Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Sublimapsi e-ISSN 2716-

2(1), (Januari) 2021, 9- 1854 p-ISSN

Beban Kerja dan Stres Kerja Perawat


.
Putri Fitrah Alam1, Waode Suarni2 & Ida Sriwaty Sunarjo 3
Jurusan Psikologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo
putrifitrahalam@gmail.com1, waodesuarni@yahoo.com2, ida_sunarjo@ymail.com3

Abstrak : Stres merupakan masalah umum yang terjadi dalam kehidupan umat manusia
dikarenakan stres sudah menjadi bagian hidup yang tidak bisa terelakkan. Seseorang yang
rentan mengalami stres salah satunya adalah perawat terutama perawat yang bekerja di
Rumah Sakit Jiwa karena pasien yang ditangani bukan pasien yang sakit secara fisik
melainkan secara psikis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara beban
kerja dengan stres kerja pada perawat Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara. Jenis
penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Populasi penelitian berjumlah 78 perawat.
Subjek penelitian dipilih menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria perawat
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara yang berusia 26 sampai 35 tahun dengan masa
kerja 1 sampai 4 tahun sehingga diperoleh 40 subjek. Instrumen penelitian menggunakan
skala beban kerja dan skala stres kerja. Teknik analisis data menggunakan formula korelasi
Product Moment Pearson dengan menggunakan SPSS (Statistical Package for the Social
Sciences) versi 23.0. Hasil uji statistik menunjukkan beban kerja dengan kategori sedang
sebanyak 75% sedangkan stres kerja kategori sedang sebanyak 67,5%. Koefisien korelasi yang
diperoleh sebesar 0,450 dengan nilai signifikansi 0,004. Nilai korelasi yang diperoleh
bertanda positif menunjukkan ada hubungan positif antara beban kerja dengan stres kerja pada
perawat Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara sehingga hipotesis penelitian diterima.

Kata kunci : beban kerja ; rumah sakit jiwa ; stres kerja

Abstract : Stress is a common problem that occurs in human life, because stress has become
an inevitable part of life. One person who is prone to experiencing stress is a nurse,
especially a nurse who works in a Mental Hospital, because the patient is not only serving
physically but psychologically. This study aims to see the relationship between workload and
work stress on nurses at the Mental Hospital in Southeast Sulawesi Province. This type of
quantitative research with a correlational design. The study population was probably 78
nurses. The research subjects were selected using a purposive sampling technique with
criteria as criteria for nurses at the Mental Hospital of Southeast Sulawesi Province aged 26
to 35 years with 1 to 4 years working period in order to obtain 40 subjects. The research
instrument used a workload scale and a work stress scale. The data analysis technique used a
formula using Pearson's Product Moment using SPSS (Statistical Package for Social
Sciences) version 23.0. The results of statistical tests showed that the workload in the medium
category was 75% while the work stress in the moderate category was 67.5%. The coefficient
obtained is 0.450 with a significance value of 0.004. The value obtained which is obtained is
positive indicating that there is a positive relationship between workload and work stress in
the Southeast Sulawesi Province Mental Hospital nurses so that they are accepted.

Keywords : psychiatric hospital; workload; work stress

Putri Fitrah Alam1, Waode Suarni2 & Ida Sriwaty Sunarjo3 | 10


Jurnal Sublimapsi e-ISSN 2716-
2(1), (Januari) 2021, 9- 1854 p-ISSN

Pendahuluan Berdasarkan data yang diperoleh


Stres merupakan masalah umum dari admin bagian kepegawaian pada bulan
yang terjadi dalam kehidupan umat September 2019, Rumah Sakit Jiwa
manusia. Hal ini dikarenakan stres sudah provinsi Sulawesi Tenggara memiliki 10
menjadi bagian hidup yang tidak bisa ruang perawatan yang terdiri dari ruang
terelakkan. Baik pada lingkungan kerja, flamboyan, ruang melati, ruang matahari,
keluarga, atau dimanapun, stres bisa ruang akut, ruang srikandi, ruang asoka,
dialami oleh seseorang. Dengan kata lain, ruang UGD (Unit Gawat Darurat), ruang
stres pasti terjadi pada siapapun termasuk anggrek, ruang mawar dan ruang delima.
perawat dan akan menjadi masalah apabila Data mengenai jumlah perawat pada bulan
stres tersebut tidak dapat diatasi. Hal ini September 2019 yang diperoleh dari ruang
didukung oleh pendapat Muatsiroh dan kepegawaian Rumah Sakit Jiwa adalah 78
Siswati (2017) bahwa salah satu pekerjaan orang.
yang rentan mengalami resiko stres adalah Perawat Rumah Sakit Jiwa sebagai
perawat. Dalam melaksanakan tenaga kesehatan memiliki tuntutan kerja
pengabdiannya, seorang perawat tidak yang tinggi. Tekanan-tekanan dalam
hanya berhubungan dengan pasiennya merawat orang lain, menyaksikan situasi
tetapi juga dengan keluarga pasien, teman yang menyakitkan, dan intensitas interaksi
pasien, rekan kerja sesama perawat, yang tinggi terhadap pasien, keluarga
berhubungan dengan dokter, peraturan pasien maupun staf kesehatan lain
yang ada di tempat kerja serta beban kerja membuat perawat harus pandai dalam
yang kadangkala dinilai tidak sesuai mengatur diri, baik dari segi sikap maupun
dengan kondisi fisik, psikis dan emosi. Seringkali perawat menghadapi
emosionalnya (Almasitoh, 2011). situasi yang tidak menyenangkan di tempat
Seseorang yang rentan mengalami stres kerjanya disebabkan karena perilaku
salah satunya adalah perawat terutama pasien yang mampu membuat perawat
perawat yang bekerja di Rumah Sakit Jiwa kehilangan konsentrasi. Selain itu, perawat
karena pasien yang mereka tangani bukan juga harus menghadapi komplain dari
pasien yang sakit secara fisik melainkan keluarga pasien yang kurang puas terhadap
secara psikis. Hal ini membuat perawat pelayanan yang dilakukan. Perawat
kesulitan melakukan komunikasi dengan dituntut bekerja secara profesional serta
pasien yang berkaitan dengan tindakan mampu melakukan komunikasi secara
keperawatan yang dilakukan (Eliyana, baik. Hal-hal tersebut terus terulang setiap
2016). Berdasarkan informasi yang hari sehingga membuat perawat
diperoleh dari perawat pada bulan dihadapkan pada situasi yang penuh
September 2019, diketahui bahwa mereka dengan tuntutan (Setiyana, 2013). Perawat
juga membutuhkan adaptasi selama dengan tuntutan kerja yang tinggi
menangani pasien karena tidak sedikit menyebabkan aktivitas kerja yang
perawat yang merasa takut dan waspada meningkat sehingga waktu istirahat akan
saat menangani pasien jiwa. berkurang. Hal tersebut dikarenakan
Rumah Sakit Jiwa merupakan banyaknya jumlah pasien yang akan
rumah sakit khusus yang merawat pasien menerima pelayanan dari perawat (Kirana
gangguan mental serta menyelenggarakan & Dwiyanti, 2017). Tuntutan dari pihak
kegiatan pelayanan, pendidikan dan organisasi dan interaksi dengan pekerjaan
penelitian (Budi, 2011). Terdapat satu serta beban kerja yang berat akan
Rumah Sakit Jiwa di Sulawesi Tenggara mendatangkan konflik bagi perawat.
yaitu Rumah Sakit Jiwa yang terletak di Berdasarkan informasi yang
Kelurahan Tobuuha, Kecamatan Puuwatu, diperoleh dari beberapa perawat Rumah
Kota Kendari. Sakit Jiwa pada bulan Oktober 2019
diketahui bahwa Perawat Rumah Sakit

11 | Beban Kerja dan Stres


Jurnal Sublimapsi e-ISSN 2716-
2(1), (Januari) 2021, 9- 1854 p-ISSN
Jiwa sering memiliki beberapa masalah Orang-orang yang mengalami stres
saat menjalankan pekerjaannya, seperti akan merasakan kekhawatiran yang
menghadapi beberapa pasien yang berlebihan sehingga mereka sering
mengamuk ataupun gelisah dan pasien menjadi mudah marah, agresif, tidak dapat
yang menolak memberikan respon kepada rileks atau memperlihatkan sikap yang
perawat ketika diajak berkomunikasi tidak kooperatif yang akan berdampak
sehingga membuat perawat stres. Ketika pada kinerja seseorang. Hal ini didukung
hal ini terus terjadi, kondisi psikologis oleh pendapat Robbins & Judge (2016)
perawat akan menurun, ia menjadi tertekan mendefinisikan stres kerja sebagai beban
dan merasa tidak nyaman dengan kerja yang berlebihan, perasaan susah dan
pekerjaannya sehingga keadaan ini dapat ketegangan emosional yang menghambat
mengakibatkan stres kerja. Ketika indikasi performance individu.
stres sudah muncul pada perawat, mereka Perilaku pasien gangguan jiwa
akan cenderung memiliki kinerja yang yang sulit diprediksikan dan berbahaya
buruk dalam hal kualitas perawatan pasien, juga menuntut perawat untuk lebih berhati-
seperti menjadi kurang konsentrasi, mudah hati dan waspada dalam memberikan
lelah dan terkadang muncul perilaku yang perawatan. Berbagai cara yang dilakukan
kurang profesional sehingga pelayanan oleh perawat untuk mengatasi agresivitas
terhadap pasien menjadi kurang optimal pasien yang diarahkan padanya akan
(Isnainy, Furqoni, Aryanti & Asdi, 2019). menimbulkan berbagai dampak negatif
Stres di tempat kerja sering baik pada diri perawat sendiri maupun
disebabkan karena adanya ketidaksesuaian pasien. Jumlah pasien yang selalu berubah
antara kemampuan seseorang dengan dan kondisi pasien yang bervariasi
tuntutan tugas yang diterima. Hal ini membuat perawat sangat mudah
sesuai dengan pendapat Maharani & mengalami kelelahan (Pongantung,
Budianto (2019) bahwa stres kerja perawat Kapantouw & Kawatu, 2018). Situasi yang
terjadi apabila dalam bertugas tidak kondusif seperti perilaku agresif
mendapatkan beban kerja yang melebihi harus segera diatasi agar tidak berakibat
kemampuannya sehingga perawat tersebut buruk bagi pasien dan perawat
tidak mampu memenuhi atau (Permatasari & Utami, 2018). Apabila
menyelesaikan tugasnya. Haryanti, Aini & situasi yang menekan ini tidak segera
Purwaningsih (2013) berpendapat bahwa diatasi, tidak menutup kemungkinan akan
kondisi dan beban kerja masing-masing memunculkan stres pada diri perawat.
ruangan perlu diketahui agar dapat Stres kerja merupakan ancaman bagi
ditentukan kebutuhan kuantitas dan orang-orang yang bekerja di bidang
kualitas tenaga perawat yang diperlukan industri kesehatan karena mereka
agar tidak terjadi beban kerja yang tidak bertanggung jawab untuk menyediakan
sesuai yang dapat menyebabkan stres perawatan kesehatan (Puteri & Syaebani,
kerja. Stres kerja adalah suatu kondisi 2018).
yang memicu ketegangan dan Penelitian yang dilakukan oleh
menimbulkan ketidakseimbangan fisik dan Lasima (Kalendesang, Hendro & Reginus,
psikis yang dapat berpengaruh terhadap 2017) menemukan bahwa beban kerja
emosi, proses berpikir, dan kondisi yang berlebihan yang tidak segera diatasi
seseorang (Fahmi, 2016). Apabila perawat maka akan menjadi sumber yang potensial
tidak siap dengan kondisi tersebut dapat munculnya stres kerja pada perawat.
menimbulkan ketegangan pada perawat Segala macam bentuk stres pada dasarnya
yang berakibat timbulnya stres yang disebabkan oleh kurang mengertinya
dapat mempengaruhi kondisi dari perawat manusia akan keterbatasan dirinya sendiri
itu sendiri. (Anoraga, 2014). Lebih lanjut dijelaskan
bahwa seseorang yang kurang mampu

Putri Fitrah Alam1, Waode Suarni2 & Ida Sriwaty Sunarjo3 |


Jurnal Sublimapsi e-ISSN 2716-
2(1), (Januari) 2021, 9- 1854 p-ISSN

mengerjakan tugas-tugas yang diberikan pasien dengan standar 1:10 tidak seimbang
dapat menyebabkan stres kerja. Hal ini karena akan menyebabkan perawat
didukung oleh penelitian Purbaningrat memiliki beban kerja yang lebih banyak
(2015) bahwa ada hubungan yang sehingga memicu stres kerja.
signifikan antara beban kerja dengan stres Wawancara dilakukan di Rumah
kerja artinya jika beban kerja rendah maka Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara
stres kerja juga memiliki nilai yang rendah pada tanggal 3 Oktober 2019, tepatnya
dan sebaliknya apabila beban kerja tinggi dilakukan terhadap 3 perawat di ruang
maka akan mengakibatkan stres kerja yang Flamboyan. Berdasarkan hasil wawancara
tinggi pula. tersebut diketahui bahwa salah satu
Data yang diperoleh dari admin perawat ruang Flamboyan mengeluhkan
ruang kepegawaian pada bulan Oktober asuhan keperawatan yang dilakukan cukup
2019 diketahui perawat Rumah Sakit Jiwa berat sebab pasien yang ditangani bukan
Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki pasien yang mengalami gangguan
uraian tugas-tugas yang terdiri dari; kesehatan secara fisik melainkan secara
melakukan pengkajian keperawatan dasar, psikis. Perawat tersebut mengaku stres
melakukan massage pada kulit tertekan karena menangani pasien yang agresif
serta memfasilitasi keluarga untuk sebab terkadang mendapat perlakuan yang
mengekspresikan perasaan. Selain itu, tidak menyenangkan seperti disiram
perawat melakukan komunikasi terapeutik dengan air, diludahi bahkan dipukul oleh
dalam pemberian asuhan keperawatan, pasien. Bentuk stres perawat dapat dilihat
melakukan restrain/fiksasi pada pasien dari seringnya perawat berbicara kepada
dalam rangka melakukan upaya preventif, pasien dengan intonasi suara yang tinggi,
melakukan dokumentasi proses sedangkan 2 perawat lainnya mengaku
keperawatan pada tahap pengkajian mendapat perlakuan agresif dari pasien,
keperawatan. Adapun tugas lainnya adalah tetapi hal itu dijadikan sebagai tantangan
melakukan dokumentasi pelaksanaan dalam diri sehingga dapat terhindar dari
tindakan keperawatan, memfasilitasi stres. Selain itu, perawat di ruang
suasana lingkungan yang tenang dan aman, flamboyan berjumlah 11 orang dengan
memfasilitasi kebutuhan spiritual klien dan pasien sebanyak 32 orang. Shift kerja yang
memberikan dukungan dalam kehilangan diterapkan ialah tiga rotasi yaitu shift pagi
ataupun berduka serta kematian. pukul 08.00-14.00 WITA dengan jumlah
Berdasarkan data jumlah pasien perawat 4-5 orang karena pasien rawat
yang diperoleh dari admin ruang Rekam inap lebih banyak masuk saat pagi hari.
Medik Rumah Sakit Jiwa pada bulan Shift sore dimulai pukul 14.00-21.00
Oktober 2019, jumlah rata-rata pasien WITA dengan jumlah perawat 2-3 orang
rawat jalan dari bulan Januari sampai dan shift malam mulai pukul 21.00-08.00
Oktober 2019 adalah 839 pasien WITA dengan jumlah perawat adalah 2-3
sedangkan jumlah rata-rata pasien rawat orang.
inap dari bulan Januari sampai Oktober Begitu pula hasil wawancara yang
2019 adalah 276 pasien. Dapat dilakukan pada tanggal 5 Oktober 2019
disimpulkan ada rasio antara jumlah kepada 3 perawat ruang UGD (Unit Gawat
perawat dan jumlah pasien. Biasanya 1 Darurat). Dari 3 perawat yang di
perawat Rumah Sakit Jiwa melakukan 1 wawancara, 2 orang perawat mengaku
sampai 2 tugas kepada 10 sampai 14 biasa saja saat merawat pasien agresif.
pasien karena kurangnya jumlah perawat Ketika perilaku agresif muncul, perawat
yang tersedia dalam setiap shift. Tugas- mengikat pasien dan memberikan suntikan
tugas perawat harus diselesaikan dalam obat. Perawat mengaku stres apabila ada
satu hari kerja. Menurut Febriani (2017) pasien yang sudah dipulangkan tetapi
bahwa rasio antara jumlah perawat dan bersamaan dengan datangnya pasien

13 | Beban Kerja dan Stres


Jurnal Sublimapsi e-ISSN 2716-
2(1), (Januari) 2021, 9- 1854 p-ISSN
agresif yang baru sementara jumlah nilai reliabilitas dengan melihat skor
perawat yang berjaga di ruangan biasanya Cronbach’s alpha. Adapun nilai
hanya 1 orang. Sedangkan 1 perawat reliabilitas skala beban kerja adalah 0,816
lainnya mengaku masih takut menghadapi sedangkan nilai reliabilitas skala stres
pasien sehingga masih membutuhkan kerja adalah 0,885.
bantuan perawat lain saat menghadapi Definisi operasional mengenai
agresivitas pasien. Maka dari itu dengan variabel penelitian ini yaitu beban kerja
memperhatikan permasalahan dan data menurut Hart dan Staveland (Dhania,
yang diperoleh, peneliti berasumsi bahwa 2010) merupakan perbedaan antara
ada hubungan antara beban kerja dengan kemampuan dengan tuntutan tugas yang
stres kerja pada perawat Rumah Sakit Jiwa dilakukan oleh perawat Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Sulawesi Tenggara. Provinsi Sulawesi Tenggara dan harus
diselesaikan dalam waktu tertentu yang
Metode Penelitian terdiri dari tingginya tuntutan dalam
Penelitian ini menggunakan mengawasi pasien (mental demand),
metode kuantitatif dengan desain menulis laporan atau dokumentasi dari
korelasional. Terdapat dua variabel dalam setiap tindakan keperawatan yang
penelitian ini yaitu variabel beban kerja dilakukan kepada pasien (physical
sebagai variabel bebas dan variabel stres demand), tugas harus diselesaikan sebelum
kerja sebagai variabel terikat. Populasi pergantian shift (temporal demand), harus
penelitian berjumlah 78 perawat. Sampel mampu membuat pasien yang agresif
penelitian dipilih menggunakan teknik merasa tenang (performance), bekerja
purposive sampling sehingga diperoleh 40 lembur untuk menyelesaikan tugas (effort),
subjek. Kriteria subjek penelitian adalah dan perasaan tidak aman ketika berada di
perawat Rumah Sakit Jiwa Provinsi ruangan pasien (frustation level).
Sulawesi Tenggara yang berusia 26 sampai Sedangkan stres kerja menurut Robbins &
35 tahun dengan masa kerja 1 sampai 4 Judge (2016) adalah beban kerja yang
tahun. berlebihan dan perasaan tertekan yang
Instrumen pengumpulan data yang dialami perawat Rumah Sakit Jiwa
digunakan adalah skala beban kerja Provinsi Sulawesi Tenggara dalam
sebanyak 35 aitem dan skala stres kerja menghadapi pekerjaannya yang terjadi
dengan jumlah aitem sebanyak 45 aitem. karena adanya kesenjangan antara
Validitas skala penelitian ini menggunakan kemampuan dengan tuntutan dari
koefisien validitas isi Aiken’s V yang pekerjaannya yang dapat dilihat dari
dirumuskan untuk menghitung content- fisiologis (otot terasa kaku dan kelelahan),
valid coefficient yang didasari oleh psikologis (cemas dan mudah marah), dan
penilaian para ahli. Hasil uji coba skala perilaku (belum berada di rumah sakit saat
beban kerja menunjukkan bahwa dari 59 waktu menunjukkan shift kerja serta tidur
item yang telah dianalisis, 35 item tidak teratur).
dinyatakan valid sedangkan 24 item Penelitian ini menggunakan
lainnya dikatakan gugur karena tidak analisis deskriptif untuk memberikan
memenuhi standar koefisien korelasi yang deskripsi mengenai data dari variabel yang
telah ditetapkan yakni ≥ 0,25. Sedangkan diukur. Untuk mengetahui apakah data
hasil uji coba skala stres kerja terdistribusi secara normal yakni
menunjukkan bahwa dari 59 item yang menggunakan teknik Kolmogorov
telah dianalisis, 45 item dinyatakan valid Smirnov, uji linearitas menggunakan test
sedangkan 14 item lainnya dinyatakan from linearity, serta pengujian hipotesis
gugur. Penelitian ini menggunakan SPSS menggunakan teknik Korelasi Product
(Statistical Package for the Social Moment Pearson dengan menggunakan
Sciences) versi 23.0 untuk mengetahui SPSS (Statistical Package for the Social

Putri Fitrah Alam1, Waode Suarni2 & Ida Sriwaty Sunarjo3 |


Jurnal Sublimapsi e-ISSN 2716-
2(1), (Januari) 2021, 9- 1854 p-ISSN

Sciences) versi 23.0. Berdasarkan data tabel di bawah


ini, ditemukan bahwa dari 40 subjek,
Hasil Penelitian dan Pembahasan terdapat 5 subjek yang memiliki tingkat
Pada tabel di bawah ini, dapat kategori stres kerja yang rendah dengan
diketahui bahwa sampel penelitian persentase 12,5%, subjek dalam kategori
berjumlah 40 perawat Rumah Sakit Jiwa sedang sebanyak 27 subjek dengan
Provinsi Sulawesi Tenggara. Pada persentase 67,5% dan 8 subjek dalam
variabel beban kerja diketahui nilai kategori tinggi dengan persentase 20%.
minimum yang diperoleh sama dengan 80,
nilai maksimum sama dengan 117 dengan Tabel 3. Kategorisasi stres kerja
mean yang diperoleh sama dengan 92,32
sehingga diperoleh nilai standar deviasi Kategori Skor N Persentase
sebesar 10,294. Sedangkan pada variabel (%)
stres kerja diketahui nilai minimum yang Rendah
Sedang
X ˂(90,363)
(90,363)≤ X ˂(125,197)
5
27
12,5%
67,5%
diperoleh sama dengan 77, nilai Tinggi (125,197)≤ X 8 20%
maksimum sama dengan 143 dengan Jumlah 40 100%

mean yang diperoleh sama dengan 107,78


sehingga diperoleh nilai standar deviasi Tabel di bawah ini menjelaskan
sebesar 17,417. hubungan beban kerja dengan stres kerja.
Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat 1
Tabel 1. Data deskriptif penelitian perawat yang memiliki beban kerja rendah
N Xmin Xmax Mean Standar
dan stres kerja yang tinggi. Dari data
deviasi tersebut tidak terdapat perawat yang
Beban 40 80 117 92,32 10,294 memiliki beban kerja tinggi namun
Kerja memiliki stres kerja dalam kategori
Stres 40 77 143 107,78 17,417
Kerja rendah.
Data lain ditemukan terdapat 5
Deskriptif data penelitian di atas perawat yang memiliki beban kerja tinggi
dapat dijadikan dasar dalam dengan stres kerja yang tinggi pula.
pengkategorian sampel penelitian. Tujuan Sebanyak 24 perawat yang memiliki beban
dari kategorisasi ini untuk menempatkan kerja sedang juga memiliki stres kerja
subjek ke dalam kelompok-kelompok yang sedang dan pada kategori perawat
yang berjenjang, menurut rangkaian yang memiliki beban kerja dalam kategori
berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, rendah dan stres kerja rendah, terdapat 1
2017). perawat yang mengalami kondisi tersebut.
Berdasarkan data tabel di bawah
ini, ditemukan bahwa dari 40 subjek, Tabel 4. Kategorisasi tingkat beban kerja
terdapat 4 subjek yang memiliki tingkat dengan stres kerja
kategori beban kerja yang rendah dengan
Stres Beban Kerja
persentase 10%, subjek dalam kategori Kerja Total
Tinggi Sedang Rendah
sedang sebanyak 30 subjek dengan Tinggi 5 2 1 8
persentase 75%, dan 6 subjek dalam Sedang 1 24 2 27
kategori tinggi dengan persentase 15%. Rendah 0 4 1 5
Total 6 30 4 40
Tabel 2. Kategorisasi beban kerja
Uji normalitas data pada tabel di
Kategori Skor N Persentase
(%)
bawah ini menggunakan teknik One-
Rendah X ˂(82,026) 4 10% Sample Kolmogorov-Smirnov dengan
Sedang (82,026)≤ X ˂(102,614) 30 75%
Tinggi (102,614)≤ X 6 15% SPSS 23.0 for windows. Hasilnya
Jumlah 40 100% menunjukkan nilai signifikansi pada
variabel beban kerja sebesar 0,058

15 | Beban Kerja dan Stres


Jurnal Sublimapsi e-ISSN 2716-
2(1), (Januari) 2021, 9- 1854 p-ISSN
sedangkan pada variabel stres kerja nilai Sulawesi Tenggara. Kriteria sampel
signifikansi yang diperoleh adalah 0,210. penelitian adalah perawat yang berusia
Nilai tersebut diketahui lebih besar dari 26-35 tahun dengan masa kerja 1-4 tahun
0,05 (P ≥0,05). Hal ini menunjukkan sehingga diperoleh sampel sebanyak 40
bahwa data dari kedua variabel perawat. Berdasarkan hasil uji korelasi
berdistribusi secara normal. ditemukan bahwa terdapat hubungan
antara kedua variabel tersebut pada
Tabel 5. Uji normalitas perawat Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Sulawesi Tenggara sehingga hipotesis
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Signifikansi Keterangan dalam penelitian ini diterima.
Beban Kerja 0,058 P ≥0,05 (Normal) Penelitian ini berbeda dengan
Stres Kerja 0,210 P ≥0,05 (Normal) penelitian Dewi (2018) yang dilakukan
pada 40 orang kuli panggul yang terikat
Uji linearitas data pada tabel di dalam organisasi SPTI (Serikat Pekerja
bawah ini menggunakan test for linearity Transportasi Indonesia) di Pasar Gede
pada program SPSS 23.0 for windows Surakarta. Hasil penelitiannya
menunjukkan nilai signifikansi deviation menunjukkan tidak ada hubungan antara
from linearity sebesar 0,087. Nilai ini beban kerja dengan stres kerja.
lebih besar dari 0,05 (P≥0,05), Kedua variabel dalam penelitian
menunjukkan bahwa data variabel beban ini yaitu variabel beban kerja dan stres
kerja dan stres kerja memiliki hubungan kerja memiliki hubungan yang signifikan.
yang linear. Hal ini disebabkan karena salah satu
faktor penyebab stres kerja adalah beban
Tabel 6. Uji linearitas kerja Hurrel (Munandar, 2014). Beban
kerja berlebih dan beban kerja terlalu
sedikit dapat menyebabkan stres kerja.
Variabel Sig. deviation Keterangan Beban kerja berlebih timbul sebagai
from linearity
Beban Kerja 0,087 Alat ukur (Linear) akibat dari tugas-tugas yang terlalu
Stres Kerja 0,087 Alat ukur (Linear)
banyak yang diberikan kepada tenaga
kerja untuk diselesaikan dalam waktu
Hasil uji korelasi data di bawah ini tertentu. Beban kerja terlalu sedikit yaitu
menunjukkan nilai signifikansi 0,004. jika tugas tersebut tidak menggunakan
Nilai ini lebih kecil dari 0,01 sehingga keterampilan dan potensi dari tenaga
dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan kerja.
antara beban kerja dengan stres kerja. Berdasarkan hasil penelitian yang
Adapun nilai koefisien korelasi sebesar telah dilakukan diketahui bahwa sebagian
0,450 yang bertanda positif menunjukkan besar perawat Rumah Sakit Jiwa
bahwa adanya hubungan yang positif mengalami stres dalam pekerjaan. Hal ini
antara kedua variabel yang berada pada disebabkan karena banyaknya tuntutan
kategori tinggi. tugas. Perawat Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Sulawesi Tenggara memiliki uraian tugas-
Tabel 7. Uji korelasi tugas yang terdiri dari; melakukan
pengkajian keperawatan dasar, melakukan
Variabel Korelasi pearson Sig. massage pada kulit tertekan serta
Beban Kerja 0,450 0,004
memfasilitasi keluarga untuk
Stres Kerja 0,450 0,004
mengekspresikan perasaan. Selain itu,
perawat melakukan komunikasi terapeutik
Penelitian ini bertujuan untuk dalam pemberian asuhan keperawatan,
menjawab hipotesis apakah ada hubungan melakukan restrain/fiksasi pada pasien
antara beban kerja dengan stres kerja pada dalam rangka melakukan upaya preventif,
perawat Rumah Sakit Jiwa Provinsi melakukan dokumentasi proses

