Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN APPENDIKSITIS

Kelompok 3

Di Susun Oleh :
Deni Amala ( 42010121B007 )
Devi Dwi Septaliani ( 42010121B008 )
Linta Ulinnuha ( 42010121B016 )

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CIREBON

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Asuhan Keperawatan dengan
Apendiksitis “ dengan sebaik – baiknya.
Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ilmu
keperawatan serta sebagai syarat menempuh mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah (KMB).
Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah mengalami berbagai hal baik suka maupun
duka. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan selesai dengan lancar dan
tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan serta bimbingan dari tim kelompok maupun
berbagai pihak.
Sebagai rasa syukur atas terselesainya makalah ini, maka dengan tulus penulis sampaikan
terimakasih kepada pihak-pihak yang turut membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu.
Dalam penyusunan malalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik pada
teknik maupun materi. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
dapat diterapkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan dengan judul
makalah ini.

Jakarta, September 2021

Penyusun

DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 3
D. Manfaat 4

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Pengertian Appendisitis 5
B. Klasifikasi Appendiksitis 5
C. Anatomi dan Fisiologi Appendisitis 6
D. Etiologi 6
E. Patofisiologi 6
F. Manifestasi Klinik 1
G. Pathway 2
H. Pemeriksaan Diagnostik 3
I. Penatalaksaan Medik
J. Komplikasi

BAB III TINJAUAN TEORI ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Pengkajian Keperawatan
3.2 Diagnosa 5
3.3 Intervensi 5
3.4 Implementasi 6
3.5 Evaluasi 6

BAB IV TINJAUAN KASUS


4.1 Pengkajian Keperawatan
4.2 Diagnosa 5
4.3 Intervensi 5
4.4 Implementasi 6
3.5 Evaluasi 6
BAB V PENUTUP
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tingkat kejadian appendisitis di negara maju lebih tinggi di bandingkan dengan negara
berkembang. Appendisitis dapat terjadi pada laki – laki dan perempuan pada segala usia tapi
pada umumnya saat usia remaja yaitu sektar usia 20 – 30 tahun. Appendisitis pada umumnya
terjadi pada laki – laki (Kowalak, 2011).
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum (caecum). Infeksi ini bisa mengakibatkan
peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang
umumnya berbahaya. ( Wim de Jong et al, 2011). Beberapa literatur menyebutkan bahwa
tindakan apendiktomi ini dapat timbul berbagai masalah keperawatan, salah satu diantaranya
kerusakan intergritas jaringan. Kerusakan intergritas jaringan disebabkan oleh luka operasi atau
insisi yang menyebabkan rusaknya jaringan tubuh dan putusnya ujung-ujung syaraf
(Sjamsuhidajat & De Jong 2011).
Penelitian terbaru menunjukkan 7% penduduk di negara barat menderita apendisitis dan
terdapat lebih dari 200.000 apendiktomi dilakukan di Amerika Serikat setiap tahunnya (WHO
2014). Badan WHO (World Health Organization) menyebutkan insidensi apendisitis di Asia dan
Afrika pada tahun 2014 adalah 4,8% dan 2,6% penduduk dari total populasi. Di Indonesia
insiden appendisitis cukup tinggi, terlihat dengan adanya peningkatan jumlah pasien dari tahun
ketahun. Berdasarkan data yang diperoleh dari (Depkes, 2016), kasus appendisitis pada tahun
2016 sebanyak 65.755 orang dan pada tahun 2017 jumlah pasien appendisitis sebanyak 75.601
orang. Dinkes Jawa Timur menyebutkan pada tahun 2017 jumlah kasus apendisitis di Jawa
Timur sebanyak 5.980 penderita dan 177 penderita diantaranya menyebabkan kematian (Dinas
kesehatan, 2017).
Tindakan pengobatan terhadap apendisitis dapat dilakukan dengan cara operasi. Operasi
apendiks dilakukan dengan cara apendiktomy yang merupakan suatu tindakan pembedahan
membuang apendiks. Adapun respon yang timbul setelah tindakan apendiktomy untuk kerusakan
jaringan dan rusaknya ujung – ujung syaraf yang memyebabkan timbul masalah keperawatan
kerusakan intergritas jaringan (Aribowo, H & Andrifiliana, 2011).
Kerusakan intergritas jaringan akibat efek operasi apendiktomy yaitu salah satu masalah
keperawatan yang muncul pada klien post operasi apendisitis dapat diatasi oleh tugas perawat
dengan cara memantau perkembangan kerusakan kulit klien setiap hari dengan mencegah
penggunaan linen bertekstur kasar dan jaga agar linen tetap bersih, tidak lembab, dan tidak
kusut. Melakukan perawatan luka secara aseptik 2 kali sehari dan monitor karakteristik luka
meliputi warna, ukuran, bau dan pengeluaran pada luka. Perawat harus selalu mempertahankan
teknik steril dalam perawatan luka klien (Sjamsuhidajat & De Jong 2011).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian apendisitis?
2. Aoa saja klasifikasi appendiksitis ?
3. Apa etiologi apendisitis?
4. Bagaimana patofisologi apendisitis?
5. Bagaimana manifestasi klinis apendisitis?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostik ?
7. Bagaimana penatalaksanaan terhadap pasien apendistis?
8. Apa saja komplikasi appendiksitis ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian tentang apendisitis.
2. Untuk mengetahui klasifikasi appendistis
3. Untuk mengetahui etiologi apendisitis.
4. Untuk mengetahui patofisiologi apendisitis.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis apendisitis.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik
7. Untuk mengetahui pentalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien apendisitis
8. Untuk mengetahui kompilkasi appendikstis
9.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Apendisitis merupakan inflamasi akut pada apendisitis verniformis dan
merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat. (Brunner &
Suddarth, 2014). Apendisitis merupakan proses peradangan akut maupun kronis
yang terjadi pada apendiks vemiformis oleh karena adanya sumbatan yang terjadi
pada lumen apendiks. Gejala yang pertama kali dirasakan pada umumnya adalah
berupa nyeri pada perut kuadran kanan bawah. Selain itu mual dan muntah sering
terjadi beberapa jam setelah muncul nyeri, yang berakibat pada penurunan nafsu
makan sehingga dapat menyebabkan anoreksia (Fransisca dkk, 2019).

Gambar 1 Inflamasi Apendik


Sumber : Fransisca, dkk, 2019

Usus buntu atau apendis merupakan bagian usus yang terletak dalam
,pencernaan. Untuk fungsinya secara ilmiah belum diketahui secara pasti, namun
usus buntu ini terkadang banyak sekali sel-sel yang berfungsi untuk
mempertahankan atau imunitas tubuh. Dan bila bagian usus ini mengalami infeksi
akan sangat terasa sakit yang luar biasa bagi penderitanya (Saydam Gozali, 2011).
Jadi, dari referensi diatas yang di maksud dengan apendisitis merupakan
suatu peradangan pada bagian usus (Caecum) yang disebabkan karena ada
obstruksi yang mengharuskan dilakukannya tindakan bedah.

