NPM : 110110170208
1. Sejarah Hukum Pidana Internasional
Hukum Pidana Internasional (HPI) telah diakuimerupakan disiplin ilmu baru dalam ilmu
hukum sejak berakhirnya Perang Dunia Kedua (1945). Hukum Pidana Internasional telah diakui
secara internasional pertama kali terjadi melalui resolusi yang diajukan Sidang UmumPerserikatan
Bangsa-Bangsa pada tanggal 21 November1947. Resolusi tersebut menghendaki dibentuknya The
Commiteon Codifikation of International Law. Sejak berakhirnya Perang Dunia Kedua,
posisiHukum Pidana Internasional (HPI) diakui semakin pentingdan relevan sehubung dengan
proses pembentukan dankeberhasilan peradilan Nuremberg (1946) dan peradilan Tokyo (1948)
dalam menuntut dan mengadili mereka yangdianggap sebagai penjahat perang.
Langkah-langkah untuk menemukan disiplin hukum baru dimulai dengan beberapa hambatan
diantaranya, mempersoalkan pertanggungjawaban pidana kaisar Wihelm II dan Rusia (setelah
berakhirnya Perang Dunia Kesatutahun 1919) karena kebijakannya selaku kepala negara yang
telah diduga kuat melakukan kejahatan Genosida. Upaya ini mengalami kegagalan karena belum
adanya kesapakan dari kalangan ahli hukum Internasional mengenai masalah ini. Hambatan lain
adalah prinsip kedaulatan ( States sovereignty) yang telah mengakar sejak ratusan tahun yanglalu
dan tidak dapat diabaikan begitu saja dengan alasanyang sangat serius sehingga menarikperhatian
masyarakatinternasional atau kejahatan musuh umat manusia (Hostis Humanis Generis).
Hukum pidana internasional berkembang tidak lepas dari semakin berkembangnya dan
meluasnya pidana internasional. Pada awalmulanya pidana internasional secara sempit
berbicaratentang kejahatan seputar perang yang bertujuan untukmenguasai tanah serta kekayaan
masyarakat oleh suku yang menang atas suku yang kalah dalam peperangan. Perang dengan
sejarah panjangnya berhubungan dengan masyarakat internasional. Perang yang dimulai dari
peperangan antar suku sampai dengan peperangan modern memiliki aturan yang berasal dari
kebiasaan-kebiasaan atau perjanjian-perjanjian antar suku antau antar pihak yang terlibat
peperangan itu. Pelanggaran terhadap perjanjian dan kebiasaaan itulah yang secara sederhana
dikatakan sebagai kejahatan perang yang secara khusus diatur oleh Hukum Pidana Internasional.