Proses produksi pada sebuah perusahaan merupakan proses yang dinamis terutama pada
pergerakan barangnya, maka diperlukan sistem pengelolaan yang baik agar tidak
mengganggu proses produksi. Pengelolaan inilah yang dimaksud dengan manajemen
persediaan.
Sedangkan pada perusahaan dagang, persediaan yang dimaksud adalah persediaan barang
dagang.
Pada perusahaan industri (manufaktur), kegiatan utamanya adalah memproses bahan baku
menjadi barang jadi dan kemudian dijual. Proses ini tentu memerlukan proses dan waktu
yang lebih lama sehingga modal yang diinvestasikan untuk persediaan cukup besar dan
perputarannya menjadi relatif lebih lambat. Oleh sebab itu pengetahuan anda pada mata
Akuntansi Biaya wajib serius mempelajarinya.
Hal ini rentan akan kejadian kelebihan persediaan yang mengakibatkan pemborosan pada
modal, sedangkan kekurangan pada persediaan proses mengakibatkan proses produksi akan
terganggu. Maka manajemen persediaan pada perusahaan manufaktur harus mendapatkan
perhatian manajemen yang sangat serius.
Mengelola persediaan pada perusahaan industri manufaktur relatif lebih sulit dibandingkan
dengan mengelola persediaan pada perusahaan dagang yang persediaan barang dagangnya
dibeli untuk dijual dan tidak membutuhkan waktu lama sehingga modal berputar relatif lebih
cepat. Akan tetapi bukan berarti pengelolaan persediaan diluar industri manufaktur dianggap
sepele. Manajer Gudang mempunyai tanggungjawab yang besar untuk mengelola persediaan
untuk disetiap industry.
Salah satu tujuan dari manajemen persediaan adalah memaksimalkan pengelolaan barang
persediaan dengan biaya yang minimal. Mengapa demikian ?
Karena pada suatu perusahaan terdapat persediaan yang membutuhkan perlakuan khusus
seperti barang pecah belah (barang yang dibuat dari material mudah pecah,seperti; kaca,
kramik dan sejenisnya) atau barang seperti makanan, obat-obatan yang mudah basi
(kadaluarsa), bahkan rusak karena tempratur penyimpanan, seperti semen. Sehingga akan
diberikan perhatian secara khusus dalam menanganinya.
Manajemen persediaan umumnya dapat digolognkan menjadi dua yaitu Economic Order
Quality (EOQ) dan Tepat Waktu atau Just In Time (JIT).
Model EOQ lazim digunakan saat mencari pemasok yang paling murah dapat menyediakan
bahan baku. Sedangkan model JIT digunakan saat pemasok diperlakukan sebagai satu
kesatuan dalam proses produksi.
Model ini dapat membantu perusahaan dalam menghitung biaya persediaan yang paling
ekonomis. EOQ akan dapat menjawab pertanyaan terkait berpa banyak kualitas bahan baku
yang harus dipesan dan berapa biayanya yang paling ekonomis atau murah.
Berikut ini adalah gambar kurva hasil perhitungan EOQ diperoleh jumlah pesanan yang
ekonomis.
2. Model Tepat Pada Waktu (Just In Time Atau JIT)
Model JIT adalah model yang menganggap pemasok sebagai mitra bisnis
sejati (relationship) maka pemasok harus dididik dan dibina sebagai bagian dari perusahaan.
JIT adalah persediaan dengan nilai nol atau mendekati nilai nol, artinya perusahaan tidak
menanggung biaya persediaan. Bahan baku akan tepat datang pada saat dibutuhakan.
JIT bertujuan untuk mengubah budaya perusahaan menganggap bahwa setiap orang adalah
pakar bagi pekerjaannya sendiri dengan mengendalikan fikiran kreatif dan kolektif. Pemasok
tidak boleh dieksploitir demi keuntungan sesaat, hubungan kerja sama jangka panjang dengan
pemasok harus dibina.
Contoh
Model EOQ
Rumus atau persamaan untuk menghitung besarnya kuantitas (Q) dari EOQ bisa dituliskan
secara sederhana seperti di bawah ini.
Kardo akan melakukan pemesanan suatu produk bernama Slime dari pabrik milik
Doflamingo. Dimana harga Slime dipatok oleh Doflamingo sebesar Rp1.234.278,- sedangkan
biaya pemesanannya sebesar Rp66.666,-. Kardo memprediksi bahwa tahun berikutnya akan
membutuhkan Slime sebanyak 70.000 unit. Jika ongkos simpan Slime sebesar 5%, maka
hitunglah EOQ serta frekuensi pesanan Kardo!
Jawaban.
R = 70.000 unit
S = Rp1.234.278,-
P = Rp66.666,-
I = 5% = 0,05.
Sehingga pesanan Kardo harus melakukan pemesanan sebanyak 9 kali dengan jumlah Slime
sekali pesan sebanyak 7.200 unit. Dari pembahasan soal EOQ di atas dapat disimpulkan
bahwa menggunakan EOQ tak hanya membantu mencari jumlah unit barang yang akan di
pesan, tapi seberapa sering pemesanan harus dilakukan.
Contoh JIT
PT.Makmur adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perakitan suku cadang
menggunakan dua sistem biaya yang berbeda yaitu:
2. JIT
Sistem biaya konvensional membebankan BOP menggunakan pengarah biaya (cost driver)
berbasis unit. Sistem JIT menggunakan pendekatan yang terfokus pada penelusuran biaya dan
penentuan harga pokok berbasis aktivitas untuk biaya yang tidak dapat dihubungkan secara
langsung dengan suatu sel pemanufakturan. Untuk mengetahui perbedaan antara kedua
metode, berikut ini disajikan data biaya produksi untuk bulan desember 2020:
Sistem Biaya
Elemen Biaya
Konvensional JIT
Bahan Baku 800 800
Tenaga Kerja Langsung 70 100
BOP Variabel Berbasis Unit 90 20
BOP Variabel Berbasis Non Unit - 30
BOP Tetap Langsung 30 30
BOP Tetap Bersama 100 20
Total 1.090 1.000
Diminta:
1. Hitunglah jumlah maksimum dari masing-masing sistem biaya yang harus dibayar seandainya
perusahaan memutuskan untuk membeli pada pemasok luar.
2. Bila diketahui perusahaan berproduksi pada kapasitas 1.500 unit dengan harga jual Rp 1.100,
susunlah laporan L/R untuk periode yang bersangkutan
Penyelesaian :
1. Jumlah maksimum yang harus dibayar kepada pemasok luar, biasa dianggap sebagai biaya
terhindarkan yang harus diputuskan oleh perusahaan tersebut.
Biaya yang dapat dihindarkan:
- Sistem biaya konvensional = Rp 800 + 70 + 90 + 30 = Rp 990
- Sistem biaya JIT = Rp 800 + 100 +30 +20 +30 = Rp 980
2. Laporan L/R