Dosen Pengampu:
Irma Rosalina, M.Pd
Disusun Oleh:
Faiz 932212016
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah S.W.T atas selesainya makalah
ini yang berjudul:”Metode Pembelajaran”. Makalah ini telah saya susun dengan
semaksimal mungkin dan mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar proses pembuatan laporan ini. Untuk itu saya menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Selaku dosen pengampu yakni ibu Irma Rosalina,M.Pd. yang telah
memberikan kepercayaannya untuk menyelesaikan makalah ini.
2. Orang tua saya yang telah memberikan dukungan baik secara moral
maupun finansial.
3. Petugas perpustakaan STAIN Kediri yang telah mengizinkan dan
membantu saya dalam mencari referensi guna mempertajam isi dari
makalah saya.
4. Teman-teman yang telah membantu memberi ide dan saran kepada saya
selaku penyusun.
Penyusun
ii
Daftar isi
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
LATAR BELAKANG...........................................................................................iv
BAB II: PEMBAHASAN
A. Metode Pembelajaran Siap (Drill).............................................................1
B. Tahap Kegiatan..........................................................................................3
C. Tujuan Metode Pembelajaran....................................................................5
D. Tugas Peserta Didik...................................................................................5
E. Peran Guru.................................................................................................6
F. Kelebihan dan Kelemahan.........................................................................6
BAB III: PENUTUP
Kesimpulan............................................................................................................9
Saran......................................................................................................................9
Daftar Pustaka.......................................................................................................10
iii
BAB I
LATAR BELAKANG
Metode mengajar adalah cara guru memberikan pelajaran dan cara murid
menerima pelajaran pada waktu pelajaran berlangsung, baik dalam bentuk
memberitahukan atau membangkitkan. Oleh karena itu, peranan metode
pengajaran ialah sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar yang
kondusif. Dengan metode ini diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa
sehubungan dengan mengajar guru, dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif
antara guru dengan siswa. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak
atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang
dibimbing. Oleh karenanya metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat
menumbuhkan kegiatan belajar siswa dan sesuai dengan kondisi pembelajaran.
Untuk memperoleh suatu ketangkasan atau ketrampilan latihan dari apa
yang telah dipelajari, karena hanya dengan melakukannya secara praktis
pengetahuan tersebut dapat disempurnakan dan disiap-siagakan. Akan tetapi
dengan mengulangi saja apa yang sudah dipelajari belum berarti proses belajar.
Malahan pada masa lampau telah terbukti didalam cara-cara guru men-”drill”
murid-murid mereka bahwa pada murid-murid mudah timbul satu kebencian
belajar. Itulah sebabnya perlu dipahami dalam situasi mana patut dilakukan
latihan-lathan siap (drill) guna memastikan murid-murid memahami dan
menguasai materi yang telah disampaikan oleh guru mereka.
Dari definisi metode mengajar, maka metode latihan siap (drill) adalah
suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar
siswa memiliki ketangkasan atau ketrampilan yang lebih tinggi dari apa yang
dipelajari.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
4
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Studi Kompetensi Guru, (Bandung:
PT. Rosda Karya, 2006), hlm. 133
5
Zuhairini, dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hlm.
106.
6
Mahfud Shalahuddin, Metodologi Pengajaran Agama, (Surabaya:Bina Ilmu, 1987), hlm. 100
7
Winarno Surakmad, op. cit. hlm. 80
2
a. Kecakapan sebagai peneyempurnaan daripada suatu arti dan bukan
hasil dan bukan hasil proses mekanis semata-mata. Kecakapan artinya
melakukan pekerjaan dengan pengertian. Kecakapan itu sendiri tidak
berarti apa-apa jika terpisah dari situasi yang fungsionil. Latihan
jangan dahulu dimulai, jika siswa belum mempunyai pengetahuan
dasar.
b. Kecakapan itu tidak benar, jika hanya mementingkan intensitas
pertemuan yang dapat dicapai dengan pengulangan yang tidak
menggunakan fikiran, sebab kenyataan bertindak atau berbuat itu harus
sesuai dengan situasi.
c. Ada dua fase untuk mendapatakan kecakapan:
1. Fase integratif di mana persepsi dari proses dan arti dikembangkan
menurut variasi praktek yang berarti sering melakukan hubungan
fungsionil dan aktivitas penyelidikan.
