Anda di halaman 1dari 5

KASUS ANAK

1. Sindrom nefrotik
Anak S, laki-laki, usia 2 tahun datang dengan keluhan bengkak pada seluruh tubuh
sejak kurang lebih 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, bengkak terlihat pada
awalnya di daerah wajah terutama di daerah kelopak mata, terlihat jelas pada pagi hari
saat bangun tidur dan bengkak berkurang setelah siang atau sore hari. Bengkak
kemudian menjalar ke wajah, kaki, perut dan akhirnya seluruh tubuh. Keluhan ini
tidak disertai dengan keluhan sesak napas, sakit kepala, muntah dan kejang-kejang.
Pasien juga belum pernah sakit kuning. Pasien juga mengeluh buang air kecil (BAK)
yang menjadi jarang sejak 1 minggu SMRS, biasanya sehari minimal 5 kali, namun
sekarang menjadi 1 kali dengan kuantitas yang sedikit atau tidak miksi sama sekali
dan berwarna kecoklatan. Selama bengkak, pasien tidak pernah tampak pucat, lemah,
lesu dan kehilangan nafsu makan. Riwayat alergi obat-obatan dan makanan disangkal.
BAB pasien dikatakan normal oleh ibu pasien. Riwayat demam, muntah, tidak nafsu
makan, nyeri perut disangkal oleh ibu pasien. Pada pemeriksaan fisik didapat keadaan
umum tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, frekuensi nadi 132 x/menit,
frekuensi pernafasan 38 x/menit, suhu 36,80C, BB 13,5 kg, TB 86 cm. Pada wajah
ditemukan edema palpebra pada kedua mata. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan
shifting dulnes dan undulasi yang merupakan tanda adanya asites. Pada ekstremitas
superior dan inferior ditemukan pitting edema. Pada genitalia eksterna ditemukan
edema pada skrotum. Pada pemeriksaan neurologis dari nervus I-XII tidak ada
kelainan, reflex fisiologis tidak meningkat ataupun menurun, reflex patologis tidak
ada, rangsang selaput otak juga tidak ditemukan kelainan. Pemeriksaan penunjang
didapatkan: total protein 3,8 g/dl, albumin 1,2 g/dl, globulin 2,7 g/dl, ureum 14 mg/dl,
kreatinin 0,2 mg/dl, kolesterol total 659 mg/dl, protein urin 500 mg/dl. Pada
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan laboratorium ditemukan adanya edema,
hipoalbuminemia, proteinuria, hiperkolesterolemia, dan tidak adanya riwayat penyakit
yang sama sebelumnya sehingga diagnosis pada pasien ini adalah sindrom nefrotik
kasus baru. Penatalaksanaan pada kasus ini adalah rawat inap; prednison 2-2-½,
furosemid 10 mg/12 jam; diet rendah garam 1-2 g/hari;intake cairan dibatasi;
memantau tanda vital
dan diuresis.Pasien ini dirawat dengan tujuan untuk mengetahui respon terapi. Pada
hari pertama didapatkan diuresis 2,4 cc/kgbb/jam. Pada hari kedua didapatkan diuresis
2,2 cc/kgbb/jam dan penurunan berat badan menjadi 13 kg. Pada hari ketiga
didapatkan diuresis 2,2 cc/kgbb/jam, protein urin 150 mg/dl dan penurunan berat
badan menjadi 12 kg. Pada hari keempat dan kelima didapatkan diuresis 2,7 dan 2,6
cc/kgbb/jam namun tidak ada perubahan pada berat badan. Pada hari kelima pasien
disarankan untuk rawat jalan dengan diberikan obat prednison 2-2-½ dan furosemid
10 mg/12 jam serta diasarankan untuk kontrol seminggu kemudian. Prognosis pada
An. S adalah dubia adbonam karena pada terapi menggunakan steroid masih
memberikan respon yang baik.
