Anda di halaman 1dari 6

PROSEDUR KHUSUS

PENANGANAN SNAKE BITE (GIGITAN ULAR)

DI IGD RSUD UNGARAN

Oleh :

Dheryka Agustin

P.1337420616030

PRODI S1 TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2019
A. Definisi
Penanganan bisa ular adalah tindakan yang dilakukan untuk menghentikan
penyebaran bisa ular ke seluruh tubuh.

B. Tujuan
Menghentikan penyebaran bisa ular

C. Indikasi
Pasien yang terkena pagutan ular atau gigitan ular dan mengalami gejala
lokal maupun sistemik yang disebabkan oleh bisa ular.
Gejala dan tanda-tanda lokal antara lain adalah:
1. Nyeri gigitan taring
2. Nyeri lokal,
3. Perdarahan lokal,
4. Memar
5. Limfangitis,
6. Pembengkakakn kelenjar getah bening,
7. Melepuh, infeksi lokal,
8. Abses, nekrosis jaringan (terutama akibat gigitan ular dari famili
Viperidae).

Gejala edema, kemerahan, nekrosis pada tempat pagutan


disebabkan juga oleh pengaruh enzim proteolitik seperti metalloproteinase,
hideolase dan sitotoksin.
Gejala sistemik yang sering dijumpai adalah mual, muntah, nyeri
perut, pusing, dan lemah badan. Akibat bisa ular viperidae terjadi kelainan
yang melibatkan sistem kardiovaskular seperti gangguan penglihatan,
pusing, mengantuk, pingsan, syok, hipotensi, aritmia jantung, edema paru
dan edema konjungtiva. Terjadi pula gangguan perdarahan berupa
perdarahan pada luka pagutan, perdarahan gusi, epistaksis, peradarahan
mata, perdarahan intrkranial, hemoptisis, hematemensis dan melena,
perdarahan mukosa dan kulit, perdarahn vagina, perdarahaan antepartum
pada wanita hamil, dan bentuk perdarhan lainnya.
Trombosis arteri serebral sering ditemukan pada pagutan Dobola
russel sehingga terjadi stroke, aprestesia, gangguan pengecap, ptosis berat.
Kelainan neurologi lain yang dapat dijumpai adalah oftalmoplegi
eksternal, paralisis fisialis, afpnia, kesulitan menelan, paralisis otot
pernapasan. Kelainan ginjal dapat berupa hematuri, hemoglobinuri,
mioglobinuri sampai anuri dan gagal ginjal akut. Kelainan endokrinoun
mungkin terjadi, berupa insufi-siensi adrenal, syok, hipoglikemi. Kelainan
endokrin ini dapat berlangsung kronis berupa kelelahan kronik,
kerontokan rambut seksual sekunder, penurunan libido, amenore, atrofi
testis dan hipotiroidisme.

D. Persiapan
1. Persiapan alat dan bahan
a. Spuit 3 cc
b. Tabung sample darah
c. Anti bisa ular dengan dosis 2 vial @5 mL
d. Set infus (abocatch, cairan RL, makro drip)
2. Persiapan Rawat Luka
a. 1 hecting set (pinset anatomi, pinset cirrugice, jarum dan
benang jahit, gunting, dll)
3. Persiapan perawat dan pasien
a. Perawat mengenakan APD berupa masker dan handscoon
b. Pemberian informasi berupa tindakan yang akan dilakukan dan
tujuan pemberian tindakan

E. Prosedur

1. Identifikasi ular penyebab. Deskripsi yang disampaikan saksi, foto


ular, atau jika memungkinkan ular dapat dibawa ke IGD Rumah Sakit
2. Jika ular yang dimaksud berbisa atau tidak yakin, pasien dapat dirawat
inap untuk observasi ketat
3. Pertolongan pertama: imobilisasi dengan pembidaian dan elastic
bandage (tidak dianjurkan menggunakan tensocrepe).
4. Bebaskan airway dan breathing, terutama pada gigitan ular dengan
bisa yang mengandung neurotoxin penyebab paralisis.
5. Ambil sampel darah pasien untuk