Putri Fitrah Alam1, Waode Suarni2 & Ida Sriwaty Sunarjo3 |


Jurnal Sublimapsi e-ISSN 2716-
2(1), (Januari) 2021, 9- 1854 p-ISSN

keperawatan pada tahap pengkajian September 2020, aspek stres kerja dari
keperawatan. Adapun tugas lainnya perilaku juga ditemukan pada perawat
adalah melakukan dokumentasi Rumah Sakit Jiwa. Ditunjukkan dengan
pelaksanaan tindakan keperawatan, adanya perawat yang sering datang
memfasilitasi suasana lingkungan yang terlambat tidak sesuai dengan jam kerja
tenang dan aman, memfasilitasi yang ditentukan. Selain itu, wawancara
kebutuhan spiritual klien dan memberikan juga dilakukan pada bulan September
dukungan dalam kehilangan ataupun 2020 kepada 3 perawat ruang akut yang
berduka serta kematian. berusia 27-29 tahun. Hasilnya diketahui
Banyaknya tuntutan tugas yang bahwa perawat tersebut sering merasakan
diberikan dan ketidaksesuaian antara gejala stres kerja seperti kebosanan kerja,
jumlah pasien dan jumlah perawat yang sakit kepala, ketegangan otot dan
tersedia dalam setiap shift menjadi kelelahan selama menangani pasien. Hal
penyebab munculnya stres pada perawat ini disebabkan karena karakteristik pasien
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi yang berbeda dengan pasien di Rumah
Tenggara. Hal ini didukung oleh pendapat Sakit Umum. Karakteristik pasien yang
Runtu, Pondaag & Hamel (2018) bahwa berbeda tersebut menambah beban
banyaknya pekerjaan yang melebihi tersendiri bagi perawat karena sulitnya
kapasitas menyebabkan kondisi fisik berkomunikasi dengan pasien saat
perawat akan mudah lelah dan mudah melakukan tindakan keperawatan dan
tegang. perilaku agresif pasien yang tidak dapat
Shift kerja yang diterapkan ialah diprediksi. Biasanya penyakit yang
tiga rotasi yaitu shift pagi pukul 08.00- dialami pasien memiliki diagnosa sama
14.00 WITA dengan jumlah perawat 4-5 tetapi terkadang respon pasien berbeda
orang karena pasien rawat inap lebih sehingga membuat perawat selalu merasa
banyak masuk saat pagi hari. Shift sore waspada saat menangani pasien.
dimulai pukul 14.00-21.00 WITA dengan Selain itu, terdapat hubungan yang
jumlah perawat 2-3 orang dan shift malam signifikan antara beban kerja dan stres
mulai pukul 21.00-08.00 WITA dengan kerja juga disebabkan oleh tuntutan kerja
jumlah perawat adalah 2-3 orang. pada shift malam. Pekerja shift malam
Sementara jumlah pasien sebanyak 10-15 lebih sering mengeluh tentang kelelahan
orang setiap ruangan. Biasanya 1 perawat Hurrel (Munandar, 2014). Hal ini sesuai
Rumah Sakit Jiwa melakukan 1 sampai 2 dengan pernyataan perawat Rumah Sakit
tugas kepada 10 sampai 14 pasien karena Jiwa bahwa pada shift malam, perawat
kurangnya jumlah perawat yang tersedia dituntut harus selalu mengawasi pasien.
dalam setiap shift. Tugas-tugas perawat Pada malam hari sering terdapat pasien
harus diselesaikan dalam satu hari kerja. yang melakukan percobaan bunuh diri dan
Hal ini sesuai dengan pendapat Febriani sering terjadi pertengkaran sesama pasien
(2017) bahwa rasio antara jumlah perawat di dalam sel terutama pasien yang
dan pasien dengan standar 1:10 tidak sebelumnya telah dipulangkan dan
seimbang karena akan menyebabkan kembali lagi ke Rumah Sakit Jiwa. Pasien
perawat memiliki beban kerja yang lebih tersebut biasanya membawa benda-benda
banyak sehingga memicu stres kerja. yang diperlukan untuk melakukan
Keterbatasan kapasitas perawat percobaan bunuh diri. Perawat harus
dibandingkan jumlah pasien mengurangi waktu istirahatnya untuk
menyebabkan perawat akan mengalami mengawasi pasien sehingga menyebabkan
kelelahan dalam bekerja karena kebutuhan kelelahan. Apabila hal tersebut terus
pasien terhadap asuhan keperawatan lebih terjadi, maka akan menimbulkan stres
besar dari standar kemampuan perawat. bagi diri perawat sendiri.
Berdasarkan observasi yang Penelitian ini sejalan dengan hasil
peneliti lakukan pada tanggal 15 penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

