PENDAHULUAN
adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa indonesia yang
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara
sosial dan ekonomis. Ini ditandai dengan diterbtkan Undang-Undang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) dan Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) yang
menyediakan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau bagi seluruh
bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung. Subsistem upaya kesehatan
menurut SKN adalah bentuk dan cara penyelenggaraan upaya kesehatan yang
1
2
kesehatan, yaitu upaya kesehatan primer, upaya kesehatan sekunder, upaya kesehatan
kesadaran, kemauan hidup sehat bagi setiap orang untuk mewujudkan derajat
nasional mencakup lima aspek Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) yaitu bidang :
obat, oleh karena itu obat perlu dikelola dengan baik. Salah satu pengelolaan obat
adalah dengan perencanaan agar persedaan sesuai dengan peraturan yang sudah
ditetapkan.
Tujuan manajemen obat adalah tersedianya obat setiap saat dibutuhkan baik
mengenai jenis, jumlah maupun kualitas secara efisien, dengan demikian manajemen
obat dapat dipakai sebagai proses penggerakan dan pemberdayaan semua sumber
daya yang dimiliki untuk dimanfaatkan dalam rangka mewujudkan ketersediaan obat
setiap saat dibutuhkan untuk operasional yang efektif dan efisien (Syair, 2013). Untuk
menjaga ketersediaan obat dan kualitas obat di instansi kesehatan seperti Puskesmas
maka hal terpenting yang harus diperhatikan selama proses pengelolaan obat yaitu
adanya unit-unit pembantu yang mempunyai tugas spesifik, diantaranya adalah unit
3
rekam medis. Unit rekam medis bertanggung jawab terhadap pengelolaan data pasien
2011). Tujuan rekam medis adalah untuk menunjang tercapainya tertib administrasi
dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan. Tanpa didukung suatu sistem
pengelolaan rekam medis yang baik dan benar, maka tertib administrasi tidak akan
Manajerial melalui sistem yang baik. Kemampuan manajerial dilihat dari alokasi
masukan melalui suatu proses dalam menghasilkan keluaran tertentu. Tujuan sistem
tersebut adalah mengubah sarana masukan menjadi suatu nilai tertentu (keluaran)
pengadaan menjadi bagian yang begitu penting dalam pengelolaan obat dalam
kebutuhan permintaan obat kepada Dinas Kesehatan Daerah Gudang Obat dengan
bermutu adalah tersedianya obat yang cukup, baik dalam hal jenis maupun jumlah
setiap saat diperlukan. Di berbagai puskesmas hal ini sering sulit tercapai karena
terbatasnya anggaran yang tersedia untuk pembelanjaan obat oleh kabupaten. Studi
yang dilakukan oleh Proyek Pengkajian Sumber Daya Kesehatan (PPSDK) bidang
kekosongan obat (stock out) selama periode pelayananan. Beberapa jenis obat yang
sering stock out terutama adalah obat-obat yang paling umum diresepkan seperti
mulai dari 2-5 hari hingga lebih dari 1 bulan. Sementara, di Indonesia sendiri salah
kemandirian, dan mutu persediaan farmasi dan alat kesehatan, dengan sasaran yang
akan dicapai yaitu persentase keteresediaan obat dan vaksin di Puskesmas dari 75,5%
status awal 2014 menjadi 90,0% pada tahun 2019 (Kemeskes, 2015).
mengalami perubahan dari era sebelumnya. Sebelum era JKN, Menteri kesehatan
dan/atau Badan Usaha Milik Swasta; atau menugaskan BUMN yang bergerak di
rujukan obat pada Daftar Obat Esensial Nasional. Sedangkan pada era JKN, menteri
e-katalog, dan tidak melakukan pelelangan dan negosiasi dan rujukan obat pada
publik dan perbekalan kesehatan di Indonesia mencapai 77%. Angka ini di Provinsi
aceh mencapai 78,52%. Kabupaten Aceh Selatan merupakan salah satu daerah tingkat
5
mencapai angka 60%. Hal ini disebabkan salah satunya karena jumlah apoteker yang
ada di Kabupaten aceh selatan belum mencukupi angka maksimal (Dinkes Aceh
Selatan, 2018)
masih dilakukan secara manual dan dan sangat sederhana karena keterbatasan sumber
daya yang dimiliki Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan, sehingga sulit untuk
menganalisis kebutuhan obat yang akurat, efektif dan efisien. Disamping itu masih
terdapat permintaan obat tertentu dari UPTD yang tidak sesuai dengan perencanaan
dilakukan untuk menentukan jenis dan jumlah kebutuhan obat. Pukesmas tersebut
obat bulan sebelumnya yang terdapat di Lembar Permintaan dan Lembar Pemakaian
Obat (LPLPO). Perencanaan kebutuhan obat yang akan datang didasarkan dari
banyak jumlah pasien per tahun dengan keluhan penyakit tertentu, maka diketahui
jenis obat apa yang banyak digunakan untuk mengatasi keluhan tersebut dan berapa
banyak jumlah obat yang dibutuhkan. Sebelum melakukan permintaan obat, terlebih
(LPLPO) yang diusulkan ke dinas kesehaan untuk melakukan pengadaan obat yang
telah ditentukan.
manajemen obat pada era JKN mengakibatkan puskesmas sulit dalam pengadaan
obat yang dimulai dari kompilasi data puskesmas kemudian disesuaikan dengan stok
yang ada dan aturan yang berlaku untuk dilanjutkan kepada tahap pengadaan obatnya.
Pada era JKN, kepala puskesmas memaparkan bahwa Puskesmas Peulumat memiliki
kewenangan untuk membeli obat secara langsung dari pabrik obat yang bersangkutan
selain dari obat yang disediakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan.
Puskesmas Peulumat juga memiliki anggaran yang cukup untuk membeli obat,
namun pihak pabrik obat terkesan enggan untuk menjual obat yang dibutuhkan ke
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis tertarik
Berdasarkan latar belakang di atas maka maka yang menjadi rumusan masalah
Adapun tujuan tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
Aceh Selatan
pelayanan kesehatan yang maksimal, serta merinci dengan cermat tentang kebutuhan
obat-obatan yang akan dibutuhkan oleh setiap pasien yang berkunjung sesuai dengan
2. Penelitian Lain
untuk jenis penelitan lain atau penambahan variabel penelitan yang lebih lengkap
Informasi yang diperoleh dari penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan
yang berkenaan dengan obat-obatan yang diperlukan dapat tersedia agar kesehatan