Anda di halaman 1dari 3

SOP GIGITAN ULAR

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


- 1-3

UPTD PUSKESMAS
NGAWI

PROSEDUR TETAP TANGGAL TERBIT : 2 Januari 2014

Tim penyusun : Ditetapkan di : Ngawi, 1 Januari 2014


1. Widodo,S.Kep.Ns Kepala Puskesmas Ngawi
2. Endang Setyowati,S.Kep.Ns
3. Umi Salma Hasibuan

dr. SITI AGUSTINNINGSIH


NIP. 19720830 200501 2 012

Pengertian Suatu keadaan yang disebabkan oleh gigitan ular

Tujuan Penatalaksanaan kasus Gigitan Ular sesuai stadar terapi

Kebijakan Penerapan standar terapi di puskesmas

Penyebab Secara garis besar ular berbisa dapat dikelompokan dalam 3 kelompok:
Colubriddae (Magroce cat snake, Bioga dendrophilia, dan lain-lain)
Elapidae (King cobra, Blue coral snake, Sumatra spitting cobra, dan lain-lain)
Viperidae (Borneo green pit viper, Sumatra pit viper, dan lain-lain)
Gambaran Klinis Umumnya gigitan ular tidak beracun, misalnya ular air dan hanya
memerlukan tatalaksana sederhana, namun bila jenis ular tidak diketahui,
maka sebaiknya dilakukan upaya pencegahan dengan Serum Anti Bisa Uar
Poliven.
Kemungkinan ini dicurgai bila ada riwayat digigit ular
Penderita mungkin :
- Tampak kebiruan
- Pingsan
- Lumpuh
- Sesak nafas
Efek yang di timbulkan akibat gigitan ular dapat dibagi tiga:
1. Efek lukal.
Beberapa species seperti coral snake, krait akan memberikan efek yang
agak sulit di deteksi dan hanya bersifat minor tetapi beberapa jenis species,
gigitannya dapat menghasilkan efek yang cukup besar seperti: bengkak,
melepuh, perdarahan, memar sampai dengan nekrosis. Yang mesti di
waspadai adalah terjadinya syok hipovolemik sekunder yang diakibatkan
oleh berpindahnya cairan vaskular ke jaringan akibat efek sistemik bisa ular
tersebut.
2. Efek sistemik
Gigitan ular ini akan menghasilkan efek yang non-spesifik seperti : nyeri
kepala, mual dan muntah, nyeri perut, diare sampai pasien menjadi kolaps.
Gejala yang ditemukan seperti ini sebagai tanda bahaya bagi petugas
kesehatan untuk memberi pertolongan segera.
3. Efek sistemik spesifik
Efek sitemik spesifik dapat dibagi berdasarkan:
Koagulopati
Beberapa spesies ular dapat menyebabkanterjadinya koagulopati.
Tanda-tanda klinis yang dapat ditemukan adalah keluarnya darah terus
menerus dari tempat gigitan, venipuncture dari gusi dan bila
berkembang akan menimbulkan hematuria, haematomesis, melena, dan
batuk darah
Neurotostik
Gigitan ular ini dapat menyebabkan terjadinya flaccid paralysis. Ini
biasanyaberbahaya bila terjadi paralisis pada pernafasan. Biasanya
tanda-tanda yang pertama dijumpai adalah pada saraf kranial seperti
ptosis, oftalmoplegia progresif bila tidak mendapat anti venom akan
terjadi kelemahan anggota tubuh dan paralisis pernafasan. Biasanya full
paralysis akan memakan waktu +12 jam, pada beberapa kasus biasanya
menjadi lebih cepat 3 jam setelah gigitan.
Miotoksisitas
Mitoksisitas hanya akan ditemukan bila seseorang diserang atau digigit
oleh ular laut. Ular yang berada didaratan biasanya tidak ada yang
menyebabkan terjadinya miotoksisitas berat. Gejala dan tanda adalah :
nyeri otot, tenderness, mioglobinuria dan berpotensi untuk terjadinya
gagal ginjal, hiperglikemia dan kardiotoksisitas.
Diagnosis Adanya riwayat gigitan disertatai gejala/tanda gigitn ular berbisa baik berupa
efek lokal (tempat gigitan) maupun efek sistemik spesifik.

Penatalaksanaan Pertolongan pertama pada gigitan ular :


- Bila yang digigit anggotan badan, gunakan tali putar silang disebelah
atas luka. Putar tali sedemikian kencangsamapi denyut nadi di ujung
anggota hampit tidak teraba. Ikatan dikendorkan tiap 15 menit salama 1
menit
- Jika gigitan terjadidalam waktu kurang dari setengah jam, buatlah
sayatan silang ditempat gigitan samapaidarah keluar dan sedotlah pai
alat penyedot, jangan sekali kali pakai mulut.
- Bila tersedia, suntikan Anti Bisa Ular (ABU) polivalen i.v dan disekitar
luka.
- ATS atau Penisilin procain 900.000 IU dapat dipertimbangkan sebagai
profilaksis
- Bila terjadi gejala umum seperti syok, lumpuh dan sesak nafas,
penderita harus segera dirujuk ke rumah sakit

Output Tata laksana kasus Gigitan Ular sesuai standar therapy Puskesmas.

Daftar Pustaka Departemen kesehatan RI, 2007, Pedoman Pengobtan Dasar di Puskesmas
2007, cetakan tahun 2008, Depkes RI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai