Anda di halaman 1dari 24

1. Sebutkan anatomi atas dan bawah sistem respirasi!

ANATOMI SISTEM PERNAFASAN


Sistem pernafasan dibagi menjadi bagian atas dan bagian bawah.
Saluran napas bagian atas terdiri dari :
Lubang hidung (cavitas nasi)
- Oralis pharyngis
- Laringea pharyngis
Saluran napas bagian bawah terdiri dari :
Laring
Trakea
Paru
Paru kanan (pulmo dexter) mempunyai 3 lobus, paru kiri (pulmo sinister)
mempunyai 2 lobus.

Cavum nasi
Terdapat :
Apertura Nasalis Anterior (=Nares
Anterior)
Apertura Nasalis Posterior (=
CHOANAE)
Septum Nasi
Sinus paranasalis
- Sinus frontalis
- Sinus ethmoidalis
- Sinus sphenoidalis
- Sinus maxillaris

Pharynx
Torus tubarius
Tuba auditivae
Recessus pharyngeus
Plica salphingopharyngea
Palatum molle
Arcus palatopharyngeus
Arcus palatoglossus
Tonsilla palatina

Otot yang melekat pada pharynx


m.Constrictor pharyngis superior
m.Constrictor pharyngis medius
m.Constrictor pharyngis inferior
Raphe medianum
m.Constrictor pharyngis inf.
m.stylopharyngeus

Trakea
Pada trakea, dinding trakea dan bronkus utama terdiri dari membrana
mukosa (tunica mucosa) pada sisi luminal diikuti oleh tunica fibromusculocartilaginea
dan tunica adventitia. Tunika fibromusculocartilaginea terdiri dari 16 hingga 20
kartilago trakea yang tidak komplit berbentuk ladam, yang berupa kartilago hialin,
yang dihubungkan pada bagian posterior oleh otot polos (M. Trachealis).

Terdapat:
1 Cartilago trachealis
2 Ephitelium
3 Tunica mucosa
4 Tunica adventitia
5 M. Trachealis
6 Glandulae trachealis
7 Paries membranaceus

Panjang trakea 10-13 cm dan memanjang dari kartilago krikoid pada laring
hingga pembagiannya (Bifurcatio Tracheae) menjadi dua bronkus utama (Bronchi
Principales). Trakea terletak di bagian cervikal (pars cervical) dan bagian thorakal
(pars thoracica).

Bronkus
Bronkus bercabang menjadi bronchus sinister
dan bronchus dexter. Bronkus utama kanan (bronchus
principalis dexter) berukuran lebih besar, berukuran
panjang 1-2,5 cm, dan terletak hampir vertikal.
Bronkus utama kiri (bronchus principalis sinister)
hampir dua kali lipat panjangnya, dan terletak lebih
horizontal.

Bronchus dexter bercabang menjadi tiga, yaitu


bronchus lobaris superior dexter, bronchus lobaris
medius dexter, dan bronchus lobaris inferior dextra.
bronchus yang menuju ke lobus superior disebut
bronchus eparterialis. Bronchus sekunder yang menuju
ke lobus superior disebut bronchus hyparterialis.

Bronchus sinister bercabang menjadi dua yaitu bronchus lobaris superior


sinsiter dan bronchus lobaris inferior sinister.

