Anda di halaman 1dari 10

Tiga Tingkat Model Kepemimpinan

By
Hernawan
-
January 29, 2013

Marketi
ng.co.id – Setiap manusia dilahirkan oleh Tuhan memang untuk dijadikan seorang
pemimpin. Memimpin itu bisa untuk diri sendiri, rumah tangga, maupun kelompok
atau sebuah perusahaan

Ada tiga tingkat model kepemimpinan yang perlu kita ketahui sebagai alat untuk
mengembangkan kepemimpinan. Kepemimpinan ini tidak hanya membawa kepada
suatu kelompok atau organisasi, tetapi juga untuk mengembangkan diri secara
teknis dan psikologis sebagai pemimpin.
Menurut James Scouller penulis buku ‘The Three Level of Leadership: How to Develop
Your Leadership Presence and knowhow and Skill’ ada tiga tingkat model
kepemimpinan yang perlu diketahui yakni kepemimpinan public, private,
dan personal. Tiga model itu sebagai fitur utama untuk mengembangkan
keterampilan dan perilaku pemimpin menjadi lebih baik.

Berikut tiga tingkat model kepemimpinan itu:

Level 1 – Kepemimpinan publik

Kepemimpinan publik mengacu pada tindakan atau perilaku yang membawa


pemimpin untuk memengaruhi dua orang atau lebih secara bersamaan.
Kepemimpinan publik ini bisa dicontohkan dalam sebuah rapat atau kelompok yang
lebih besar.

Dalam kepemimpian tersebut masyarakat diarahkan untuk:

 Menyetujui penetapan visi dan misi yang bertujuan menjaga kesatuan


sebuah kelompok atau organisasi untuk masa depan.

 Membawa energi positif dan menciptakan standar kerja yang tinggi dan
memberikan semangat kerja serta kepercayaan kepada tim.

 Berhasil mendorong tindakan kolektif dalam berorganisasi


Menurut Scouller perilaku seorang pemimpin publik sebaiknya memiliki kualitas-
kualitas berikut :

 Mampu menetapkan visi organisasi, tetap fokus kepada tujuan

 Mampu melakukan perencanaan, pengorganisasian, memberi kekuasaan


pada orang lain

 Menguasai teknik pemecahan masalah, pengambilan keputusan

 Pelaksanaan organisasi

 Kelompok bangunan dan pemeliharaan dalam kelompok


Level 2 – Kepemimpinan private

Kepemimpinan private menyangkut penanganan secara individu bagi seorang


pemimpin. Tugas dari kepemimpinan private ini seperti penilaian kinerja seseorang
dalam suatu organisasi serta memberikan semangat kepada setiap individu dalam
kelompok atau organisasi tersebut.
Menurut Scouller kepemimpinan pribadi bisa mengurangi beberapa perilaku yang
kurang baik dari setiap individu. Perilaku ini seperti citra negatif, kekhawatiran dari
setiap individu terhadap kelompok atau organisasi itu sendiri dan lain sebagainya.

Level 3 – Kepemimpinan untuk diri sendiri

Kepemimpinan bagi dirinya sendiri yakni kepemimpinan untuk perkembangan


psikologis dan moral yang berdampak terhadap cara ia memimpin.

Menurut Scouller kepemimpinan untuk diri sendiri ada tiga unsur, yaitu:

1. Bagaimana sikap terhadap orang lain

Unsur ini adalah mengembangkan sikap yang benar terhadap rekan kerja, dengan
mengusung visi dan misi bersama. Sikap yang benar adalah percaya bahwa orang
lain sama pentingnya dengan diri sendiri dalam menjalankan tugas kelompok
maupun organisasi.

Jika seorang pemimpin mempunyai sikap menghargai terhadap orang lain, ini akan
memengaruhi banyak orang mempercayai kepemimpinan mereka dan pastinya
banyak orang yang akan mau bekerja sama dengan dia.

2. Penguasaan diri

Ini menekankan tentang kesadaran diri dan kebebasan dalam memerintah


seseorang. Banyak pemimpin yang menghindari perdebatan yang kuat misalnya
dalam diskusi. Coba biarkan mereka bertindak secara otentik dalam berinovasi.

Menurut Scouller pengusaaan diri adalah proses psikologis bagi para pemimpin.
Maka perlu teknik untuk menguasai perubahan yang ada pada diri mereka.

3. Mengetahui teknis dan keterampilan

Unsur ini menekankan pada bagaimana mengetahui kelemahan teknis seseorang


dan mengambil tindakan untuk memperbaharui pengetahuan dan keterampilan
seseorang.

Menurut Scouller ada tiga bidang seorang pemimpin harus belajar, yakni
manajemen waktu, psikologis individu, dan psikologis kelompok.
Dalam hal ini Scouller juga menggambarkan enam set keterampilan yang mendasari
kepemimpinan publik dan pribadi seperti:

 Kelompok pemecahan masalah dan perencanaan

 Kelompok pengambilan keputusan

 Kelompok kemampuan interpersonal, yang memilki kecerdasan emosional


yang kuat

 Mengelola proses kelompok

 Kelompok ketegasan

 Kelompok penetapan tujuan

TEORI DAN TIPE KEPEMIMPINAN


I. DEFINISI KEPEMIMPINAN
Konsep “pemimpin” berasal dari kata “leader” dan “kepemimpinan” berasal dari kata
“leadership”. Bennis mengatakan bahwa seorang pemimpin adalah seorang yang memimpin
dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, menunjukkan,
mengorganisasikan, atau mengontrol usaha (upaya) orang lain atau melalui prestize,
kekuasaan atau posisi. Menurut Gibson Kepemimpinan adalah suatu usaha untuk
menggunakan gaya mempengaruhi dan tidak memaksa untuk memotivasi individu dalam
mencapai tujuan. Sementara Stoner mengatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses
mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan pekerjaan anggota kelompok.
Definisi umum kepemimpinan adalah cara atau teknik yang digunakan pimpinan dalam
mempengaruhi pengikut atau bawahannya dalam melakukan kerja sama mencapai tujuan
yang telah ditentukan.

II. TEORI KEPEMIMPINAN


Ada tiga hal yang mendasari lahirnya teori kepemimpinan yaitu :
1. Teori Genetik : Menjelaskan bahwa orang jadi pemimpin, karena sejak lahir dia
telah memiliki bakat sebagai pemimpin dan memang ditakdirkan sebagai
pemimpin.

2. Teori Sosial : Teori mengatakan bahwa seorang pemimpin harus dibentuk, tidak
begitu saja muncul dan ditakdirkan sebagai pemimpin, oleh karena itu seorang
jadi pemimpin karena proses pendidikan dan pelatihan.

3. Teori ekologis, ini merupakan penggabungan dari dua teori diatas, dimana
dijelaskan bahwa seorang menjadi pemimpin karena bakat yang dimilikinya sejak
lahir kemudian dikembangkan dengan pendidikan dan pelatihan yang
dipengaruhi pula oleh lingkungan sekitarnya.
Tidak terlepas dari lahirnya teori kepemimpinan diatas, maka dalam prakteknya ada dua
terapan teori kepemimpinan yaitu : Teori Sifat Kepemimpinan (Traist Theory) yang
dikemukakan oleh Charles Bird dan Teori Situasional (Situasional Theory) dikemukakan oleh
Filley.
1). Teori Sifat Kepemimpinan (Traist Theory) Teori ini bertitik tolak dari asumsi bahwa
keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sisfat-sifatnya. Sifat tersebut dapat berupa
sifat fisik maupun sifat psikologis.
Dari hasil penelitian Charles dan David disimpulkan bahwa, ada Lima sifat yang dapat
menyebabkan keberhasilan kepemimpinan, yaitu :
a. Intelegensia : Para pemimpin pada umumnya relatif harus lebih cerdas dari orang-orang
yang dipimpinnya.
b. Visioner : Pemimpin harus memiliki kematangan dan keluasan pandangan sosial. Secara
emosional para pemimpin harus mampu melihat suatu masalah secara utuh dan memiliki
control yang baik dalam mengendalikan kondisi yang kritis.
c. Percaya Diri : Pemimpin harus memiliki kepercayaan diri dan keyakinan terhadap diri
sendiri yang didukung oleh kemampuan untuk menganalisis potensi, kekuatan, kelemahan
dan yang dimiliki sehingga dapat memaksimalkan potensi dalam dirinya dan mengantisipasi
kekurangan yang dimiliki.
d. Motivasi : Pemimpin memiliki dorongan semangat yang sangat kuat dari dalam dirinya
untuk senantiasa tampil sebagai solusi dari setiap permasalahan yang ada, dan memiliki
konsep problem solving yang jelas terhadap suatu masalah yang dihadapi.
e. Komunikatif : Pemimpin harus memiliki kemampuan melakukan hubungan dan
komunikasi dengan setiap orang dengan tipe apapun. Hal yang harus dipahami bahwa untuk
mencapai suatu tujuan harus didukung oleh orang lain sehingga seorang pemimpin harus
memiliki kemampuan memahami individu yang dipimpinnya.
2). Teori Situasional (Situasional Theory) Teori ini berpendapat bahwa keberhasilan seorang
pemimpin disebabkan oleh situasi yang ada disekitarnya, bukan karena sifat-sifatnya, boleh
dikatakan bahwa teori ini mengasumsikan bahwa seorang pemimpin dapat berhasil karena “
kebetulan” situasi disekitarnya mendukung. Menurut teori ini, ada beberapa faktor yang
menjadikan seorang pemimpin berhasil secara kebetulan :
a. Sejarah organisasi : seorang pemimpin berhasil karena dia kebetulan memimpin organisasi
yang awalnya sudah berhasil dan memiliki nama besar, bukan karena prestasi dia sebagai
pimpinan di organisasi tersebut.
b. Umur dari Pejabat lama : seorang pemimpin menjadi berhasil karena adanya “warisan”
dari pemimpin sebelumnya yang kebetulan menjadi seniornya dan karena masa
kepemimpinan pimpinan yang lama telah usai, maka dialah yang berhak mewarisi
kepemimpinan tersebut dengan segala nama besar pemimpin sebelumnya.
c. Masyarakat Sekitar : Secara kebetulan masyarakat yang dipimpinnya adalah masyarakat
yang turut dan patuh terhadap apapun yang menjadi keputusannya.
d. Beban Kerja : Seorang pemimpin dinilai berhasil karena kebetulan beban kerja yang
menjadi tanggungjawabnya sangat ringan dan tidak memiliki tantangan sedikit pun sehingga
dengan mudah diselesaikan tanpa halangan sedikitpun.
e. Susana Psikologis : Pemimpin juga biasanya secara kebetulan diuntungkan oleh bawahan
yang dipimpin, ada kalanya seorang pemimpin hanya membawahi orang-orang “biasa “ yang
menerima segala sesuatu apa adanya dan sama sekali tidak memiliki daya kritis sedikit pun
terhadap kebijakan yang ada dalam organisasi, sehingga organisasi dalam keadaan terkendali
dan pemimpinnya dianggap berhasil.
f. Jenis Organisasi : Keberhasilan Pemimpin juga karena kebetulan organisasi yang dipimpin
hanya dalam skala kecil sehingga masalah yang dihadapi tidak kompleks, bahkan hampir
dikatakan organisasi yang dipimpinnya tidak pernah menemui kendala sedikitpun
g. Ketersediaan Waktu : Kepemimpinan seseorang dianggap berhasil karena kebetulan dia
mengambil keputusan yang tepat, ini karena waktu yang digunakan untuk memutuskan
sesuatu sangat luas dan tidak mendesak sehingga keputusan yang diambil dapat dipikirkan
dengan tenang, lain halnya bila waktu yang dibutuhkan untuk memutuskan sesuatu sangat
sempit dan mendesak, pasti hasilnya tidak maksimal.

III. PERILAKU KEPEMIMPINAN


Menurut Duncan, dalam kepemimpinan ada beberapa perilaku yang kita kenal, namun secara
umum dibagi tiga yaitu :
1. Otokratis
Gaya kepemimpinan Otokratis pada dasarnya adalah gaya kepemimpinan dimana pemimpin
banyak mempengaruhi atau menentukan perilaku bawahannya. Dalam gaya ini pemimpin
banyak memperhatikan pencapaian tujuan, oleh karena ini gaya ini lebih banyak menentukan
apa yang harus dicapai dan bagaimana mencapainya. Gaya ini biasanya digunakan oleh
Pemimpin yang memiliki status yang tinggi, seorang yang berkuasa dan memiliki
kemampuan untuk membuat keputusan.
2. Demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya yang lebih banyak menekankan partispasi
bawahan atau orang yang dipimpinnya dalam menentukan suatu keputusan. Para bawahan
diberikan kesempatan untuk menentukan apa yang akan dicapai dan bagaimana mencapainya.
Gaya kepemimpinan in berasumsi bahwa pikiran pendapat orang banyak jauh lebih baik
daripada pendapat diri sendiri, selain itu akan berdampak pada tanggungjawab
pelaksanaannya.
3. Laissezfaire (Bebas)
Gaya kepemimpinan ini lebih banyak menekankan pada keputusan kelompok. Dalam gaya ini
pemimpin akan menyerakan pengambilan keputusan kepada kepentingan kelompok, apa yang
terbaik menurut kelompok itulah yang menjadi keputusan pimpinan.

