Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN


Membahas tentang
-Analisis Struktur Modal-

Disusun Oleh :
Buldan Munawar NIM 030115556
Diana Siti Nurmalis NIM 030115679
Feni Okataviani NIM 030115584
Gianti Pramesti C NIM 030115677
Irfan Firdaus NIM 030114498
Muhamad Delfin Adam NIM 030116692
Muhamad Ilham NIM 030114527
Siti Hanipah NIM 030115639
Uul Unayah NIM 030115559
Winda Mulyani NIM 030115605

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


DR. KHEZ. MUTTAQIEN
2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahi Rabbi’Aalamiin, Puji dan syukur kami panjatkan atas


kekhadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah Analisa Laporan Keuangan ini
sebagai salah satu syarat tugas dalam menempuh semester ini.

Dalam menyusun dan menyelesaikan tugas ini, kami mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah yang
berjudul ”Analisis Struktur Modal (Capital Structure)” hingga dapat terselesaikan.

Kami menyadari bahwa hasil tugas makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang disampaikan kepada kami sangat berarti
sebagai dorongan semangat dan pembelajaran yang membangun kami untuk lebih
baik lagi di masa depan. Semoga tugas makalah ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi pembaca dan semua pihak yang membutuhkannya. Terima Kasih.

Purwakarta, 27 Maret 2018

Tim Penyusun

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………... i


DAFTAR ISI …………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………..……………….…… 1

1.2 Pokok Pokok Pembahasan ………………………….......……………. 2

1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Modal dan Struktur Modal ...................................................... 3
2.2 Pembagian dan Kebijakan Struktur Modal ................................................ 4
2.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Struktur Modal …..........................… 6
2.4 Rasio Struktur Modal ….………………………………………………… 12
2.5 Konsep Levearge ....................................................................................... 13
2.6 Struktur Modal dan Kebijakan Perusahaan ............................................... 18
2.7 Teori Struktur Modal ................................................. 21
2.8 Risiko Beruntung dalam Mata Uang Asing dan Pengaruhnya bagi 25
Struktur Modal Perusahaan ……………………………………………...
2.9 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Finansial .............................. 26
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ………………………………..……………………………. 27

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Struktur modal berkaitan dengan jumlah hutang dan modal sendiri yang
digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan. Struktur modal yang efektif mampu
menciptakan perusahaan dengan keuangan yang kuat dan stabil. Bersamaan dengan
meningkatnya pengetahuan masyarakat di bidang pasar modal dan tersedianya dana
dari para calon investor yang berminat menginvestasikan modalnya, struktur modal
telah menjadi salah satu faktor pertimbangan yang cukup penting. Hal ini terkait
dengan resiko dan pendapatan yang akan diterima.

Dalam melihat struktur modal perusahaan, investor tidak dapat dipisahkan dari
informasi perusahaan berupa laporan keuangan yang dikeluarkan setiap tahunnya.
Para investor akan melakukan berbagai analisis terkait dengan keputusan untuk
menanamkan modalnya pada perusahaan melalui informasi yang salah satunya
berasal dari laporan keuangan perusahaan.

Gabungan hutang dan ekuitas untuk pendanaa perusahaan merupakan bahasan


utama dari keptusan struktur modal (capital structure decision). Gabungan modal
yang efisien dapat menekan biaya modal (cost of capital), yang dapat meningkatkan
kembalinya ekonomi neto dan meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan yang
hanya menggunakan ekuitas disebut "unlevered firm", sedangkan yang menggunakan
gabungan ekuitas dan berbagai macam hutang disebut "levered firm".

1
1.2. Pokok Pokok Pembahasan
Dalam tulisan ini, Penulis akan membahas mengenai :
1. Pengertian Modal dan Struktur Modal
2. Pembagian dan Kebijakan Struktur Modal
3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Struktur Modal
4. Rasio Struktur Modal
5. Konsep Levearge
6. Struktur Modal dan Kebijakan Perusahaan
7. Teori Struktur Modal
8. Risiko Beruntung dalam Mata Uang Asing dan Pengaruhnya bagi Struktur
Modal Perusahaan
9. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Finansial

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk Mengetahui Modal dan Struktur Modal
2. Mengetahui Pembagian dan Kebijakan Struktur Modal
3. Mengetahui Faktor-Faktor yang mempengaruhi Struktur Modal
4. Mengetahui Rasio Struktur Modal
5. Mengetahui Konsep Levearge
6. Mengetahui Struktur Modal dan Kebijakan Perusahaan
7. Mengetahui Teori Struktur Modal
8. Mengetahui Risiko Beruntung dalam Mata Uang Asing dan
Pengaruhnya bagi Struktur Modal Perusahaan
9. Mengetahui Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Finansial

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Modal dan Struktur Modal

Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan
dalam pos modal (modal saham), keuntungan atau laba yang ditahan atau
kelebihan aktiva yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh utangnya
(Munawir,2001). Modal pada dasarnya terbagi atas dua bagian yaitu modal
Aktif (Debet) dan modal Pasif (Kredit).

Struktur Modal merupakanakan gambaran dari bentuk proporsi


financial perusahaan yang antara modal yang dimiliki yang bersumber dari
utang jangka panjang (long-termliabilities) dan modal sendiri (shareholders’
equity) yang menjadi sumber pembiayaan suatu perusahaan.

