Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

MEDIKAL BEDAH PADA PASIEN NY. M DENGAN DENGAN


DIAGNOSA MEDIS PRE OPERASI TUMOR LUMBAR
RESIDIF 1

SYAFIQAH TSABITAH SARI


(181141038)

PROGRAM STUDI SI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS
SURABAYA
2022
2
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmatNya maka

penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Pendahuluan dengan judul

“Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah pada Pasien Ny.

M dengan Diagnosa Medis Pre Operasi Tumor Lumbar Residif 1”. Dalam

penulisan Laporan Pendahuluan, penulis merasa masih banyak kekuranagan baik

pada teknis menulis maupun materi, mengingat akan kemampuan yang masih

mibim dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak penulis

harapkan demi penyempurnaan pembuatan Laporan Pendahuluan selanjutnya.

Dalam penulisan Laporan Pendahuluan ini penulis menyampaikan ucapan

terima kasih sedalam-dalamnya kepada pihak yang membantu dalam

menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini, khususnya kepada Ibu Vita Kurniasari

Skep. Ns. Selaku kepala ruang Flamboyan, CI saya Bapak Try Rahadi B S.Kep

Ns. dan Ci lainnya lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu –persatu, dan para

dosen pembimbing praktik Rumah Sakit pada mata kuliah Keperawatan Medikal

Bedah yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Pendahuluan ini. Akhir

kata penulis berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal

pada semua yang telah membantu penulisan Laporan Pendahuluan ini.

Surabaya, 15 April 2022

Penulis

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................Error! Bookmark not defined.


KATA PENGANTAR.............................................................................................................. 3
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... 4
BAB I.................................................................................................................................... 6
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 6
I.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 6
I.2 Rumusan Masalah...................................................................................................... 7
I.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................................... 7
I.4 Manfaat ...................................................................................................................... 8
BAB II................................................................................................................................... 9
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................ 9
II.1 Tumor Lumbar Residif 1 .......................................................................................... 9
II.2 Tumor Vertebral ..................................................................................................... 12
II.3 Etiologi ................................................................................................................... 13
II.4 Manifestasi Klinis .................................................................................................. 14
II.5 Deskripsi patofisiologi (Berdasarkan Kasus kegawatdaruratan) ............................ 15
II.5.1 Tahapan / Grade/ Tingkatan Penyakit (contoh Gagal Jantung, Kanker, CKD, dll)
...................................................................................................................................... 16
II.5.2 Pathway Tumor Lumbar 1 Residif ..................................................................... 19
II.6 Klasifikasi berdasarkan keparahan ......................................................................... 19
III.6.2 Klasifikasi ASIA (American Spinal Injury Association) ................................... 20
II.7 Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................... 20
II.8 Penatalaksanaan Medis/Operatif ............................................................................ 21
II.9 Pemeriksaan fisik (Berdasarkan ABCD/Kasus Kegwatdaruratan) ........................ 22
II.9.1.5 Intervensi .......................................................................................................... 27
II.9.1.6 Implementasi .................................................................................................... 28
II.9.1.7 Evaluasi ............................................................................................................ 28
BAB III ............................................................................................................................... 30

4
PENUTUP .......................................................................................................................... 30
III.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 30
III.2 Saran ..................................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 31

5
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Neoplasma, juga dikenal sebagai tumor, adalah massa patologis, yang

deisebabkan oleh sel-sel yang berkembang biak secara tidak normal dan atau tidak

tepat atau mati. Neoplasma bisa jadi jinak atau ganas. Neoplasma ganas identik

dengan sebutan kanker.

Diambil dari jurnal NCL the saurus (2022), L1 Vertebrata dengan kode

C32899 memiliki definisi yaitu Lumbar pertama tulang belakang terhitung dari

atas sampai ke bawah.

Menurut (Silva Irene P, 2020) dalam jurnal (Wei,. Dkk, 2010) Residif atau

rekurensi adalah penderita yang pernah dinyatakan sembuh pascaterapi kemudian

dalam jangka waktu tertentu mulai timbulgejala yang mentokong adanya

kekambuhan uang dibuktuktikka dengan hasilevaluasi pada pemeriksaan fisik

maupun penunjang.

Pasien di rumah sakit seringkali merasa cemas dikarenakan gejala-gejala

penyakit yang dirasakan pasien dan prosedur medis yang harus dijalani terkadang

sangat rumit sehingga membuat pasien merasa khawatir hingga belebihan. Salah

satu prosedur medis dari penyakit tumor dermoid sumsum tulang belakang ini

adalah tindakan pembedahan atau operasi, karena merupakan suatu pengalaman

yang sulit bagi hampir semua pasien. Juga berbagai kemungkinan buruk yang

dapat membahayakan bagi pasien bisa saja tejadi.

6
Pada kasus diagnosis medis di atas maka penulis mencoba untuk membuat

suatu rancangan asuhan keperawatan guna mencari jalan keluar untuk para klien

dengan mengatasi masalah keperawatan.

I.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud definisi dari Tumor Lumbar Residif 1?

2. Apa yang dimaksud dari Etiologi Tumor Lumbar Residif 1?

3. Apa yang dimaksud dari Klasifikasi Tumor Lumbar Residif 1?

4. Apa yang dimaksud dari manifestasi Tumor Lumbar Residif 1?

5. Apa yang dimaksud dari patofisiologi Tumor Lumbar Residif 1?

6. Apa yang dimaksud dari pemeriksaan penunjang Tumor Lumbar Residif

1?

7. Apa yang dimaksud dari penatalaksanaan Tumor Lumbar Residif 1?

8. Apa saja langkah-langkah pemberian asuhan keperawatan pada pasien

cemas pre operasi Tumor Lumbar Residif 1?

I.3 Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Agar mahasiswa mengetahui dan mampu memberikan asuhan

keperawatan pada pasien dengan cemas pre operasi Tumor Lumbar Residif 1.

2. Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui definisi dari Tumor Lumbar Residif 1.

2) Untuk mengetahui etiologi Tumor Lumbar Residif 1.

7
3) Untuk mengetahui klasifikasi Tumor Lumbar Residif 1.

4) Untuk mengetahui manifestasi Tumor Lumbar Residif 1.

5) Untuk mengetahui patofisiologi Tumor Lumbar Residif 1.

6) Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Tumor Lumbar Residif 1.

7) Untuk mengetahui penatalaksanaan Tumor Lumbar Residif 1.

8) Untuk mengetahui cara memberikan asuhan keperawatan pada pasien

cemas pre opeasi Tumor Lumbar Residif 1.

I.4 Manfaat

1. Manfaat Teoritis

1) Secara teoritis diharapkan laporan pendahuluan ini bermanfaat dalam

menambah ilmu serta mengaplikasikan ilmu dibidang khususnya ilmu

keperawatan.

2. Manfaat Praktis Pengetahuan Bagi Pembaca

1) Hasil laporan pendahuluan ini diharapkan dapat memeberikan

masukan mengenai Asuhan Keperawatan dengan cemas pre operasi

Tumor Lumbar Residif 1.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Tumor Lumbar Residif 1

II.1.1 Definisi

Menurut William Alexander N D (2018) dan James Diggle

(2021) Neoplasma berasal dari dua kata akar Yunani, νεος (neos)

yang berarti 'baru' dan πλασμα (plasma) yang berarti 'objek cetakan.

Neoplasma, juga dikenal sebagai tumor, adalah massa patologis,

yang deisebabkan oleh sel-sel yang berkembang biak secara tidak

normal dan atau tidak tepat atau mati. Neoplasma bisa jadi jinak atau

ganas. Neoplasma ganas identik dengan sebutan kanker.

Menurut NCL the saurus (2022), L1 Vertebrata dengan kode

C32899 memiliki definisi yaitu Lumbar pertama tulang belakang

terhitung dari atas sampai ke bawah.

9
Gambar II.1.1 : Anatomi Vertebrata (Tampak Lateral).

Sumber : Debora O, 2017 dan Graff ,2001

Gambar II.1.1 : Vertebra Lumbalis

Menurut (Silva Irene P, 2020) dalam jurnal (Wei,. Dkk,

2010) Residif atau rekurensi adalah penderita yang pernah dinyatakan

sembuh pascaterapi kemudian dalam jangka waktu tertentu mulai

timbulgejala yang mentokong adanya kekambuhan uang

dibuktuktikka dengan hasilevaluasi pada pemeriksaan fisik maupun

penunjang.

Adanya tumor di dalam tulang belakang atau lumbar 1 ini

menyebabkan nyeri di bagian tulang belakang dan menjalar sampai ke

kaki. Nyeri pada tulang belakang ini dinamakan Low Back Pain

(LBP).

II.1.2 Etiologi LBP

Penyebab nyeri punggung bawah ada barbagai macam, dibedakan

10
dalam kelompok dibawah ini :

1. Nyeri punggung bawah mekanis, yaitu timbul tanpa kelainan

struktur anatomis seperti otot atau ligamen, atau timbul akibat

trauma, deformitas, atau perubahan degeratif pada suatu struktur

misalnya diskus intervertebralis.

2. Penyakit sistemik seperti spondilitis inflamasi, infeksi, keganasan

tulang, dan penyakit paget pada tulang bisa menyebabkan nyeri di

area lumbosakral

3. Skiatika (sciatica) adalah nyeri yang menjalar dari bokong ke

tungkai kemudian ke kaki, sering disertai parastesia dengan

distribusi yang sama ke kaki. Gejala ini timbul akibat penekanan

nervus iskiadikus, biasanya akibat penonjolan diskus

intervertebralis ke lateral.

Pembagian penyebab dari LBP ini berdasarkan oleh frekuensi kejadian

adalah:

1. Penyebab luar biasa : langsung (20%)

1) Berasal dari spinal : termasuk kondisi seperti infeksi, tumor,

tuberkulosis, tractus spondilosis

2) Berasal bukan dari spinal : termasuk masalah dilain sistem seperti

saluran urogenital, saluran gastroinstetinal, prolaps uterus,

keputihan kronik pada wanita, dan lain-lain.

2. Penyebab biasa : tidak langsung (80%)

Kejadian ini berkisar sekitar 8 dari 10 kasus. Kasus yang bisa bervariasi

11
mulai dari ketengangan otot, keseleo. Penyebab dari berbagai penyakit

ini adalah

1) Kebiasaan postur tubuh yang kurang baik

2) Cara mengangkat beban berat yang salah

3) Depresi

4) Aktivitas yang tidak biasa dan berat

5) Kebiasaan kerja dan kinerja yang salah

Catatan : Dari 90% kasus, tidak ditemukan kejadian yang serius, hanya saja

kasus yang nyeri punggung biasa.3 Pada dasarnya, timbulnya rasa nyeri pada

LBP diakibatkan oleh terjadinya tekanan pada susunan saraf tepi yang terjepit

pada area tersebut. Secara umum kondisi ini seringkali terkait dengan trauma

mekanik akut, namun dapat juga sebagai akumulasi dari beberapa trauma

dalam kurun waktu tertentu. Akumulasi trauma dalam jangka panjang

seringkali ditemukan pada tempat kerja.

Kebanyakan kasus LBP terjadi dengan adanya pemicu seperti kerja

berlebihan, penggunaan kekuatan otot berlebihan, ketegangan otot, cedera

otot, ligamen, maupun diskus yang menyokong tulang belakang. Namun,

keadaan ini dapat juga disebabkan oleh keadaan non-mekanik seperti

peradangan pada ankilosing spondilitis dan infeksi, neoplasma, dan

osteoporosis.

II.2 Tumor Vertebral

Tumor Vertebral adalah jenis tumor tulang belakang yang

12
mempengaruhi tulang atau ruas tulang belakang. Tumor tulang belakang yang

dimulai di dalam sumsum tulang belakang atau penutup sumsum tulang

belakang (dura) disebut tumor sumsum tulang belakang.

Tumor yang mempengaruhi tulang belakang sering menyebar

(bermetastasis) dari kanker di bagian lain dari tubuh. Tetapi ada beberapa

jenis tumor yang dimulai di tulang belakang, seperti chordoma,

chondrosarcoma, osteosarcoma, plasmacytoma dan sarkoma Ewing.

Tumor vertebral dapat mempengaruhi fungsi neurologis dengan

mendorong sumsum tulang belakang atau akar saraf di dekatnya. Saat tumor

ini tumbuh di dalam tulang, mereka juga dapat menyebabkan rasa sakit, patah

tulang belakang atau ketidakstabilan tulang belakang. Apakah kanker atau

tidak, tumor tulang belakang dapat mengancam jiwa dan menyebabkan cacat

permanen.

Ada banyak pilihan pengobatan untuk tumor vertebral, termasuk

pembedahan, terapi radiasi, kemoterapi, obat-obatan atau terkadang hanya

memantau tumor.

II.3 Etiologi

Cedera tulang belakang yang paling sering traumatis, disebabkan oleh

lateral yang lentur, rotasi dislokasi, pemuatan aksial, dan hyperflexion atau

hiperekstensi

dari kabel atau cauda equina. Kecelakaan kendaraan bermotor adalah pe

nyebab paling umum dari SCI, sedangkan penyebab lain meliputi jatuh,

kecelakaan kerja, cedera olahraga (menyelam, judo dll), dan penetrasi seperti

13
luka tusuk atau tembak, kecelakaan di rumah (jatuh dr ketinggian, bunuh diri

dll), dan bencana alam, misal gempa. SCI juga dapat menjadi asal non-

traumatik,.

Seperti dalam kasus kanker, infeksi, penyakit cakram intervertebralis,

cedera tulang belakang, penyakit sumsum tulang belakang vascular,

transverse myelitis, tumor dan multiple sclerosis.

II.4 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis bergantung pada lokasi yang mengalami trauma da

n apakah trauma terjadi secara parsial atau total. Berikut ini adalah

manifestasi berdasarkan lokasi trauma :

II.4.1 Antara C1 sampai C5

Respiratori paralisis dan kuadriplegi, biasanya pasien meninggal.

II.4.2 Antara C5 dan C6

Paralisis kaki, tangan, pergelangan; abduksi bahu dan fleksi siku

yang lemah; kehilangan refleks brachioradialis.

II.4.3 Antara C6 dan C7

Paralisis kaki, pergelangan, dan tangan, tapi pergerakan bahu

dan fleksi siku masih bisa dilakukan; kehilangan refleks bisep.

II.4.4 Antara C7 dan C8

Paralisis kaki dan tangan

II.4.5 C8 sampai T1

14
Horner's syndrome (ptosis, miotic pupils, facial anhidrosis), paralisis

kaki.

II.4.6 Antara T11 dan T12

Paralisis otot-otot kaki di atas dan bawah lutut.

II.4.7 T12 sampai L1

Paralisis di bawah lutut.

II.4.8 Cauda equine

Hiporeflex atau paresis extremitas bawah, biasanya nyeri dan

biasanya nyeri dan sangat sensitive terhadap sensasi, kehilangan

kontrol bowel dan bladder.

II.4.9 S3 sampai S5 atau conus medullaris pada L1

Kehilangan kontrol bowel dan bladder secara total.

II.5 Deskripsi patofisiologi (Berdasarkan Kasus kegawatdaruratan)

Cedera spinal cord terjadi akibat patah tulang belakang, dan kasus terbanyak

cedera spinal cord mengenai daerah servikal dan lumbal. Cedera dapat terjadi

akibat hiperfleksi, hiperekstensi, kompresi atau rotasi pada tulang belakang.

Fraktur pada cedera spinal cord dapat berupa patah tulang sederhana,

kompresi, kominutif, dan dislokasi. Sedangkan kerusakan pada cedera spinal cord

dapat berupa memar, kontusio, kerusakan melintang laserasi dengan atau tanpa

gangguan peredaran darah, dan perdarahan.

Kerusakan ini akan memblok syaraf parasimpatis untuk melepaskan

mediator kimia, kelumpuhan otot pernapasan, sehingga mengakibatkan respon

nyeri hebat dan akut anestesi. Iskemia dan hipoksemia syok spinal, gangguan

15
fungsi rektum serta kandung kemih. Gangguan kebutuhan gangguan rasa nyaman

nyeri, oksigen dan potensial komplikasi, hipotensi, bradikardia dan gangguan

eliminasi.

Temuan fisik pada spinal cord injury sangat bergantung pada lokasi yang

terkena: jika terjadi cedera pada C-1 sampai C-3 pasien akan mengalami

tetraplegia dengan kehilangan fungsi pernapasan atau sistem muskular total; jika

cedera mengenai saraf C-4 dan C-5 akan terjadi tetraplegia dengan kerusakan,

menurunnya kapasitas paru, ketergantungan total terhadap aktivitas sehari-hari;

jika terjadi cedera pada C-6 dan C-7 pasien akan mengalami tetraplegia dengan

beberapa gerakan lengan atau tangan yang memungkinkan untuk melakukan

sebagian aktivitas sehari-hari; jika terjadi kerusakan pada spinal C-7 sampai T-1

seseorang akan mengalami tetraplegia dengan keterbatasan menggunakan jari

tangan, meningkat kemandiriannya; pada T-2 sampai L-1 akan terjadi paraplegia

dengan fungsi tangan dan berbagai fungsi dari otot interkostal dan abdomen masih

baik; jika terjadi cedera pada L-1 dan L-2 atau dibawahnya, maka orang tersebut

akan kehilangan fungsi motorik dan sensorik, kehilangan fungsi defekasi dan

berkemih.

II.5.1 Tahapan / Grade/ Tingkatan Penyakit (contoh Gagal Jantung, Kanker,

CKD, dll)

Cedera Medulla spinalis dapat dibagi menjadi komplet dan tidak komplet

berdasarkan ada/tidaknya fungsi yang dipertahankan di bawah lesi.

Terdapat 5 sindrom utama cedera medulla spinalis inkomplet. Menurut American

Spinal Cord Injury Association yaitu :

16
(1) Central Cord Syndrome,

(2) Anterior Cord Syndrome,

(3) Brown Sequard Syndrome,

(4) Cauda Equina Syndrome, dan

(5) Conus Medullaris Syndrome. Lee menambahkan lagi sebuah sindrom

inkomplet yang sangat jarang terjadi yaitu Posterior Cord Syndrome Central

Cord Syndrome (CCS) biasanya terjadi setelah cedera hiperekstensi. Sering

terjadi pada individu di usia pertengahan dengan spondilosis cervicalis.

Predileksi lesi yang paling sering adalah medulla spinalis segmen servikal,

terutama pada vertebra C4-C6.

Sebagian kasus tidak ditandai oleh adanya kerusakan tulang. Mekanisme

terjadinya cedera adalah akibat penjepitan medulla spinalis oleh ligamentum

flavum di posterior dan kompresi osteofit atau material diskus dari anterior.

Bagian medulla spinalis yang paling rentan adalah bagian dengan vaskularisasi

yang paling banyak yaitu bagian sentral. Pada Central Cord Syndrome, bagian

yang paling menderita gaya trauma dapat mengalami nekrosis traumatika yang

permanen. Edema yang ditimbulkan dapat meluas sampai 1-2 segmen di bawah

dan di atas titik pusat cedera. Sebagian besar kasus Central Cord Syndrome

menunjukkan hipo/isointens pada T1 dan hiperintens pada T2, yang

mengindikasikan adanya edema. Gambaran khas Central Cord Syndrome

adalah kelemahan yang lebih prominen pada ekstremitas atas dibanding

ektremitas bawah. Pemulihan fungsi ekstremitas bawah biasanya lebih cepat,

sementara pada ekstremitas atas (terutama tangan dan jari) sangat sering dijumpai

17
disabilitas neurologic permanen. Hal ini terutama disebabkan karena pusat cedera

paling sering adalah setinggi VC4-VC5 dengan kerusakan paling hebat di

medulla spinalis C6 dengan lesi LMN. Gambaran klinik dapat bervariasi, pada

beberapa kasus dilaporkan disabilitas permanen yang unilateral.

18
II.5.2 Pathway Tumor Lumbar 1 Residif

Lateral Lentur Rotasi Dislokasi Pemuatan aksial Hiperekstensi

Jatuh kecelakaan kerja cedera olahraga

Tumor Lumbar 1 Residif

Sistem Muskuloskelatal (B6) Sistem Integumen Ansietas

Pergerakan sendi Mobilitas

Kekuatan otot (3) Keterbatasan ringan

Defisit Pengetahuan

II.6 Klasifikasi berdasarkan keparahan

III.6.1 Klasifikasi Frankel :

Grade A : motoris (-),

sensoris (-)

Grade B : motoris (-),

sensoris (+)

Grade C : motoris (+) dengan ROM 2 atau 3, sensoris (+)

19
Grade D : motoris (+) dengan ROM 4, sensoris (+)

Grade E : motoris (+) normal, sensoris (+)

II.6.2 Klasifikasi ASIA (American Spinal Injury Association)

Grade A : motoris (-), sensoris (-) termasuk pada segmen sacral

Grade B : hanya sensoris (+)

Grade C : motoris (+) dengan kekuatan otot <3

Grade D : Motoris (+) dengan kekuatan otot > 3

Grade E : motoris dan

sensoris normal

II.7 Pemeriksaan Penunjang

II.7.1 Evaluasi Klinik

Ketika pasien yang mengeluh sakit leher, meskipun mereka tidak

benar-benar terjaga, atau ketika mereka telah jelas kelemahan. Kita harus

mewaspadai adanya SCI, dari tanda dan gejala diatas dengan

pemeriksaan radiologi.

II.7.2 Pemeriksaan Radiologi

Pasien dengan SCI juga dapat menerima baik komputerisasi

Tomography (CT scan atau CAT) dan magnetis resonansi imaging (MRI)

dari tulang belakang. Karena alasan diatas, perlu dilakukan pemeriksaan

radiografi tulang belakang servikal pada semua pasien cedera kepala

sedang dan berat. Radiograf yang diambil di UGD kualitasnya tidak

selalu baik dan bila tetap diduga adanya cedera tulang belakang,

radiograf selanjutnya diambil lagi termasuk tampilan oblik bila perlu,

20
serta (pada daerah servikal) dengan leher pada fleksi serta ekstensi bila

diindikasikan. Tampilan melalui mulut terbuka perlu untuk

memperlihatkan proses odontoid pada bidang antero-posterior.

II.7.3 Intensive Care Unit

Standar perawatan ICU, termasuk menjaga tekanan darah yang

stabil, pemantauan fungsi cardiovascular, memastikan ventilasi yang

memadai dan fungsi paru-paru, dan mencegah infeksi dan segera

merawat dan komplikasi lain, adalah penting agar SCI pasien dapat

mencapai hasil yang terbaik.

II.7.4 Steroid Therapy

Methylprednisolone, sebuah obat steroid, menjadi tersedia sebagai

perawatan untuk SCI akut pada tahun 1990 ketika seorang multicenter

percobaan klinis menunjukkan lebih neurological mengubah skor di

pasien yang diberi obat di dalam delapan bulan pertama dari cedera.

