Anda di halaman 1dari 10

INDIVIDU BERBAKAT (GIFTEDNESS): TINJAUAN

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Received: 20th December 2015; Revised: 07th January 2016; Accepted: 27 th February 2016

Dewi Fitriana Abstrak: Anak berbakat ini merupakan langkah yang visioner
IAIN Imam Bonjol Padang dalam perkembangan pendidikan di Indonesia. Cara pendidik
Email : bundadhila@yahoo.co.id peserta didik, orang tua dan masyarakat dapat saling
mendukung dalam program pendidikan. Perlunya wadah belajar
bagi anak berbakat pada akhir-akhir ini akan dipandang sebagai
langkah maju dalam dunia pendidikan. Keberadaan individual
yang beragam perlu mendapat perhatian khusus agar mencapai
kemampuan yang optimal.

Kata Kunci : Individu berbakat, Psikologi Pendidikan

S eringkali muncul konsep yang


kurang tepat mengenai anak
berbakat. Mitos yang dulu sering
muncul yaitu individu jenius cenderung
mengarah pada kegilaan. Mitos-mitos lain
yang sering muncul (Hallahan &
Kauffman, 2006, Parke, 1989) yaitu :

Mitos Kenyataan
Individu berbakat adalah sekumpulan Individu berbakat memiliki variasi yang
individu yang memiliki kesamaan luas dalam kemampuan, kepribadian, dan
minat
Individu berbakat mampu melakukan Beberapa individu berbakat memiliki
segala sesuatu dengan baik kemampuan di beberapa bidang, yang lain
di bidang tertentu
Individu berbakat sempurna Individu berbakat memiliki kekuatan dan
keterbatasan
Individu berbakat cenderung lemah fisik, Ada banyak variasi pada anak berbakat
canggung dalam bersosial, minatnya dan kebanyakan dari mereka yang
terbatas dan menunjukkan emosi yang memiliki inteligensi sehat, mampu
tidak stabil beradaptasi, mampu bersosial dan mampu
bertanggung jawab secara moral

Pengertian Keberbakatan musik, atau matematika pada usia yang


sangat muda.
Berbagai istilah yang diguna-kan
untuk memberikan arti pada giftedness, 2. Insight: dapat diartikan sebagai
diantaranya : keterpisahan secara relevan dengan
informasi yang tidak relevan,
1. Precocity (kematangan): mengacu pada menemukan hal-hal baru dan
perkembangan awal yang luar biasa. menggunakan cara yang tepat
Anak-anak precocious mengembangkan mengkombinasikan informasi atau
bakat pada bidang-bidang bahasa,