Kebutuhan dana untuk memperkuat struktur modal suatu perusahaan


dapat bersumber dari internal dan eksternal, dengan ketentuan sumber dana
yang dibutuhkan tersebut bersumber dari tempat-tempat yang dianggap aman
(safety position) dan jika dipergunakan memiliki nilai dorong dalam
memperkuat struktur modal keuangan perusahaan.

Struktur Modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal


asing dan modal sendiri. Modal asing diartikan dalam hal ini adalah hutang
baik jangka panjang maupun dalam jangka pendek. Sedangkan modal sendiri
bisa terbagi atas laba ditahan dan bisa juga dengan penyertaan kepemilikan
perusahaan.

Struktur modal adalah perimbangan / perbandingan hutang jangka


panjang dengan modal sendiri ( Riyanto, 2001 ). Struktur modal

3
merupakanakan cermin dari kebijaksanaan perusahaan dalam menentukan
jenis sekuritas yang dikeluarkan, karena masalah struktur modal adalah erat
hubungannya dengan masalah kapitalisasi, dimana disusun dari jenis-jenis
funds yang membentuk kapitalisasi adalah struktur modalnya. Keputusan
struktur modal berkaitan dengan pemilihan sumber dana baik yang berasal
dari dalam maupun dari luar, sangat mempengaruhi nilai perusahaan. Sumber
dana perusahaan dari internal berasal dari laba ditahan dan depresiasi.

Dana yang diperoleh dari sumber eksternal adalah dana yang berasal
dari para kreditur dan pemilik perusahaan. Pemenuhan kebutuhan dana yang
berasal dari kreditur merupakanakan utang bagi perusahaan. Dana yang
diperoleh dari para pemilik merupakanakan modal sendiri. Kebijakan
mengenai struktur modal melibatkan trade off antara risiko dan tingkat
pengembalian.

Penambahan utang akan memperbesar risiko perusahaan tetapi


sekaligus juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Risiko
yang makin tinggi akibat membesarnya utang cenderung menurunkan harga
saham, tetapi meningkatkan tingkat pengembalian yang diharapkan akan
menaikkan harga saham tersebut. Sruktur modal yang optimal adalah struktur
modal yang mengoptimalkan kesimbangan antara risiko dan pengembalian
sehingga memaksimumkan harga saham ( Brigham dan Houston, 2001).

2.2 Pembagian dan Kebijakan Struktur Modal

Adapun bentuk dari struktur modal dilihat dari jenis yang digunakan
dapat dibedakan menjadi 2, seperti yang dikemukakan oleh Weston &
Brigham (2001: 31) :

4
1. Simple Capital Structure

Yaitu apabila perusahaan hanya menggunakan modal sendiri saja.


Dengan demikian, tidak ada ketergantungan perusahaan terhadap
modal dari pihak luar dan cakupan mengandalkan modal sendiri.

2. Complex Capital Structure

Yaitu apabila perusahaan menggunakan modal sendiri dan modal


pinjaman jangka panjang. Dalam hal ini, ada beberapa kategori dari
bentuk struktur modal ini, yaitu:

 Apabila perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya


mengutamakan pemenuhan sumber dari dalam perusahaan, akan
sangat mengurangi ketergantungan kepada pihak luar.
 Apabila dalam pemenuhan kebutuhan dana dari sumber eksternal
tersebut perusahaan lebih mengutamakan pada hutang saja, maka
ketergantungan perusahaan pada pihak luar akan makin besar dan
risiko keuangannya pun semakin besar.

Pembagian struktur modal dibedakan menjadi 2 (Martin, Petty et.al.,:


1992) yaitu :

a. Simple Capital Structure, yaitu jika perusahaan hanya menggunakan


modal sendiri saja dalam struktur modalnya.
b. Complex Capital Structure, yaitu jika perusahaan tidak hanya
menggunakan modal sendiri tetapi juga menggunakan modal pinjaman
dalam struktur modalnya.

5
Atas dasar dua hal inilah kemudian dilakukan kajian secara
komprehensif manakalah yang paling tepat dipergunakan berdasarkan situasi
kondisi internal dan eksternal,tentunya dengan tetap mengedepankan
pendekatan secara efektif dan efisien.

Disisi lain subramanyam dan john J. menegaskan bahwa “Untuk


perusahaan dengan struktur modal sederhana,diwajibkan satu penyajian laba
per lembar saham yang dihitung sebagai berikut:

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ − 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑃𝑟𝑒𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛


𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐷𝑎𝑠𝑎𝑟 =
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑏𝑖𝑎𝑠𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟

2.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi Struktur Modal antara


lain.

1. Struktur Aktiva (Tangibility)

Kebanyakan perusahaan industri yang sebagian besar modalnya


tertanam dalam aktiva tetap akan mengutamakan pemenuhan modalnya
dari modal permanen yaitu modal sendiri, sedangkan utang bersifat
pelengkap. Perusahaan yang semakin besar aktivanya dan terdiri dari
aktiva lancar akan cenderung mengutamakan pemenuhan kebutuhan dana
dengan utang. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh struktur aktiva
terhadap struktur modal suatu perusahaan.

2. Growth Opportunity

Kesempatan perusahaan untuk melakukan investasi pada hal-hal


yang menguntungkan. Teori agensi menggambarkan hubungan yang

6
negatif antara growth opportunity dan leverage. Di mana, perusahaan
dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung akan melewatkan
kesempatan dalam berinvestasi pada kesempatan investasi yang
menguntungkan.