17 | Beban Kerja dan Stres


Jurnal Sublimapsi e-ISSN 2716-
2(1), (Januari) 2021, 9- 1854 p-ISSN
Aiska (2014) pada 105 perawat Rumah terdapat hubungan antara beban kerja
Sakit Jiwa Grhasia. Setelah dilakukan dengan stres kerja pada perawat Rumah
analisa bivariat untuk mengetahui faktor- Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara
faktor yang berhubungan pada tingkat dengan nilai signifikansi yang
stres kerja perawat, diketahui bahwa menunjukkan ada hubungan antara beban
beban kerja paling banyak dipilih oleh kerja dengan stres kerja pada perawat
responden. Hasil penelitiannya Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi
menunjukkan beban kerja berpengaruh
Tenggara. Sehingga hipotesis penelitian
secara signifikan terhadap stres kerja.
diterima. Hasil penelitian juga
Penelitian relevan juga ditemukan
menunjukkan angka koefisien korelasi
pada hasil penelitian Fachruddin, Santoso,
yang positif artinya semakin tinggi beban
dan Zakiyah (2018) yang dilakukan pada
kerja maka semakin tinggi stres kerja.
40 perawat yang bekerja di Instalasi
Sebaliknya, semakin rendah beban kerja
Rawat Intensif Rumah Sakit Umum
Bangil. Hasilnya menunjukkan beban maka semakin rendah juga stres kerja.
kerja berhubungan dengan stres kerja Perawat Rumah Sakit Jiwa
yang disebabkan karena jumlah pasien diharapkan lebih memanfaatkan waktu
dan jumlah perawat yang tidak sesuai. secara efektif dalam menyelesaikan tugas-
Peneliti juga melakukan tugas yang dibebankan agar tugas tersebut
wawancara pada tanggal 12-13 Oktober tidak menumpuk sehingga dapat
2020 terkait dengan beban pekerjaan diselesaikan tepat waktu dan dapat
kepada 2 perawat ruang Asoka dan 2 terhindar dari stres kerja serta tetap menilai
perawat ruang Srikandi yang berusia 29 positif setiap beban kerja dan mencari
sampai 31 tahun dengan masa kerja 3-4 solusi terbaik sehingga pekerjaan dapat
tahun. Hasil dari wawancara tersebut dijalankan dengan baik. Peneliti
menunjukkan bahwa perawat mengalami selanjutnya diharapkan untuk melakukan
stres ketika menghadapi pasien jiwa penelitian lebih lanjut terkait faktor-faktor
disebabkan karena masih sedikit lain yang dapat mempengaruhi stres kerja
keterampilan dan pengalaman dalam pada perawat seperti kerja shift, peran
menangani pasien tersebut. Hal ini individu dalam organisasi, hubungan
didukung oleh pendapat Kawatu (2012) dalam pekerjaan, dan lain sebagainya
bahwa individu yang memiliki dengan sampel penelitian yang lebih
pengalaman kerja lebih lama cenderung banyak.
lebih tahan terhadap tekanan-tekanan
yang dialami dalam pekerjaan Daftar Pustaka
dibandingkan individu dengan masa kerja
yang lebih singkat karena memiliki Aiska, S. (2014). Analisis Faktor-faktor
pengalaman yang sedikit. Hal ini juga yang Berpengaruh pada Tingkat Stres
didukung oleh hasil penelitian Fuada, Kerja Perawat di Rumah Sakit Jiwa
Wahyuni dan Kurniawan (2017) yang Grhasia Yogyakarta. Skripsi.
menunjukkan bahwa perawat yang Yogyakarta: Universitas
mengalami stres kerja berat paling banyak Muhammadiyah Yogyakarta
dialami oleh perawat dengan masa kerja
yang singkat. Almasitoh, U., H. (2011). Stres Kerja
Ditinjau dari Konflik Peran Ganda dan
Kesimpulan Dukungan Sosial pada Perawat.
Berdasarkan data penelitian yang Jurnal Psikologi Islam, 8(1), 63-82.
dilakukan terkait dengan hubungan antara
beban kerja dengan stres kerja pada Anoraga, P. (2014). Psikologi Kerja.
perawat Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jakarta: Rineka Cipta
Sulawesi Tenggara, hasilnya adalah

Putri Fitrah Alam1, Waode Suarni2 & Ida Sriwaty Sunarjo3 |


Jurnal Sublimapsi e-ISSN 2716-
2(1), (Januari) 2021, 9- 1854 p-ISSN

Azwar. (2017). Metode Penelitian Perawat Kamar Bedah di Instalasi


Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Bedah Sentral RSUD K.R.M.T
Pelajar Wongsonegoro Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 5(5), 255-
Budi, S., C. (2011). Manajemen Unit 263.
Kerja Rekam Medis. Yogyakarta:
Quantum Sinergis Media Haryanti., Aini, F., & Purwaningsih, P.
(2013). Hubungan antara Beban Kerja
Dewi, A., I., P. (2018). Hubungan antara
dengan Stres Kerja Perawat di
Beban Kerja dengan Stres Kerja pada
Instalasi Gawat Darurat RSUD
Kuli Panggul di Pasar Gede Surakarta. Kabupaten Semarang. Jurnal
Skripsi. Surakarta: Universitas Managemen Keperawatan, 1(1), 48-
Muhammadiyah Surakarta 56.
Dhania, D. R. (2010). Pengaruh Stres
Isnainy, U, C, A, S., Furqoni, P, D.,
Kerja, Beban Kerja Terhadap
Aryanti, L., & Asdi, L, S. (2019).
Kepuasan Kerja. Jurnal Psikologi
Hubungan Beban Kerja, Budaya
Universitas Muria Kudus, I(1), 15-23. Kerja dan Lama Kerja terhadap Stres
Eliyana. (2016). Faktor-faktor yang Kerja Perawat di Ruang Irna III
Berhubungan dengan Burnout Perawat Rumah Sakit Umum Daerah DR. H
Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSJ
Malahayati Nursing Journal, 1(1), 1-
Provinsi Kalimantan Barat Tahun
11.
2015. Jurnal Administrasi Rumah
Sakit, 2(3), 172-182. Kalendesang, P., Hendro, B & Reginus T.
Fachruddin, N., Santoso, W., & Zakiyah, M. (2017). Hubungan Konflik Peran
Ganda Perawat Wanita sebagai Care
A. (2018). Relationship Between
Giver dengan Stres Kerja di Ruangan
Workload with Work Stress on Nurses
Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Prof.
in Intensive Installation of Bangil
Dr. V. Ratumbuysang Provinsi
General Hospital. International Sulawesi Utara. Jurnal Keperawatan,
Journal of Nursing and Midwifery 5(1).
Science, 2, 311-321.
Kawatu, P. (2012). Bahan Ajar Kesehatan
Fahmi, S. (2016). Pengaruh Stres Kerja dan Keselamatan Kerja. FKM Unsrat.
dan Konflik Kerja terhadap Semangat Manado
Kerja Karyawan pada PT. Omega Mas
Pasuruan. Jurnal Ekonomi Kirana, V, D, C., & Dwiyanti, E. (2017).
Modernisasi, 12(3), 107-116. Hubungan Stres Kerja dengan
Kelelahan pada Perawat dengan
Febriani, S. (2017). Gambaran Stres Kerja Metode Pengukuran Dass 21 dan Ifrc.
pada Perawat di Ruang Rawat Inap Jurnal Ilmiah Kesehatan
Bagian Perawatan Jiwa Rumah Sakit Mediahusada, 6(1), 133-140.
Khusus Daerah Provinsi Sulawesi
Selatan. Skripsi. Makassar: UIN Maharani, R., & Budianto, A. (2019).
Alauddin Makassar Pengaruh Beban Kerja terhadap Stres
Kerja dan Kinerja Perawat Rawat Inap
Fuada, N., Wahyuni, I., & Kurniawan, B. Dalam. Journal of Management
(2017). Faktor-faktor yang Review, 3(2), 327-332.
Berhubungan dengan Stres Kerja pada

19 | Beban Kerja dan Stres


Jurnal Sublimapsi e-ISSN 2716-
2(1), (Januari) 2021, 9- 1854 p-ISSN
Muatsiroh, A & Siswati. (2017). Setiyana, V.,Y. (2013). Forgiveness dan
Hubungan antara Kecerdasan Stres Kerja Terhadap Perawat. Jurnal
Interpersonal dengan Stres Kerja pada Ilmiah Psikologi Terapan, 1(2), 376-
Perawat Instalasi Rawat Inap di 396.
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.
Jurnal Empati, 6(1), 34-39.

Munandar, A. S. (2014). Psikologi


Industri dan Organisasi. Jakarta: UI-
Press.

Permatasari, Y, D, A., & Utami, M, S.


(2018). Koping Stres dan Stres pada
Perawat di Rumah Sakit Jiwa X.
Jurnal Pemikiran dan Penelitian
Psikologi, 23(2), 121-136.

Pongantung, M., Kapantouw, N, H., &


Kawatu, P, A, T. (2018). Hubungan
antara Beban Kerja dan Stres Kerja
dengan Kelelahan Kerja pada Perawat
Rumah Sakit GMIM Kalooran
Amurang. Jurnal Kesmas, 7(5), 1-7.

Purbaningrat, P. M. (2015). Pengaruh


beban kerja terhadap kepuasan kerja
dengan stres kerja sebagai variabel
mediasi. Jurnal managemen unud,
4(5), 1149-1165.

Puteri, L., A., & Syaebani, M., I. (2018).


Employees Work Stress Level in the
Hospital. International Research
Journal of Business Studies, 11(3),
231-243.

Robbins, S. P., & Judge. T. A. (2016).


Perilaku Organisasi. Jakarta:
Salemba Empat

Runtu, V, V., Pondaag, L., & Hamel, R.


(2018). Hubungan Beban Kerja Fisik
dengan Stres Kerja Perawat di Ruang
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Umum GMIM Pancaran Kasih
Manado. Jurnal Keperawatan 6(1), 1-
7.

Putri Fitrah Alam1, Waode Suarni2 & Ida Sriwaty Sunarjo3 |

Anda mungkin juga menyukai