53
54 Jurnal Al-Qalb, Jilid 7, Nomor 1, Maret 2015, hlm. 53-61

menghubungkan informasi yang baru menghadapi rintangan yang menghambat


dan lama dengan cara yang kreatif dan penyelesaian tugas-tugasnya.
baru. Sternberg dalam Hallahan &
3. Genius: seringkali digunakan se-bagai Kauffman (2006) menjelaskan teori
indikator suatu kemampuan tertentu inteligensi dan menyatakan ada tiga jenis
atau kapasitas tertentu dalam beberapa giftedness, antara lain:
bidang. Sering-kali digunakan untuk
mengin-dikasikan kemampuan 1. Analitis: kemampuan untuk memilah
inteligensi atau kreativitas yang luar masalah, memahami bagian-bagian
biasa. dari masalah dan bagaimana bagian
tersebut saling terkait, dimana
4. Creativity: kemampuan untuk
kemampuan ini umumnya diukur
mengekspresikan ide yang baru dan
melalui tes inteligensi konvensional.
bermanfaat, memahami dan
mengembangkan hubungan baru dan 2. Sintesis: mencakup insight, intuisi,
penting dan mempertanyakan hal-hal kreativitas atau kemahiran dalam
yang sebelumnya tak terpikirkan namun mengatasi situasi baru, keterampilan
penting dan dipertanyakan. yang umumnya diasosiasikan dengan
prestasi yang tinggi dalam seni dan
5. Talent: umumnya digunakan untuk
sains.
mengindikasikan kemam-puan (ability),
bakat (aptitude) atau prestasi. 3. Praktikal: mencakup mengaplika-sikan
kemampuan analitis dan sintesis dalam
6. Giftedness: mengacu pada kog-nitif
menyelesaikan masalah sehari-hari,
(intelektual) yang superior (tidak harus
jenis kete-rampilan ini umumnya
setara dengan jenius), kreativitas dan
merupa-kan karakteristik dari individu
dorongan dalam mengkombinasikan
yang sukses dalam karir.
dan mengatur yang membedakannya
dengan rekan sebayanya sehingga me- Lebih lanjut Munandar, (1992)
membedakan pengertian bakat,
mungkinkannya memberikan kon-
tribusi pada nilai-nilai tertentu dalam kemampuan dan prestasi antara lain:
masyarakat. Bakat (aptitude): pada umumnya
Aptitude adalah bakat yang mengacu diartikan sebagai kemampuan bawaan,
pada kemampuan khusus yang dimiliki sebagai potensi yang masih perlu
individu sejak lahir yang membutuhkan dikembangkan dan dilatih agar dapat
dukungan dari lingkungan agar dapat terwujud.
berkembang secara optimal. Giftedness Kemampuan (performance): daya
adalah keberbakatan mengacu pada untuk melakukan suatu tindakan
kemam-puan-kemampuan unggul di atas sebagai hasil dari pembawaan dan
kemampuan yag dimiliki individu pada latihan.
umumnya disertai kreativitas yang cukup Prestasi (achievement): perwu-judan
serta pengikatan diri terhadap tugas yang dari kemampuan dan bakat.
cukup pula. Individu yang memilikinya Pada awal abad 20, individu
membu-tuhkan layanan pendidikan khusus berbakat identik dengan IQ yang tinggi.
agar dapat berkembang optimal. Inteligensi dipakai sebagai satu-satunya
Keduanya dipengaruhi oleh faktor patokan menentukan berbakat (pendekatan
hereditas dan lingkungan, namun unidimen-sional). Sejak tahun 1960,
keberbakatan mensyaratkan tidak sekedar memberi arti yang lebih luas pada konsep
kemampuan di atas rata-rata (kemampuan berbakat (pendekatan multidimen-sional).
intelektual umum dan/atau kemampuan Pemahaman berbakat berubah dari
khusus), pengikatan diri terhadap tugas pengertian berdasarkan dimensi tunggal
mengacu pada keuletan individu dalam yaitu IQ yang tinggi (Terman, 1925 dalam
Dewi Fitriana, Individu Berbakat 55

Parke, 1989) mengarah pada kemampuan Dalam konteks belajar di kelas,


yang jamak dan inteligensi (Guilford, 1956; individu yang berbakat adalah individu
Taylor, 1968; Sternberg, 1982, Gardner, yang memiliki kemampuan dalam satu
1983 dalam Parke, 1989). Peralihan ini atau lebih bidang pelajaran yang
membuka kesempatan untuk memahami melampaui dua tahun atau lebih
individu berbakat serta kebutuhannya di tingkatan atau usia yang seharusnya.
sekolah.
Berikut adalah beberapa definisi Ciri-ciri Khas Anak Berbakat
mengenai keberbakatan, yaitu:
1. Menurut Martison, 1974 dalam
1. Individu berbakat menurut Dehaan & Munandar, 1992:
Havighurst, 1962: Membaca pada usia muda
Individu yang memiliki beberapa Memiliki perbendaharaan kata yang
kemampuan yang tergolong superior luas
yang memampukan mereka Rasa ingin tahu yang kuat
memberikan kontribusi yang luar biasa
Inisiatif, mampu bekerja sendiri
pada kesejahteraan dan peningkatan Menunjukkan orisinalitas dalam
kualitas dalam kehidupan
ungkapan verbal teoritis
bermasyarakat.
Memberi banyak gagasan
2. Diadopsi dari definisi U.S Office of
Education, Maryland, 1972 (Coleman, Luwes dalam berpikir
1985). Anak berbakat adalah individu Pengamatan tajam
yang oleh orang-orang profesional Berpikir kritis
diidentifi-kasikan sebagai anak yang Senang mencoba hal-hal baru
mampu mencapai prestasi yang tinggi Mempunyai daya abstraksi,
karena mempunyai kemampuan- konseptualisasi dan sintesis yang
kemampuan yang unggul. tinggi
Kemampuan-kemam-puan tersebut, Imajinasi yang kuat
baik secara potensial maupun telah Daya ingat kuat
nyata meliputi: Tidak cepat puas dengan
Kemampuan intelektual umum prestasinya
Kemampuan akademik khusus 2. Menurut Winebrenner, 2001:
Kemampuan berpikir kreatif-
produktif Cepat mempelajari materi baru dan
berada pada usia lebih muda
Kemampuan memimpin
Kemampuan dalam salah satu bidang dibanding rekan sebayanya.
seni Mengingat hal-hal yang dipelajari
Kemampuan psikomotor (seperti dalam rentang waktu yang lama,
olahraga) membuat ulasan yang tidak perlu.
3. Three Ring Conception, konsep Mampu menghadapi konsep-
keberbakatan menurut Renzulli, 1978: konsep yang terlalu abstrak dan
Keberbakatan tersusun atas interaksi kompleks untuk individu seusianya.
dari tiga karakter dasar individu, Memiliki ketertarikan yang besar
kemampua umum diatas rata-rata, terhadap satu atau beberapa topik
kreativitas diatas rata-rata, dan dan akan menggunakan waktu
pengikatan terhadap tugas (task tersedia untuk mempelajarinya
commitment) yang cukup tinggi. lebih mendalam.
4. Pengertian pelajar yang tergolong Tidak terlalu perlu memper-hatikan
berbakat menurut Winebrenner, 2001: atau mendengarkan hal-hal yang
diajarkan penga-jar, mereka
56 Jurnal Al-Qalb, Jilid 7, Nomor 1, Maret 2015, hlm. 53-61

mampu mengo-perasionalkan 1. Kelancaran berbahasa


fungsi otak secara simultan dan 2. Rasa ingin tahu yang bersifat
mampu menyelesaikan lebih dari pengetahuan
satu tugas dalam waktu tertentu. 3. Kemampuan berpikir kritis
3. Disertasi Reni Hawadi, 2002, lima ciri 4. Kemampuan bekerja mandiri
keberbakatan intelektual yang paling 5. Keuletan
banyak dipilih guru, yaitu: 6. Rasa tanggung jawab terhadap tugas
Aspek kemampuan belajar: 7. Tingkah laku yang terarah pada tujuan
a. Daya tangkap cepat 8. Kecermatan dalam mengamati
b. Mudah memecahkan masalah 9. Sering mengungkapkan gagasan atau
dengan tepat pendapat baru
c. Kritis 10. Senang membuat benda/barang dari
d. Memiliki kecerdasan tinggi bahan yang ada dalam lingkungannya
e. Prestasi belajar baik Ciri-ciri keberbakatan untuk tingkat
Aspek ciri-ciri kreativitas: SMP & SMA:
a. Kreatif
1. Kelancaran berbahasa
b. Memiliki inisiatif
2. Rasa ingin tahu yang bersifat
c. Berani mengeluarkan dan
pengetahuan
mempertahankan pendapat
d. Memiliki minat yang luas 3. Kemampuan berpikir logis-kritis
4. Kemampuan bekerja mandiri
e. Aktif sering bertanya dengan
5. Keuletan
tepat
6. Rasa tanggung jawab pada tugas
Aspek ciri-ciri tanggung jawab 7. Tingkah laku yang terarah pada tujuan
pada tugas: 8. Kecermatan dalam mengamati
a. Tekun 9. Sering mengungkapkan gagasan atau
b. Memiliki tanggung jawab
c. Tidak cepat puas pendapat baru yang konstruktif
10. Mampu memikirkan beberapa macam
d. Rajin pemecahan masalah
e. Disiplin dalam belajar 11. Senang membuat benda/barang dari
Aspek ciri-ciri kepribadian:
bahan yang ada dalam lingkungannya
a. Sopan dalam bersikap 12. Mempunyai minat yang luas
b. Memiliki jiwa kepemim-pinan 13. Mempunyai daya imajinasi yang tinggi
c. Mempunyai rasa percaya diri 14. Kemampuan melihat masalah dari
d. Disegani teman-teman beberapa segi.
e. Taat pada peraturan
4. Ciri-ciri keberbakatan berdasar-kan Karakteristik anak berbakat
studi literatur Pusat Pengem-bangan seringkali mengarah pada beberapa
Kurikulum dan Sarana Pendidikan masalah, yang dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Badan Penelitian dan Pengembangan
Departemen Pen-didikan dan
Kebudayaan (Ma-ngunsong, 1989):

Ciri-ciri keberbakatan untuk tingkat


SD:
Dewi Fitriana, Individu Berbakat 57

Karakteristik Masalah yang mungkin muncul


Kecepatan belajar yang tinggi disertai Menjadi bosan dan frustrasi menghadapi
kemampuan berpikir abstrak dan berbagai repetisi dalam belajar. Terkesan sok
penalaran yang kritis dalam melihat pintar
hubungan antar ide
Kemampuan bahasa yang luar biasa Mendominasi diskusi, kurang memiliki
keterampilan untuk mendengarkan orang lain
Memiliki tingkat energi yang tinggi Tidak membutuhkan banyak tidur, frustrasi
ketika tidak banyak aktivitas yang bisa
dilakukan. Tampak hiperaktif, mudah bosan
tanpa adanya tantangan yang sesuai.
Rasa ingin tahu yang besar disertai Melakukan terlalu banyak aktivitas, kurang
dengan minat yang luas baik dalam tugas-tugas kelompok, suka
bertanya pada saat yang tidak tepat.
Persistensi yang tinggi dalam Mengganggu rutinitas kelas, merasa terkekan
menghadapi tugs-tugas yang menarik dengan aturan, suka melakukan interupsi,
baginya. aturan dianggap sebagai sesuatu yang konyol.
Kreatif: banyak ide, luwes dalam Sering dianggap aneh, sering dianggap tidak
berpikir, ide-idenya orisinil menghargai figur otoritas, dianggap
pembangkang, tidak patuh.
Peka terhadap masalah-masalah moral Frustrasi menghadapi kondisi lingkungan,
dan keadilan serta permasalahan orang menunjukkan sikap yang sinis terhadap
dewasa lingkungan
Sense of humor yang cukup tinggi Menggunakan humor untuk menyerang orang
lain, bingung ketika leluconnya tidak
dipahami orang lain.
Lebih suka bergaul dengan anak yang Mengalami keterasingan ketika bergaul
lebih tua usianya dengan anak seusianya karena dianggap suka
mencari perhatian, aneh, terlalu pandai, atau
bisa jadi juga ditolak oleh anak yang usianya
lebih tua
Perfeksionis Membuat standar yang tidak realistik bagi
dirinya sendiri maupun orang lain.
Mandiri Kurang suka bekerja dalam kelompok,
kurang kooperatif dalam kerja kelompok.
Kemampuan kepemimpinan Memahami dan memiliki berbagai langkah
kepemimpinan yang diterapkan dalam
kegiatannya.

PEMBAHASAN terhadap individu yang memiliki IQ tinggi


Asal-usul Keberbakatan menunjukkan keunggulan fisik. Pe-
nekanannya adalah bahwa individu tidak
Menurut Plato, keberbakatan tidak diwariskan IQ atau bakat melainkan
diperoleh melalui hereditas. Sedangkan sekumpulan gen yang bersama dengan
menurut Sir Francis Galton, seorang pengalaman menen-tukan kapasitas dari
ilmuwan Inggris, menyatakan bahwa inteligensi dan kemampuan lain
kemampuan intelektual erat kaitannya (Zigler&Ferber dalam Mangunsong, 1998).
dengan faktor keturunan dan lingkungan
berperan besar memunculkan keber- Faktor lingkungan (keluarga, sekolah,
bakatan dalam diri seseorang. Faktor lain teman sebaya, masyarakat) memiliki
yang berperan terhadap inte-ligensi adalah pengaruh yang besar ter-hadap
faktor gizi dan neurologik. Studi Terman perkembangan keberba-katan. Faktor
keturunan menentukan ren-tang dimana

57
58 Jurnal Al-Qalb, Jilid 7, Nomor 1, Maret 2015, hlm. 53-61

indvidu berfungsi, fak-tor lingkungan Pada umumnya ada dua cara untuk
menentukan penca-paian dari rentang mengidentifikasi anak berbakat (Hawadi,
tersebut. 2002):
Terman mengadakan studi 1. Pengumpulan informasi dengan cara
longitudinal terhadap 1.528 anak berbakat obyektif, melalui tes sehingga data
di California yang diikuti tersedia bersifat kuantitatif. Sumber tes:
perkembangannya dari TK sampai usia tes inteligensi, tes prestasi belajar dan
pertengahan (lima puluhan). Dari hasil nilai prestasi akademik.
eksplorasi menunjukkan bahwa 2. Pengumpulan informasi yang bersifat
superioritas intelektual, stabi-litas subyektif, dalam bentuk daftar (ceklis)
emosional dan kemampuan penyesuaian perilaku, rekomen-dasi, rujukan
diri serta kemajuan hasil belajar setelah berdasarkan peni-laian kemam-puan
mereka dewasa tetap ajeg (Terman & Oden, dan penam-pilan individu.
1959 dalam Semiawan, 1997).
Identifikasi dan Intervensi Anak Langkah asesmen dan alat ukur yang
Berbakat direkomendasikan menurut Farke, 1989:

Langkah asesmen Tujuan Alat Ukur


Screening - Mencari potensi/indikator - Nominasi yang
dari kemampuan - dilakukan oleh guru,
Memperoleh data - orang tua, individu
Menetapkan kelompok - Tes IQ kelompok
talent - Tes prestasi
- Menentukan kebutuhan - Ranking & penghargaan
program baru
Identifikasi - Mengumpulkan data lebih - Kriteria mengacu pada
mendalam tes IQ individual
- Menyesuaikan individu - Portofolio, audisi
dengan program
- Menetapkan penempatan
Perencanaan program Menentukan “bagaimana” dan - Observasi, Tes
“apa” dari pengajaran penempatan
- Inventori gaya belajar &
minat
Evaluasi Mengukur keberhasilan - Hasil tes, survei -
program dan individu Wawancara, observasi

Program pendidikan bagi indi-vidu Memberikan kesempatan menda-lami


berbakat dapat diselenggarakan melalui mata pelajaran yang diminati.
berbagai cara, yaitu (Semia-wan, 1992): Mengembangkan keterampilan
Mempercepat waktu belajar penelitian dan pemecahan masa-lah
(akselerasi), secara menyeluruh atau secara kreatif agar menjadi produsen
hanya mata pelajaran tertentu. pengetahuan dan bukan konsumen
Meluaskan pengalaman dan pe- pengetahuan semata-mata.
ngetahuan dengan memperkenal-kan
bahan-bahan yang tidak diberikan Menurut Ward (1980) dalam
dalam kurikulum biasa. Mangunsong (1998), individu berba-kat
memerlukan pendidikan yang
Dewi Fitriana, Individu Berbakat 59

berdiferensiasi sesuai dengan minat dan 4. Matra Non Akademis: matra ini dapat
kemampuan intelektualnya. Melalui digali dari masyarakat, memberikan
program khusus individu berbakat akan kesempatan belajar di luar matra
memperoleh pengaya-an dari materi kurikulum sekolah.
pelajaran, proses belajar dan produk Terkait dengan istilah diferen-siasi,
belajar (Hawadi dkk., 2001). Clendening & enrichment dan acceleration merupakan
Davies (1983) menyatakan yang dimaksud bentuk pengimplementa-siannya.
differentiated adalah isi pelajaran yang Enrichment (pengayaan): suatu kurikulum
menunjuk pada konsep dan proses kognitif yang dimodifikasi melalui beberapa cara
tingkat tinggi, strategi instruksional yang pada isi atau dalam strategi mengajar.
akomodatif dengan gaya belajar anak
berbakat dan rencana yang memfasilitasi Tiga pendekatan pengayaan (dalam
kinerja individu. Kurikulum berdiferensiasi Hawadi dkk., 2001):
bagi anak berbakat mengacu pada Orientasi proses: mengembang-kan
penanjakan kehidupan mental melalui proses mental tinggi siswa.
berbagai program yang akan Orientasi isi: menekankan pada
menumbuhkan kreati-vitasnya serta presentasi bidang isi, materi disajikan
mencakup pengalaman belajar intelektual lebih luas dan mendalam daripada
pada tingkat tinggi (Semiawan, 1997). kurikulum reguler.
Komponen kurikulum berdi- Orientasi produk: menekankan pada
ferensiasi meliputi antara lain (dalam hasil atau produk dari pengajaran,
Hawadi dkk., 2001): misalnya laporan, novel, lukisan.
1. Materi pengalaman belajar yang Acceleration (akselerasi): suatu kuri-kulum
menumbuhkan kreativitas. yang memungkinkan siswa untuk
2. Terjadi penanjakan dinamis mental dan mempercepat penguasaan materi secara
tindakan kreatif. tuntas. Akselerasi termasuk:
3. Berorientasi pada proses, kegiatan aktif Meningkatkan motivasi, kepercayaan,
dan penerapan tugas serta memberi dan pengetahuan
peluang pada individu memilih Mencegah kemalasan mental
kegiatan belajar yang diminatinya. Melengkapi lebih awal latihan
4. Komponen bersifat teknis, seperti profesional
fasilitas, komposisi guru, metode
Mereduksi biaya pendidikan (Van
belajar yang variatif. Tassel-Baska, 1986)
Matra kurikulum berdiferensiasi Kelompok Siswa Berbakat yang
(Semiawan, 1992 dalam Hawadi dkk.,
Terabaikan
2001):
Beberapa kondisi dimana siswa
1. Matra Umum: kumpulan kegiatan tergolong berbakat dan seringkali
belajar dasar, kurikulum berdiferensiasi terabaikan, yaitu (Winebrenner, 2001;
bertitik tolak pada matra ini. Hallahan & Kauffman, 2006):
2. Matra didiferensiasikan: berkaitan
a. Siswa tergolong underachiever dengan
dengan ciri khas perkembangan anak
kemampuan khusus.
berbakat, merupakan kurikulum yang
b. Siswa berbakat yang berada di taraf
dikembangkan secara mendalam sesuai
sosial ekonomi lemah.
tuntutan kebutuhan peserta didik
c. Siswa berbakat yang tergolong
unggul.
3. Matra Subliminal: terdiri dari kelompok minoritas.
pengalaman belajar yang dijabarkan d. Siswa berbakat yang memiliki
dari lingkungan keluarga dan sekolah. kebutuhan khusus (twice exceptional),
yaitu:
60 Jurnal Al-Qalb, Jilid 7, Nomor 1, Maret 2015, hlm. 53-61

Siswa berbakat yang disertai “membaca” situasi sosial dan


ADD/ADHD (Attention Deficit berkomunikasi sosial secara nonverbal.
Disorders/Attention Deficit and Minat terbatas dan tingkah laku yang
Hiperactive Disorders) stereotype: sensori yang sensitif,
Siswa berbakat yang mengalami pengulangan yang kompulsif, minat
Asperger’s Syndrom pada satu bidang tertentu dan gerakan
Pada awalnya sindrom Asperger tangan berulang-ulang.
merupakan bentuk tingkat tinggi dari Perkembangan bahasa rata-rata atau
autisme, namun saat ini Asperger sudah diatas rata-rata: penggunaan bahasa
dibedakan dengan Autisme. Hal yang norma walaupun beberapa
paling mendasar membedakan keduanya menunjukkan Hyperlexia (senang
yaitu pada tingkat kecerdasan. Seseorang menggunakan bahasa yang tidak pada
yang mengalami sindrom Asperger umumnya).
cenderung tingkat kecerdasannya rata-rata Perkembangan kognitif pada tingkat
atau diatas rata-rata. Sedangkan pada rata-rata atau diatas rata-rata: taraf
autisme cenderung kecerdasannya di inteligensi tergolong rata-rata atau
bawah rata-rata. Karakteristik utama dari diatas rata-rata.
sindrom Asperger: Perbedaan individu berbakat
Mengalami gangguan fungsi sosial: dengan individu yag mengalami sindrom
kesulitan dalam berteman, berempati, Asperger:

Individu berbakat Individu mengalami sindrom Asperger


Dalam bersosialisasi cenderung Canggung/janggal dalam bersosialisasi
terisolasi Kurang terampil dalam berelasi dengan
Mandiri dibanding rekan sebaya rekan sebaya
Fokus tinggi terhadap hal-hal yang
Fokus tinggi terhadap hal-hal yang diminati
diminati Hyperlexia
Kemampuan berbahasa yang baik Kognisi sederhana
Kognisi kompleks Kemampuan mengingat yang baik
Pemahaman yang baik

Perbedaan karakteristik siswa


berbakat dengan siswa berbakat yang
mengalami sindrom Asperger:

Karakteristik Asperger Gifted Asperger Syndrom


Rutinitas Mengikuti rutinitas Toleransi rendah terhadap
rutinitas
Kesadaran sosial Mampu membedakan dan Mampu membedakan namun
Dewi Fitriana, Individu Berbakat 61

mengetahui alasannya tidak mengetahui alasannya


Humor Mampu memberi dan Sulit memahami humor
menerima humor

Keterampilan motorik Terkoordinasi Ceroboh

Insight Tajam insight Kurang mampu

Kepekaan moral Mampu berempati Sulit berempati

Interaksi sosial Tahu menjalin hubungan Tidak memahami untuk


mempertahankan hubungan

Pengetahuan dasar Pangetahuan dasar yang Pengetahuan dasar luas,


luas, dalam dan kompleks dalam, dan terkadang
kompleks

DAFTAR RUJUKAN
Coleman, J.Laurence. 1985. Schooling Kreativitas Anak Sekolah:
the Giftedness. Canada: Addison- Petunjuk Bagi Para Guru dan
Wesley Publishing Company. Orang tua. Jakarta: PT.Gramedia
Dehaan & Havighurst. 1962. Educating Widiasarana Indonesia.
Gifted Children. USA: the Munandar, Utami. 2004. Pengembangan
University of Chicago Press. Kreativitas Anak Berbakat.
Gallagher. 1986. Educating Exceptional Jakarta: PT.Rineka Cipta.
Children. Boston: Houghton Parke, Beverly. 1989. Giftedness Students
Mifflin Campany. in Regular Classroom. USA:
Hallahan & Kauffman. 2006. 10th ed. Allyn and Bacon.
Exceptional Learners: Semiawan, Conny. 1997. Perspektif
Introduction to Special Education. Pendidikan Anak Berbakat.
USA: Pearson Education, Inc. Jakarta: PT.Grasindo.
Hawadi, Reni Akbar. 2005. Identifikasi Winebrenner, Susan. 2001. Teaching
Keberbakatan Intelektual Melalui Gifted Kids in the Regular
Metode Non Tes: dengan Classroom. USA: Free Spirit
Pendekatan Konsep Keberbakatan Publishing.
Renzulli. Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Hawadi, Wiharjo & Wiyono. 2001.
Kurikulum Berdiferensiasi:
Panduan Bagi Penyelenggara
Program Percepatan Belajar.
Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Mangunsong, Frieda. 1998. Psikologi dan
Pendidikan Anak Luar Biasa.
Jakarta: LPSP3 UI.
Munandar, Utami. 1999.
Mengembangkan Bakat dan

Anda mungkin juga menyukai