3. Ukuran Perusahaan (Firm Size)

Perusahaan besar cenderung akan melakukan diversifikasi usaha


lebih banyak dari pada perusahaan kecil. Oleh karena itu kemungkinan
kegagalan dalam menjalankan usaha atau kebangkrutan akan lebih kecil.
Ukuran perusahaan sering dijadikan indikator bagi kemungkinan
terjadinya kebangkrutan bagi suatu perusahaan, di mana perusahaan
dalam ukuran lebih besar dipandang lebih mampu menghadapi krisis
dalam menjalankan usahanya.

4. Profitabilitas

Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi tentu memiliki dana


internal yang lebih banyak daripada perusahaan dengan profitabilitas
rendah. Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi
akan berinvestasi menggunakan utang yang relatif kecil (Bringham &
Houston, 2001). Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk
membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang
dihasilkan secara internal. Hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas
berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan.

7
5. Risiko Bisnis
Risiko Bisnis akan mempersulit perusahaan dalam melaksanakan
pendanaan eksternal, sehingga secara teori akan berpengaruh negatif
terhadap leverage perusahaan.

Salah satu tugas manajer keuangan adalah memenuhi kebutuhan dana di


dalam melakukan tugas tersebut manajer keuangan diharapkan adanya suatu
variasi dalam pembelanjaan, dalam arti kadang-kadang perusahaan lebih baik
menggunakan dana yang bersumber dari hutang kadang-kadang perusahaan
lebih menggunakan modal sendiri (equity). Oleh karena itu, manajer keuangan
di dalam operasi perlu berusaha untuk memenuhi sasaran tertentu mengenai
pertimbangan antara lain besarnya hutang, modal sendiri yang tercemin dalam
struktur modal perusahaan perlu diperhitungkan berbagai faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan struktur modal yang dapat diuraikan antara lain:
(Brigham dan Houston, 2010: 188-190)

1. Stabilitas Penjualan.

Suatu perusahaan yang penjualannya relatif stabil dapat secara


aman mengambil hutang dalam jumlah yang besar dan mengeluarkan
beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang
penjualannya tidak stabil.

2. Struktur Aset.

Perusahaan yang asetnya memadai digunakan sebagai jaminan


pinjaman cenderung akan cukup banyak menggunakan hutang. Aset
umum yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan dapat menjadi
jaminan yang baik, sementara tidak untuk dengan tujuan khusus.

8
3. Leverage Operasi.

Jika hal yang lain dianggap sama, perusahaan dengan leverage


operasi yang rendah akan lebih mampu menerapkan leverage keuangan
karena perusahaan tersebut akan memiliki risiko usaha yang lebih
rendah.

4. Tingkat pertumbuhan.

Jika hal yang lain dianggap sama, maka perusahaan yang memiliki
pertumbuhan lebih cepat harus lebih mengandalkan diri pada modal
eksternal. Selain itu, biaya emisi yang berkaitan dengan jumlah saham
biasa akan melebihi biaya emisi yang terjadi ketika perusahaan menjual
hutang, mendorong perusahaan yang mengalami pertumbuhan pesat
untuk lebih mengandalkan diri pada hutang. Namun, pada waktu yang
bersamaan, perusahaan tersebut sering kali menghadapi ketidakpastian
yang lebih tinggi, cenderung akan menurunkan keinginan mereka untuk
menggunakan hutang.

5. Profitabilitas.

Seringkali diamati bahwa perusahaan dengan tingkat


pengembalian atas investasi yang sangat tinggi ternyata menggunakan
hutang dalam jumlah yang relatif sedikit. Meskipun tidak ada
pembenaran teoritis atas fakta ini. Tingkat pengembalian yang tinggi
memungkinkan perusahaan-perusahaan tersebut melakukan sebagian
besar pendanaannya melalui dana yang dihasilkan secara internal.

6. Pajak.
Bunga merupakanakan suatu beban pengurangan pajak, dan
pengurangan ini lebih bernilai bagi perusahaan dengan tarif pajak yang

9
tinggi. Jadi makin tinggi tarif pajak suatu perusahaan, maka makin besar
keunggulan dari hutang.

7. Kendali.

Pengaruh hutang dibandingkan saham pada posisi kendali suatu


perusahaan dapat mengurangi struktur modal. Jika saat ini manajemen
memiliki kendali hak suara (lebih dari 50% saham) tetapi tidak berada
pada posisi untuk membeli saham tambahan lagi, maka manajemen
mungkin akan memilih hutang sebagai pendanaan baru. Di lain pihak,
manajemen mungkin memutuskan untuk menggunakan ekuitas jika
situasi perusahaan begitu lemah sehingga penggunaan hutang mungkin
dapat membuat perusahaan menghadapi risiko gagal bayar, karena jika
perusahaan gagal bayar, manajer kemunginan akan kehilangan
pekerjaannya. Akan tetapi, jika penggunaan hutang terlalu sedikit,
manajemen menghadapi risiko pengambilalihan. Jadi, pertimbangan
kandali dapat mengarah pada penggunaan baik itu hutang maupun
ekuitas karena jenis modal yang memberikan pelindungan terbaik
kepada manajemen akan bervariasi dari satu situasi kesituasi yang lain.
Apa pun kondisinya, jika mananjemen merasa tidak aman, maka
manajemen akan mempertimbangkan situasi kendali.