 Pemeriksaan Darah lengkap


 Pemeriksaan Faal hemostasis (aPTT, PPT, INR, 20 min whole
blood clotting time) tiap 6 jam
 Fungsi ginjal
 Elektrolit

6. Periksa EKG untuk mendeteksi kelainan jantung


7. Kasih tanda luas pembengkakan jaringan tiap 2 jam (RPPT)
8. Indikasi pemberian Serum Anti-Bisa Ular (SABU)
o Coagulopathy, trombopeni, INR > 1.2, non-clotting 20 min
WBCT.
o Neurotoxin (ptosis, paralysis, dll)
o Hipotensi, syok, aritmia
o AKI
o Hemoglobinuria atau mioglobinuria
o Edema berat (> 1/2 ekstrimitas yg tergigit) atau bengkak yang
cepat membesar
o Limfadenitis di sistem limfatik regional bekas gigitan
9. Terapi suportif lainnya seperti cairan, neostigmin atropin, hingga
ventilator untuk yang gagal nafas.
F. Hasil Pelaksanaan Prosedur
Pasien Tn. A datang ke IGD RSUD Ungaran tanggal 8 November
2019 pukul 11.10 WIB bersama bersama keluarganya karena digigit ular
saat bertani di sawah. Tn. A digigit pada jari kaki sebelah kanan, yaitu
pada jari tengah. Pasien datang dengan kondisi telapak kakinya diikat kuat
dengan tali. Untuk mengurangi penyebaran bisa, perawat melakukan
tindakan insisi pada daerah gigitan, kemudian bisa dikeluarkan. Setelah itu
Tn. A juga diberikan obat anti bisa dan infus RL. Tingkat kesadran Tn. A
composmentis.
Karena dikhawatirkan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan,
setelah tindakan tersebut dilakukan kemudian Tn. A dipindah ke ruang
rawat inap untuk dilakukan observasi.

G. Hal yang Harus Diperhatikan


Serum Anti-Bisa Ular (SABU) dapat diberikan dengan pedoman sebagai
berikut.
1. Untuk bisa ular dengan gejala neurotoxin dan perdarahan spontan
masif diberikan SABU 2 vial didrip dengan larutan PZ tiap 2 jam
2. Untuk bisa ular bukan dengan gejala neurotoxin atau koagulopati
parah, diberikan 2 vial SABU didrip tiap 6 jam.
Pemberian SABU dapat diteruskan sampai tanda dan gejala menghilang,
tidak ada maximum dose.
Indikator pemberian SABU efektif
1. Perdarahan akan berhenti dalam 15 menit
2. Faal Koagulasi akan normal dalam 3-9 jam
3. Hipotensi akan membaik dalam 30-60 menit
4. Gejala paralisis akan membaik dalam 30 menit
5. Warna gelap urin akibat mioglobinuria atau hemoglobinuri
menghilang dalam beberapa jam.

Penting untuk menanyakan riwayat atopi berat (asma, dll). Pada


pasien dengan riwayat atopi berat, boleh diberikan epinephrine injeksi
sebagai profilaksis sebanyak 0,25 mg (dewasa) atau 0,01 mg/kg (anak)
secara subkutan sebelum SABU diberikan.
Perlu diwaspadai bila ditemukan perburukan gejala seperti
pembengkakan tungkai lebih dari setengahnya, pembengkakan yang
timbul segera setelah pagutan pada jari-jari (kaki, terutama tangan),
pembengkakan yang progresif, atau pembengkakan kelenjar getah bening
di area ekstremitas tempat pagutan.
Reaksi yang tidak diharapkan yang mungkin terjadi adalah reaksi
anafilaksis cepat, reaksi pirogenikm dan reaksi anflaktik lambat. Anti bisa
ular tidak dianjurkan untuk diberikan sebagai profilaksis.
Dosis yang tepat sulit untuk ditentukan karena tergantung dari
jumlah bisa ular yang masuk peredaran darah korban dan keadaan korban
sewaktu menerima anti serum.

Anda mungkin juga menyukai