Anda di halaman 1dari 39

Konsep pre-

hospital trauma
management

Achmad Vindo G, S.Kep.,Ners., M.Kep


Apa itu
Trauma???
• Pengertian trauma secara umum adalah luka
atau jejas baik fisik maupun psikis. Trauma
dengan kata lain disebut injury atau wound,
dapat diartikan sebagai kerusakan atau luka
yang biasanya disebabkan oleh tindakan-
tindakan fisik dengan terputusnya kontinuitas
normal suatu struktur.
• Trauma juga diartikan sebagai suatu kejadian
tidak terduga atau suatu penyebab sakit, karena
kontak yang keras dengan suatu benda.
Hubungan trauma dengan pre
hospital care apa??
Latar belakang
• Pelayanan prehospital merupakan pemberian pelayanan dimana
pertama kali korban ditemukan,selama proses transportasi hingga
pasien tiba dirumah sakit.
• Banyaknya korban kecelakaan lalulintas juga merupakan masalah
dalam pelayanan prehospital
• Dalam rentang kondisi pre hospital sangat diperlukan peran serta
masyarakat,awam khusus ataupun petugas kesehatan karena
kejadiannya dapat terjadi dimana saja dalam setiap waktu.
• Pelayanan yang diberikan pada prehospital adalah langkah–langkah
pertolongan dasar dan dilanjutkan penanganan advance
prehospital.Pertolongan dasar dapat dimulai dariini tialassessment
terhadap korban, evakuasi korban,pemberian
oksigenasi,pemantauan kondisi pasient ermasuk tingkat
kesadaran,dan perawatan luka (WHO,2005).
Initial Assessment
1.Primary Survey:
•D=Danger
•R=Response
•S=Shout For Help
•A=Airway
•B=Breathing
•C=Circulation
Con’t…
D-R-S (Scene size up)

1.Pada Danger berlaku prinsip “ do not


further harm” Penolong idealnya
melakukan PPD (Persiapan Pengamanan
Diri)
Con’t…
2. Pada Response+shout for help
“shake and shout”
Note: jika ada response dari korban, lakukan
pemeriksaan sekunder.
3. Pemeriksaan Airway (jalan nafas)
a.Sumbatan total
•Korban dewasa
Jika korban sadar lakukan heimlich
maneuver sampai benda keluar atau korban
sampai tidak sadar
• Korban anak-anak
Sama dengan dewasa bila postur besar, bila
postur kecil teknik sama hanya kekuatan
penekanan yang sedikit dikurangi
• Korban bayi
Lakukan teknik back blows and chest secara
bergantian sebanyak 5x. Jika korban
menjadi tidak sadar lakukan prosedur RJP
2.Sumbatan parsial
Karena lidah jatuh kebelakang pada korban tidak sadar,
perdarahan atau banyaknya sekret dan edema laring yang
masih proses belum total.

•Tindakan membebaskan jalan nafas


a.Tanpa alat secara manual
1) Membuka jalan nafas dengan teknik Head tilt and Chin
lift. Pada pasien dengan dicurigai cedara leher dan kepala
lakukan jaw thrust maneuver.
2) Metode finger sweep dan teknik memegang
tounge jaw lift

Teknik ini ibu jari memegang lidah, jari yang lain


memegang rahang bawah, untuk memindahkan
lidah jauh dari faring bagian belakang. Gerakan ini
juga menggerakkan lidah menjauh dari benda
asing yang mungkin menyumbat tenggorokan
bagian belakang.
3) Recovery position
Korban non trauma dapat diletakan pada sisi
kirinya untk membantu mempertahankan tetap
terbukanya jalan nafas. Leher harus ekstensi
sehingga kepala tidak fleksi ke depan ke arah
dada. Ketika korban berada dalam posisi ini, lidah
bergerak kedepan sehingga tidak menyumbat
jalan nafas dan saliva, mukus serta muntahan
dapat keluar sehingga dapat membantu
terbukanya jalan nafas.
b. Menggunakan alat
•Suctioning
Dilakukan bila sumbatan jalan nafas karena benda cai dan
terdengar gurgling

•OPA ( oropharyngeal Airway)


Tindakan ini untuk membebaskan sumbatan jalan nafas
dengan menyisipkan alat kedalam mulut (dibalik lidah)
dengan cara menahan lidah penderita agar tidak
menyumbat jalan nafas.
4. Pengkajian Breathing (pernafasan)
•Look : melihat gerakan nafas,
pengembangan dada dan adanya retraksi
dinding dada
•Listen: mendengarkan bunyi nafas
•Feel: merasakan adanya aliran udara
pernapasan
Tanda-tanda pernapasan yang tidak adekuat:
1.Pernafasan sangat cepat atau sangat lambat
2.Pergerakan dinding dada tidak adekuat
3.Cyanosis
4.Penurunan kesadaran
5.Sesak
6.Suara pernafasan abnormal( snoring, gurgling,
stridor, crowing)
7.Denyut nadi lambat
Oksigenasi dan ventilasi: tercukupinya
kebutuhan oksigen sel dan jaringan dengan
cara memberikan oksigen ventilasi yang
cukup
5. Pengkajian circulation
a)Luka dan perdarahan
•Perdarahan luar: mudah dikenali
•Perdarahan dalam: tampak dari luar jejas
dan warna kebiruan. Bisa juga tidak tampak
apa2.
Tindakan pre hospital untuk perdarahan
luar:
a.Penekanan langsung
b.Elevasi
c.Point pressure
d.Imobilisasi alat gerak/ekstremitas
e.Awasi tanda-tanda syok
f.Evakuasi segera
Tindakan pre hospital untuk perdarahan
dalam:
a.Pertahankan jalan nafas
b.Jaga agar klien tetap hangat
c.Awasi tanda syok
d.Evakuasi segera
Load and go situations
Sebelum evakuasi, petugas kesehatan harus melakukan:
1) pemeriksaan kondisi dan stabilitas pasien dengan
memantau tanda-tanda vital;
2) pemeriksaan peralatan yang melekat pada tubuh pasien
seperti infus, pipa ventilator/oksigen, peralatan immobilisasi
dan lain‐lain
Korban tidak boleh dipindahkan sebelum:
1) korban berada pada kondisi yang paling stabil;
2) korban telah disiapkan peralatan yang memadai
untuk transportasi;
3) fasilitas kesehatan penerima telah
diinformasikan dan siap menerima korban;
4) kendaraan yang digunakan dalam kondisi layak
pakai.
On going examination
ABCDE dalam trauma
•Disability
Menilai kesadaran dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respons
terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur
Glasgow Coma Scale
AWAKE = A
RESPONS BICARA (verbal) = V
RESPONS NYERI = P
TAK ADA RESPONS = U
• Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar
dapat dicari semua cedera yang mungkin ada.
Jika ada kecurigaan cedera leher atau tulang
belakang, maka imobilisasi in-line harus
dikerjakan.
Detailed examination
• Survey sekunder merupakan pemeriksaan secara lengkap yang
dilakukan secara head to toe, dari depan hingga belakang.
Secondary survey hanya dilakukan setelah kondisi pasien mulai
stabil, dalam artian tidak mengalami syok atau tanda-tanda syok
telah mulai membaik.
1. Anamesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Fokus Assestment
4. Re-assestment
5. Pemeriksaan Diagnostik
Anamnesis
Pemeriksaan data subyektif di dapatkan dari
anamnesis riwayat pasien yang merupakan bagian
penting dari pengkajian pasien. Riwayat pasien
meliputi keluhan utama, riwayat masalah
kesehatan sekarang, riwayat medis, riwayat
keluarga, sosial, dan sistem. (Emergency Nursing
Association, 2007).
• Anamnesis juga harus meliputi riwayat SAMPLE yang bisa
didapatdari pasien dan keluarga (Emergency Nursing
Association, 2007):
• A : Alergi (adakah alergi pada pasien, seperti obat-obatan, plester,
makanan)
• M : Medikasi/obat-obatan (obat-obatan yang diminum seperti sedang
menjalani pengobatan hipertensi, kencing manis, jantung,
dosis, atau penyalahgunaan obat
• P : Pertinent medical history (riwayat medis pasien seperti penyakit
yang pernah diderita, obatnya apa, berapa dosisnya, penggunaan
• L : Last meal (obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi,
dikonsumsi berapa
• E: Events, hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera
(kejadian yang
• menyebabkan adanya keluhan utama)
Pemeriksaan fisik
 Kulit Kepala
 Wajah
 Cervikal
 Toraks
 Abdomen
 Pelvis
 Ekstremitas
 Punggung
 Neurologis
Focused Assesment
• Focused assessment untuk melengkapi data secondary
assessment bisa dilakukan sesuai masalah yang
ditemukan atau tempat dimana injury ditemukan.
• Yang paling banyak dilakukan dalam tahap ini adalah
beberapa pemeriksaan penunjang diagnostik atau
bahkan dilakukan pemeriksaan ulangan dengan tujuan
segera dapat dilakukan tindakan definitif.
Re-Assesment
• Beberapa komponen yang perlu untuk dilakukan
pengkajian kembali (reassessment) yang penting untuk
melengkapi primary survey pada pasien di gawat
darurat adalah :
• Airway
• Breathing
• Circulation
• Dissability
• Exsposure
Pemeriksaan diagnostik
• Pemeriksaan lanjutan hanya dilakukan setelah ventilasi
dan hemodinamika penderita dalam keadaan stabil
(Diklat RSUP Dr. M.Djamil, 2006). Dalam melakukan
secondary survey, mungkin akan dilakukan pemeriksaan
diagnostik yang lebih spesifik seperti :
• Endoskopi
• Bronkoskopi
• CT Scan
• USG
• Radiologi
• MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Team member organisation
• Sejak tahun 2000 Kementerian Kesehatan RI telah mengembangkan konsep Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) memadukan penanganan gawat
darurat mulai dari tingkat pra rumah sakit sampai tingkat rumah sakit dan rujukan
antara rumah sakit dengan pendekatan lintas program dan multisektoral.
• Penanggulangan gawat darurat menekankan respon cepat dan tepat dengan prinsip
Time Saving is Life and Limb Saving. Public Safety Care (PSC) sebagai ujung tombak
safe community adalah sarana publik/masyarakat yang merupakan perpaduan dari
unsur pelayanan ambulans gawat darurat, Unsure pengamanan (kepolisian) dan
unsur penyelamatan.
• PSC merupakan penanganan pertama kegawatdaruratan yang membantu
memperbaiki pelayanan pra RS untuk menjamin respons cepat dan tepat untuk
menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan, sebelum dirujuk ke Rumah Sakit
yang dituju.
• Sistem penanggulangan gawat darurat terpadu
merupakan sistem yang merupakan koordinasi berbagai
unit kerja (multi sektor) dan didukung berbagai
kegiatan profesi (multi disiplin dan multi profesi) untuk
menyelenggarakan pelayanan terpadu bagi penderita
gadar baik dalam keadaan bencana maupun sehari-hari.
• pelayanan medis sistem ini terdiri 3 subsistem yaitu
pelayanan pra RS, RS dan antar RS.
DISCUSSION TIME

Anda mungkin juga menyukai