II.8 Penatalaksanaan Medis/Operatif

II.8.1 Penatalaksaan Medis

Tindakan-tindakan untuk imobilisasi dan mempertahankan

vertebral dalam posisi lurus: pemakaian kollar leher, bantal pasir atau

kantung IV untuk mempertahankan agar leher stabil, dan menggunakan

papan punggung bila memindahkan pasien; melakukan traksi skeletal

untuk fraktur servikal, yang meliputi penggunaan Crutchfield, Vinke,

atau tong Gard-Wellsbrace pada tengkorak, tirah baring total dan

pakaikan brace haloi untuk pasien dengan fraktur servikal stabil ringan;

21
pembedahan (laminektomi, fusi spinal atau insersi batang Harrington)

untuk mengurangi tekanan pada spinal bila pada pemeriksaan sinar-X

ditemui spinal tidak aktif.

Intervensi bedah = Laminektomi, dilakukan bila: deformitas tidak dapat

dikurangi dengan fraksi, terdapat ketidakstabilan signifikan dari spinal

servikal, cedera terjadi pada region lumbar atau torakal, status neurologis

mengalami penyimpanan untuk mengurangi fraktur spinal atau dislokasi

atau dekompres medulla. (Diane C. Braughman, 2000 ; 88-89).

Tindakan-tidakan untuk mengurangi pembengkakan pada medula

spinalis dengan menggunakan glukortiko steroid intravena

II.8.2 Penatalaksanaan Keperawatan

Pengkajian fisik didasarakan pada pemeriksaan pada neurologis,

kemungkinan didapati defisit motorik dan sensorik di bawah area yang

terkena: syok spinal, nyeri, perubahan fungsi kandung kemih, perusakan

fungsi seksual pada pria, pada wanita umumnya tidak terganggu fungsi

seksualnya, perubahan fungsi defekasi; kaji perasaan pasien terhadap

kondisinya; lakukan pemeriksaan diagnostik; pertahankan prinsip A-B-C

(Airway, Breathing, Circulation) agar kondisi pasien tidak semakin

memburuk.

II.9 Pemeriksaan fisik (Berdasarkan ABCD/Kasus Kegwatdaruratan)

II.9.1 Pengkajian

II.9.1.1 Riwayat Penyakit Sebelumnya

1. Apakah klien pernah menderita :

22
1) Penyakit stroke

2) Infeksi otak

3) DM

4) Diare dan muntah yang berlebihan

5) Tumor otak

6) Intoksiaksi insektisida

7) Trauma kepala

8) Epilepsi dll.

II.9.1.2 Pemeriksaan Fisik

1. Sistem pernafasan

Tidak ada gangguan pernafasan, tidak ada penurunan vital kapasitas,

tidak menggunakan otot-otot pernafasan tambahan

2. Sistem kardiovaskuler

Bardikardia, hipotensi, disritmia, orthostatic hipertensi.

3. Status neurologi

Nilai GCS kurang dari normal karena 20% cedera medulla spinalis.

4. Fungsi motorik

Kehilangan sebagian atau seluruh gerakan motorik dibawah garis

kerusakan, adanya quadriplegia, paraplegia.

5. Refleks Tendon

Adanya spinal shock seperti hilangnya reflex dibawah garis

kerusakan, post spinal shock seperti adanya hiperefleksia ( pada

23
gangguan upper motor neuron/UMN) dan flaccid pada gangguan

lower motor neuron/ LMN).

6. Fungsi sensorik

Hilangnya sensasi sebagian atau seluruh bagian dibawah garis

kerusakan.

7. Fungsi otonom

Hilangnya tonus vasomotor, kerusakan termoreguler.

8. Autonomik hiperefleksia (kerusakan pada T6 ke atas)

Adanya nyeri kepala, peningkatan tekanan darah, bradikardia,

pucat dibawah garis kerusakan, cemas dan tidk ada gangguan

penglihatan.

9. Sistem gastrointestinal

Pengosongan lambung yang lama, ileus paralitik, tidak ada bising

usus, stress ulcer, feses lunak..

10. Sistem urinaria

Retensi urine, inkontinensia

11. Sistem Muskuloskletal

Atropi otot, kontraktur, menurunnya gerak sendi (ROM) bagian

ekstrimitas bawah.

12. Kulit

Adanya kemerahan pada daerah yang terrtekan (tanda awal dekubitus

24
13. Fungsi seksual.

Tidak ada masalah impoten, gangguan ereksi, ejakulasi,dan tidak

sudahtidak menstruasi (menopose).

14. Psikososial

Reaksi pasien dan keluarga, tidak ada masalah, serta

hubungan dengan masyarakat baik.

II.9.1.3 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul dan Prioritas

Diagnosa

1) Gangguan rasa nyeri akut

2) Defisit pengetahuan

3) Gangguan rasa cemas

II.9.1.4 Prinsip-Prinsip Utama Penatalaksanaan Trauma Spinal:

1. Immobilisasi

Tindakan immobilisasi harus sudah dimulai dari tempat

kejadian/kecelakaan sampai ke unit gawat darurat.. Yang pertama

ialah immobilisasi dan stabilkan leher dalam posisi normal; dengan

menggunakan ’cervical collar’. Cegah agar

lehertidakterputar(rotation).

Baringkanpenderita dalam posisi terlentang (supine) pada tempat/a

las yang keras.

Pasien diangkat/dibawa dengan cara ”4 men lift” atau menggu

nakan ’Robinson’s orthopaedic stretcher’.

2. Stabilisasi Medis

25
Terutama sekali pada penderita tetraparesis/etraplegia:

1) Periksa vital signs

2) Pasang ’nasogastric tube’

3) Pasang kateter urin

1. Segera normalkan ’vital signs’.

Pertahankan tekanan darah yang normal dan perfusi jaringan yang

baik. Berikan oksigen, monitor produksi urin, bila perlu monitor AGD

(analisa gas darah), dan periksa apa ada neurogenic shock. Pemberian

megadose Methyl Prednisolone Sodium Succinate dalam kurun waktu

6 jam setaleh kecelakaan dapat memperbaiki konntusio medula

spinalis.

3. Mempertahankan posisi normal vertebra (”Spinal Alignment”)

Bila terdapat fraktur servikal dilakukan traksi dengan Cruthfield

tong atau Gardner-Wells tong dengan beban 2.5 kg perdiskus. Bila

terjadi dislokasi traksi diberikan dengan beban yang lebih ringan,

beban ditambah setiap 15 menit sampai terjadi reduksi.

4. Dekompresi dan Stabilisasi Spinal

Bila terjadi ’realignment’ artinya terjadi dekompresi. Bila

’realignment’ dengan cara tertutup ini gagal maka dilakukan ’open

reduction’ dan stabilisasi dengan ’approach’anterior atau posterior.

5. Rehabilitasi.

Rehabilitasi fisik harus dikerjakan sedini mungkin. Termasuk

dalam

26
program ini adalah ’bladder training’, ’bowel training’, latiha

n otot pernafasan, pencapaian optimal fungsi-fungsi neurologik dan

program kursi roda bagi penderita paraparesis/paraplegia.

IIntervensi

II.9.1.5 Intervensi

a.Nyeri akut

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam

diharapkan nyeri akut berkurang dengan kriteria hasil :

1. Keluhan nyeri menurun (5)

2. Penggunaan analgesik menurun (5)

b.Defisit pengetahuan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam

diharapkan defisit pengetahuan berkurang dengan kriteria hasil :

1. Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun (5)

2. Perilaku membaik (5)

c.Ansietas

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam

diharapkan ansietas berkurang dengan kriteria hasil :

1. Perilaku tegang menurun (5)

2. Keluhan pusing menurun (5)

27
II.9.1.6 Implementasi

Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk

mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah

rencana tindakan disusun dan ditujukan kepada perawat untuk

membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun tujuan

dari pelaksanaan adalah membantu klien untuk mencapai tujuan

yang ditetapkan meliputi peningkatan kesehatan atau mencegah

penyakit, pemulihan kesehatan dari fasilitas yang dimiliki.

Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan

baik jika klien mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam

pelaksanaan tindakan keperawatn (Smeltzer, S C 7 Bare, 2018).

II.9.1.7 Evaluasi

Evaluasi hasil dan respon dari asuhan keperawatan, perawat

mengukur efektifitas semua intervensinya. Tujuan dan kriteria hasil

adalah kemampuan residen mempertahankan atau peningkatan

kesejajaran tubuh dan mobilisasi. Perawat mengevaluasi intervensi

khusus yang diciptakan untuk mendukung kesejajaran tubuh,

meningkatkan mobilisasi dan melindungi residen dari bahaya

imobilisasi. Dengan mempertahankan kesejajaran tubuh yang baik

dan mobilisasi serta mencegah bahaya imobilisasi akan

meningkatkan kemandirian dan mobilisasi secara menyeluruh.

Residen yang mobilisasi sendinya tidak adekuat harus mendapat

28
bantuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Evaluasi merupakan

langkah terakhir proses keperawatan untuk melengkapi proses

keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan telah berhasil

dicapai, melalui evaluasi memungkinkan perawatan untuk

memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa

perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Meskipun tahap evaluasi

diletakkan pada akhir proses keperawatan, tetapi evaluasi

merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan.

Diagnose juga perlu dievaluasi untuk menentukan apakah realistic

dapat dicapai efektif (Potter & Perry, 2018).

29
BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Neoplasma, juga dikenal sebagai tumor, adalah massa patologis, yang deisebabkan oleh

sel-sel yang berkembang biak secara tidak normal dan atau tidak tepat atau mati. Neoplasma

bisa jadi jinak atau ganas. Neoplasma ganas identik dengan sebutan kanker.

Diambil dari jurnal NCL the saurus (2022), L1 Vertebrata dengan kode C32899

memiliki definisi yaitu Lumbar pertama tulang belakang terhitung dari atas sampai ke bawah.

Menurut (Silva Irene P, 2020) dalam jurnal (Wei,. Dkk, 2010) Residif atau rekurensi

adalah penderita yang pernah dinyatakan sembuh pascaterapi kemudian dalam jangka waktu

tertentu mulai timbulgejala yang mentokong adanya kekambuhan uang dibuktuktikka dengan

hasilevaluasi pada pemeriksaan fisik maupun penunjang.

III.2 Saran

Dalam penulisan laporan pendahuluan ini, sebaiknya penulis lebih banyak

menambahkan refrensi-refrensi agar pembaca dapat lebih luas memandang dan tidak hanya

dari segi 1 garis pandang atau 1 refrensi saja, namun dapat membandingkan refrensi-refrensi

yang lainnya, dan diharapkan pembaca dan penulis dapat bermanfaat sebagai penambah

wawasan dalam laporan pendahuluan ini.


DAFTAR PUSTAKA

Silva Irene P, (2020). SKRIPSI HUBUNGAN JUMLAH TROMBOSIT DENGAN

STADIUM KLINIS PENDERITA KARSINOMA NASOFARING DI RSUP DR

WAHIDIN SUDIROHUSODO PERIODE JULI 2018 – JULI 2019. Makassar : 2020.

William Alexander Newman D. Kamus Medis Ilustrasi Dorland. (2018) ISBN :

9781416023647

James Diggle, Leksikon Yunani Cambridge. Volume II. (2021) ISBN : 9781108836982
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Tanggal MRS : 22-03-2022 Jam Masuk : 10.30 WIB


Tanggal Pengkajian : 22-03-2022 No. RM : 0016xxxx
Jam Pengkajian :11.00 Diagnosa Masuk : Tumor Lumbar 1
Residif
Hari Rawat ke :1
IDENTITAS
1. Nama Pasien : Ny M
2. Umur : 55 thn
3. Suku/ Bangsa : Indonesia
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMP
6. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)
7. Alamat : Jl.xxxxxxxx
8. Sumber Biaya : BPJS

KELUHAN UTAMA
1. Keluhan Utama:

Pasien mengatakan bagian tulang belakang nyeri, pada pantat sampai kaki kanan terasa
nyeri.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien mengatakan sebelum masuk IGD pasien merasakanpantat sampai


kaki kanan nyeri, . Pasien datang ke IGD RS Bhayangkara pada tanggal 22
Maret 2022 sekitar pukul 10.30 WIB. Pasien datang bersama keluarganya,
pasien mengatakan nyeri pada pantat sampai menjalar ke kaki kanan,
setelah di IGD pasien disarankan MRS diruang flamboyan pada pukul
14.00 WIB dengan keluhan pinggul nyeri, kaki sulit digerakkan kurang
lebih sudah 2 mingguan pusing pada kepala bagian atas sudah 2 hari, dan
sulit tidur. Pasien tampak, meringis, dan tampak lelah dengan TTV : TD :
120/85 mmhg, N : 80 x/m S: 36C RR : 20x/m SpO2 : 99%
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

1. Pernah dirawat : ya tidak kapan: diagnosa:


2. Riwayat penyakit kronik dan menular: ya tidak jenis: tidak ada riwayat
penyakit kronik
Riwayat kontrol : tahun 2020 pernah operasi hidrosefalus & 9 bulan yang lalu operasi
tulang belakang
Riwayat penggunaan obat : Amplodipine 5 mg tablet 3x1 hari
3. Riwayat alergi : pasien tidak memiliki riwayat alergi
Obat ya tidak jenis : tidak ada jenis obat
(riwayat alergi)
Makanan ya tidak jenis : tidak ada riwayat
alergi makanan
Lain-lain ya tidak jenis : tidak ada alergi lain-
lain
4. Riwayat Operasi : ya tidak
- Kapan : tahun 2020 pernah operasi hidrosefalus & 9 bulan yang lalu operasi tulang
belakang
- Jenis Operasi : .operasi hidrosefalus dan operasi tulang belakang
5. Lain-lain :
Pasien pernah mengalami operasi sebanyak 2 kali.
RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Ya Tidak

- Jenis : pasien mengatakan tidak ada riwayat kesehatan keluarga

- Genogram :

Keterangan :

Laki-laki : X ? X x
Perempuan :

55
? ? ?
Pasien :

Garis perkawinan :

Garis Keturunan :
27
Garis serumah :-----------------
Meninggal : X

Tidak diketahui usia : ?

PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN


Perilaku sebelum sakit yang mempengatuhi kesehatan :
Alkohol ya tidak
Merekok ya tidak
Keterangan : Pasien tidak meminum alkohol dan tidak merokok
Obat ya tidak
Keterangan : Pasien meminum obat
Olah Raga ya tidak
Keterangan Pasien rajin erolahraga

OBSERVASI DA PEMERIKSAAN FISIK


1. Tanda tanda vital
S:36,6 C N: 65 x/menit TD:145/86 x/menit RR:22x/menit
Kesadaran Compos Mentis Apatis Somnolen Sopor Koma
2. Sistem Pernapasan (B1)
a. RR : 22x/menit
b. Keluhan :Tidak ada Sesak Nyeri waktu nafas Orthopnea
Batuk: Produktif Tidak Produktif Masalah Keperawatan:
Sekret: Tidak ada Konsentrasi : Tidak ada
Warna:Tidak ada Bau: Tidak ada
c. Penggunaan otot bantu nafas:
d. PCH ya tidak
e. Irama nafas teratur tidak teratur
f. Pleural Friction rub:
g. Pola nafas Dispoe Ksmaul Cheyne Stroke
h. Suara nafas Cracles Ronki Wheezing Vesikuler
i. Alat bantu nafas ya tidak
Jenis: Tidak ada
j. Penggunaan WSD
- Jenis : Tidak dikaji
- Jumlah cairan : Tidak dikaji
- Undulasi : Tidak dikaji
- Tekanan : Tidak dikaji
k. Tracheostomy : ya tidak
l. Lain-lain :
Tidak ada