2. TOF
Batita perempuan usia 2 tahun dirawat diruang anak dengan keluhan kebiruan pada
saat menangis lama. Anak didiagnosis tetralogy of fallot (TOF). Saat ini anak belum
diperbolehkan pulang. Ibu pasien bertanya apakah yang dilakukan jika anak
mengalami kebiruan. Anak perempuan usia 2 tahun 10 bulan dengan berat badan 12
Kg, datang dengan keluhan sesak, batuk dan pilek lama, bengkak seluruh tubuh,
demam 1 minggu, disertai sianosis. Lahir cukup bulan, sianosis (+). Hasil
echocardiografi menunjukkan RA, RV dilatasi; TR ringan, PS sedang; tampak
vegetasi di katup pulmonal UK 0.6x0.04; dan septum ventrikel VSD defek IVS 1.17
L to R shunt. Kesimpulan hasil echocardiografi TOF + vegetasi katup pulmonal + PS
sedang+ TR ringan. Disarankan untuk dilakukan operasi BT shunt. Pemeriksaan fisik
didapatkan jalan nafas bebas, frekuensi nafas 28 kali/menit, tidak ada ronkhi dan
wheezing, SpO2 65%, perfusi hangat sianotikdengan tekanan darah 90/50
mmHg,Nadi 128 kali/menit. Pasien sadar tampaklemah. didapatkan abdomen sedikit
distensi dan ada asites. Ekstremitas dijumpai pitting edema, clubbing finger, dan
sianotik. Pemeriksaan foto ronsen thorak didapatkan jantung tidak dapat dievaluasi,
efusi pleura kiri masif. Konfirmasi dengan USG thorak didapatkan efusi pleura kiri.
Dilakukan echocardiografi ulang, didapatkan hasil multiple thrombus LV 1,89 X 2,05
cm, thrombus di RA 2,75 X 3,4 cm, MPA 0,89 X 1,01 cm, di RVOT 0,7 X 0,7 cm.
Hasil pemeriksaan MSCT Cardiac: kardiomegali terutama pembesaran dari RA dan
LV disertai thrombus pada LV ukuran terbesar 3.8 x 2 x 1.2 cm, pada PA ukuran 4.3
x 2.6 x 2.9 cm, dan multiple pada RV ukuran terbesar 0.3 x 0.4 x 0.5 cm;
Brachiocephalic vein tampak prominen dengan thrombus yang luas pada dindingnya;
VSD sepanjang 1.74 cm lokasi dekat dengan aortic knob; efusi perikardium minimal
dan efusi pleura kiri; dan hepatomegali. Pasien kemudian didiagnosis dengan TOF +
Endokarditis + Dilated Cardiomyophaty + Multiple Trombus + Heart failure. Hasil
laboratorium dalam batas normal, dengan analisa gas darah sedikit asidosis metabolik
dengan pH 7,33.
3. Diare pada anak
Pasien An N usia 2 tahun, datang ke Puskesmas Tanjung Sari diantar oleh ibunya
untuk berobat dengan keluhan BAB cair lebih dari 5 kali dalam sehari. BAB cair
dirasakan sejak 1 hari sebelum datang ke puskesmas, BAB yang dialami sebanyak 1
gelas belimbing setiap BAB dan berwarna kekuningan.BAB cair juga disertai lendir
dan sedikit ampas. Saat BAB cair yang pertama kali, BAB cair juga disertai darah,
namun saat BAB cair berikutnya, BAB cair sudah tidak disertai darah. Selain itu
pasien juga mengalami demam 2 hari sebelum keluhan BAB cair dirasakan. Demam
yang terjadi tidak terlalu tinggi dan tidak dipengaruhi oleh waktu.Ibu pasien
mengatakan pasien terkadang rewel dan hanya sedikit makan dan minum. Sebelum
muncul keluhan BAB cair, pasien mengkosumsi es kelapa mudamilik ibunya.