8. Sikap manajemen

Tidak ada yang dapat membuktikan bahwa struktur modal akan


mengarah pada harga saham yang lebih tinggi dibandingkan struktur
modal yang lain. Manajemen dapat melakukan pertimbangannya sendiri
mengenai struktur modal yang tepat. Beberapa manajemen cenderung
lebih konservatif dibandingkan yang lain, dan menggunakan hutang
dalam jumlah yang relatif kecil dibandingkan dengan rata-rata

10
perusahaan didalam industrinya, sementara manajemen yang agresif
lebih banyak menggunakan hutang dalam usaha mereka untuk
mendapatkan laba yang lebih tinggi.

9. Sikap pemberian pinjaman dan lembaga pemeringkat

Tanpa mempertimbangkan analisis manajemen sendiri atas faktor


leverage yang tepat bagi perusahaan, sikap pemberian pinjaman dan
lembaga pemeringkat sering kali akan mempengaruhi keputusan struktur
keuangan. Perusahaan sering kali akan membahas struktur modalnya
dengan pihak pemberi pinjaman dan lembaga pemeringkat serta sangat
memperhatikan saran mereka.

10. Kondisi pasar

Kondisi pasar saham dan obligasi mengalami perubahan dalam


jangka panjang maupun jangka pendek yang dapat memberikan arah
penting pada struktur modal optimum suatu perusahaan. Perusahaan
berperingkat rendah yang membutuhkan modal terpaksa pergi kepasar
saham atau pasar hutang jangka pendek, tanpa melihat sasaran struktur
modalnya. Namun, ketika kondisi melonggar, perusahaan ini menjual
obligasi jangka panjang untuk mengembalikan struktur modalnya
kembali kepada sasaran.

11. Kondisi internal perusahaan

Kondisi internal suatu perusahaan sendiri juga dapat berpengaruh


pada sasaran struktur modalnya. Misalnya perusahaan baru berhasil
menyelesaikan suatu program litbang, dan perusahaan berhasil
meramalkan laba yang lebih tinggi dalam jangka waktu yang tidak lama
lagi. Namun, laba yang baru ini belum diantisipasi oleh investor,
sehingga tidak tercermin pada harga sahamnya. Perusahaan tersebut

11
tidak akan menerbitkan saham, perusahaan lebih memilih melakukan
pendanaan dengan hutang sampai laba lebih tinggi terwujud dan
tercermin pada harga saham. Selanjutnya, perusahaan dapat menjual
penerbitan saham biasa, menggunakan hasilnya untuk melunasi hutang
dan kembali pada struktur modalnya.

12. Fleksibilitas keuangan.

Sasaran utama perusahaan selalu berada dalam posisi yang dapat


menghimpun modal untuk mendukung operasi. Menghimpun modal
dilakukan baik melalui saham ataupun obligasi, tetapi apabila keadaan
memburuk, pemasok modal akan lebih bersedia menyediakan dana jika
perusahaan memberikan mereka posisi yang kuat. Selain itu, ketika
perusahaan menjual saham baru, maka hal ini akan mengirimkan sinyal
negatif kepada investor, sehingga penjualan saham yang dilakukan oleh
perusahaan yang sudah mapan merupakanakan suatu tindakan yang
tidak diinginkan.

2.4 Rasio Struktur Modal

Adapun bentuk rasio yang dipergunakan dalam struktur modal ini


George Foster mengatakan ada beberapa rasio yang representative yaitu;

Long-term liabilities
Shareholders’ equity

Dan

Current liabilities + Long-term liabilities


Shareholders’ equity

12
Keterangan :

 Long-term liabilities = utang jangka panjang


 Shareholders’ equity = modal sendiri
 Current liabilities = utang lancar

Disisi lain Smith,Skousen,Stice and Stice menjelaskan tentang rumus


struktur modal ini, yaitu :

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝑆𝑡𝑜𝑐𝑘ℎ𝑜𝑙𝑑𝑒𝑟 ′ 𝑠 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦

𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑓𝑜𝑟𝑒 𝑡𝑎𝑥𝑒𝑠 𝑎𝑛𝑑 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡


𝑁𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑜𝑓 𝑡𝑖𝑚𝑒𝑠 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 =
𝐿𝑜𝑛𝑔𝑡𝑒𝑟𝑚 𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡

𝐶𝑜𝑚𝑚𝑜𝑛 𝑆𝑡𝑜𝑐𝑘ℎ𝑜𝑙𝑑𝑒𝑟 ′ 𝑠 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦


𝐵𝑜𝑜𝑘 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒 =
𝑁𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑜𝑓 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒 𝑜𝑓 𝑐𝑜𝑚𝑚𝑜𝑛 𝑠𝑡𝑜𝑐𝑘 𝑜𝑢𝑡𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔

Keterangan :

 Number of times interest is earned : Jumlah bunga yang diperoleh


 Number of share of common stock outstanding : Jumlah saham biasa
yang beredar

2.5 Konsep Leverage

Arti leverage secara harfiah (literal) adalah pengungkit. Pengungkit


biasanya digunakan untuk membantu mengangkat beban yang berat. Dalam
keuangan, leverage juga mempunyai maksud yang serupa. Lebih spesifik lagi,
leverage bisa digunakan untuk meningkatkan tingkat keuntungan yang
diharapkan.

