Anda di halaman 1dari 5

1.

The Great Man Theory


Great Man Theory atau teori orang hebat ini berasumsi bahwa sifat kepemimpinan
dan bakat-bakat kepemimpinan ini dibawa dari sejak orang tersebut dilahirkan. Great
Man Theory ini berkembang sejak abad ke-19. Meskipun tidak dapat diidentifikasikan
dengan kepastian ilmiah tentang karakteristik dan kombinasi manusia seperti apa yang
dapat dikatakan sebagai pemimpin hebat, namun semua orang mengakui bahwa hanya
satu orang diantara mereka yang memiliki ciri khas sebagai pemimpin hebat.

2. Trait Theory of Leadership


Teori sifat kepribadian atau Trait Theory ini mempercayai bahwa orang yang
dilahirkan atau dilatih dengan kepribadian tertentu akan menjadikan mereka unggul
dalam peran kepemimpinan. Artinya, kualitas kepribadian tertentu seperti keberanian,
kecerdasan, pengetahuan, kecakapan, daya tanggap, imajinasi, fisik, kreativitas, rasa
tanggung jawab, disiplin dan nila-nilainya lainnya dapat membuat seseorang menjadi
pemimpin yang baik. Teori kepemimpinan ini berfokus pada analisis karakteristik
mental, fisik dan sosial untuk mendapatkan lebih banyak pemahaman tentang
karakteristik dan kombinasi karakteristik yang umum diantara para pemimpin.
- Physiological traits
Berat badan, tinggi badan, struktur, warna, penampilan
- Socioeconomic characteristic
Jenis kelamin, agama, status pernikahan, usia, pekerjaan, literasi, pendapatan
- Personality traits
Ekstraversi, percaya diri, kesabaran, agreeable, kejujuran, motivasi kepemimpinan
- Intelectual traits
Ketegasan, kecerdasan, kemampuan menghakimi / judgemental ability,
pengetahuan, atribut emosi
- Task relation traits
Dorongan pencapaian, dedikasi, inisiatif, penentuan, keahlian bisnis,
- Social characteristic
Aktif secara sosial, ramah, kerjasama

3. Contigency Theory of Leadership


Teori kontingensi atau Contingency Theory beranggapan bahwa tidak ada cara yang
paling baik untuk memimpin dan menyatakan bahwa setiap gaya kepemimpinan harus
didasarkan pada situasi dan kondisi tertentu. Berdasarkan Teori kontingensi ini,
seseorang mungkin berhasil tampil dan memimpin sangat efektif di kondisi, situasi
dan tempat tertentu, namun kinerja kepemimpinannya akan menurun apabila
dipindahkan ke situasi dan kondisi lain atau ketika faktor di sekitarnya telah berubah.
Teori kontingensi atau Contingency Theory ini juga sering disebut dengan Teori
kepemimpinan situasional.

4. Situational Leadership
Teori Kepemimpinan Situasional ini merekomendasikan kepada kita bahwa tidak ada
gaya kepemimpinan yang paling tepat dalam kehidupan ini. Dalam hal ini, gaya
kepemimpinan yang perlu kita terapkan tergantung dengan suatu keadaan tertentu.
Lantas, situasi seperti apa yang dimaksud dalam teori ini? Teori Kepemimpinan
Situasional menyampaikan kepada kita bahwa gaya kepemimpinan yang tepat itu
bergantung pada faktor-faktor tertentu seperti, kualitas dan situasi para pengikut kita
(anggota tim).
Teori kepemimpinan ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1969 yang
mengungkapkan bahwa tidak ada cara yang paling tepat untuk memimpin, yang ada
hanyalah para pemimpin harus mampu beradaptasi dengan segala situasi dan
mengubah gaya kepemimpinan berdasarkan situasi yang dirinya hadapi. Jadi, setiap
gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan berbeda-beda, karena semuanya
tergantung dari tingkat kesiapan para pengikut atau anggota timnya.

5. Behavioral Theories of Leadership


Sebagai reaksi dari Teori Sifat Kepribadian, Teori Perilaku atau Behavioural Theories
ini memberikan perspektif baru tentang kepemimpinan. Teori ini berfokus pada
perilaku para pemimpin daripada karakteristik mental, fisik, dan sosial mereka.
Keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh perilakunya dalam melaksanakan
fungsi-fungsi kepemimpinan dan perilaku tersebut dapat dipelajari atau dilatih. Selain
itu, teori ini menganggap bahwa kepemimpinan yang sukses adalah didasarkan pada
perilaku yang dapat dipelajari.
Dalam teori gaya dan perilaku ini, kita bisa melihat bahwa kesuksesan dan
keberhasilan yang diraih oleh seorang pemimpin semuanya tergantung dengan
perilaku, sikap, dan karakteristik yang dirinya miliki. Dengan kata lain, keberhasilan
kepemimpinan tergantung pada sikap dan perilaku pemimpin dalam memenuhi
fungsi-fungsi kepemimpinannya. 
Seperti apa saja contohnya? Misalnya, kita perlu melihat bagaimana cara seorang
pemimpin mengambil keputusan dengan tepat, bagaimana cara seorang pemimpin
memotivasi karyawannya, bagaimana cara pemimpin tersebut memberikan perintah
atau instruksi, berkomunikasi dengan sesama pemimpin maupun dengan seluruh
anggota timnya. 

6. Participative Leadership
Kepemimpinan partisipatif adalah gaya kepemimpinan di mana semua individu
memiliki kekuasaan setara dalam proses pengambilan keputusan bersama, terlepas
dari jabatan dan pangkatnya. Menurut Indeed, Pemimpin memberikan informasi
tentang isu, masalah, atau rencana tentang perusahaan kepada semua staf. Peran
pemimpin di sini lebih sebagai moderator atau fasilitator untuk menawarkan
bimbingan dan menjaga diskusi tetap seimbang dan terkendali. Dari situ, anggota
diskusi saling berbagi ide, masukan, atau pendapat tentang bagaimana cara terbaik
menyelesaikan masalah.

Pemimpin setelahnya merangkum informasi dan ide dari kelompok untuk membuat
keputusan sebagai kelompok. Suara terbanyak menentukan arah tindakan yang akan
diambil perusahaan (majority wins).

Meski begitu, kadang ada beberapa kasus di mana tetap pemimpinlah yang berhak
menentukan keputusan akhirnya, berdasarkan pertimbangan pribadi dan jalannya
diskusi tersebut. Tanggung jawab untuk menjalankan keputusan nantinya akan dibagi
rata di antara semua anggota staf dengan pemimpin sesuai peran dan tugasnya
masing-masing. Akan tetapi, gaya kepemimpinan ini hanya merujuk
pada proses decision-making di lingkup kecil, seperti per departemen atau di antara
satu tim dengan supervisor-nya langsung.

Bukannya pengambilan keputusan besar yang memengaruhi keseluruhan


organisasi. Kepemimpinan partisipatif mirip dengan gaya kepemimpinan
demokratis dalam mendorong kolaborasi antar anggota tim.
7. Transactional Leadership
Teori transaksional menggambarkan gaya kepemimpinan yang didasari perjanjian
yang dibuat antara pemimpin dan bawahannya. Perjanjian ini dibuat untuk
menghasilkan pertukaran (transaksi) yang saling menguntungkan antara pemimpin
dan pengikut. Layaknya simbiosis mutualisme. Ketika suatu pekerjaan atau tugas
mampu diselesaikan bawahan dengan baik, ini akan menguntungkan pemimpin. Maka
sebagai bentuk penghargaan dari sisi pemimpin, imbalan dapat berupa rasa terima
kasih, pembayaran upah atau gaji, kenaikan jabatan (promosi), hingga bonus berupa
uang atau benda untuk si bawahan. Penghargaan ini membuat bawahan merasa kerja
kerasnya dihargai atau diakui karena berhasil mencapai tujuan yang sudah disepakati
bersama.

8. Transfomational Leadership
Kepemimpinan transformasional adalah sebuah teori yang relevan dengan kehidupan
modern saat ini. Dalam hal ini, teori kepemimpinan transformasional mencakup dua
elemen yang sangat penting. Apa sajakah elemen tersebut? Kedua elemen yang
dimaksud adalah relasional dan hal-hal yang berurusan dengan perubahan riil. Teori
kepemimpinan ini terjadi ketika satu orang atau sekelompok orang berhubungan
dengan orang banyak dengan upaya untuk mengangkat posisi atau pencapaian para
pemimpin dan pengikut (anggota tim). Dengan kata lain, antara pemimpin dan
pengikut saling mengangkat pencapaian mereka sampai kepada tingkat motivasi dan
moralitas (semangat) yang lebih tinggi.

9. Leader Member Exchange Theory


10. Servant Leadership
Teori kepemimpinan servant pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1970-an.
Teori ini percaya bahwa seorang pemimpin yang baik bertugas untuk melayani,
menjaga, dan memelihara kesejahteraan fisik serta mental pengikutnya. Pemimpin
cenderung fokus untuk memenuhi kebutuhan pengikut dan membantu mereka
menjadi lebih mandiri dan berwawasan lebih luas. Pada teori ini, pemimpin yang baik
juga diharuskan bisa bersimpati dan meredakan kecemasan berlebih dari para
pengikutnya. Maka itu, kepemimpinan diberikan pada seseorang yang pada dasarnya
memiliki jiwa melayani. Teori ini menunjukkan bahwa pekerjaan seorang pemimpin
adalah untuk berkontribusi pada kesejahteraan orang lain sebagai bentuk tanggung
jawab sosial.
 

Anda mungkin juga menyukai