3. Sistem Kardio Vaskuler (B2)


a. TD : 145/86 mmHg
b. N : 65x/menit Masalah Keperawatan:

c. Keluhan nyeri dada : ya tidak Tidak ada masalah


P : Tidak dikaji keperawatan
Q : Tidak dikaji
R : Tidak dikaji
S : Tidak dikaji
T : Tidak dikaji
Irama jantung : reguler ireguler
d. Suara jantung : normal (S1/S2 tunggal) murmur
Gallop lain-lain
e. Ictus Cordis :
f. CRT : <2 detik
g. Akral : hangat kering merah basah
Pucat panas dingin
h. Sirkulasi perifer : normal menurun
i. JVP : Tidak dikaji
j. CVP : Tidak dikaji

k. CTR : Tidak dikaji


l. ECG & Interprestasinya: Tidak dikaji

m. Lain-lain :

4. Sistem Pesyarafan (B3)


a. GCS: E=4 V=5 M=6 Masalah Keperawatan:
b. Refleks Fisiologis patella triceps biceps
c. Refleks Patologis babinsky brudznsky kernig
Lain-lain
d. Keluhan pusing ya tidak
P : Tumor
Q : Nyeri akut
R : Kepala
S :6
T : Hilang Timbul

e. Pemeriksaan saraf kranial:


N1 : normal tidak Ket: Indra penciuman normal
N2 : normal tidak Ket: Dari retin ake otak normal
N3 : normal tidak Ket: Respon pupil normal
N4 : normal tidak Ket: Otot mata normal
N5 : normal tidak Ket: Sensorik & motoruk normal
N6 : normal tidak Ket: Dapat melirik denan normal
N7 : normal tidak Ket: Ekspresi wajah normal
N8 : normal tidak Ket: Indra pendengaran normal
N9 : normal tidak Ket: Respon verbsl tsmpsk normal
N10 : normal tidak Ket: Pita suara, jantung, paru-paru normal
N11 : normal tidak Ket: Otot bahu dan leher normal
N12 : normal tidak Ket: otot lidah normal

f. Pupil anisokor isokor Diameter: 2 mm/2 mm


g. Scelera anikterus ikterus
h. Konjunctiva ananemis anemis
i. Istirahat/ tidur: Px. Biasanya tidur di rumah 7-8 jam per hari
j. Gangguan tidur: Tidak ada
k. Lain:

5. Sistem Perkemihan (B4)


a. Kebersihan genetalia: bersih kotor Masalah Keperawatan:
b. Sekret: ada tidak
c. Ulkus: ada tidak Tidak ada masalah
d. Kebersihan meutus uretra bersih kotor keperawatan
e. Keluhan kencing ada tidak
Bila ada, jelaskan:
f. Kemampuan berkemih:
Spontan alat bantu, sebutkan
Jenis : Tidak ada
Ukuran : Tidak ada
Hari ke : Tidak ada

g. Produksi urine: 2.590 cc/24 jam


Warna : Kuning muda
Bau : Terdapat bau pada urine pasien
h. Kandung kemih: Membesar ya tidak
i. Nyeri tekan ya tidak
j. Intake cairan oral: 1.600 cc/hari parental : 2.000 cc
k. Balance cairan: 2.730 cc-2.590 cc =140 cc

l. Lain-lain : Terpasang infus RL di tangan kanan dan pasien menggunakan pampers

6. Sistem Pencernaan (B5) Masalah Keperawatan:


a. TB :158 cm BB : 66 kg
b. IMT :26,4 kg/m3 Interpretasi :Berat badan lebih Tidak ada masalah
keperawatan

c. Mulut: bersih kotor berbau


d. Membran mukosa lembab kering stomatitis
e. Tenggorokan: Tidak sakit tenggorokan
Sakit menelan kesulitan menelan
Pembesaran tonsil nyeri tekan

f. Abdomen: tegang kembung ascites Supel


g. Nyeri tekan: ya tidak
h. Luka operasi: ada tidak
Tanggal operasi : Tidak dikaji
Jenis operasi :Tidak dikaji
Lokasi :Tidak dikaji
Keadaan : Tidak dikaji
Drain : ada tidak
- Jumlah : Tidak dikaji
- Warna : Tidak dikaji
- Kondisi area sekitar inseri : Tidak dikaji
i. Peristaltik :Terdapat peristaltik pada usus
j. BAB : Terakhir tanggal:
k. Konsistensi : keras lunak cair lendir/darah
l. Diet : padat lunak cair
m. Diet Khusus :
n. Nafsu makan : baik menurun Frekuensi :3 x/hari
o. Porsi makan : habis tidak Keterangan :
p. Lain-lain :
7. Sistem penglihatan
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior Masalah Keperawatan:
OD OS Tidak ada masalah
Normal Virus Normal keperawatan

Normal Palpebra Normal


Normal Conjunctiva Normal
Normal Kornea Normal
Normal BMD Normal
Normal Pupil Normal
Normal Iris Normal
Normal Lensa Normal
Normal TIO Normal

b. Keluhan nyeri ya tidak


P : Tidak ada
Q : Tidak ada
R : Tidak ada
S : Tidak ada
T : Tidak ada
c. Luka operasi ada tidak
Tanggal operasi : Tidak ada
Jenis operasi : Tidak ada
Lokasi : Tidak ada
Keadaan : Tidak ada
d. Pemeriksaan penunjang lain : Tidak ada
e. Lain-lain :

8. Sistem penglihatan
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior Masalah Keperawatan:

OD OS Tidak ada masalah


keperawatan
Normal Aurcicula Normal
Normal MAE Normal
Normal Membran Normal
Normal Tymphani Normal
Normal Rinne Normal
Normal Weber Normal
Swabach

b. tes Audiometri: Pasien dapat mendengar dengan baik

c. Keluhan nyeri ya tidak


P : Tidak ada
Q : Tidak ada
R : Tidak ada
S : Tidak ada
T : Tidak ada
d. Luka operasi ada tidak
Tanggal operasi : Tidak ada
Jenis operasi : Tidak ada
Lokasi : Tidak ada
Keadaan : Tidak ada
e. Alat bantu dengar : Tidak ada
f. Lain-lain :

9. Sistem muskuloskeletal (B6)


a. Pergerakan sendi : bebas terbatas Masalah Keperawatan:
b. Kekuatan otot :
5-5-5-5-5 5-5-5-5-5

3-3-3-3-3 5-5-5-5-5
c. Kelainan ekstremitas : ya tidak
d. Kelainan tulang belakang : ya tidak
Frankel :
e. Fraktur : ya tidak
- Jenis : Tidak ada
f. Traksi ya tidak
- Jenis :Tidak dikaji
- Beban :Tidak dikaji
- Lama pemasagan :Tidak dikaji
g. Penggunaan spalk/gips: ya tidak
h. Keluhan nyeri ya tidak
P : Tumor Lumbar 1 residif
Q : cekot-cekot,seperti ditusuk-tusuk
R :di bagian pantat-kaki kanan
S :8
T :Hilang timbul
i. Sirkulasi perifer : Normal
j. Kompartemen syndrome ya tidak
k. Kulit :sawo matang ikterik sianosis kemerahan hiperpigmentasi
l. Tugor baik kurang jelek
m. Luka operasi ada tidak
Tanggal operasi :Juni 2021
Jenis operasi :Op. Tulang belakang
Lokasi :pinggul
Keadaan :kering
Drain : ada tidak
- Jumlah :Tidak dikaji
- Warna : Tidak dikaji
- Kondisi area sekitar insersi : Tidak dikaji
n. ROM :Pasif
o. Cardinal Sign :Tidak dikaji
p. Lain-lain :

10. Sistem Integumen


a. Penilaian resiko decubitus
Aspek yang Kriteria penilaian Nilai
dinilai
1 2 3 4
Persepsi Sesoris Terbatas Sangat Terbatas Keterbatasan Tidak ada 4
Sepenuhnya Ringan Gangguan
Kelembaban Terus Menerus Sangat Lembab Kadang2 Basah Jarang Basah 4
basah
Aktifitas Bedfast Chairfast Kadang2 Jalan Lebih Sering 4
Jalan
Mobilitas Immobile Sangat Terbatas Keterbatasa Tidak ada 3
Sepenuhnya Ringan Keterbatasan
Nutrisi Sangat Buruk Kemungkinan Adekuat Sangat baik 4
Tidak
Adekuat
Gesekan & Bermasalah Potensial Tidak 3
Pergeseran Bermasalah Menimbulkan
Masalah
NOTE: Pasien dengan nilai total <16 maka dapat dikatakan Total Nilai 22
bahwa pasien berisiko mengalami decubitus (passure
ulcers)
(15 or 16 = low risk, 13 or 14 -= moderate risk, 12 or less =
high risk)

b. Warna :sawo matang Masalah Keperawatan:


c. Pitting edema :- grade:Tidak kaji
d. Ekskoriasis : ya tidak Tidak ada masalah
keperawatan
e. Psoriasis : ya tidak
f. Pruritus : ya tidak
g. Urtikaria : ya tidak
h. Lain-lain :
11. Sistem Endokrin
a. Pembesaran tyroid : ya tidak Masalah Keperawatan:
b. Pembesaran kelenjar getah bening : ya tidak
Tidak ada masalah
c. Hipoglikemia : ya tidak keperawatan
d. hiperglikemia : ya tidak
e. Kondisi kaki DM
- Luka gangren ya tidak
Jenis : Tidak ada
- Lama luka : Tidak ada
- Kedalaman : Tidak ada
- Kulit kaki : Tidak ada

- Kuku kaki : nampak baik


- Telapak kaki :nampak baik
- Jari kaki :jumlah jari 10 (normal)
- Infeksi ya tidak
- Riwayat luka sebelumnya ya tidak
Jika ya : Tidak ada
- Tahun :Tidak ada
- Jenis Luka : Tidak ada
- Lokasi : Tidak ada
- Riwayat amputasi sebelumnya ya tidak
Jika ya :
- Tahun : Tidak ada
- Lokasi : Tidak ada
f. ABI :Tidak dikaji
g. Lain-lain :

Masalah Keperawatan:
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Persepsi klien terhadap peyakitnya: -Ansietas
Px. Mengatakan merasa khawatir pada penyakitnya -Defisit pengetahuan

b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya


Murung/diam gelisah tegang marah/menangis
c. Reaksi saat interaksi koorperatif tidak kooperatif curiga
d. Gangguan konsep diri :

e. Lain-lain: Pasien berualang-ulang menanyakan soal sakit nyeri yang diderita pada bagian
pantat sampai kaki kanan

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah


keperawatan
PENGKAJIAN HYGIENE & KEBIASAAN
Jelaskan: Pasien mandi 2x sehari saat belum sakit dan selalu sikat gigi saat
sesudah makan.
Pasien saat sakit juga melakukan mandi 2x sehari saat belum sakit dan
selalu sikat gigi saat sesudah makan.

PENGKAJIANSPIRITUAL
a. Kebiasaan beribadah
- Sebelum sakit sering kadang-kadang tidak pernah
- Selama sakit sering kadang-kadang tidak pernah
b. Batuan yang diperlukan klien untuk memenuhi kebutuhan beribadah:

PENGKAJIAN SPIRITUAL
Masalah Keperawatan:
Jelaskan : Pasien mengatakan rajin melakukan salat 5 waktu dan ibadah
lainnya. Tidak ada masalah
keperawatan
TERAPI :

-65H wb 2 bag (2jam sebelum op.)


- post op. :-Inj. Ceftriaxone 2×1 Ampul
- Inj Ondan 2x4 mg ampul
- InF R1 2000 cc / 24 Jam
-Inj Ketorololac 3×30 mg Ampul
- Inj: Tramadol 3×100 mg ampul

DATA TAMBAHAN LAIN:


Tanggal : 22/03
Jenis pemeriksaan : Pemeriksaan radiologi
Hasil : Cardiomegaly
Tgl. 22/3/22
Tampak bulding disc setinggi VI 1-2, 2-3, 3-4,4-5 v 15-51
Tampak massa solid intracranial extramedulla setinggi VL 1-2 dg. ukuran 4,5 x 5,8 x 4,9 cm dgn.
hambatan partial pol aliran liquor cerebrospinalis dg. tinggi VI 1-2.
Tgl. 22/3/22
- Cardiomegaly
Tgl. 22/03/22
-Hematologi lengkap:
-Hb: 11,7 -Hemalokrit 38.3
- Eritrost: 4,3 Trombosit: 285.000 -Leukosit :7-050
Tgl 22/03 /22
-BUN / Blod Urea Nitrogen = 13 mg/dL
-Kreatin : 0,49 mg/dl
Tgl 23/3/22
-Hb : 11,7 Surabaya, 22 Maret 2022
-Leokosit : 7.050

-Trombosit : 285.000
-GDA : 113 (Syafiqah Tsabitah Sari)
-BUN : 13
-Creatin : 0,49
B. ANALISA DATA

No DATA ETIOLOGI MASALAH

1 Tumor lumbar 1 Nyeri akut


DS : Px. Mengatakan nyeri pantat sampai
Residif
22/Maret/
kaki kanan
22
P: Pasien mengeluh nyeri karena ada tumor
di Lumbar 1
Q:Nyeri cekot-cekot
Bertambah massa
R: Di bagian pantat sampai kaki kanan
dalam lumbar 1
S: 8
DO: Px. Tampak lemas, Px tampak
meringis menahan sakit
TD : 145/86 mmHg
Sistem
S : 36,6 C
muskuloskelatal
N: 65 x/menit
RR:22x/menit
SpO2 : 97%
ROM : 5 5
Agen pencedera fisik
3 5

Nyeri pantat sampai


kaki kanan
2. Tumor Lumbar 1 Ansietas
DS: Px. Mengatakan merasa khawatir
Residif
22
dengan penyakitnya
22/Maret/22 DO : Px. Tampak meringis dan gelisah
TD : 145/86 mmHg
22
S : 36,6 C
Kekhawatiran
N: 65 x/menit
mengalami
RR:22x/menit
kegagalan
SpO2 : 97%

Ekspresi tampak
meringis

Ansietas
3. Tumor Lumbar 1 Defisit
DS : Px. Menayakan masalah yg dihadapi
Residif pengetahuan
22
DO: Px. Menunjukan persepsi yg keliru
entang tumor
22/Maret/22 tehadap masalah
lumbar 1
TD : 145/86 mmHg
22 ditunjukkan
S : 36,6 C
Ketidaktahuan karena cemas
N: 65 x/menit
menemukan seringmenanyaka
RR:22x/menit
sumber informasi n penyakitnya
SpO2 : 97%

Defisit
pengetahuan
entang tumor
lumbar 1
ditunjukkan
karena cemas
seringmenanyaka
n penyakitnya

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d penyebab agen pencedera fisik ditandai dengan gejala mengeluh nyeri
2. Ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan dengan gejala merasa khawatir
akibat penyakit karena kurang pengetahuan tentang informasi penyakit tersebut
3. Defisit pengetahuan b.d ketidaktahuan menemukan sumber informasi dengan gejala
menanyakan masalah yang dihadapi
C. INTERVENSI

NO DIAGNOSA
TUJUAN DAN KRITERIA
D KEPERAWAT INTERVENSI
HASIL
X AN
Nyeri akut b.d 1. Monitor TTV
1. Setelah dilakukan tindakan
2. M= 1. Sediakan materi
penyebab agen
keperawatan 2x24 jam dan media pendidikan
pencedera fisik kesehatan 2, Berikan
diharapkan nyeri akut
keempatan u/ bertanya
ditandai dengan
berkurang dengan kriteria 3. K=Tidak ada
gejala mengeluh 4. O=Identifikasikesiapan
hasil :
7 kemampuan
nyeri
1. Keluhan menerima informasi
5. E= 1.Jelaskan tujuan
nyeri
&manfaat teknik
menurun (5) manfaat 2. Ajarkan
melakukan inspirasi
2. Meringis menurun (5)
dengan menghirup
udara melalui hidung
secara perlahan. 3.
Ajarkan melakukan
eksirasi dengan
mengehembuskan udara
mulut mencucu secara
perlahan

Ansietas b.d 1. Monitor TTV


2. Setelah dilakukan tindakan
M= 1. Pilih musik yang
kekhawatiran
keperawatan 2x24 jam disukai
mengalami 2. Posisikan dalam
diharapkan nyeri akut
psisi yg nyaman
kegagalan
berkurang dengan kriteria K= Tidak ada
dengan gejala O=1. Identifikasikan
hasil :
perubahan perilaku atau
merasa khawatir
1. Perilaku tegang fisiologis yang akan
akibat penyakit dicapai 2. Identifikasi
menurun (5)
musik yang disukai
karena kurang
2. Keluhan pusing (5) E= 1. Jelaskan tujuan
pengetahuan dan prosedur terapi
musik 2. Anjurkan
tentang
rileks selama
informasi mendengarkan musik
penyakit tersebut
Defisit Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor TTV
3.
pengetahuan b.d keperawatan 2x24 jam M=1.Sediakan materi
ketidaktahuan diharapkan nyeri akut &media pendidikan
menemukan berkurang dengan kriteria kesehatan 2. Berikan
sumber hasil : kesempatan untuk
informasi dengan 1. Pertanyaan tentang bertanya
gejala masalah yg dihadapi
K: Kolibarisa dengan tim
menanyakan menurun (5)
medis
masalah yang 2. Perilaku membaik (5)
O=Identifikasi kesiapan
dihadapi
dan kemampuan
menerima informasi
E=1. Jelaskan
penyebab, periode, &
strategi meredakan
nyeri 2, Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

TGL/JAM NO IMPLEMENTASI EVALUASI TTD


D
X
1. Memonitor TTV
22/3/221. S =Px. Mengatakan
R/Px. Dapat mengetahui
hasil TTVnya pantat sampai kaki kanan
12:00
M= 1. Menyediakan materi
masih terasa sakit, nyeri
dan media pendidikan
kesehatan sedikit mendingan
2. R/ Px. Menunggu perawat
untuk menjelaskan O= VS
informasi
TD : 124/79 mmHg
3. 2, Memberikan
kesempatan u/ bertanya S : 36,3 C
4. R/Px. Aktif bertanya
N: 84 x/menit
5. K=Tidak ada
O= Mengidentifikasi RR:20x/menit
kesiapan & kemampuan
SpO2 : 99%
menerima informasi
6. R/Px. Siap dan mampu 5 5
menerima informasi
E= 1.Menjelaskan tujuan 4 5
&manfaat teknik manfaat
R/Px. Mengetahui A: Masalah teratasi
penjelaskan yg dijelaskan
sebagian
2. Mengjarkan melakukan
inspirasi dengan menghirup
udara melalui hidung secara P: Intervensi dilanjutkan
perlahan. sebagian (E=2,3)
R/ Px. Dapat melakukan
inspirasi dengan baik 2. Mengjarkan
3.Mengajarkan melakukan melakukan inspirasi
eksirasi dengan dengan menghirup udara
mengehembuskan udara melalui hidung secara
mulut mencucu secara perlahan.
perlahan 3.Mengajarkan
melakukan eksirasi
R/ Px. Dapat melakukan dengan mengehembuskan
ekspiasi dengan baik udara mulut mencucu
secara perlahan
2. Mengjarkan melakukan
22/3/22 1. E:
inspirasi dengan menghirup
18:00 S=Px. Mengatakan pantat
udara melalui hidung secara
sampai kaki kanan sudah
perlahan.
mendingan
3.Mengajarkan melakukan
eksirasi dengan O= VS
mengehembuskan udara mulut TD : 124/79 mmHg
mencucu secara perlahan S : 36,3 C
N: 84 x/menit
RR:20x/menit
SpO2 : 99%
A= Masalah teratasi
P= Intervensi dihentikan
5 5
5 5
1.Memonitor TTV
22/3/222. S= Px. Mengatakan saat ini
R/ Px mengetahui hasil
sudah lebih tenang dari
12:00
TTVnya
yang sebelumnya
M= 1. Memilih musik yg
O = VS
disukai
TD : 124/79 mmHg
R/Px. Memilih musik yang
S : 36,3 C
disukai
N: 84 x/menit
2. Memposisikan yang
RR:20x/menit
nyaman
SpO2 : 99%
R/ Pasien merasa nyaman
A= Masalah teratasi
O= 1. Mengidentifikasikan
sebagian
perubahan perilaku atau
P= Intervensi dilanjutkan
fisiologi yg akan diapai
sebagian (M=2 E=2)
R/Px. Dapat lebih nyaman
1. Memposisikan
beraktivitas
yang nyaman
3. Mengidentifikasi musik
yang disukai 2.Mengajarkan rileks
R/ Px. Dapat lebih nyaman selama
beraktivitas mendengarkan
E= 1. Menjelaskan tujan & musik
prosedur terapi musik
R/ Px dapat mengetahui
prosedur mendengarkan musik

2.Mengajarkan rileks selama


mendengarkan musik

R/ Px. Dapat rileks selama


mendengarkan musik
Tgl/Jam No Implementasi Evaluasi TTD
D
X

22/3/22 2. E=
1. Memposisikan yang
18:00 S= Px. Mengatakan
nyaman
sudah lebih tenang
2.Mengajarkan rileks selama dari yg sebelumnya
mendengarkan musik O= VS (Vital Sign)
TD : 124/79 mmHg
S : 36,3 C
N: 84 x/menit
RR:20x/menit
SpO2 : 99%

A= Masalah
teratasi
P=Intervensi
dihentikan

1. Memonitor TTV
E=
R/ Px dapat mengetahui
22/3/22 3. S = Px.
hasil TTVnya
Mengatakan sudah
12:00
2. M= 1. Menyediakan
paham akan
materi &media
informasi yg
pendidikan
diterima
R/ Px menunggu untuk O=VS (Vital Sign)
diajarkan dan TD : 124/79 mmHg
diberikan informasi2. S : 36,3 C
Memberikan N: 84 x/menit
kesempatan untuk RR:20x/menit
bertanya SpO2 : 99%
A = masalah sudah
R/ Px aktiv bertanya
teratasi
3. O= Mengidentifikasi
P= Intervensi
kesiapan &
dihentikan
kemampuan
menerima informasi

R/Px. Siap dan mampu


menerima informasi
4. E=1. Menjelaskan
penyebab,
periode,dan strategi
meredakan nyeri

R/Px. Dapat mengetahui


dengan baik

2.Mengajarkan teknik
informakologi untuk
mengurangi rasa nyeri

R/Px. Dapat mengetahui


informasi dengan baik

Anda mungkin juga menyukai