Dilihat dari income statement (full costing)

Sales Revenue XXX Operating Laverage


Cost of Good Sold (Fc and Vc) XX (Degree of Operating

13
Gross Profit XX Leverage = DOL)

Operating Expense XX

EBIT XX

Interest XX
Financial Laverage
EBT XX
(Degree of Financial
Tax Rate XX Leverage = DFL)
EAT XXX

Laporan Laba/rugi (pendekatan margin kontribusi)

Penjualan XX
HPP – Variabel XX
Beban Operasional Variabel XX
Margin Kontribusi XX
Beban – Produksi Tetap XX
Beban – Operasional Tetap XX
EBIT XX
Beban Bungan XX
EBT XX
Tax (Pajak) XX
EAT XX

1. Operating Leverage

Operating leverage bisa diartikan sebagai seberapa besar


perusahaan menggunakan beban tetap operasional. Beban tetap
operasional biasanya berasal dari biaya depresiasi, biaya produksi dan

14
pemasaran yang bersifat tetap (misal gaji bulanan karyawan). Sebagai
kebalikannya adalah beban (biaya) variabel operasional. Komposisi biaya
tetap/variabel yang berbeda mempunyai implikasi yang berbeda terhadap
risiko dan keuntungan yang diharapkan oleh perusahaan. Komposisi biaya
tetap/variabel yang berbeda mempunyai implikasi yang berbeda terhadap
risiko dan keuntungan yang diharapkan oleh perusahaan.

Perusahaan yang menggunakan biaya tetap dalam proporsi yang


tinggi (relatif terhadap biaya variabel) dikatakan menggunakan operating
leverage yang tinggi. Dengan kata lain, degree of operating leverage
(DOL) untuk perusahaan tersebut tinggi. Perubahan penjualan yang kecil
akan mengakibatkan perubahan pendapatan yang tinggi (lebih sensitif).
Jika perusahaan mempunyai degree of operating leverage (DOL) yang
tinggi, tingkat penjualan yang tinggi akan menghasilkan pendapatan yang
tinggi. Tetapi sebaliknya, jika tingkat penjualan turun secara signifikan,
perusahaan tersebut akan mengalami kerugian. Dengan demikian DOL
seperti pisau dengan dua mata: bisa membawa manfaat, sebaliknya bisa
merugikan.

Derajat leverage operasi (Degree of Operating Leverage) bisa


diartikan sebagai efek perubahan penjualan terhadap pendapatan (profit).
Secara formal, degree of operating leverage (DOL) bisa dituliskan sebagai
berikut ini.

𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑏𝑎 (𝐸𝐵𝐼𝑇)


𝐷𝑂𝐿 =
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑈𝑛𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑒𝑟𝑗𝑢𝑎𝑙

Atau

𝑄 (𝑃 − 𝑉) 𝑆 − 𝑉𝐶 𝐶 .𝑄
𝐷𝑂𝐿 = = =
𝑄 (𝑃 − 𝑉) − 𝐹 𝑆 − 𝑉𝐶 − 𝐹 𝐸𝐵𝐼𝑇

15
2. Leverage Keuangan (Financial Leverage)

Leverage keuangan bisa diartikan sebagai besarnya beban tetap


keuangan (finansial) yang digunakan oleh perusahaan. Beban tetap
keuangan tersebut biasanya berasal dari pembayaran bunga untuk hutang
yang digunakan oleh perusahaan. Karena itu pembicaraan leverage
keuangan berkaitan dengan struktur modal perusahaan. Perusahaan yang
menggunakan beban tetap (bunga) yang tinggi berarti menggunakan
hutang yang tinggi. Perusahaan tersebut dikatakan mempunyai leverage
keuangan yang tinggi, yang berarti degree of financial leverage (DFL)
untuk perusahaan tersebut juga tinggi.

Degree of financial leverage mempunyai implikasi terhadap


earning per-share perusahaan. Untuk perusahaan yang mempunyai DFL
yang tinggi, perubahan EBIT (Earning Before Interest and Taxes) akan
menyebabkan perubahan EPS yang tinggi. Sama seperti degree of
operating leverage (DOL), DFL seperti pisau bermata dua: jika EBIT
meningkat, EPS akan meningkat secara signifikan, sebaliknya, jika EBIT
turun, EPS juga akan turun secara signifikan.

Derajat leverage keuangan (Degree of Financial Leverage) bisa


diartikan sebagai efek perubahan EBIT terhadap pendapatan (profit).
Secara formal, degree of financial leverage (DFL) bisa dituliskan sebagai
berikut.

𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘


𝐷𝐹𝐿 = … . (2)
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐸𝐵𝐼𝑇

Atau

16
𝐸𝐵𝐼𝑇 𝑄 (𝑃 − 𝑉) − 𝐹
𝐷𝐹𝐿 = =
𝐸𝐵𝐼𝑇 − 𝐼 𝑄 (𝑃 − 𝑉) − 𝐹 − 𝐼

Dimana :

Q = Jumlah unit produk

P = Harga jual per unit

V = Biaya variabel per unit

T = Biaya tetap

I = Biaya bunga

Semakin tinggi hutang yang dipakai, semakin tinggi Degree of


financial leverage. Penggunaan leverage keuangan yang besar mempunyai
implikasi yang sama dengan penggunaan leverage operasi yang besar, yaitu
meningkatkan ‘leverage’. Dengan menggunakan leverage yang tinggi,
perubahan EBIT yang sedikit akan meningkatkan EAT lebih besar.