2. Fase penyempurnaan di mana ketelitian dapat dikembangkan
menurut praktek yang berulang kali.8
3
1. Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa.
2. Tentukan dengan jelas keterampilan secara spesifik dan berurutan.
3. Tentukan rangkaian gerakan atau langkah yang harus dikerjakan untuk
menghindari kesalahan.
4. Lakukan kegiatan pradrill sebelum menerapkan metode ini secara
penuh.
b. Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap ini terdapat beberapa langkah yang harus dijalani yakni:
1. Langkah Pembukaan
Dalam langkah pembukaan, beberapa hal yang perlu dilaksanakan oleh
guru diantaranya mengemukakan tujuan yang harus dicapai, bentuk-
bentuk latihan yang akan dilakukan.
2. Langkah pelaksanaan
a. Memulai latihan dengan hal-hal yang sederhana dahulu.
b. Ciptakan suasana yang menyenangkan/menyejukkan.
c. Yakinkan bahwa semua siswa tertarik untuk ikut.
d. Berikan kesempatan kepada siswa untuk terus berlatih.
3. Langkah mengakhiri
Apabila latihan sudah selesai, maka guru harus terus memberikan
motivasi untuk siswa terus melakukan latihan secara
berkesinambungan sehingga latihan yang diberikan dapat semakin
melekat, terampil dan terbiasa.
c. Penutup
Melaksanakan perbaikan terhadap kesalahan-kesalahan yang dilaksanakan
oleh siswa. Memberikan latihan penenangan.9
9
Basyiruddin Usman. Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002) hlm
41
4
a. Memiliki ketrampilan motoris/gerak, misalnya menghafal katakata,
menulis, mempergunakan alat, membuat suatu bentuk, atau
melaksanakan gerak dalam olah raga.
b. Mengembangkan kecakapan intelektual, seperti mengalikan, membagi,
menjumlah, mengurangi, dan menarik akar dalam hitung mencongak.
Mengenal benda/bentuk dalam pelajaran matematika, ilmu kimia,
tanda baca dan sebagainya.
c. Memiliki kemampuan menghubungkan antara suatu keadaan, misalnya
hubungan sebab akibat banyak hujan maka akan terjadi banjir, antara
huruf dan bunyi, dll.
d. Dapat menggunakan daya pikirnya yang makin lama makin bertambah
baik, karena dengan pengajaran yang baik maka anak didik akan
menjadi lebih baik teratur dan lebih teliti dalam mendorong
ingatannya.
e. Pengetahuan anak didik akan bertambah dari berbagai segi dan anak
didik tersebut akan memperoleh pemahaman yang lebih baik dan lebih
mendalam.10
E. Peran Guru
10
Arief Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:Intermasa, 2002) hlm.
175
5
Aspek untuk kesuksesan pelaksanaan metode drill itu diperlukan guru
yang mampu memperhatikan dan mengimplementasikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan atau perintah-perintah beserta
jawabannya.
2. Mengajukan pertanyaan secara lisan, tertulis, atau memberikan
perintah untuk melakukan sesuatu.
3. Mendengarkan jawaban lisan atau memeriksa jawaban tertulis atau
melihat gerakan yang dilakukan.
4. Mengajukan kembali berulang-ulang pertanyaan atau perintah yang
telah diajukan dan didengar jawabannya.
6
Adapun kelemahan dari metode drill dalam dunia pendidikan
diantaranya adalah:
a. Menghambat bakat dan inisiatif siswa.
Mengajar dengan metode drill, berarti minat dan inisiatif siswa
dianggap sebagai gangguan dalam belajar atau dianggap tidak
layak dan kemudian dikesampingkan. Para siswa dibawa kepada
kofomuitas dan diarahkan menjadi uniformitas.
b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
Perkembangan inisiatif di dalam menghadapi situasi- situasi baru
dimatikan. Di dalam menghadapi situasi baru atau masalah baru
pelajar menyelesaikan persoalan dengan cara yang statis. Hal ini
bertentangan dengan prinsip belajar dimana siswa seharusnya
mengorganisasi kembali pengetahuan dan pengalamannya sesuai
dengan situasi baru yang mereka hadapi.
c. Membentuk kebiasaan yang kaku.
Dengan metode latihan siswa belajar secara mekanis. Dalam
memberikan respon terhadap suatu stimulus siswa dibiasakan
secara otomatis. Kecakapan siswa dalam memberikan respon
stimulus dilakukan secara otomatis tanpa menggunakan inteligensi.
d. Menimbulkan verbalisme.
Setelah mengajarkan bahan pelajaran kepada siswa berulang kali,
guru mengadakan ulangan lebih- lebih jika menghadapi ujian,
siswa dilatih menghafalkan pertanyaan- pertanyaan. Mereka harus
tahu, dan menghafal jawaban- jawaban atau pertanyaan-
pertanyaan tertentu. Siswa harus dapat menjawab soal- soal secara
otomatis. Karena itu proses belajar lebih realistis menjadi terdesak,
dan sebagai gantinya timbullah respon- respon yang terus menerus
bersifat verbalistis.
7
Kelemahan-kelemahan diatas dapat diatasi dengan memperhatikan hal-hal berikut
ini:
1. Guru mengarahkan anak didik untuk memberikan respon yang maksimal
dan reaksi yang tepat.
2. Jika terdapat kesulitan pada anak didik saat merespons, mereaksi,
hendaknya guru segera meneliti sebab-sebab yang menimbulkan kesulitan
tersebut.
3. Berikanlah segera penjelasan-penjelasan, baik bagi reaksi atau respons
yang betul maupun yang salah. Hal ini perlu dilakukan agar siswa dapat
mengevaluasi kemajuan dari latihannya.
4. Usahakan siswa memiliki ketepatan merespon kemudian kecepatan
merespon.
5. Istilah-istilah baik berupa kata-kata maupun kalimat yang dilakukan dalam
latihan hendaknya dimenegrti oleh anak didik.12
12
Yusuf, dkk., Metode Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1997), hlm. 66
8
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
1. Metode Drill ialah suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara
mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar
siswa memiliki ketangkasan atau ketrampilan yang lebih tinggi dari apa
yang telah dipelajari.
2. Tujuan metode drill (latihan siap) adalah untuk memperoleh suatu
ketangkasan, keterampilan tentang sesuatu yang dipelajari anak dengan
melakukannya secara praktis pengetahuan-pengetahuan yang dipelajari
anak itu dan siap dipergunakan bila sewaktu-waktu diperlukan.
3. Sebelum latihan dimulai, siswa hendaknya diberi pengertian yang
mendalam tentang apa yang dilatihkan, latihan untuk pertama kalinya
hendaknya bersifat diagnostis, kemudian mengadakan perbaikan lalu
penyempurnaan, waktu singkat, disesuaikan dengan taraf kemampuan
siswa, hendaknya mendahulukan hal-hal yang esensial dan berguna.
4. Adapun kelebihan metode Driil yaitu: Dalam waktu relatif singkat, cepat
dapat diperoleh penguasaan dan keterampilan yang diharapkan. Para murid
akan memiliki pengaturan yang siap. Akan menanamkan pada nak-anak
kebiasaan belajar secara rutin dan disiplin.
5. Adapun kelemahan dari metode Drill diantaranya: Menghambat bakat dan
inisiatif siswa. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
Perkembangan inisiatif di dalam menghadapi situasi- situasi baru
dimatikan. Membentuk kebiasaan yang kaku. Menimbulkan verbalisme.
SARAN
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami selaku
penyusun mohon diberi saran dan kritik yang membagun guna terciptanya
makalah yang lebih baik di waktu yang akan datang.
9
DAFTAR PUSTAKA
10