B. Klasifikasi Appendiksitis
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), apendisitis diklasifikasikan

menjadi 3 yaitu :

1. Appendiksitis akut yaitu radang pada umbai cacing yang memberikan tanda
setempat, disertai maupun tidak disertai rangsangan peritoneum local. . Gajala
appendisitis akut talah nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri
viseral didaerah epigastrium disekitar umbilikus. Keluhan ini sering disertai mual
dan kadang muntah. Umumnya nafsu makan menurun. Dalam beberapa jam
nyeri akan berpindah ketitik mcBurney. Disini nyeri dirasakan lebih tajam dan
lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat.
2. Apendisitis rekures yaitu jika ada riwayat nyeri berulang diperut kanan

bawah yang mendorong dilakukannya apendiktomi. Kelainan ini terjadi bila

serangan yang apendiksitis akut pertama kali sembuh spontan. Namun

apendisitis tidak pernah kembali kebentuk aslinya karena terjadi fibrosis

dan jaringan parut.

3. Appendiksitis kronis Diagnosis appendisitis kronis baru dapat ditegakkan jika


ditemukan adanya : riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang
kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik ((fibrosis menyeluruh di
dinding apendiks, sumbatan parsial atau lumen apendiks, adanya jaringan parut
dan ulkus lama dimukosa dan infiltasi sel inflamasi kronik). Kriteria mikroskopik
appendisitis kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan
parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama
dimukosa, dan adanya sel inflamasi kronik. Insiden appendisitis kronik antara 1-
5%.
C. Anatomi dan Fisiologi Appendisitis

Gambar 2 Apendik
Sumber : Fransisca, dkk, 2019

a. Anatomi Appendisitis
Appendiks vermiformis atau yang sering disebut sebagai apendiks adalah
organ berbentuk tabung dan sempit yang mempunyai otot dan banyak
mengandung jaringan limfoid. Panjang apendiks vermiformis bervariasi dari 3-5
inci (8-13 cm). Dasarnya melekat pada permukaan aspek posteromedial caecum,
2,5 cm dibawah junctura iliocaecal dengan lainnya bebas. Lumennya melebar di
bagian distal dan menyempit di bagian proksimal (S. H. Sibuea, 2014).
Apendiks vermiformis terletak pada kuadran kanan bawah abdomen di
region iliaca dextra. Pangkalnya diproyeksikan ke dinding anterior abdomen pada
titik sepertiga bawah yang menghubungkan spina iliaca anterior superior dan
umbilicus yang disebut titik McBurney (Siti Hardiyanti Sibuea, 2014). Hampir
seluruh permukaan apendiks dikelilingi oleh peritoneum dan mesoapendiks
(mesenter dari apendiks) yang merupakan lipatan peritoneum berjalan kontinue
disepanjang apendiks dan berakhir di ujung apendiks. Vaskularisasi dari
apendiks berjalan sepanjang mesoapendiks kecuali di ujung dari apendiks dimana
tidak terdapat mesoapendiks. Arteri apendikular, derivate cabang inferior dari
arteri ileocoli yang merupakan trunkus mesentrik superior. Selain arteri
apendikular yang memperdarahi hampir seluruh apendiks, juga terdapat
kontribusi dari arteri asesorius. Untuk aliran balik, vena apendiseal cabang dari
vena ileocolic berjalan ke vena mesentrik superior dan kemudian masuk ke
sirkulasi portal (Eylin, 2009).
b. Fisiologi Appendisitis
Secara fisiologis, apendiks menghasilkan lendir 1 – 2 ml per hari. Lendir
normalnya dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalirkan ke sekum.
Hambatan aliran lendir di muara apendiks berperan pada patogenesis apendiks.
Immunoglobulin sekreator yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lympoid
Tissue) yang terdapat di sepanjang saluran pencerna termasuk apendiks ialah
IgA. Immunoglobulin tersebut sangat efektif sebagai perlindungan terhadap
infeksi. Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem
imun tubuh karena jumlah jaringan limfa disini kecil sekali jika dibandingkan
dengan jumlahnya disaluran cerna dan diseluruh tubuh (Arifin, 2014).

D. Etiologi
Apendisitis akut merupakan merupakan infeksi bakteria. Berbagai
berperan sebagai faktor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan
faktor yang diajukan sebagai faktor pencetus disamping hyperplasia jaringan
limfe, fekalit, tumor apendiks dan cacing askaris dapat pula menyebabkan
sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan apendisitis adalah
erosi mukosa apendiks karena parasite seperti E.histolytica. Penelitian
epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat
dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan
menaikkan tekanan intrasekal yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional
apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa.
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor
prediposisi yaitu:
a. Factor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi
ini terjadi karena:
1) Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
2) Adanya faekolit dalam lumen appendiks
3) Adanya benda asing seperti biji-bijian
4) Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.

b. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan
Streptococcus
1) Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30
tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan
jaringan limpoid pada masa tersebut.
2) Tergantung pada bentuk apendiks:
3) Appendik yang terlalu panjang
4) Massa appendiks yang pendek
5) Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks

E. Patofisiologi
Apendiksitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, neoplasma. Obstruksi tersebut
menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama
mucus tersebut meningkat, namun elastisitas dinding apendiks memiliki keterbatasan
sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen, tekanan yang meningkat
tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema. Pada saat inilah
terjadi apendiksitis akut fokal yang ditandai dengan nyeri epigastrium. Sekresi mukus
terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat hal tersebut akan menyebabkan
obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding apendiks.
Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga
menimbulkan nyeri di abdomen kanan bawah. (wijaya & putri, 2013, hal. 89

F. Manifestasi Klinis
Menurut Baughman dan Hackley (2016), manifestasi klinis apendisitis meliputi :
a. Nyeri kuadran bawah biasanya disertai dengan demam derajat rendah, mual dan
seringkali muntah.
b. Pada titik McBurney (terletak dipertengahan antara umbilicus dan spina anterior
dari ilium) nyeri tekan setempat karena tekanan dan sedikit kaku dari bagian
bawah otot rektus kanan.
c. Nyeri alih mungkin saja ada, letak apendiks mengakibatkan sejumlah nyeri
tekan, spasm otot, dan konstipasi atau diare kambuhan.
d. Tanda rovsing (dapat diketahui dengan mempalpasi kuadran kanan bawah, yang
menyebabkan nyeri pada kuadran kiri bawah).
e. Jika terjadi rupture apendiks, maka nyeri akan menjadi lebih melebar; terjadi
distensi abdomen akibat ileus paralitik dan kondisi memburuk.
Gambar 3 Apendik
Sumber : Fransisca, dkk, 2019

G. Pathway
E. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Wijaya & Putri (2013, hal. 91) pemeriksaan diagnostik dari apendiksitis
meliputi:
1. Laboratorium
Ditemukannya leukositosis 10.000 s/d 18.000/mm3, semakin tinggi
leukositosis maka semakin hebat pula peradangan yang terjadi.
2. Radiologi
Pemeriksaan radiologi pada 55% kasus apendiksitis stadium awal akan
ditemukan gambaran foto polos abdomen yang abnormal, gambaran yang
lebih spesifik adanya massa jaringan lunak di perut kanan bawah dan
mengandung gelembung-gelembung udara.
3. Pemeriksaan penunjang lain
1) Pada copy fluorossekum dan ileum terminasi tampak irritable
2) Pemeriksaan colok dubur, menyebabkan nyeri bila di daerah infeksi, bisa
dicapai dengan jari telunjuk
3) Uji psoas dan uji obturator

Gambar 4 Pemeriksaan Penunjang


Sumber : Fransisca, dkk, 2019
H. Penatalaksanaan Apendiksitis
a. Operasi

1) Appendiktomy adalah suatu pengangkatan appendiks terinflamasi yang


dapat digunakan pada pasien dengan menggunakan pendekatan
endoskopi.
2) Tindakan Appendiktomy ini, Appendiks di buang, jika apendik mengalami
perforasi bebas, maka abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan
antibiotika.
3) Abses apendik diobati dengan antibiotika IV, massanya mungkin
mengecil atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu
beberapa hari. Appendiktomy dilakukan bila abses, lalu dilakukan operasi
elektif sesudah 6 minggu sampai 3 bulan (Wijaya & putri ,2013, hal. 88)

b. Pasca Operasi
Dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya
perdarahan didalam, syok, hipertermia, atau gangguan pernafasan, angkat
sonde lambung bila pasien sudah sadar sehingga aspirasi cairan lambung
dapat dicegah, kemudian baringkan pasien dalam posisi fowler. Pasien
dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama itu pasien
dipuasakan, bila tindakan operasi besar, maka puasa diteruskan sampai fungsi
usus kembali normal. Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan duduk tegak
ditempat tidur selama 2 x 30 menit. Hari kedua pasien dianjurkan duduk di
luar kamar. Hari ke tujuh jahitan dapat diangkat dan pasien diperoleh pulang
(Wijaya & Putri, 2013, hal. 92)

I. Kompikasi
Komplikasi yang terjadi pasca operasi menurut Mansjoer (2012) :
1) Perforasi Apendisitis
Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri
menyebar ke rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama
sejak awal sakit, tetapi meningkat tajam sesudah 24 jam. Perforasi dapat
diketahui praoperatif pada 70% kasus dengan gambaran klinis yang timbul
dari 36 jam sejak sakit, panas lebih dari 38,5 derajat celcius, tampak toksik,
nyeri tekan seluruh perut dan leukositosis. Perforasi dapat menyebabkan
peritonitis.
2) Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi
berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila infeksi
tersebar luas pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis
umum. Aktivitas peristaltic berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus
meregang dan hilangnya cairan elektrolit mengakibatkan dehidrasi, syok,
gangguan sirkulasi dan oligouria. Peritonitis disertai rasa sakit perut yang
semakin hebat, nyeri abdomen, demam dan leukositosis.
3) Abses
Abses merupakan peradangan apendisitis yang berisi pus. Teraba masa
lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Masa ini mula-mula berupa
flegmon dan berkembang menjadi rongga yang mengandung pus. Hal ini
terjadi bila apendisitis gangrene atau mikroperforasi ditutupi oleh omentum.
16

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan
a. Data demografi
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan,
pekerjaan, alamat, nomor register.
b. Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama

Nyeri pada daerah abdomen kanan bawah.

2) Riwayat kesehatan sekarang

Klien mengatakan nyeri pada daerah abdomen kanan bawah yang menembus

kebelakang sampai pada punggung dan mengalami demam tinggi

3) Riwayat kesehatan dahulu

Apakah klien pernah mengalami operasi sebelumnya pada colon.

4) Riwayat kesehatan keluarga

Apakah anggota keluarga ada yang mengalami jenis penyakit yang sama.

c. Pemeriksaan fisik ROS (review of system)

1) Kedaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai,

konjungtiva anemis.

2) Sistem kardiovaskuler : ada distensi vena jugularis, pucat, edema, TD

3) >110/70mmHg; hipertermi.

4) Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada simetris, ada

tidaknya sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak

terpasang O2, tidak ada ronchi, whezing, stridor.

5) Sistem hematologi : terjadi peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya

infeksi dan pendarahan.


17
6) Sistem urogenital : ada ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pinggang

serta tidak bisa mengeluarkan urin secara lancer.

7) Sistem muskuloskeletal : ada kesulitan dalam pergerakkan karena proses

perjalanan penyakit.

8) Sistem Integumen : terdapat oedema, turgor kulit menurun, sianosis, pucat.

9) Abdomen : terdapat nyeri lepas, peristaltik pada usus ditandai dengan distensi

abdomen.

d. Pola fungsi kesehatan menurut Gordon.

1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

Adakah ada kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan

kebiasaan olahraga (lama frekwensinya), karena dapat mempengaruhi

lamanya penyembuhan luka.

2) Pola nutrisi dan metabolism.

Klien biasanya akan mengalami gangguan pemenuhan nutrisi akibat pembatasan intake

makanan atau minuman sampai peristaltik usus kembali normal.


3) Pola Eliminasi.
Pada pola eliminasi urine akibat penurunan daya konstraksi kandung kemih, rasa nyeri
atau karena tidak biasa BAK ditempat tidur akan mempengaruhi pola eliminasi urine.
Pola eliminasi akan mengalami gangguan yang sifatnya sementara karena pengaruh
anastesi sehingga terjadi penurunan fungsi.
4) Pola aktifitas.
Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa nyeri, aktifitas
biasanya terbatas karena harus bedrest berapa waktu lamanya setelah pembedahan.
5) Pola sensorik dan kognitif.
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan serta pendengaran, kemampuan berfikir,
mengingat masa lalu, orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.
6) Pola Tidur dan Istirahat.
Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat sehingga dapat mengganggu
kenyamanan pola tidur klien.
7) Pola Persepsi dan konsep diri.
Penderita menjadi ketergantungan dengan adanya kebiasaan gerak segala kebutuhan harus
dibantu. Klien mengalami kecemasan tentang keadaan dirinya sehingga penderita mengalami
emosi yang tidak stabil.
18

8) Pola hubungan.
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa melakukan peran baik dalam
keluarganya dan dalam masyarakat. penderita mengalami emosi yang tidak stabil.

e. Pemeriksaan diagnostic.

1) Ultrasonografi adalah diagnostik untuk apendistis akut.


2) Foto polos abdomen : dapat memperlihatkan distensi sekum, kelainan non spesifik seperti
fekalit dan pola gas dan cairan abnormal atau untuk mengetahui adanya komplikasi pasca
pembedahan.
3) Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit yang merupakan
tanda adanya infeksi.
4) Pemeriksaan Laboratorium.
Darah : Ditemukan leukosit 10.000 – 18.0000 µ/ml.
Urine : Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan eritrosit.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon klien terhadap masalah kesehatan
atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial (PPNI, 2017).
Berdasarkan pada semua data pengkajian diagnosa keperawatan utama yang dapat muncul pada
appendicitis, antara lain :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi (inflamasi appendicitis)
b. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (Infeksi pada appendicitis).
c. Risiko Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif (muntah).
d. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah perumusan tujuan, tindakan dan penilaian rangkaian asuhan
keperawatan pada klien berdasarkan analisa pengkajian agar masalah kesehatan dan keperawatan klien
dapat diatasi (Nurarif, A. H., & Kusuma, 2016).
19

NO Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi


hasil
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Manajemen nyer
dengan agen pencedera tindakan Observasi :
fisiologi keperawatan 1.1 Identifikasi lokasi ,
diharapkan tingkat karakteristik, durasi,
nyeri dapat menurun frekuensi, kulaitas nyeri, skala
dengan Kriteria nyeri, intensitas nyeri
Hasil : 1.2 Identifikasi respon nyeri non
1. Keluhan verbal.
nyeri menurun. 1.3 Identivikasi factor yang
2. Meringis memperberat dan
menurun
memperingan nyeri.
3. Sikap protektif
Terapeutik :
menurun. 1.4 Berikan teknik
4. Gelisah menurun.
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
1.5 Fasilitasi istirahat dan tidur.
1.6 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri.
Edukasi :
1.7 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
1.8 Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri .
Kolaborasi :
1.9 Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu
20
2. Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan Manajemen hipertermia
dengan proses penyakit tindakan keperawatan Observasi :
(Infeksi pada appendicitis). diharapkan 2.1 Identifikasi
termoregulasi penyebab hipertermia.
membaik dengan 2.2 Monitor suhu tubuh.
Kriteria Hasil : 2.3 Monitor haluaran
1. Menggigil urine. Terapeutik :
menurun.
2.4 Sediakan lingkungan
2. Takikardi menurun.
yang dingin.
3. Suhu
2.5 Longgarkan atau
tubuh membaik.
lepaskan pakaian.
4. Suhu kulit
membaik. 2.6 Berikan cairan
oral Edukasi :
2.7 Anjurkan tirah
3.6 Kolaborasi peberian cairan
IV. baring Kolaborasi :
4. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan Reduksi ansietas . pemberian
2.8 Kolaborasi
dengan kurang terpapar tindakan keperawatan Observasi : cairan dan elektrolit
informasi tingkat ansietas 4.1 Identivikasi intravena,
saat tingkat
jika
menurun dengan ansietas berubah.
perlu.
3. Risiko Hipovolemia
Kriteria HasilSetelah
: dilakukan
4.2 Monitor Manajemen
tanda tanda hypovolemi
berhubungan dengan tindakan keperawatan
1. Verbalisasi Observasi
ansietas verbal :
non verbal.
kehilangan cairan kebingunga Temani 3.1klien
secara Status cairan4.3membaik Periksa tanda
untuk dan
aktif (muntah). dengan Kriteriamengurangi
n menurun. Hasil : gejala hipovolemia.
kecemasan jika
2. Verbalisasi1 Kekuatan perlu. 3.2 Monitor intake dan output
khawatir akibatnadi meningkat. cairan. penuh
4.4 Dengarkan dengan
menurun. 2 Membraneperhatian.Terapeutik :
3. Prilaku mukosa4.5 Gunakan 3.3
lembap. Berikan asupan
pendekatan yang cairan
gelisah menurun. oral
3 Frekuensi tenang dan meyakinkan.
4. Prilaku nadi membaik.
4.6 Jelaskan prosedur, termasuk
3.4 l Edukasi :
4 Tekanan sensasi
tegang menurun. yang
3.5 mungkin
Anjurkan
darah membaik.
dialami. memperbanyak asupan
5 Turgor4.7 Anjurkan
kulit keluarga untuk
cairan oral.
membaik. tetap bersama klien, jika
3.6 Anjurkan
perlu. menghindari perubahan
4.8 Anjurkan mengungkapkan
posisi mendadak.
perasaan dan persepsi.:
Kolaborasi
4.9 Latih teknik relaksasi.
4.10 Kolaborasi pemberian
obat antiansietas jika perlu.
21
22

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter, P., & Perry,
2014).
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan
dimana rencana keperawatan dilaksanakan melaksanakan
intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap
untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam
rencana perawatan klien. Agar implementasi perencanaan dapat tepat
waktu dan efektif terhadap biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi
prioritas perawatan klien, kemudian bila perawatan telah dilaksanakan,
memantau dan mencatat respons klien terhadap setiap intervensi dan
mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia perawatan
kesehatan lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat
mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan dalam tahap proses
keperawatan berikutnya (Wilkinson.M.J, 2012).
Komponen tahap implementasi :
a) Tindakan keperawatan mandiri.

b) Tindakan keperawatan edukatif.

c) Tindakan keperawatan kolaboratif.

d) Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien

terhadap asuhan keperawatan.

5. Evaluasi Keperawatan
Menurut (Setiadi, 2012) dalam buku konsep dan penulisan asuhan keperawatan tahapan
penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
Terdapa dua jenis evaluasi:
a. Evaluasi Formatif (Proses)
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan
keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat
23
mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatif ini meliputi 4
komponen yang dikenal dengan istilah SOAP :
S (subjektif) : Data subjektif dari hasil keluhan klien, kecuali pada klien yang afasia.
O (objektif) : Data objektif dari hasi observasi yang dilakukan oleh perawat.
A (analisis) : Masalah dan diagnosis keperawatan klien yang dianalisis atau dikaji dari
data subjektif dan data objektif.
P (perencanaan) : Perencanaan kembali tentang pengembangan tindakan keperawatan,
baik yang sekarang maupun yang akan datang dengan tujuan memperbaiki keadaan
kesehatan klien.
b. Evaluasi Sumatif (Hasil)
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas proses
keperawatan selesi dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan menilai dan memonitor
kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan. Ada 3 kemungkinan evaluasi yang
terkait dengan pencapaian tujuan keperawatan (Setiadi, 2012), yaitu:
 Tujuan tercapai atau masalah teratasi jika klien menunjukan perubahan sesuai
dengan standar yang telah ditentukan.
 Tujuan tercapai sebagian atau masalah teratasi sebagian atau klien masih dalam
proses pencapaian tujuan jika klien menunjukkan perubahan pada sebagian kriteria
yang telah ditetapkan.
 Tujuan tidak tercapai atau masih belum teratasi jika klien hanya menunjukkan
sedikit perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekali.
BAB IV

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.F DENGAN APENDISITIS DI RUANG ABU DZAR


RS ISLAM JAKARTA SUKAPURA
A. Pengkajian
1. Biodata Pasien
a. Identitas Pasien
Nama pasien : Ny. F
Umur : 32 tahun
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia
No Registrasi : 322863
Tangal masuk/jam : 11 September 2021 / 09.00 WIB
Tangal pengakajian : 11 September 2021 / 09.30 WIB
Diagnosa : Apendiksitis Akut
Ruang : Abu Dzar
Alamat : Koja, Jakarta Utara

b. Identitas Penaggung Jawab


Nama : Tn. D
Umur : 36 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Koja, Jakarta Utara
Hub. Dgn pasien : Suami pasien

1
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Mengeluh nyeri perut bagian kanan bawah, dengan keluhan nyeri perih dan seperti
ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 6 (rentang nyeri 0-10), dan nyeri yang dirasakan
hilang timbul, pasien tampak lemah dan meringis kesakitan.

b. Riwayat kesehatan sekarang :


Klien mengatakan nyeri pada perut bagian kanan bawah sejak 2 hari sebelum ke
rumah sakit, lalu klien dibawa ke rumah sakit pada tanggal 07 maret 2020 dan
dirawat di ruang igd lalu dibawa ke ruang Flamboyan A. Klien mengatakan mual dan
muntah pada saat pertama masuk rumah sakit. P: klien mengatakan nyeri saat
bergerak, Q: klien mengatakan nyeri seperti tertusuk –tusuk, R: klien mengatakan
nyeri dibagian perut menjalar ke belakang, S: skala nyeri 6 dilihat dari raut muka
klien , T: nyeri di rasa terus- menerus.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu


Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah mengalami penyakit seperti ini
sebelumnya. Pasien mengatakan tidak pernah dirawat di Rumah Sakit sebelumnya.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


Pasien mengatakan didalam anggota keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
yang saat ini dialami oleh pasien. Didalam keluarga pasien, pasien mengatakan
keluarga tidak ada yang menderita penyakit DM, jantung ataupun penyakit menular
lainnya.

e. Psikososial
Klien dapat berkomunikasi dengan perawat maupun orang lain sangat baik dan lancar
serta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh perawat. Orang yang paling dekat
dengan Klien adalah ayahnya. Ekspresi Klien terhadap penyakitnya yaitu tidak ada
masalah. Klien mengatakan interaksi dengan orang lain baik dan tidak ada masalah.
Reaksi saat interaksi dengan Klien kooperatif dan tidak ada gangguan konsep diri.

2
f. Personal Hygiene dan Kebiasaan
Saat di rumah Klien memiliki kebiasaan mandi sebanyak 3 kali sehari, sikat gigi
sebanyak 3 kali sehari dan keramas sebanyak 1 kali sehari, memotong kuku seminggu
sekali. Selama di rumah sakit klien mengatakan diseka menggunakan tisu basah dan
menyikat gigi 2x sehari dan mengganti baju pada pagi hari.
g. Spiritual
Sebelum sakit Klien sering untuk beribadah selama sakit klien tidak beribadah.

data dari identitas klien. Pada klien bernama Ny. F berusia 32 tahun, berjenis
perempuan, masuk rumah sakit pada tanggal 11 September 2021 dan dilakukan pengkajian
pada tanggal 11 September 2021 dengan diagnosa medis Appendicitis acute.
Pada pengkajian riwayat kesehatan pada klien keluhan utama yaitu ditemukan klien
mengatakan Nyeri pada perut kanan bawah. Pada riwayat penyakit sekarang ditemukan
data klien mengatakan nyeri pada perut bagian kanan bawah sejak 2 hari sebelum ke rumah
sakit, lalu klien dibawa ke rumah sakit pada tanggal 11 September 2021 dan dirawat di
ruang igd lalu dibawa ke ruang Abu Dzar . Rasa nyeri seperti tertusuk tusuk tusuk menjalar
ke bagian punggung, klien mengatakan mual dan muntah pada saat pertama masuk rumah
sakit.
Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu ditemukan data klien mengatakan tidak
pernah menderita suatu penyakit yang berat. Pada riwayat penyakit keluarga klien tidak
ditemukan masalah, keluarga tidak ada yang memiliki kelainan / kecacatan dan menderita
suatu penyakit yang berat.
Pada pengkajian data psikososial pada klien tidak ditemukan masalah keperawatan
pola komunikasinya baik, klien dapat berinteraksi dengan kooperatif dan tidak ada
gangguan pada konsep diri. Pada pengkajian data Personal hygiene dan kebiasaan Klien
tidak ditemukan masalah.

3
3. Hasil Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Ny. F
1. Keadaan umum Sedang
Tampak terpasang infus RL pada tangan sebelah kiri

2. Kesadaran Compos Mentis, GCS : E4 M6 V5


3. Tanda-tanda vital TD : 130/90 mmHg Nadi : 98x/menit Suhu : 36,6oC
RR : 22x/menit

4. Kenyamanan/nyeri klien mengatakan nyeri setiap saat


klien mengatakan nyeri seperti di tertusuk tusuk
klien mengatakan nyeri dirasa dibagian perut bawah
klien mengatakan nyeri setiap saat
Skala nyeri : 6

1. Status Nilai skor : 10


Fungsional/ Kategori ketergantungan : sedang
Aktivitas dan
Mobilisasi
Barthel Indeks

2. Pemeriksaan Bentuk kepala Klien oval, tidak ditemukan adanya


kepala penonjolan pada tulang kepala Klien, fingerprint di tengah
a. Rambut frontal terhidrasi, kulit kepala bersih, penyebaran
rambut merata, warna hitam, tidak mudah patah, tidak
bercabang.

b. Mata Mata lengkap dan simetris kanan dan kiri, tidak ada
pembengkakan pada kelopak mata, sclera putih, konjungtiva
tidak anemia, palpebra tidak ada edema, kornea jernih,
reflek +, pupil isokor.

c. Hidung Tidak ada pernafasan cuping hidung, posisi septum nasi di

4
tengah, tidak ada secret atau sumbatan pada lubang hidung,
ketajaman penciuman normal, dan tidak ada kelainan.

d. Rongga mulut Bibir berwarna merah muda, lidah berwarna merah muda,
mukosa lembab, tonsil tidak membesar.

e. Telinga Telinga simetris kanan dan kiri, ukuran sedang, kanalis


telinga bersih kanan dan kiri, tidak ada benda asing dan
bersih pada lubang telinga, Klien dapat mendengar suara
gesekan jari.

3. Pemeriksaan Tidak ada lesi jaringan parut, tidak ada pembengkakan


Leher kelenjar tiroid, Tidak teraba adanya massa di
area leher, tidak ada teraba pembesaran kelenjar tiroid,
tidak ada teraba pembesaran kelenjar limfe

4. Pemeriksaan Tidak ada sesak, tidak ada batuk.


thorak: Sistem Bentuk dada simetris, pola nafas cepat, frekuensi
Pernafasan 22x/menit, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada
otot bantu nafas. Vocal premitus teraba sama kanan dan
kiri saat Klien mengucap tujuh-tujuh. tidak terdapat
krepitasi.

5. Pemeriksaan Tidak ada nyeri dada, CRT < 2 detik, ujung jari tidak tabuh.
Jantung: Sistem Bunyi jantung I terdengar lup dan bunyi jantung II terdengar
Kardiovaskuler dup. Tidak ada bunyi jantung tambahan

6. Pemeriksaan BB : 55 kg TB : 150 cm
sistem pencernaan IMT : 24,4 (kategori : berlebih),
dan status nutrisi Klien BAB 1x selama sakit, jenis diet tinggi kalori tinggi
protein
(TKTP),nafsu makan baik dengan frekuensi 3x sehari,
porsi makan habis.

Abdomen Bentuk abdomen datar, tidak ada benjolan/masa, tidak ada

5
bayangan vena, peristaltic usus 8x /menit terdengar lambat,
palpasi abdomen teraba lunak, tidak ada pembesaran hepar,
terdapat nyeri lepas pada Mc.Berney, suara abdomen
tympani, tidak ada asites.

7. Sistem Status memori panjang, perhatian dapat mengulang,


Persyarafan bahasa baik, dapat berorientasi pada orang, tempat dan
waktu, tidak ada keluhan pusing, istirahat tidur 5-6
jam/hari, sering terbangun saat nyeri saatingin berkemih.
Pada pemeriksaan saraf kranial, nervus I Klien dapat
membedakan bau, nervus II Klien dapat melihat dan
membaca tanpa memakai kacamata, nervus III Klien dapat
menggerakkan bola mata kebawah dan kesamping, nervus
IV pupil mengecil saat dirangsang cahaya, nervus V Klien
dapat merasakan sensasi halus dan tajam, nervus VI Klien
mampu melihat benda tanpa menoleh, nervus VII Klien
bisa senyum dan menutup kelopak mata dengan tahanan,
nervus VIII Klien dapat mendengar gesekan jari, nervus IX
uvula berada ditengah dan simetris, nervus X Klien
dapat menelan,
nervus XI Klien bisa melawan tahanan pada pipi dan
bahu, dan nervus XII Klien dapat menggerakkan lidah.
Pada pemeriksaan refleks fisiologis ditemukan adanya
gerakan fleksi pada tangan kanan dan tangan kiri saat
dilakukan pemeriksaan refleks bisep dan ditemukan adanya
gerakan ekstensi saat dilakukan pemeriksaan refleks trisep.
Pada pemeriksaan refleks patella ditemukan adanya
gerakan tungkai ke depan pada kaki kanan dan kaki kiri.
Pada pemeriksaan refleks patologis berupa refleks
babinsky
Ditemukan adanya gerakan fleksi pada jari –
jari.

6
8. Sistem Bersih, tidak ada keluhan berkemih. Produksi urine ± 900
Perkemihan ml/hari, warna kuning jernih dan bau khas.

9. Sistem Pergerakan sendi bebas, otot simetris kanan dan kiri.


Muskuloskeletal Pada pemeriksaan tangan kanan, tangan kiri dan kaki
dan Integumen kanan, kaki kiri didapatkan kekuatan otot 5.
5 5
5 5
Penilaian edema tidak ada edema ekstremitas dan tidak ada
pitting edema.Tidak terdapat peradangan dan ruam pada
kulit. Total nilai pada penilaian risiko decubitus adalah 19
(kategori : low risk)
10. Sistem Endokrin Tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid, tidak terdapat
pembesaran pada kelenjar getah bening bagian leher. Tidak
terdapat hipoglikemia dan hiperglikemia. Tidak terdapat
riwayat luka sebelumnya dan tidak terdapat riwayat
amputasi sebelumnya.
11. Seksualitas dan tidak ada benjolan pada payudara, tidak ada kelainan pada
Reproduksi genetalia
12. Keamanan Total penilaian risiko Klien jatuh dengan skala morse
Lingkungan adalah 0
(kategori: rendah)

Data dari pemeriksaan fisik pada klien dengan keluhan kenyamanan/ nyeri
setiap saat, nyeri seperti tertusuk tusuk, nyeri dirasa dibagian perut bawah dengan skala
nyer 6, serta adanya nyeri tekan pada titik Mc. Berney .

5. Hasil Pemeriksaan Penunjang

7
Pemeriksaan Ny. F
Penunjang
Laboratorium Pada tanggal 11 September 2021
Pukul : 18.50 WITA

HbsAg Reaktif

Hematologi Lengkap Hemoglobin: 13.9 g/dL


(13.0 – 18.0)

Leukosit: 8.7 10^3/uL


(4.00 - 10.00)
Eritrosit: 4.87 10^6/uL
(4.50 – 6.20)
Hematokrit: 40 % (40.0 – 54.0)
Trombosit: 278 10^3/uL
(150 - 450)

Elektrolit darah Kalsium (ion) 1.40 mmol/L (1.12-1.32)


Natrium 134 mmol/L (136-146)
Kalium 3.8 mmol/L (3.5 – 5.1)
SGOT (AST) 16 U/L (<= 40)
SGPT (ALT) 40 U/L (<= 41)
Ureum darah 32.9 mg/dL (16.6-48.5)

Rontgen Tidak ada


EKG Tidak ada
USG Sugestif Appendiksitis Acute

ditemukan data pada klien dilakukan pemeriksaan penunjang berupa


pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan USG. Pada pemeriksaan laboratorium
terdapat hasil yang menunjukkan HbsAg Reaktif dan pemeriksaan laboratorium , lalu
pada pemeriksaan USG ditemukan hasil Sugestif Appendiksitis Acute.

8
6. Penatalaksanaan

Ny. F
Pada tanggal 11 September 2021
- Antasida 3x1 (Oral)
- Ranitidine 150 Mg 2x1 (IV)

Data penatalaksanan pemberian obat Antasida, dan Ranitidine.

B. Diagnosa Keperawatan

Ny. F
Hari/Tgl Diagnosa Keperawatan (SDKI)
No
1. Senin, Nyeri akut b.d Agen pencedera Fisiologis (inflamasi appendicitis)
11/09/21 (D.0077)
Batasan karakteristik (kriteria mayor dan minor) :
a. Subjektif :
P: klien mengatakan nyeri saat bergerak
Q: klien mengatakan nyeri seperti tertusuk – tusuk
R: klien mengatakan nyeri dibagian perut menjalar ke belakang
S: skala nyeri 6 dilihat dari raut muka klien
T: nyeri di rasa terus - menerus

b. Objektif :
- Klien tampak meringis
- KU : Sedang, kesadaran compos mentis
- TD : 130/90 mmHg
- Nadi :98x/menit
- Suhu : 36,8oC
- RR :22x/menit

2. Senin, Hipovolemia b.d kehilangan cairan ( mual dan muntah )


11/09/21
Batasan Karakteristik (factor resiko) :

9
c. Subjektif :
- Klien mengatakan selalu merasakan mual dan muntah

d. Objektif
- Klien tampak pucat
- Nadi teraba lemah
- Tekanan darah rendah
- Membrane mukosa kering
3. Senin, Hipertermia b.d Proses penyakit (Infeksi)
11/09/21 Batasan Karakteristik (factor resiko) :
a. Subjektif
Klien mengatakan suhu tubuhnya panas

b. Objektif
- Suhu tubuh 39,5 c
- Muka klien terlihat memerah
- Kulit klien terasa hangat

4. Senin, Ansietas b.d kurang terpapar informasi (D.0080)


11/09/21 Batasan Karaktristik (factor risiko) :
a. Subjektif:
- Klien mengatakan khawatir karena akan di operasi

a. Objektif:
- klien tampak gelisah
- klien tampak tegang
- klien sulit tidur

Setelah melakukan pengkajian dan menganalisis data pada Klien ditegakkan 4 diagnosa
keperawatan pada appendicitis . Urutan diagnosa keperawatan yaitu, nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi appendicitis), Hipovolemia berhubungan dengan
kehilangan cairan (mual dan muntah), Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
(Infeksi), dan ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi.

10
C. Perencanaan

Hari/ Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Tanggal Keperawatan
Senin, Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
11/09/21 berhubungan keperawatan selama 3x24 (I.08238).
dengan agen jam diharapkan tingkat Observasi
pencedera nyeri (L.08066) dapat 3.1 Identifikasi lokasi ,
fisiologi menurun dengan Kriteria karakteristik, durasi,
(inflamasi Hasil : frekuensi, kulaitas nyeri,
appendicitis). 1. Keluhan nyeri skala nyeri, intensitas
(D.0077) menurun. nyeri
2. Meringis menurun 3.2 Identifikasi respon nyeri
3. Sikap protektif non verbal.
menurun. 3.3 Identivikasi factor yang
4. Gelisah menurun. memperberat dan
memperingan nyeri.
Terapeutik
3.4 Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
3.5 Fasilitasi istirahat dan
tidur.
3.6 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri.
Edukasi
3.7 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3.8 Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
3.9 Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu.

11
Senin, Hipovolemia b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen hypovolemia
11/09/21 kehilangan cairan keperawatan selama 1x24
Observasi
( mual dan jam maka status cairan
1. Periksa tanda dan gejala
muntah ) membaik, dengan Kriteria
hypovolemia (mis. Frekuensi
Hasil :
nadi meningkat, nadi terba
lemah, tekanan darah
1. Kekuatan nadi menurun, tekanan nadi
meningkat menyempit, turgor kulit
2. Turgor kulit menurun, membrane mukosa
meningkat kering, volume urin menurun,
3. Frekuensi nadi hematocrit meningkat, haus,

membaik lemah)
2. Monitor intake dan output
4. Tekanan darah
cairan
membaik
5. Tekanan nadi Terapeutik

membaik 1. Hitung kebutuhan cairan


6. Membrane mukosa 2. Berikan posisi mified
membaik tredelenburg
7. Kadar hb membaik 3. Berikan asupan cairan oral
8. Kadar ht membaik Edukasi

9. Intake cairan membaik 1. Anjurkan memperbanyak


asupan cairan oral
2. Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis (mis.
NaCl, RL)

Senin, Hipertermia Setelah dilakukan Edukasi pengukuran suhu


11/09/21 b.d Proses tindakan keperawatan tubuh
penyakit selama 2x24 jam maka 1. Identifikasi kesiapan dan

12
(Infeksi) hipertermi membaik, kemampuan menerima
dengan Kriteria Hasil : informasi
1. Tidak tampak kulit 2. Sediakan materi dan media
yang memerah pendidikan kesehatan
2. Tidak tampak pucat 3. Jadwalkan pendidikan
3. Suhu tubuh membaik kesehatan sesuai
4. Suhu kulit membaik kesepakatan
4. Dokumentasikan hasil
pengukuran suhu
5. Jelaskan prosedur
pengukuran suhu tubuh
6. Anjurkan terus memegang
bahu dan menahan dada
saat pengukuran aksila
7. Ajarkan memilih lokasi
pengukuran suhu oral dan
aksila
8. Ajarkan cara meletakkan
ujung thermometer
dibawah lidak atau di
bagian tengah aksila
9. Ajarkan cara membaca
hasil thermometer raksa
dan/atau elektronik
Edukasi
1. Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
informasi
2. Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
3. Ajarkan cara pengukuran
suhu
4. Anjurkan penggunaan
pakaian yang dapar
13
menyerap keringat
5. Anjurkan tetap
memandikan pasien, jika
memungkinkan
6. Anjurkan pemberian
antipiretik, sesuai indikasi
7. Anjurkan menciptakan
lingkungan yang aman
8. Anjurkan banyak minum
9. Anjurkan minum analgesic
jika merasa pusing
10. Anjurkan melakukan
pemeriksaan darah jika
demam > 3 hari.

Senin, Ansietas Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas (I.09314).


11/09/21 berhubungan keperawatan selama 2x24 Observasi
dengan kurang jam tingkat ansietas 4.1 Identivikasi saat tingkat
terpapar (L.01006) menurun ansietas berubah.
informasi dengan Kriteria Hasil : 4.2 Monitor tanda tanda
(D.0080) 1. Verbalisasi ansietas verbal non verbal.
kebingungan menurun. 4.3 Temani klien untuk
2. Verbalisasi khawatir mengurangi kecemasan
akibat menurun. jika perlu.
3. Prilaku gelisah 4.4 Dengarkan dengan penuh
menurun. perhatian.
4. Prilaku tegang 4.5 Gunakan pendekatan yang
menurun tenang dan meyakinkan.
4.6 Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami.
4.7 Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama klien, jika

14
perlu.
4.8 Anjurkan
Mengungkap kan perasaan
dan persepsi.
4.9 Latih teknik relaksasi.
4.10Kolaborasi
pemberian
Kolaborasi
obat antiansietas jika perlu.

Setelah membuat perencanaan tindakan asuhan keperawatan sesuai


dengan masing-masing diagnosa yang ditemukan, selanjutnya melakukan
pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien .

D. Pelaksanaan

Waktu Tindakan Keperawatan Evaluasi


Pelaksanaan
Hari 1 Melakukan Pengkajian DS :
Senin, 11/09/21 1. Mengidentifikasi lokasi, - Klien mengatakan nyeri saat
09.00 WIB karakteristik, durasi, bergerak.
frekuensi, kualitas, - klien mengatakan nyeri sperti
intensitas nyeri terusuk tusuk.
2. Mengidentifikasi respon - klien mengatakan nyeri di
nyeri non verbal. bagian perut menjalar ke
3. Mengidentivikasi factor belakang.
yang memperberat dan - Klieng mengatakan faham
memperingan nyeri. diajarkan teknik nafas dalam
4. Memberikan teknik non - Klien mengatakn nyerinya
farmakologis sedikit berkurang
untuk mengurangi rasa DO :
nyeri. - Klien tampak gelisah
5. Mengajarkan teknik non - Klien tampak meringis

15
farmakologis untuk - Klien mencoba mempraktekkan
mengurangi rasa nyeri teknik nafas dalam
- TD : 130/90 mmHg
Nadi : 98x/menit Suhu :
36,8 oC RR : 22x/menit

12.00 Melakukan pengkajian DS :


1. memonitor tanda-tanda - Klien mengatakan bibirnya masih
vital kering
2. membrane mukosa DO :
membaik - Klien terlihat sudah mengikuti
3. intake cairan membaik anjuran perawat untuk kebutuhan
cairan yang cukup

15.00 Melakukan pengkajian DS :


1. Tampak kulit yang - Klien mengatakan suhu tubuhnya
memerah sudah membaik
2. Tidak tampak pucat - Klien mengatakan mukanya sudah
3. Suhu tubuh membaik tidak pucat
4. Suhu kulit membaik DO :
5. Mengukur tanda- - TD : 130/90 MMHG
tanda vital N : 87 X/MNT
RR : 21 X/MNT
S : 36,5 C
- Tampak klien sudah nyaman

Mengidentifikasi saat DS :
18.00 tingkat ansietas berubah. - klien merasa khawatir karena akan
1. Memonitor tanda tanda di operasi
ansietas verbal non - klien mengatakan paham atas
verbal. penjelasan mahasiswa
2. Menjelaskan prosedur, - keluarga klien mengatakan selalu
termasuk sensasi yang menjaga klien setiap saat
mungkin dialami. - klien mengatakan

16
3. Menganjurkan keluarga khawatirnya berkurang
untuk tetap bersama DO :
klien, jika perlu. - klien tampak gelisah
4. Melatih teknik relaksasi. - klien tampak tegang
- klien tampak mempraktikkan
teknik nafas dalam

Hari 2 Melakukan Pengkajian DS:


Selasa, 12/09/21 1. Mengidentifikasi lokasi, - Klien mengatakan mengerti
09.00 karakteristik, durasi, atas apa yang dijelaskan .
frekuensi, kualitas, - Klien mengatakan masih
intensitas nyeri merasakan nyeri
2. Mengidentifikasi respon DO:
nyeri non verbal. - Klien tampak paham atas apa
3. Mengidentivikasi factor yang dijelaskan
yang memperberatdan - Klien tampak meringis
memperingan nyeri. - TD : 130/90 mmHg
4. Memberikan teknik non Nadi : 98x/menit
farmakologis Suhu : 36,8 oC
untuk mengurangi rasa RR : 21x/menit
nyeri. -

12.00 Melakukan pengkajian DS :


1. membrane mukosa - Klien mengatakan bibirnya sudah
membaik lembab
2. intake cairan membaik DO :
- Klien terlihat sudah mengikuti
anjuran perawat untuk kebutuhan
cairan yang cukup
- Membran mukosa klien sudah
terlihat lembab

15.00 Mengidentifikasi saat DS :

17
tingkat ansietas berubah. - keluarga klien mengatakan selalu
1. Memonitor tanda menjaga klien setiap saat
tanda ansietas verbal - klien mengatakan
non verbal. khawatirnya berkurang
2. Menjelaskan prosedur, DO :
termasuk sensasi - Klien sudah tampak tenang
yang mungkin - klien sudah mempraktikkan teknik
dialami. nafas dalam sesuai yang dianjurkan
3. Menganjurkan oleh perawat
keluarga untuk tetap
bersama klien, jika
perlu.
4. Melatih teknik
relaksasi.
Hari 3 Mengidentifikasi lokasi DS:
Rabu, 13/09/21 nyeri, karakteristik, - Klien mengatakan nyeri
10.10 durasi, frekuensi, berkurang
intensitas nyeri, skala DO:
nyeri. - Klien tampak rilex
- TD : 120/80 mmHg
- Nadi : 80x/menit
- Suhu : 36,6 oC
- RR : 20x/menit

Intervensi keperawatan dilakukan untuk mengatasi masalah – masalah yang ditemukan pada
klien sesuai dengan perencanaan tindakan keperawatan masing – masing diagnosa yang telah
disusun. Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien selama 3 hari dimana 1 hari perawatan.

18
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa apendiks adalah termasuk ke dalam salah satu organ sistem
pencernaan yang terletak tepat dibawah dan melekat pada sekum yang berfungsi sebagai
imun. Apendisistis merupakan inflamasi akut pada apendiks yang disebabkan oleh fekalit
(massa keras dari feces), tumor atau benda asing di dalam tubuh, namun ulserasi
mukosa , disebabkan oleh obstruksi lumen apendiks, invasi bakteri dan pola diet yang
tidak baik, seperti makan makanan dengan konsistensi tinggi.

19
Gejala yang sering muncul adalah nyeri hebat pada bagian kiri bawah perut, mual
muntah, anoreksia, dan distensi abdomen. Jika apendisitis berlanjut, maka dapat
mengakibatkan peritonitis karena perforasi apendiks. Penatalaksanaan pada apendiks
adalah dengan pemberian cairan intravena, pemberian antibiotika dan pembedahan
apendiks itu sendiri.
Prioritas keperawatan pada klien apendisitis adalah meningkatkan kenyamanan,
mencegah komplikasi dan memberikan informasi tentang prosedur pembedahan atau
prognosis, kebutuhan pengobatan, dan potensi komplikasi serta nyeri dapat terkontrol.

B. SARAN
1. Sebaiknya seorang perawat dapat memberikan asuhan keperawatan dengan baik dan
sesuai dengan standar asuhan keperawatan dan perawat dapat berkolaborasi dengan
tim kesehatan lain.
2. Perawat membantu klien dengan mempersiapkan prosedur pembedahan jika
dilakukan pembedahan agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut

DAFTAR PUSTAKA

Koch CG, Li L, Hixson E, Tang A, Gordon S, Longworth D, et al, 2013, Is it time to


refine? An exploration and stimulation of optimal antibiotic timing in general
surgery, Journal of American Collage of Surgery.

Nanda International. (2012). Diagnosa Keperawatan: Kerusakan Intergritras Jaringan


2012 – 2015. Jakarta : EGC

Nurarif. A. H & Kusuma. H. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc. Yogyakarta. Mediaction Publishing

20
PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Saferi, Andara & Mariza, Yessie. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah Dewasa
eori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika

Setiadi. (2012a). Konsep & penulisan dokumentasi asuhan keperawatan. Yogyakarta:


Graha ilmu.

Setiadi. (2012b). Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan
Praktik. Yogyakarta: Graha ilmu.

Tarwoto,dkk.2012.Keperawatan Medikal Bedah gangguan system endokrin.Jakarta: CV


Trans Info Media

TIM Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta:
PPNI

TIM Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
PPN

Wilkinson.M.J. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan dan Dokumentasi Keperawatan :


Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif. Jakarta: EGC.

Wijaya, Andra Saferi & Putri, Yessie Mariza. 2013. KMB 1 Keperawatan Medikal
Bedah. Yogjakarta: Nuha Medika.

21

Anda mungkin juga menyukai