IV. GAYA DASAR KEPEMIMPINAN


Dalam hubungannya dengan prilaku pemimpin, maka ada dua hal yang biasanya dilakukan
oleh pemimpin terhadap bawahannya, yaitu prilaku mengarahkan dan prilaku mendukung.
Perilaku mengarahkan adalah sejauhmana seorang pemimpin melibatkan diri dalam
komunikasi satu arah. Bentuk komunikasi satu arah ini diantaranya adalah memberitahukan
apa yang seharusnya dikerjakan, dimana tempatnya, bagaimana melakukannya dan
mengawasi secara ketat apa yang dilakukan oleh bawahannya. Perilaku mendukung adalah
sejauh mana seorang pemimpin melibatkan diri dalam komunikasi dua arah, misalnya
mendengar saran bawahan, menyediakan dukungan dan dorongan, memudahkan interaksi,
serta melibatkan bawahan dalam mengambil keputusan. Teori Kepemimpinan dan Tipe-tipe
Kepemimpinan (Sumber Lain) Beberapa teori telah dikemukakan para ahli manajemen
mengenai timbulnya seorang pemimpin. Teori yang satu berbeda dengan teori yang lainnya.
Di antara berbagai teori mengenai lahirnya paling pemimpin ada tiga di antaranya yang
paling menonjol yaitu sebagai berikut:
1. Teori Genetie Inti dari teori ini tersimpul dalam mengadakan “leaders are born and not
made”. bahwa penganut teori ini mengatakan bahwa seorang pemimpin karena ia telah
dilahirkan dengan bakat pemimpin. Dalam keadaan bagaimana pun seorang ditempatkan
pada suatu waktu ia akan menjadi pemimpin karena ia dilahirkan untuk itu. Artinya takdir
telah menetapkan ia menjadi pemimpin.
2. Teori Sosial Jika teori genetis mengatakan bahwa “leaders are born and not made”, maka
penganut-penganut sosial mengatakan sebaliknya yaitu : “Leaders are made and not born”.
Penganut-penganut teori ini berpendapat bahwa setiap orang akan dapat menjadi pemimpin
apabila diberi pendidikan dan kesempatan untuk itu.
3. Teori Ekologis Teori ini merupakan penyempurnaan dari kedua teori genetis dan teori
sosial. Penganut-ponganut teori ini berpendapat bahwa seseorang hanya dapat menjadi
pemimpin yang baik apabila pada waktu lahirnya telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan,
bakat mana kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pangalaman-
pengalaman yang memungkinkannya untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang
memang telah dimilikinya itu. Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori
genetis dan teori sosial dan dapat dikatakan teori yang paling baik dari teori-teori
kepemimpinan. Namun demikian penyelidikan yang jauh yang lebih mendalam masih
diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti apa faktor-faktor yang menyebabkan
seseorang timbul sebagai pemimpin yang baik.
Pada umumnya para pemimpin dalam setiap organisasi dapat diklasifikasikan menjadi lima
type utama yaitu sebagai berikut : 1. Tipe pemimpin otokratis 2. Tipe pemimpin militoristis
3. Tipe pemimpin paternalistis 4. Tipe pemimpin karismatis 5. Tipe pomimpin demokratis
1. Tipe pemimpin demokratis Tipe pemimpin ini menganggap bahwa pemimpin adalah
merupakan suatu hak. Ciri-ciri pemimpin tipe ini adalah sebagai berikut :
a. Menganggap bahwa organisasi adalah milik pribadi
b. Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.
c. Menganggap bahwa bawahan adalah sebagai alat semata-mata
d. Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat dari orang lain karena dia menganggap
dialah yang paling benar.
e. Selalu bergantung pada kekuasaan formal
f. Dalam menggerakkan bawahan sering mempergunakan pendekatan (Approach) yang
mengandung unsur paksaan dan ancaman.
Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe kepemimpinan otokratis tersebut di atas dapat
diketahui bahwa tipe ini tidak menghargai hak-hak dari manusia, karena tipe ini tidak dapat
dipakai dalam organisasi modern.
2. Tipe kepemimpinan militeristis Perlu diparhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud
dengan seorang pemimpin tipe militeristis tidak sama dengan pemimpin-pemimpin dalam
organisasi militer. Artinya tidak semua pemimpin dalam militer adalah bertipe militeristis.
Seorang pemimpin yang bertipe militeristis mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a. Dalam menggerakkan bawahan untuk yang telah ditetapkan, perintah mencapai tujuan
digunakan sebagai alat utama.
b. Dalam menggerakkan bawahan sangat suka menggunakan pangkat dan jabatannya.