3. Kombinasi Leverage Operasi dengan Leverage Keuangan

Leverage operasi berkaitan dengan efek perubahan penjualan


terhadap EBIT (laba sebelum bunga dan pajak). Sementara leverage
keuangan berkaitan dengan efek perubahan EBIT terhadap EAT (laba
setelah pajak). Perusahaan bisa mengkombinasikan keduanya untuk
memperoleh leverage gabungan.

Derajat leverage gabungan (DCL atau Degree of Combined Leverage)


bisa dihitung sebagai berikut ini.

17
% 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐸𝐵𝐼𝑇 % 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝐷𝐶𝐿 = 𝑋 … . (3)
% 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 % 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐸𝐵𝐼𝑇

% 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ


=
% 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

𝐷𝐶𝐿 = 𝐷𝑂𝐿 𝑥 𝐷𝐹𝐿

𝐶. 𝑄 𝐸𝐵𝐼𝑇
= 𝑋
𝐸𝐵𝐼𝑇 𝐸𝐵𝐼𝑇 − 𝐼

𝐶. 𝑄
=
𝐸𝐵𝐼𝑇 − 𝐼

2.6 Struktur Modal dan Kebijakan Perusahaan

Bagi sebuah perusahaan yang bersifat profit oriented keputusan


pencarian sumber pendanaan dalam rangka memperkuat struktur modal
menjadi keputusan penting yang harus dikaji dengan mendalam serta berbagai
dampak pengaruh yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang (future
effect). Secara umum sumber modal ada 2 (dua) sumber alternative, yaitu
modal yang bersumber dari modal sendiri atau dari eksternal seperti pinjaman
atau utang. Pendanaan dengan modal sendiri dapat dilakukan dengan
menerbitkan saham (stock) sedangkan pendanaan dengan utang (debt) dapat
dilakukan dengan menerbitkan obligasi (bonds), right issue atau berutang ke
bank, bahkan ke mitra bisnis. Kedua bentuk pendanaan ini masing-masing
memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya.

Adapun pengertian saham(stock),obligasi(bond) danright issue untuk


lebih jelasnya adalah:

a. Saham merupakanakan suatu tanda bukti yang diberikan sebagai


penyertaan kepemilikan modal / dana pada suatu perusahaan,atau suatu

18
kertas yang tercantum dengan jelas dengan nilai nominal,nama
perusahaan dan diikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada
setiap pemegangnya.
b. Obligasi merupakanakan suatu surat berharga yang dijual kepada
publik,dimana disana dicantumkan berbagai ketentuan yang menjelaskan
nama penerbit dan beberapa ketentuan lainnya yang terjelaskan dalam
undang-undang yang dijelaskan oleh lembaga yang terkait.
c. Right issue Adalah pemberian hak pemegang saham lama untuk memesan
terlebih dahulu saham emiten yang akan dijual dengan harga nominal
tertentu.

Obligasi dapat diklasifikasikan menjadi 4 jenis utama,yaitu:

a. Obligasi pemerintan (treasury bonds)


b. Obligasi perusahaan (corporate bonds)
c. Obligasi pemerintah daerah (municipal bonds)
d. Obligasi luar negeri (foreign bonds)

Keadaan struktur modal akan berakibatl angsung pada posisi keuangan


perusahaan sehingga mempengaruhi kinerja perusahaan.pengunaan modal dari
pinjaman akan meningkatkan resiko keuangan,berupa biaya bunga yang harus
dibayar.Bila perusahaan menggunakan modal sendiri ketergantungan terhadap
pihak luar berkurang,tetapi modalnya tidaklah merupakanaka npengurang
pajak.

Secara umum sumber modal ada 2 yaitu Modal sendiri dan modal
eksternal seperti pinjaman/utang. Pendanaan dengan modal sendiri dapat
dilakukan dengan menerbitkan saham (Stock), sedangkan pendanaan dengan
utang (debt) dapat dilakukan dengan menerbitkan obligasi (bonds), right issue
atau berutang ke bank dan mitra bisnis.

19
Pengertian saham obligasi right issue suatu tanda bukti yang diberikan
sebagai penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan, atau
suatu kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan
diikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegang
saham. Suatu surat berharga yang dijual kepada publik dimana tercantum
berbagai ketentuan yang menjelaskan berbagai hal seperti nilai nominal,
tingkat suku bunga, jangka waktu, nama penerbit, & beberapa ketentuan
lainnya yang dijelaskan dalam UU yang disahkan oleh lembaga terkait.
Pemberian hak pemegang saham lama untuk memesan terlebih dahulu saham
emiten yang akan dijual dengan harga nominal tertentu.

Struktur modal bertujuan memadukan sumber dana permanen yang


selanjutnya digunakan perusahaan dengan cara yang diharapkan mampu
memaksimumkan nilai perusahaan. Turunnya nilai perusahaanaan bisa
mempengaruhi pada turunnya nilai saham perusahaanaaan tersebut. Nilai
perusahaan diperoleh dari hasil kinerja keuangan perusahaan (financial
performance).

Struktur modal bertujuan memadukan sumber dana permanen yang


selanjutnya digunakan perusahaan dengan cara yang diharapkan akan mampu
memaksimumkan nilai perusahaan. Bagi sebuah perusahhan sangat dirasa
penting untuk memperkuat kestabilan keuangan yang dimilikinya, karena
perubahan dalam struktur modal diduga bias menyebabkan perubahan nilai
perusahaan.

Keadaan struktur modal akan berakibat langsung pada posisi keuangan


perusahaan sehingga mempengaruhi kinerja perusahaan. Penggunaan modal
dari pinjaman akan meningkatkan risiko keuangan, berupa biaya bunga yang
harus dibayar, walaupun perusahaan mengalami kerugian.

20
2.7 Teori Struktur Modal

Berikut ini merupakanakan teori struktur modal yaitu:

1. Agency Theory

Teori agensi (Horne, 1995 dalam Hasa 2008) adalah suatu teori
yang menjelaskan adanya pertentangan posisi antara manajemen
(sebagai agen) dengan pemegang saham (sebagai pemilik). Para
pemegang saham berharap agar agen akan bertindak atas kepentingan
mereka sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan, sekaligus
memberikan keuntungan pada pemegang saham. Untuk melakukan
fungsinya dengan baik, maka manajemen harus diberikan intensif yang
memadai, dan juga sekaligus pengawasan yang baik. Pengawasan dapat
dilakukan dengan cara-cara seperti pengikatan agen, pemeriksaan
laporan keuangan perusahaan, dan pembatasan terhadap keputusan yang
dapat diambil manajemen. Kegiatan pengawasan tentu saja
membutuhkan biaya. Biaya ini yang disebut dengan biaya agensi. Biaya
yang timbul pasti merupakanakan tanggungan pemegang saham.

2. Pecking Order Theory

Menurut Myer (1984) dalam Hasa (2008), pecking order theory


menyatakan bahwa:

a) Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil


operasi perusahaan, yang berwujud laba ditahan).
b) Apabila dana dari luar (external financing) diperlukan maka
perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman
terlebih dahulu, yaitu: dimulai dengan menerbitkan obligasi,
kemudian diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi

21
(seperti obligasi konversi), baru kemudian apabila masih belum
mencukupi akan menerbitkan saham baru.

Sesuai dengan teori ini, tidak ada suatu target debt equity ratio,
karena ada dua jenis modal sendiri, yaitu internal dan eksternal.
Perusahaan lebih menyukai penggunaan dana dari modal internal
yakni dana yang berasal dari aliran kas, laba ditahan dan depresiasi.
Urutan penggunaan sumber dana dengan mengacu pada pecking order
theory adalah internal fund (dana internal), debt (hutang) dan equity
(modal sendiri).

Dana internal lebih disukai dari dana eksternal karena dana


ekternal memungkinkan perusahaan untuk tidak perlu “membuka diri
lagi” dari sorotan pemodal luar. Kalau bisa memperoleh sumber dana
yang diperlukan tanpa memperoleh “sorotan dan publisitas publik”
sebagai akibat penerbitan saham baru.

Dana eksternal lebih disukai dalam bentuk hutang dari pada


modal sendiri karena dua alasan (Suad: 1996 dalam Hasa 2008), yaitu:

a. Pertimbangan biaya emisi.


Biaya emisi obligasi lebih murah dari biaya saham baru. Hal ini
disebabkan karena penerbitan saham baru akan menurunkan
harga saham lama.
b. Manajer khawatir kalau penerbitan saham baru akan ditafsirkan
sebagai kabar buruk (bad news) oleh para pemodal dan membuat
harga saham akan turun. Hal ini disebabkan antara lain oleh
kemungkinan adanya asimetrik antara pihak manajemen dengan
pihak pemodal.

22
3. Trade Off Theory

Merupakanakan model struktur modal yang mempunyai asumsi


bahwa struktur modal perusahaan merupakanakan keseimbangan
antara keuntungan penggunaan hutang dengan biaya financial distress
(kesulitan keuangan) dan agency cost (biaya keagenan). Dari model
dapat dinyatakan bahwa perusahaan yang tidak menggunakan
pinjaman sama sekali dan perusahaan yang menggunakan pembiayaan
investasinya dengan pinjaman seluruhnya adalah buruk. Keputusan
yang terbaik adalah keputusan yang moderat dengan
mempertimbangkan kedua instrument pembiayaan. Trade off theory
merupakanakan model yang didasarkan pada trade off antara
keuntungan dan kerugian penggunaan hutang. Trade off tersebut
dipengaruhi oleh beberapa variabel. Umumnya oleh keuntungan pajak
dari penggunaan hutang, risiko financial distress dan penggunaan
biaya agensi. Berdasarkan realita yang berasal dari hutang dalam
jumlah yang besar, penggunaan modal sendiri mempunyai manfaat dan
kerugian bagi perusahaan. Menurut Brigham (2001) dalam Hasa
(2008), hutang mempunyai keuntungan pada:

a. Biaya bunga yang mempengaruhi penghasilan kena pajak,


sehingga hutang menjadi lebih rendah.
b. Kreditur hanya mendapatkan biaya bunga yang bersifat relatif
tetap, kelebihan keuntungan akan menjadi klaim bagi pemilik
perusahaan.

23
Struktur Modal dan Sumber Dana Perusahaan

 Sumber dana untuk pengeluaran jangka pendek

Adapun sumber-sumber dana yang bias dipakai untuk membiayai


pengeluaran jangka pendek adalah:

a. Pinjaman perbankan yang bersifat jangka pendek;


b. Utang dagang;
c. Factoring. Factoring merupakan suatu kondisi dimana sebuah
pewrusahaan membutuhkan dana dan memiliki piutang perusahaan.
d. Letter of credit (LC). Letter of credit menurut M. Fuad dkk,
merupakan janji tertulis dari bank bagi pihak pembeli untuk
membayar sejumlah uang kepada perusahaan yang dituju (penjual)
bila sejumlah kondisi telah terpenuhi.
e. Pinjaman jangka pendek tanpa jaminan;

 Sumber dana untuk pengeluaran jangka panjang

Adapun sumber dana yang bias dipakai untuk membiayai pengeluaran


jangka panjang adalah:

a. Penjualan obligasi , merupakan salah satu jenis surat berharga yang


memiliki masa waktu yang panjang, biasanya masa tenornya
mencapai 5 sampai 10 tahun.
b. Utang perbankan yang bersifat jangka panjang. Disini sebuah
perusahaan dapat meminjam dana yang berasal dengan perbankan
dengan jangka waktu panjang seperti 10 hingga 15 tahun.

24
Keputusan Kredit dalam Perspektif Teori Struktur Modal

Keputusan perusahaan dalam bidang ekspansi usaha dan penciptaan


produk baru memiliki pengaruh besar bagi kebutuhan dana. Bagi suatu
perusahaan jika kebutuhan dana untuk membiayai proyek yang bersifat
banjangka panjang maka sebaiknya diambil dana yang berasal dari sumber
jangka panjang seperti dari penjualan obligasi dan utang bank yang bejangka
10 sampai 15 tahun ke atas.

Penggunaan dana dengan cara seperti ini bertujuan pada dua hal yaitu:

a. Memperlancar angsuran pembayaran agar selalu tepat waktu dan tidak


terlambat;
b. Mampu terus melaksanakan pengerjaan proyek sehingga tidak
mengalami kendala dan berbagai permasalahan lainnya;
c. Menghindari timbulnya black list diperbankan karena terlambat
membayar atau tidak mampu melunaskan pinjaman;

2.8 Risiko Berutang dalam Mata Uang Asing dan Pengaruhnya Bagi
Struktur Modal Perusahaan.

Menurut prof. Ricardo Hausman dari School of Government , Harvard


University dalam makalah yang dipersentasikan di Chulalongkorn University
medio Oktober 2001, mengatakan bahwa bahaya utang dalamk empat kategori
yaitu,

a. Avoid short-term domestic public debt, it can kill you! (hindari utang
public dalam negeri yang berjangka pendek; itu bias membunuhmu).
b. But short-term debt in foreign currencly cal also kill you! (utang jangka
pendek dalam mata uang asing juga bias membunuhmu).

25
c. Dollar debt can kill you! (pinjaman dalam bentuk dollar juga bias
membunuhmu).
d. … and even if they do not, the currency mismatches they generated make
monetary policy less effective (dan bahkan jika mereka/ utang luar negeri
tidak membunuhmu, problem kurs yang mereka ciptakan akan membuat
kebijakan moneter menjadi tidak efektif).

2.9 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Finansial

Menurut Agus Sartono berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi


struktur financial;

a. Tingkat pertumbuhan di masa dating apabila tingkat pertumbuhannya


tinggi, leverage lebih besar sebaliknya bila tingkat pertumbuhan
penjualan rendah.
b. Stabilitas penjualan di masa datang, jika stabilitas lebih tinggi maka
leverage lebih besar begitu pula sebaliknya.
c. Struktur modal dalam industry, sebagai jaminan atas penggunaan utang.
Selain itu kondisi persaingan dalam industri.
d. Posisi kontrol dan sikap pemilik serta manajemen terhadap risiko,
apabila pemilik sebagaian besar bersikap risk averter (menjauh dari
risiko) maka utang akan lebih sedikit sebaliknya jika sikap pemilik
adalah risk seeker (menyukai risiko) maka utang akan lebih besar.

26
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian yang telah di tulis maka dapat diambil kesimpulan


sebagai berikut:

1. Struktur modal hadir sebagai pengetahuan dari hasil perhitungan rasio


antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Ini berarti, struktur
modal hanya tercermin pada golongan pasiva dana permanen. Dengan
demikian tidaklah berlebihan struktur modal dikatakan sebagai bagian
dari struktur finansiil. Tujuan utama terbentuknya perusahaan adalah
mencari keuntungan serta kesinambungan usaha. Untuk mencapai
keuntungan yang diharapkan, perusahaan memerlukan dana untuk
keperluan operasi dan investasi. Berbagai pertimbangan perlu
diperhatikan dalam memenuhi dana tersebut antara lain biaya modal,
resiko yang mungkin dihadapi apabila dana tersebut ditarik dari
hutang jangka panjang atau menerbitkan saham biasa. Disamping itu
seberapa besar komposisi struktur modal yang optimal bagi
perusahaan
2. Bahwa Struktur Aktiva (Tangibility), Growth Opportunity, Ukuran
Perusahaan (Firm Size), Profitabiltas dan Risiko Bisnis baik secara
simultan maupun parsial mempunyai pengaruh pada Keputusan
Struktur Modal Suatu Perusahaan.
3. Dari faktor-faktor tersebut mempunyai pengaruh satu dengan yang
lainnya. Sehingga dengan demikian Para Investor, Kreditor maupun
Manajemen Perusahaan hendaknya memberikan perhatian yang lebih
kepada informasi atas faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut.

27

Anda mungkin juga menyukai