Didalam keluarga, tidak ada yang mengalami keluhan serupa, ibu pasien mengatakan
bahwa pasien tidak diberikan ASI sejak lahir karena ASI tidak keluar sehingga pasien
mengkonsumsi susu formula sejak lahir.Pasien sering mengkonsumsi makanan yang
diberikan oleh tetangganya. Pasien juga terlihat sering bermain bersama teman-teman
sebaya di lingkungan rumahnya tanpa memakai alas kaki. Sejak mengalami BAB
cair, ibu pasien belum mencoba mencari pengobatan. Ibu pasien hanya memberikan
susu dan makanan yang lunak serta memberikan kompres hangat ketika badan pasien
terasa demam. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaaan umum tampak sakit
sedang, suhu tubuh 36,7oC, frekuensi nadi 120x/menit, frekuensi nafas20x/menit,
berat badan12 kg dan panjang badan 90 cm, status gizi baik (-2 sd +2 SD). Pada
pemeriksaan status generalis tidak didapatkan mata cekung, turgor kulit kembali
segera.Bising usus meningkat 14x/menit dan terdapat nyeri tekan epigastrium. Hidung
dan telinga tidak terdapat hiperemis maupun sekret. Suara napas vesikuler pada kedua
lapang paru dan bunyi jantung I-II regular
4. Asfiksia
By.Ny. D, 0 hari didiagnosis asfiksia neonatorum dengan berat lahir rendah. Pasien
seorang bayi laki-laki berumur 0 hari, lahir spontan pada usia kehamilan 33 minggu,
saat lahir tidak menangis spontan serta kulit tampak biru (APGAR Score 4/6).
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit berat, suhu
tubuh 35,3◦C, frekuensi nadi 60x/menit, berat badan 1700gram. Tampak pula
kelainan mukosa kulit/subkutan menyeluruh, kulit tampak pucat dan sianosis, bayi
terlihat kuning, sklera kuning, turgor kulit turun. Pada thorax, bentuk simetris dan
ditemukan retraksi suprasternal, substernal, dan interkostalis. Pada pemeriksaan
abdomen, ekstremitas, dan genital dalam batas normal. Pada pemeriksaan hemotologi
didapatkan Hb 13gr/dL, eritrosit 3,59x106/uL, leukosit 10.500/uL, hematokrit 41,4%,
dan trombosit 283.000/uL. Sehingga didiagnosis kerja asfiksia neonatorumdengan
BBLR. Penatalaksaan dengan oksigenasi dan resusitasi, infus D10% pemberian terapi
IVFD D 10 % + drip aminophilin 1cc 4-6 tpm, Ampicillin 2 x 125 mg (i.v),
Dexametason 3 x 1/6 ampul (i.v) dan puasa
5. Penumonia
Pasien anak-anak berusia 8 bulan, datang dengan sesak napas. Sejak 5 hari sebelum
masuk rumah sakit pasien mengalami demam yang cukup tinggi, dirasakan terus
menerus dan turun ketika diberi obat penurun panas. Demam tidak disertai kejang,
penurunan kesadaran, mimisan, gusi berdarah, mual, muntah maupun diare. Pada 4
hari sebelum masuk rumah sakit pasien juga mengalami keluhan batuk disertai dahak,
namun dahak sulit dikeluarkan dan pasien juga bernapas dengan cepat terutama bila
batuk memberat. Kemudian, 2 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien sesak napas
sehingga pasien dibawa berobat ke puskesmas dan mendapatkan obat berupa penurun
panas serta dilakukan terapi uap. Setelah dilakukan terapi uap sesak napas sedikit
berkurang. Namun, 1 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien kembali sesak yang
semakin lama terlihat semakin bertambah berat. Sesak tidak dipengaruhi cuaca
maupun aktivitas dan tidak disertai adanya suara napas berbunyi mengi atau
mengorok, juga tidak disertai adanya bengkak pada kelopak mata atau kedua tungkai.
Riwayat tersedak sebelum timbul sesak napas tidak ada. Riwayat kontak dengan
penderita dewasa yang batuk lama/berdarah disangkal. Buang air besar dan buang air
kecil pasien tidak ada keluhan. Kemudian pasien dibawa kembali ke Puskesmas dan
kembali mendapatkan terapi uap. Namun, ketika terapi uap berlangsung, dokter di
puskesmas mengatakan bahwa anak terlihat biru di sekitar bibirnya sehingga pasien
dirujuk ke rumah sakit. Selama kehamilan, ibu pasien rutin kontrol ke bidan dan tidak
memiliki keluhan. Riwayat persalinan pasien lahir spontan pervaginam di Puskesmas
ditolong oleh bidan, bayi lahir cukup bulan dan langsung menangis setelah dilahirkan,
bergerak aktif, berat bayi lahir 3.300 gram, panjang badan 49 cm. Imunisasi lengkap
sesuai umur (campak belum
dilakukan). Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sesak napas,
kesadaran compos mentis, nadi 130 x/menit, pernapasan 51 x/menit, suhu 38,3 ˚C,
status gizi pasien terkesan baik menurut Growth Chart WHO Z score19 yaitu BB/U
-1–1 SD (median); PB/U -1–1 SD (median), tidak tampak napas cuping hidung, bibir
tidak sianosis, pada thoraks tampak retraksi subcostal (+/+), suara napas terdengar
vesikuler (+/+), ronkhi basah halus (+/+), sedangkan jantung dalam batas normal.
Pada ekstremitas superior dan inferior teraba akral hangat (+/+). Diagnosis kerja pada
pasien adalah bronkopneumonia, dengan penatalaksanaan yaitu infus RL 7 gtt/menit
dan oksigenasi nasal kanul 0,5-1 L/menit, ampicillin 300 mg/8 jam, gentamicin 20
mg/12 jam serta ambroxol 3x½ cth. Prognosis pasien ini secara umum dubia
6. Thalasemia
Seorang anak diantarkan oleh ibunya datang ke rumah sakit. Ibu pasien mengatakan
anaknya pucat , jam 11.00 wib ibu pasien membawa anaknya ke poli anak, kemudian
dianjurkan untuk cek laboraturium dan hasilnya Hb kurang (7,6 g/dl), pada jam 12.00
wib pasien di antar ke ruangan anggrek untuk rawat inap dan melakukan transfusi
darah. Pasien mengatakan pada sore hari jam 16.07 WIB mengeluh badannya pucat,
lemas lalu pada WIB pasien dibawa ke RS ke poli anak dan di pindah ke pav.seruni
pada jam 14.00 WIB untuk mendapatkan tindakan lebih lanjut dan transfusi darah.
Pada saat siang hari jam 14.20 WIB pasien hanya mendapat infuse NaCl 0,9 %.
Rencana tranfusi menunggu darah. Pasien lemah dan pucat di seluruh tubuh. Pasien
mendapatkanTranfusi WB 3 koelf NaCl 0,9% 1000 cc/ 24 jam Ferifrox 3 x 1 tablet /
24 jam Vitamin E 3 x 1 tablet / 24 jam
7. Kejang demam
Anak M usia 1 tahun datang kerumah sakit bersama ibunya dengan keluhan kejang.
Dua hari sebelum masuk RS pasien mengalami demam naik turun yang disertai batuk
pilek. Kemudian 2 jam sebelum masuk RS pasien mengalami kejang sebanyak 1x
selama kurang lebih 10 menit, kejang pada seluruh bagian tubuh tonik klonik dan
tidak mengeluarkan lendir atau busa. Setelah kejang berhenti anak langsung menangis
dan dibawa ke UGD RS untuk mendapati pengobatan dengan keluhan kejang 2 jam
sebelum masuk RS. Ibu pasien juga mengatakan bahwa kakak pasien pernah
mengalami hal yang serupa 3 tahun yang lalu. Hasil pemeriksaan fisik diapatkan data
pasien kompos mentis, BB 9kg, nadi 166x/menit, respirasi: 40 x/menit, dengan
temperatur aksila 39 ºC. pada pemeriksaan mata pada konjungtiva palpebra tidak
pucat, sklera tidak kuning, tidak ada edema palpebra, pada pemeriksaan THT, hidung
terdapat sekret di kedua mukosa hidung. Pemeriksaan thoraks tampak simetris, suara
nafas vesikuler, ronkhi tidak ada, suara mengi (wheezing) tidak ada. Suara jantung S1
dan S2 tunggal, murmur dan gallop tidak ada. Pemeriksaan abdomen tidak tampak
distensi, bising usus normal, hepar dan lien tidak teraba. Pemeriksaan ekstremitas
dingin, tidak ditemukan edema dan sianosis. Pada pemeriksaan rangsang meningeal
tidak ada kelainan. Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb: 9,8 gr/dl, Leukosit:
25.100/ul. Kesan: Leukositosis.
8. Gizi buruk
Pasien An.K, seorang balita berusia 14 bulan, berdomisili di Kelurahan Talang, diantar oleh
ibu kandungnya untuk mengontrol tumbuh kembang dengan keluhan berat badan dan tinggi
badan pasien yang tidak sesuai usianya sehingga masuk dalam kategori gizi kurang dan
stunting. Selama kehamilan pasien, ibu tidak pernah mengkonsumsi tablet tambah darah
dan kenaikan BB ibu hanya 7kg. Pasien lahir dengan berat badan 2,7 kg, panjang badan 48
cm, lahir cukup bulan langsung menangis secara pervaginam tanpa ada penyulit. Persalinan
dibantu oleh bidan. Ibu pasien mengaku pasien segera diberikan ASI setelah lahir atau
Inisiasi Menyusui Dini (IMD), namun pasien tidak mendapatkan ASI ekslusif karena pada usia
2 bulan sudah diberikan susu formula. Pada usia 5 bulan pasien sudah diberikan MPASI lunak
dengan kombinasi nasi dan sayuran. MPASI diberikan tiga kali sehari, namun pasien biasanya
hanya memakan setengah piring. Ibu pasien mengaku pasien sangat jarang memakan daging
karena keterbatasan biaya. Pasien berhenti mendapatkan ASI pada usia 7 bulan karena ibu
pasien hamil dan mengalami preeklamsia berat. Saat ini, pasien makan tiga kali sehari
dengan kombinasi seperempat piring nasi, seperempat piring sayuran, dan sumber protein
dari setengah butir telur. Setiap hari pasien jajan sembarangan, mengkonsumsi makanan
berpenyedap, berpengawet, dan minum minuman dengan pemanis buatan. Pada
pemeriksaan status generalis didapatkan rambut coklat kehitaman tidak mudah dicabut.
Tidak tampak adanya tulang rusuk menonjol, abdomen datar, tidak didapatkan
organomegali ataupun ascites, pasien tidak nampak tua, kulit keriput, dan edema. Bentuk
keluarga pasien adalah keluarga nuclear yang terdiri ayah, ibu, dua orang anak laki-laki dan
dua orang anak perempuan. Terdapat gangguan pada fungsi ekonomi keluarga, karena
sumber penghasilan keluarga ini hanya berasal berasal dari ayah sebesar Rp. 1.500.000 per
bulan. Ibu pasien mengatakan jika perkembangan anaknya cukup baik dan sesuai bulan.
Pasien tidak pernah memiliki riwayat penyakit bawaan dan infeksi sebelumnya. Kakak kedua
dan ketiga pasien mengalami keluhan serupa dengan pasien dan masuk dalam katagori
Bawah Garis Merah (BGM). Setiap hari pasien sering bermain di tempat kotor, tidak mencuci
tangan, dan jarang mengunting kuku.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan penampilan sesuai usia, tampak sakit ringan, nadi 94
x/menit, frekuensi nafas 20 x/menit, suhu 36,4 0C, berat badan 8 kg, panjang badan 72 cm,
dan IMT 15.4.
9. DHF
Pada tanggal 19 Juni seorang anak laki-laki berusia 3 tahun 6 bulan dirawat dirumah
sakit dengan keluhan utama badan panas disertai mual, muntah, tidak mau makan dan
terdapat bintik-bintik merah dikulit. Panas dirasakan sejak tiga hari sebelum masuk
rumah sakit. Hasil pengkajian didapatkan bahwa frekuensi pernapasan 20 kali
permenit, nadi 92 kali permenit, suhu tubuh 38 oC, BB 13 kg, TB 92 cm, rumple leed
test dan petechiae positif, ada epistaksis dan ekimosis. Hasil pemeriksaan lab
didapatkan trombosit 90000 MCL, HCT 36,5%, HB 13,5 g/dl, IgG dengue nonreaktif
dan IgM dengue reaktif.
Ibu pasien mengatakan anak rewel dan porsi makan tidak dihabiskan.

Anda mungkin juga menyukai