c. Senang kepada formalitas yang berlebihan
d. Menuntut disiplin yang tinggi dan kepatuhan mutlak dari bawahan
e. Tidak mau menerima kritik dari bawahan
f. Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe pemimpin militeristis jelaslah bahwa ripe pemimpin
seperti ini bukan merupakan pemimpin yang ideal.
3. Tipe kepemimpinan fathernalistis, mempunyai ciri tertentu yaitu bersifat fathernal atau
kepakan. kepemimpinan seperti ini menggunakan pengaruh yang sifat kebapaan dalam
menggerakkan bawahan mencapai tujuan. Kadang-kadang pendekatan yang dilakukan sifat
terlalu sentimentil. Sifat-sifat umum dari tipe pemimpin paternalistis dapat dikemukakan
sebagai berikut:
a) Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa.
b) Bersikap terlalu melindungi bawahan
c) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan. Karena
itu jarang terjadi pelimpahan wewenang.
d) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan inisatif daya
kreasi.
e) Sering menganggap dirinya maha tau. Harus diakui bahwa dalam keadaan tertentu
pemimpin seperti ini sangat diperlukan. Akan tetapi ditinjau dari segi sifat-sifat negatifnya
pemimpin faternalistis kurang menunjukkan elemen kontinuitas terhadap organisasi yang
dipimpinnya.
4. Tipe kepemimpinan karismatis, sampai saat ini para ahli manajemen belum berhasil
menemukan sebab-sebab mengapa seorang pemimin memiliki karisma. Yang diketahui ialah
tipe pemimpin seperti ini mempunyai daya tarik yang amat besar, dan karenanya mempunyai
pengikut yang sangat besar. Kebanyakan para pengikut menjelaskan mengapa mereka
menjadi pengikut pemimpin seperti ini, pengetahuan tentang faktor penyebab karena
kurangnya seorang pemimpin yang karismatis, maka sering hanya dikatakan bahwa
pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers), perlu
dikemukakan bahwa kekayaan, umur, kesehatan profil pendidikan dan sebagainya. Tidak
dapat digunakan sebagai kriteria tipe pemimpin karismatis.
5. Tipe Kepemimpinan Demokratis, dari semua tipe kepemimpinan yang ada, tipe
kepemimpinan demokratis dianggap adalah tipe kepemimpinan yang terbaik. Hal ini
disebabkan karena tipe kepemimpinan ini selalu mendahulukan kepentingan kelompok
dibandingkan dengan kepentingan individu. Beberapa ciri dari tipe kepemimpinan demokratis
adalah sebagai berikut:
1. Dalam proses menggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia
itu adalah mahluk yang termulia di dunia.
2. Selalu berusaha menselaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan kepentingan
organisasi.
3. Senang menerima saran, pendapat dan bahkan dari kritik bawahannya.
4. Mentolerir bawahan yang membuat kesalahan dan berikan pendidikan kepada bawahan
agar jangan berbuat kesalahan dengan tidak mengurangi daya kreativitas, inisiatif dan
prakarsa dari bawahan.
5. Lebih menitikberatkan kerjasama dalam mencapai tujuan.
6. Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya.
7. Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
Dari sifat-sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin tipe demokratis, jelaslah bahwa tidak
mudah untuk menjadi pemimpin demokratis. Syarat-syarat pemimpin yang baik Hasil dari
penelitian menunjukkan bahwa seorang yang tergolong sebagai pemimpin adalah seorang
yang pada waktu lahirnya yang berhasil memang telah diberkahi dengan bakat-bakat
kepemimpinan dan karirnya mengembangkan bakat genetisnya melalui pendidikan
pengalaman kerja. Pengembangan kemampuan itu adalah suatu proses yang berlangsung
terus menerus dengan maksud agar yang bersangkutan semakin memiliki lebih banyak ciri-
ciri kepemimpinan. Walaupun belum ada kesatuan pendapat antara para ahli mengenai
syarat-syarat ideal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, akan tetapi beberapa di
antaranya yang terpenting adalah sebagai berikut :
a) Pendidikan umum yang luas.
b) Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang generalist yang baik juga.
c) Kemampuan berkembang secara mental
d) Ingin tahu
e) Kemampuan analistis
f) Memiliki daya ingat yang kuat
g) Mempunyai kapasitas integratif
h) Keterampilan berkomunikasi
i) Keterampilan mendidik
j) Personalitas dan objektivitas
k) Pragmatisme
l) Mempunyai naluri untuk prioritas
m) Sederhana
n) Berani
o) Tegas dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai