Anda di halaman 1dari 24

MANUSIA DAN BISNIS

KELOMPOK 2
ANGGOTA KELOMPOK

1. A1B180430 SYALSABIL AULIA FATWA

2. A1B220001 SERLI AGUSTIN

3. A1B220018 REISYA TIANDRA PUTRIANSYAH

4. AIB220021 WEBI DWI SARI

5. A1B220029 DALILAH AGNIA


MATERI PEMBAHASAN

• Konsepsi Manusia
• Hakikat Kegiatan Bisnis
• Bisnis Sebagai Kebudayaan Manusia
Konsepsi manusia
Siapa aku? Aku adalah manusia
Apa itu manusia ?
Mengapa aku hidup sebagai manusia ?
Untuk apa ?
Apa yang harus aku lakukan dalam hidup sebagai
manusia ?
Konsepsi Manusia Menurut Para Ahli
1. Menurut Thomas Hobbes tentang 'Homo Homini Lupus"? Bahwa
manusia adalah serigala bagi manusia lainnya? Konsepsi ini
mendorong manusia masuk dalam kondisi bellum omnium contra
omnes atau perang semua melawan semua' (lihat dalam
www.id.wikipedia.org). Dengan konsepsi seperti ini, tidak heran jika
manusia selalu atau senang terlibat konflik dengan sesamanya.
Manusia senantiasa berupaya untuk menjadi kuat dan berkuasa. Ia pun
hidup dalam ketakutan. Karena jika tidak bisa menjadi serigala yang
mampu memakan manusia lain maka dirinyalah yang akan ditindas
oleh orang lain.
2. Menurut Aristoteles Zoon politikon bermakna bahwa
manusia adalah binatang atau hewan yang berpolitik.
Manusia itu tidak berbeda dengan binatang. Urusan
hidupnya hanyalah urusan mencari makan dan bertahan
hidup. Pembeda antara manusia dengan binatang hanyalah
kegiatan berpolitik. Manusia mengenal politik, sementara
binatang tidak, itu saja.
Menurut Max Weber (dalam Kalber, 1980), terdapat empat tipe makhluk
rasional, yakni :
a) Zweckrational atau purposive rationality, yakni ekspektasi terhadap
perilaku atau objek lain dalam lingkungannya yang dianggap memiliki
tujuan dan mampu dikalkulasikan atau diperhitungkan;
b) Wertrational atau value/belief-oriented, yakni rasional atau masuk akal
bagi seseorang untuk memiliki keyakinan atas etika, estetika, agama atau
motivasi lain yang membuatnya bersikap independen dalam mengarahkan
tujuannya menuju keberhasilan hidup
c) Affectual atau meaningfully oriented, yakni rasionalitas seseorang yang
dipengaruhi oleh perasaan atau emosi dalam memaknai sesuatu
d) Traditional atau conventional, yakni rasionalitas yang dipengaruhi oleh
habit atau kebiasaan yang telah berurat akar.
Dalam kegiatan bisnis, manusia dipandang sebagai pelaku bisnis
yang rasional. Misalnya, ketika hendak berbisnis, seseorang
memulainya dengan membuat business plan atau rencana bisnis
yang di dalamnya berisi tentang produk apa, analisis kondisi yang
mendukung atau tidak mendukung bisnis yang hendak
dilakukannya, strategi melaksanakan bisnisnya seperti apa, hingga
prediksi berapa keuntungan yang mungkin diraihnya.
Membuat business plan menunjukkan rasionalitas seseorang
dalam melakukan kalkulasi atau perhitungan dalam kegiatan bisnis.
Hakikat manusia lainnya yang perlu dipahami dalam kegiatan bisnis
adalah manusia sebagai makhluk sosial, yakni makhluk yang senantiasa
membutuhkan orang lain dalam kehidupannya.
Begitu pula dengan bisnis. Adakah bisnis yang bisa dikerjakan seorang
diri? Rasanya sulit menemukan bisnis apa itu. Dengan memahami
hakikat manusia sebagai makhluk sosial, seorang pembisnis dituntut
untuk luwes dalam melakukan kegiatan bisnisnya, mampu berempati
dengan kebutuhan orang-orang yang ada di sekitarnya, serta senantiasa
berkeinginan untuk memberikan manfaat bagi masyarakat dan
lingkungannya.
Hakikat Kegiatan Bisnis
Sebenarnya, untuk apa kegiatan bisnis dalam hidup manusia?
Mengapa kegiatan bisnis ada dan berkembang dalam kehidupan
manusia?

Secara sederhana, kegiatan bisnis dalam kehidupan manusia adalah


untuk memenuhi kebutuhan manusia (needs) dan mencipta
keinginan manusia (wants).
Kebutuhan pokok manusia meliputi sandang (pakaian), pangan
(makanan), dan papan (rumah). Kegiatan bisnis ditujukan untuk
memenuhi berbagai kebutuhan yang berkembang menjadi keinginan
tersebut. Keinginan manusia akan pemenuhan kebutuhan sifatnya tidak
terbatas. Setelah satu kebutuhan terpenuhi, manusia cenderung ingin
memenuhi kebutuhan lainnya. Sementara di sisi lain, sarana untuk
memuaskan keinginan tersebut bersifat terbatas atau langka.
Perbedaan Konsep Kebutuhan Dengan Keinginan Manusia Yang
Dijelaskan Oleh Afzalurrahman Sebagai Berikut:

"Keinginan adalah kebutuhan-kebutuhan manusia ditambah dengan


kemauan dan daya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu"
(Afzalurrahman, 2000: 194).

Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa keinginan manusia sifatnya jauh


lebih tidak terbatas dari kebutuhan. Sama seperti minum air laut.
Semakin banyak yang diminum, semakin haus.
Oleh karena itu, tahapan lebih lanjut dari kegiatan bisnis adalah 'mencipta
kebutuhan dan keinginan manusia. Kegiatan bisnis harus mengupayakan
agar kebutuhan dan keinginan manusia 'selalu' tidak terbatas, karena sifat
dari ketidakterbatasan itulah yang akan membuat bisnis terus hidup dan
berkembang.
Konsekuensi dari konsepsi manusia sebagai makhluk
rasional maupun makhluk sosial dengan
kegiatan bisnis, adalah
1) Bisnis merupakan kegiatan rasional manusia untuk
memupuk keuntungan;
2) Bisnis merupakan kegiatan sosial untuk membantu
sesama;
3) Perpaduan dari kedua konsepsi ini melahirkan
seorang pembisnis dengan jiwa yang seimbang.
Bisnis Sebagai Kebudayaan Manusia

Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil


milik diri manusia dengan cara belajar (konjaraningrat, 1990. 180)
merujuk pada definisi tersebut, bisnis juga merupakan kebudayaan
manusia bisnis memiliki serangkaian gagasan yang diimplementasikan
dalam bentuk tindakan serta menghasilkan berbagai barang atau jasa
yang tentu saja, dilakukan oleh manusia. Hal terpenting dari definisi di
atas adalah bahwa bisnis sangat menekankan aspek pembelajaran.
Koentjaraningrat (2002: 186-188) menjelaskan bahwa kebudayaan
manusia memiliki tiga wujud, yakni ide, aktivitas, dan artifak. Ide
bersifat abstrak dan hanya ada di dalam benak seseorang. Ide
seseorang baru akan terlihat, diketahui, dan dipahami oleh orang lain
jika orang tersebut mengutarakan dan mengomunikasikan ide-ide yang
ada dalam benaknya. Proses menyampaikan ide bukanlah hal yang
mudah. Ada orang yang dengan gamblang mampu menyampaikan ide-
idenya, ada juga yang gagap atau kurang mampu menjelaskan.
Penyampaian ide bisa dilakukan secara verba maupun nonverbal.
Wujud kedua adalah aktivitas, yakni tindakan berpola dari sesong
Aktivitas seseorang dapat dilihat dan dirasakan oleh orang lain.
Tindakan seseorang tidak pernah ada yang sama persis, namun
tindakan seseorang cenderung memiliki pola yang berulang.
Misalnya, seseorang biasa sarapan antara pukul enam sampai tujuh
pagi, setelah itu ia pergi bekerja dan pulang sekitar pukul lima sore.
Oleh karena itu, dengan melihat pola aktivitas seseorang, acap kali
orang lain mampu menebak apa yang akan dilakukan seseorang.
Wujud ketiga adalah artifak atau hasil kebudayaan manusia. Artifak
merupakan wujud kebudayaan yang paling mudah untuk dilihat. Guna
memahami bagaimana wujud kebudayaan ini
diaplikasikan dalam bisnis.
Dari ketiga wujud kebudayaan di atas,
Koentjaraningrat (2002: 203-204) kemudian
merincinya ke dalam unsur-unsur kebudayaan yang
terdiri dari:
1. Sistem religi dan upacara keagamaan,
2. Sistem dan organisasi kemasyarakatan;
3. Sistem pengetahuan;
4. Bahasa;
5. Kesenian;
6. Sistem mata pencaharian hidup; dan
7. Sistem teknologi dan peralatan.
Memahami Bisnis Sebagai Kebudayaan Manusia

Dalam memahami bisnis sebagai kebudayaan manusia, sedikitnya ada


tiga hal yang perlu dipahami, yakni bisnis:
1. memiliki nilai tertentu,
2. memiliki perilaku yang khas; dan
3. melahirkan produk peradaban.
Kesimpulan
Manusia selalu senang terlibat konflik dengan sesamanya,
manusia juga selalu berupaya untuk menjadi kuat dan
berkuasa. Dalam kegiatan berbisnis manusia dipandang
sebagai pelaku bisnis yang rasional, bukan hanya itu saja
manusia juga dipahami sebagai mahkluk sosial yang selalu
membutuhkan orang lain dalam menjalankan kehidupannya.
Kegiatan berbisnis juga sangat penting dalam kehidupan
manusia untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia
yang sifat nya tidak terbatas.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai