Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA KEGIATAN

DISUSUN OLEH

KELOMPOK III

AGUS WIJAYANTO 220190066

MUSTAKIM 220190064

LUTIANINGSIH 220190069

TONI PUTRA YUMAWAN 220190068

PROGRAM STUDI ......


I. PENGANTAR

Bidang Studi : Komunikasi Keperawatan II


Pokok Bahasan : Komunikasi Terapeutik pada Klien di IGD dengan open fraktur Tibia dextra
Sub Pokok Bahasan : 1. Penjelasan inform concent tindakan hecting /jahit luka

Waktu Pelaksanaan :
Hari/tanggal. : Kamis/16 Juni 2020
Jam. : 08.00 WIB
Sasaran : Pasien dan Keluarga pasien
Tempat : Ruang Tindakan IGD RSIS
Pelaksana : 1. Mustaqim
2. Agus Wijayanto

Waktu :10 menit


II. LATAR BELAKANG
Komunikasi terapeutik merupakan salah satu cara untuk memberikan informasi yang
akurat dan membina hubungan saling percaya dengan klien sehingga klien akan merasa
puas dengan pelayanan keperawatan yang diterimanya. Pada pasien gawat darurat perlu
memperhatikan tehnik-tehnik dan tahapan baku komunikasi terapeutik yang baik dan
benar.Komunikasi terapeutik merupakan cara yang efektif untuk mempengaruhi tingkah
laku manusia dan bermanfaat dalam melaksanakan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit,
sehingga komunikasi harus dikembangkan secara terus – menerus ( Kariyo, 1998 ).
Hubungan antara perawat dan klien yang terapeutik bisa terwujud dengan adanya
interaksi yang terapeutik antar keduanya, interaksi tersebut harus dilakukan sesuai
dengan tahapan – tahapan baku interaksi terapeutik perawat klien, tahapan itu adalah
tahap pre orientasi, tahap orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi ( Stuart and
Sunden.1998 ). Pelayanan kesehatan menggunakan komunikasi yang langsung seperti
pelayanan kesehatan, Rumah Sakit merupakan tempat untuk mendapatkan pelayanan
baik yang bersifat medik maupun keperawatan.
Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera
guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut (UU no 44 tahun
2009). Gawat darurat adalah Suatu keadaan yang terjadinya mendadak mengakibatkan
seseorang atau banyak orang memerlukan penanganan / pertolongan segera dalam arti
pertolongan secara cermat, tepat dan cepat. Apabila tidak mendapatkan pertolongan
semacam itu maka korban akan mati atau cacat / kehilangan anggota tubuhnya seumur
hidup.Dalam pelaksanaan tindakan denagn klien gawat darurat perawat perlu melakukan
komunikasi terapiotik pada klien harus dengan jujur, memberikan gambaran situasi yang
sesunguhnya sedang terjadi dengan tidak menambahkn kecemasan dan memberikan
suport verbal maupun non verbal . Klien dapat merasakan puas ataupun tidak puas
apabila klien sudah mendapatkan pelayanan kesehatan yang diberikan petugas di IGD,
baik yang bersifat fisik, kenyamanan dan keamanan serta komunikasi terpeutik yang
baik.

III. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Pasien dan keluarga memahami dan menerima penjelasan yang diberikan perawat
B. Tujuan Khusus
1. Pasien bersedia untuk dilakukan tindakan jahit luka
2. Pasien dan keluarga memahami dan menerima prosedur dan resiko tindakan jahit luka
IV. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
V. MEDIA
1. Leaflet/gambar

VI. MATERI
(Terlampir)

VII. KEGIATAN
Dialog Komunikasi Terapeutik
Langkah-langkah Komuikasi Terapeutik kepada pasien dan keluarga tentang pertolongan
pertama pada klien dengan fraktur terbuka Tibia dextra di IGD
1 . PRA-INTERAKSI
a. Mempersiapkan
-Topik : Pertolongan pada klien dengan fraktur terbuka Tibia dextra
-Subtopik : Pemberian inform concent pertolongan pertama pada klien
dengan tindakan hecting luka pada fraktur terbuka Tibia dextra
-Tujuan Jangka Panjang : Setelah melakukan komunikasi terapeutik diharapkan pasien
dan keluarga dapat mengerti dan menerima persetujuan tindakan jahit luka
-Tujuan Jangka Pendek :1. Menghentikan perdarahan
2. Mencegah terjadinya resiko infeksi
-Sasaran : Pasien dan keluarga pasien
-Tempat : Ruang IGD RSIS
-Waktu : 10 menit
b. Karakteristik Klien
-Nama : Arya
-Umur : 28 tahun
-Jenis Kelamin : laki-laki
-Riwayat Penyakit : Klien pada16 Juni 2020 masuk rumah sakit karena
mengalami kecelakaan yang mengakibatkan patah tulang pada kaki kanan dengan luka
robek yang cukup dalam
-Keadaan umum : Klien masuk RSIS dengan kondisi lemas,kesakitan dan
terdapat luka robek pada kaki kanannya
2. ORIENTASI
Ibu : Dokter, tolong anak saya dok.Dia habis kecelakaan.
Perawat 1 : Mohon maaf ibu, ibu silahkan mendaftar dulu ke resepsionis.
KEADAAN DALAM RUANG IGD
Perawat 2 : Mas saya Mustaqim perawat IGD, saya akan memeriksa kondisi anda.
IBU MENDAFTAR KE RESEPSIONIS
Resepsionis : Selamat siang ibu, ada yang bisa saya bantu ?
Ibu : Saya mau mendaftarkan anak saya.
Resepsionis : Baik ibu, atas nama siapa? umur berapa dan tolong sertakan juga
alamatnya ?
Ibu : Namanya Arya bu, umur 28 tahun, alamatnya Bolon bu.
Resepsionis : Pasien mengalami keluhan apa bu ?
Ibu : Anak saya kecelakaan bu tadi siang,kakinya berdarah dan kesakitan tidak
bisa gerak.
Resepsionis : Baik bu, sekarang anak ibu sudah di tangani oleh dokter, ibu silahkan
tunggu diruang tunggu.
3. FASE KERJA
KEADAAN DALAM RUANG IGD
Perawat 2 : Mas saya periksa ya.
PERAWAT MEMERIKSA KONDISI PASIEN
IBU MENUNGGU DI RUANG TUNGGU
Perawat 1 : Permisi ibu, apakah benar ini dengan keluarga Mas Arya ?
Ibu : Iya pak benar.
Perawat : Ibu perkenalkan saya perawat Agus, saya perawat di ruang IGD. Kalau
boleh tahu kapan kecelakaannya terjadi Bu?
Ibu : Tadi siang pak.
Perawat : Apakah sempat pingsan dan mual muntah Bu?
Ibu : Tidak ada pak
Perawat :Apakah tadi sudah dibawa ke klinik atau puskesmas terdekat atau
langsung ke sini?
Ibu : Tidak pak,langsung saya bawa kesini.
Perawat 2 : Ibu saya sudah memasang selang Oksigen kepada Mas Arya dan menurut
advice dokter jaga, rencana selanjutnya kami akan memberikan tindakan pasang infus,
memberian terapi suntikan dan jahit luka untuk menghentikan perdarahannya. Jika ibu
setuju mohon tanda tangani inform consent ini. inform consent ini berisi pernyataan
bahwa ibu menyetujui tindakan jahit luka dan terapi yang di berikan kepada Mas Arya.
Ibu : Baik Sus ( ibu menandatangani inform consent)
PERAWAT MEMBERIKAN TINDAKAN PASANG INFUS, INJEKSI DAN
HEATING LUKA KEPADA PASIEN
Perawat 2 : Baik ibu, saya permisi sebentar, saya akan melaporkan hasil tindakan
saya kepada dokter dan dokter nanti akan menjelaskan tentang kondisi Masa Arya.
Ibu : Iya Sus
PERAWAT MENEMUI DOKTER
Perawat 2 : Permisi dokter, saya ingin melaporkan pasien telah dilakukan heating
luka. Hasil pemeriksaan dari pasien atas nama Sdr. Arya umur 28 tahun. Dari hasil
bacaan photo rontgen pasien Open Fraktur Dextra didapatkan Fraktur Tibia Dextra,
didapatkan tekanan darahnya 130/70 mmHg, nadi 100x/menit, suhu 36°c dan RRnya
24x/menit.ini hasil lebih lengkapnya dok
Dokter : Terapi apa saja yang sudah di berikan sus ?
Perawat 2 : Saya sudah memasang canule O2 4lpm, infuse RL 500 ml dan injeksi
ATS dok, serta telah dilakukan tindakan heating luka di kaki kanan.
Dokter : Kalau begitu tolong jelaskan kepada keluarga bahwa pasien harus
opname.
Perawat 2 : Baik dok, kalau begitu saya permisi dulu.
PERAWAT MENEMUI IBU PASIEN
Perawat 2 : Permisi ibu, saya tadi sudah konsultasi ke dokter untuk Mas Arya
selanjutnya disarankan opname agar mendapatkan perawatan intensif.
Ibu : Iya sus, opname saja kalau memang di perlukan
Perawat 2 : Kalau ibu setuju untuk opname, ibu ingin kamar vip,vvip atau yang biasa
kelas I, II, III bu ? Ini nanti biaya tindakan di ruang rawat inap disesuaikan tarif kelas
kamar perawatan.
Ibu : Kamar biasa saja sus kelas II.
Perawat 2 : Baik ibu saya akan menelpon kamar rawat inap disiapkan dulu ya.
5 MENIT KEMUDIAN
Perawat 1 : Ibu kamarnya rawat inap sudah siap, sekarang saya antar ibu dan mas
Arya ke kamar.
( Setelah sampai di kamar )
4. FASE TERMINASI
Perawat 1 : Mas Arya, gimana keadaannya setelah saya tadi berikan tindakan jahit
luka ?
Pasien : Sudah mendingan sus, tidak keluar darah lagi tapi kaki masih sakit dan
sulit di gerakkan.
Perawat 1 : Sudah mendingan ya. Ini kita operkan perawatan Mas Arya di kamar
rawat inap, nanti ditindak lanjuti oleh perawat di ruangan.
Pasien : Iya sus.
Perawat 1 : Semoga mas Arya lekas sembuh.. saya balik ke ruangan IGD, nanti
selanjutnya yang merawat perawat kelas II.
Pasien : iya kak
Ibu nanti selanjutnya teman saya akan memeriksa kembali kondisi Mas
Arya, jika ibu perlu bantuan ibu bisa menekan tombol ini atau ibu bisa panggil perawat di
ruang perawat . apakah ada yang ingin ibu tanyakan ?
Ibu : Baik sus terimakasih
Perawat 1 : Kalau begitu saya permisi ya bu.
VIII. EVALUASI
Komunikasi yang dilakukan kepada pasien yang dalam kondisi gawat darurat yaitu
dengan komunikasi seperti komunikasi terapiotik lain, tetapi dalam hal ini yang lebih di
utamakan dalam mengatasi gawat darurat adalah tindakan yang akan diberikan kepada
pasien harus lebih cepat dan tepat.
IX. DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti, Mukharipah.2008. Komunikasi Terapeutik dalam
PraktikKeperawatan.Bandung : PT Refika Aditama
http://milaputri17.blogspot.com/2017/12/komunikasi-terapeutik-pada-pasien-di-igd.html?
m=1
X. LAMPIRAN MATERI
FRAKTUR TERBUKA OS TIBIA DEXTRA

A. PENGERTIAN

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai


jenis dan luasnya (Smeltzer, 2001).
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari kekuatan tersebut, keadaan tulang
itu sendiri dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah
fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap (Anderson, 2005).
Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. Ada lebih dari 150
klasifikasi fraktur. Empat yang utama adalah :
1. Incomplit
Fraktur yang hanya melibatkan bagian potongan menyilang tulang.
2. Complit
Garis fraktur melibatkan seluruh potongan menyilang dari tulang dan
fragmen tulang biasanya berubah tempat atau bergeser (bergeser dari
posisi normal).
3. Tertutup (simple)
Fraktur tidak meluas dan tidak menyebabkan robekan pada kulit.
4. Terbuka (compound)
Fragmen tulang meluas melewati otot dan adanya perlukaan di kulit
yang terbagi menjadi 3 derajad :
Derajad 1 : luka kurang dari 1 cm, kerusakan jaringan lunak sedikit,
tidak ada tanda remuk, fraktur sederhana atau kominutif
ringan dan kontaminasi minimal.
Derajad 2 : laserasi lebih dari 1 cm, kerusakan jaringan lunak, tidak
luas, fraktur kominutif sedang, dan kontaminasi sedang.
Derajad 3 : terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas(struktur kulit,
otot, dan neurovaskuler) serta kontaminasi derajad tinggi
(Mansjoer, 2000).
Fraktur Tibia adalah fraktur yang terjadi pada bagian tibia sebelah
kanan maupun kiri akibat pukulan benda keras atau jatuh yang bertumpu
pada kaki. Fraktur ini sering terjadi pada anak- anak dan wanita lanjut
usia dengan tulang osteoporosis dan tulang lemah yang tak mampu
menahan energi akibat jatuh atau benturan benda keras (Henderson,
1998).
B. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi
deformitas, pemendekan ekstermitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan
berubahan warna.
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi. Spasme otot yang menyartai fraktur merupakan bentuk
bidai alami yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar
frekmen tulang.
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan
cenderung bergerak secara tidak alami ( gerakan luar biasa )
bukannya tetap rigid seperti normalnya. Ekstermitas tak dapat
berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada
integritas tulang tempat melengketnya otot.
3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya
karena kontraksi otot yang melekat diatas dan bawah tempat fraktur.
Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain.
4. Saat ekstermitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu
dengan yang lainnya. ( uji krepitus dapat menyebabkan kerusakan
jaringan lunak yang lebih berat ).
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai
akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa
baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.
Tidak semua tanda dan gejala terdapat pada setiap fraktur, pada fraktur
linear atau frakturimpaksi (perrmukaan patahan saling berdesak satu
sama lain). Diagnosis fraktur bergantung pada gejala, tanda fisik,
pemeriksaan sinar-x pasien (Smeltzer, 2001).
C. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan kedaruratan
Segera setelah cedera, klien berada dalam keadaan bingung, tidak
menyadari adanya fraktur dan berjalan dengan tulang kering yang
mengalami fraktur, maka langkah yang penting untuk memobilisasi
bagian yang cidera segera sebelum pasien dipindahkan. Bila pasien
yang mengalami cedera akan dipindahkan dari kendaraan sebelum
dapat dilakukan pembidaian, ekstermitas harus disangga di bawah dan
diatas tempat patah untuk mencegah gerakan rotasi atau memutar.
Gerakan fragmen tulang dapat menyebabkan nyeri, kerusakan jaringan
lunak, dan pendarahan lebih lanjut. Nyeri sehubungan dengan fraktur
sangat berat dan dapat dikurangi dengan menghindari gerakan fragmen
tulang dan sendi sekitar fraktur. Pembidaian yang memadai sangat
penting untuk mencegah kerusakan jaringan lunak oleh fragmen tulang.
b, Penatalaksanaan fraktur
Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan
pengembalian fungsi dan ketentuan normal dengan rehabilitasi. Reduksi
fraktur (seting tulang) berarti mengembalikan fregmen tulang pada
kesejajaran dan rotasi anatomis. Reduksi tertutup, traksi, atau reduksi
terbuka dapat dilakukan untuk mereduksi fraktur. Reduksi fraktur harus
segera mungkin diberikan untuk mencegah jaringan lunak kehilangan
elastisitasnya akibat infiltrari akibat edema dan perdarahan. Fraktur
biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting untuk melakukan
pemeriksaan terhadap jalan nafas (airway), proses pernafasan
(breathing), dan sirkulasi (circulation), untuk mengetahui apakah terjadi
syok atau tidak. Bila dinyatakan tidak ada masalah, lakukan
pemeriksaan fisik secara terperinci. Waktu terjadi kecelakaan penting
ditanyakan untuk mengetahui berapa lama sampai di rumah sakit untuk
mengetahui berapa lama perjalanan kerumah sakit, jika lebih dari 6 jam,
komplikasi infeksi semakin besar. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan
fisik secara cepat, singkat dan lengkap. Kemudian lakukan foto
radiologis. Pemasangan bidai dilakukan untuk mengurangi rasa sakit
dan mencegah terjadinya kerusakan yang lebih berat pada jaringan
lunak.
Tindakan pada fraktur terbuka harus dilakukan secepat mungkin. Lakukan
tindakan hecting bila memungkinkan.
Penundaan waktu dapat mengakibatkan komplikasi. Waktu yang
optimal untuk bertindak sebelum 6-7 jam (golden period). Berikan toksoid,
Antitetanus Serum (ATS) atau tetanus human globulin. Berikan
anti biotik untuk kuman gram positif dengan dosis tinggi. Lakukan
pemeriksaan kultur dan resistensi kuman dari dasar luka fraktur terbuka
(Smeltzer,2001).Sumber:https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_peneliti
an_1_dir/0d217cb7118b64ceec31ca1f21c6e568.pdf&ved=2ahUKEwiZoLT
_3fHpAhXWdn0KHQ7KDlIQFjABegQIBxAB&usg=AOvVaw2ptrpqfuVDVUw
UOQBAOWLS
HECTING LUKA

A. Pendahuluan
Luka baru yang belum memasuki waktu kontaminasi Frederich (6 – 8
jam post trauma) dapat dirawat secara primer yaitu dengan melakukan
pembersihan luka dan lapangan sekitarnya, pembuangan debris dan
kotoran serta penjahitan luka secara sempurna, sedangkan yang melebihi
waktu kontaminasi bisa dilakukan pembersihan luka dan daerah sekitar
luka, merapikan luka dan penjahitan sementara atau situasi. Penjahitan
luka membutuhkan pengetahuan tentang penyembuhan luka, serta alat
dan bahan untuk menjahit dan yang terpenting sekali menguasai teknik
jahitan (suture techniques).
A.1. Luka (Vulnus)
Luka adalah kerusakan anatomi karena hilangnya kontinuitas jaringan
oleh sebab dari luar. Luka terbagi menjadi dua : Luka terbuka (Vulnus
Appertum) dan Luka tertutup (Vulnus Occlusum).
Macam luka terbuka : Luka iris (Scissum), Tusuk (Ictum), Bakar
(Combustio), Lecet (Excoriasi/Abrasio), Tembak (Sclopetum), Laserasi,
Penetrasi, Avulsi, Open Fracture dan Luka Gigit (Vulnus Morsum).
Macam luka tertutup : Memar (Contusio), Bula, Hematoma, Sprain,
Dislokasi, Close Fracture, Laserasi organ dalam.
Teknik Perawatan Luka
¨ Desinfeksi
¨ Irigasi
¨ Debridement
¨ Perawatan perdarahan
¨ Penjahitan Luka
¨ Bebat Luka
¨ Angkat Jahitan
Desinfeksi (Sin. Antiseptik atau Germisida)
Adalah tindakan dalam melakukan pembebasan bakteri dari lapangan
operasi dalam hal ini yaitu luka dan sekitarnya.
Macam bahan desinfeksi: Alkohol 70%, Betadine 10%, Perhidrol 3%,
Savlon (Cefrimid +Chlorhexidine), Hibiscrub (Chlorhexidine 4%)
Teknik : Desinfeksi sekitar luka dengan kasa yang di basahi bahan
desinfeksan
Tutup dengan doek steril atau kasa steril
Bila perlu anestesi Lido/Xylo 0,5-1%
Pembersihan Luka
Adalah mencuci bagian luka
Bahan yang di gunakan : Perhidrol, Savlon, Boor water, Normal Saline, PZ
Bilas dengan garam faali atau boor water
Debridement (Wound Excision)
Adalah membuang jaringan yang mati serta merapikan tepi luka
Memotong dengan menggunakan scalpel atau gunting
Rawat perdarahan dengan meligasi menggunakan cat gut
Perawatan Perdarahan
Adalah suatu tindakan untuk menghentikan proses perdarahan
Yaitu dengan kompresi lokal atau ligasi pembuluh darah atau jaringan
sekitar perdarahan
Penjahitan luka
Penjahitan luka membutuhkan beberapa persiapan baik alat, bahan serta
beberapa peralatan lain. Urutan teknik juga harus dimengerti oleh operator
serta asistennya.
Alat, bahan dan perlengkapan yang di butuhkan
Alat yang dibutuhkan :
Naald Voeder ( Needle Holder ) atau pemegang jarum biasanya satu buah.
Pinset Chirrurgis atau pinset Bedah satu buah
Gunting benang satu buah.
Jarum jahit, tergantung ukuran cukup dua buah saja.
Bahan yang dibutuhkan :
Benang jahit Seide atau silk
Benang Jahit Cat gut chromic dan plain.
Lain-lain :
Doek lubang steril
Kasa steril
Handscoon steril
Operasi teknik
Urutan teknik penjahitan luka ( suture techniques)
1. Persiapan alat dan bahan
2. Persiapan asisten dan operator
3. Desinfeksi lapangan operasi
4. Anestesi lapangan operasi
5. debridement dan eksisi tepi luka
6. penjahitan luka
7. perawatan luka
Macam-macam jahitan luka
1. Jahitan Simpul Tunggal
Sinonim : Jahitan Terputus Sederhana, Simple Inerrupted Suture
Merupakan jenis jahitan yang sering dipakai. digunakan juga untuk jahitan
situasi.
Teknik : – Melakukan penusukan jarum dengan jarak antara setengah
sampai 1 cm ditepi luka dan sekaligus mengambil jaringan subkutannya
sekalian dengan menusukkan jarum secara tegak lurus pada atau searah
garis luka.
- Simpul tunggal dilakukan dengan benang absorbable denga jarak antara
1cm.
- Simpul di letakkan ditepi luka pada salah satu tempat tusukan
- Benang dipotong kurang lebih 1 cm.
2. Jahitan matras Horizontal
Sinonim : Horizontal Mattress suture, Interrupted mattress
Jahitan dengan melakukan penusukan seperti simpul, sebelum disimpul
dilanjutkan dengan penusukan sejajar sejauh 1 cm dari tusukan pertama.
Memberikan hasil jahitan yang kuat.
3. Jahitan Matras Vertikal
Sinonim : Vertical Mattress suture, Donati, Near to near and far to far
Jahitan dengan menjahit secara mendalam dibawah luka kemudian
dilanjutkan dengan menjahit tepi-tepi luka. Biasanya menghasilkan
penyembuhan luka yang cepat karena di dekatkannya tepi-tepi luka oleh
jahitan ini.
4. Jahitan Matras Modifikasi
Sinonim : Half Burried Mattress Suture
Modifikasi dari matras horizontal tetapi menjahit daerah luka seberangnya
pada daerah subkutannya.
5. Jahitan Jelujur sederhana
Sinonim : Simple running suture, Simple continous, Continous over and
over
Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju. Biasanya
menghasilkan hasiel kosmetik yang baik, tidak disarankan penggunaannya
pada jaringan ikat yang longgar.
6. Jahitan Jelujur Feston
Sinonim : Running locked suture, Interlocking suture
Jahitan kontinyu dengan mengaitkan benang pada jahitan sebelumnya,
biasa sering dipakai pada jahitan peritoneum. Merupakan variasi jahitan
jelujur biasa.
7. Jahitan Jelujur horizontal
Sinonim : Running Horizontal suture
Jahitan kontinyu yang diselingi dengan jahitan arah horizontal.
8. Jahitan Simpul Intrakutan
Sinonim : Subcutaneus Interupted suture, Intradermal burried suture,
Interrupted dermal stitch.
Jahitan simpul pada daerah intrakutan, biasanya dipakai untuk menjahit
area yang dalam kemudian pada bagian luarnya dijahit pula dengan simpul
sederhana.
9. Jahitan Jelujur Intrakutan
Sinonim : Running subcuticular suture, Jahitan jelujur subkutikular
Jahitan jelujur yang dilakukan dibawah kulit, jahitan ini terkenal
menghasilkan kosmetik yang baik
Tutup atau Bebat Luka
Setelah luka di jahit dengan rapi di bersihkan dengan desinfeksan (beri
salep)
Tutup luka dengan kasa steril yang dibasahi dengan betadine
Lekatkan dengan plester atau hipafix ( bila perlu diikat dengan Verban)
Angkat Jahitan
Adalah proses pengambilan benang pada luka
Berdasarkan lokasi dan hari tindakan:
¨ Muka atau leher hari ke 5
¨ Pereut hari ke7-10
¨ Telapak tangan 10
¨ Jari tangan hari ke 10
¨ Tungkai atas hari ke 10
¨ Tungkai bawah 10-14
¨ Dada hari ke 7
¨ Punggung hari ke 10-14
Sumber:http://perawatsamarinda.blogspot.com/2013/03/prosedur-tindakan-
menjahit-luka-atau.html?m=1

INFORM CONCENT

A. PENGERTIAN

Dalam berkas rekam medis pasien di rumah sakit terdapat


satu lembaran yaitu lembar persetujuan tindakan medis. Lembaran
ini akan diisi/diberi persetujuan oleh pasien atau keluarganya apabila
telah mendapat penjelasan dari tenaga kesehatan. Proses pemberian
penjelasan ini disebut sebagai informed consent.
Istilah Informed consent dalam Undang-Undang Kesehatan kita
tidak ada, yang tercantum adalah istilah persetujuan, menerima atau
menolak … tindakan pertolongan setelah menerima dan memahami
informasi mengenai tindakan tersebut.
Informed consent atau persetujuan Medik/Informed consent
adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien sesuai dengan pasal 1
(a) Permenkes RI Nomor 585/MEN.KES/PER/X/1989 . Di mana pasal 1 (a)
menyatakan bahwa persetujuan tindakan medik (informed
consent) adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau
keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang
akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Informed consent mencakup
peraturan yang mengatur perilaku dokter dalam berinteraksi dengan
pasien. Interaksi tersebut melahirkan suatu hubungan yang disebut
hubungan dokter-pasien.
Informed consent secara harfiah terdiri dari dua kata yaitu
informed dan consent. Informed berarti telah mendapat penjelasan atau
informasi; sedangkan consent berarti memberi persetujuan atau
mengizinkan. Dengan demikian informed consent berarti suatu
persetujuan yang diberikan setelah mendapat informasi. Atau dapat juga
dikatakan informed consent adalah pernyataan setuju dari pasien
yang diberikan dengan bebas dan rasional, sesudah mendapatkan
informasi dari dokter dan sudah dimengerti olehnya .
Istilah informed consent menurut KKI adalah Persetujuan
Tindakan Kedokteran atau Kedokteran Gigi yang mempunyai arti
persetujuan pasien atau yang sah mewakilinya atas rencana tindakan
kedokteran atau kedokteran gigi yang diajukan oleh dokter atau
dokter gigi, setelah menerima informasi yang cukup untuk dapat
membuat persetujuan. Persetujuan tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi adalah pernyataan sepihak dari pasien dan bukan
perjanjian antara pasien dengan dokter atau dokter gigi, sehingga
dapat ditarik kembali setiap saat. Persetujuan tindakan kedokteran
atau kedokteran gigi merupakan proses sekaligus hasil dari suatu
komunikasi yang efektif antara pasien dengan dokter atau dokter
gigi, dan bukan sekedar penandatanganan formulir persetujuan.
Persetujuan tindakan kedokteran adalah pernyataan sepihak
pasien atau yang sah mewakilinya yang isinya berupa persetujuan
atas rencana tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang diajukan
oleh dokter atau dokter gigi, setelah menerima informasi yang cukup
untuk dapat membuat persetujuan atau penolakan. Suatu persetujuan
dianggap sah apabila: (1)Pasien telah diberi penjelasan/ informasi; (2)
Pasien atau yang sah mewakilinya dalam keadaan cakap (kompeten)
untuk memberikan keputusan/persetujuan; (3) Persetujuan harus
diberikan secara sukarela.

Anda mungkin juga menyukai