kinerja karyawannya. Contoh upah
insentif yang diberikan berupa upah lembur karyawan. Upah lembur yang diberikan
kepada karyawan akan meningkatkan produktivitas kinerjanya karena karyawan telah

2
merasa kinerjanya dihargai oleh pimpinan. Para pemimpin transaksional
membimbing dan memotivasi para karyawan menuju ke arah pembuatan beberapa
tujuan dengan menjelaskan peranan dan tugas-tugas yang harus dilaksanakan.
Loyalitas karyawan kepada pimpinan bisa terwujud dalam beberapa bentuk sikap
antara lain dalam bentuk pengabdian diri, mengikuti derap atasan, perasaan menyatu
dengan atasan, dan memiliki kesamaan nilai dengan atasan.

Anda mungkin juga menyukai