Paru (Pulmo)
Paru kanan memiliki 3 lobus yang
dipisahkan oleh fissura obliqua dan
fissura horizontalis. Paru kiri hanya
memiliki 2 lobus yang dipisahkan
oleh fissura obliqua.
Pembagian segmen paru
Pulmo dexter Lobus superior Segmen apical
(terdapat 10 segmen) Segmen posterior
Segmen anterior
Lobus medius Segmen lateral
Segmen medial
Lobus inferior Segmen apical
Segmen mediobasalis
Segmen anterobasalis
Segmen laterobasalis
Segmen posterobasalis
Pulmo sinister Lobus superior Segmen apicoposterior
(terdapat 8 segmen) Segmen anterior
Segmen lingualis
superior
Segmen lingualis inferior
Lobus inferior Segmen apical
Segmen
anteromediobasalis
Segmen laterobasalis
Segmen posterobasalis
Pleura dan rongga pleura
Rongga pleura (cavitas pleurales) dilapisi oleh pleura parietalis. Pleura perietalis
dibagi menjadi pars mediastinalis, pars costalis, dan pars diagphragmatica. Pleura
viseralis melapisipermukaan luar paru. Ruang kapiler diantara kedua lapisan pleura
berisi 5ml cairan serosa yang melumasi permukaan pleura dan mengurangi gesekan
selama bernafas. Cupula pleuraemeluas hingga 5cmdiatas apertura thoracis
superior. Tapi medial superior dan inferior pleura, masing-masing membentuk batas-
batas trigonum thymicum dan trigonum pericardiacum. Cavitas pleura memiliki
empat recessus pleura yang merupakan tempat perluasan paru selama inspirasi
dalam.
2. Jelaskan histologi sistem respirasi atas dan bawah!
Laporan Modul Dasar Respirasi

Histologi Sistem Pernafasan

Sistem pernapasan mencakup paru-paru dan sistem saluran yang


menghubungkan tempat pertukaran gas dengan lingkukngan luar. Alat
mekanisme ventilasi,yang terdiri atas rongga toraks,otot interkostal,diafragma
dan komponen elastis serta kolagen paru,penting untuk pergerakan udara
melalui paru. Sistem pernapasan dibagi menjadi 2 daerah utama yaitu bagian
konduksi,yang terdiri atas rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronki,
bronkiolus, dan bronkiolus terminalis yang memiliki fungsi menyediakan
sarana bagi udara yang keluar masuk paru dan mengkondisikan udara yang
dihirup tersebut serta menjamin kelangsungan pasokan udara yang kontinu,
kombinasi tulang rawan, serat elastin, kolagen dan otot polos, bagian
konduksi ini sifat kaku dan fleksibilitas serta terjadinya peregangan bila
diperlukan. Bagian respiratorik (tempat berlangsungnya petukaran gas) yang
terdiri atas bronkiolus respiratorus,duktus alveolaris,dan alveoli. Alveolus
merupakan struktur mirip kantung khusus yang membentuk sejumlah besar
bagian paru. Alveoli adalah tempat utama bagi fungsi utama paru
pertukaran O2 dan CO2 antara udara yang masuk dan darah.

Epitel Respiratorik

Sebagian besar bagian koonduksi dilapisi epitel bertingkat silindris bersilia


yang mengandung banyak sel goblet dan dikenal sebagai epitel respiratorik.
Epitel respiratorik yang khas terdiri atas 5 jenis sel, yaitu :

1. Sel silindris bersilia adalah sel yang terbanyak. Setiap sel memiliki lebih
kurang 300 silia pada permukaan apikalnya.
2. Sel goblet mukosa, banyak dijumpai di sejumlah area epitel respiratorik.
Bagian apikal sel-sel ini mengandung droplet mukus yang terdiri atas
glikoprotein.
3. Sel ikat (brush cells) adalah tipe sel silindris yang lebih jarang tersebar dan
sulit ditemukan dengan permukaan apical kecil yang memiliki banyak
mikrovilipendek dan tumpul. Sel sikat memperlihatkan adanya transduksi
sinyal.
4. Sel basal adalah sel bulat kecil pada membrane basal tetapi tidak meluas
sampai permukaan lumen epitel, merupakan sel puncak yang membentuk
jenis sel lain.
5. sel granul kecil, yang mirip dengan sel basal kecuali bahwa sel ini banyak
memiliki granul berdiamter 100-300 nm dengan bagian pusat yang padat.
Bagian-bagian histologi sistem pernapasan :

1. Rongga hidung
Rongga hidung terdiri dari 2 struktur : vestibulum di luar dan fosa nasalis di
dalam.
a. Vestibulum
Bagian paling anterior dan paling lebar dari rongga hidung. Kulit luar
hidung memasuki nares (cuping hidung) dan berlanjut ke dalam
vestibulum . Di sekitar permukaan dalam nares,terdapat banyak kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat, selain rambut pendek tebal atau vibrisa,
yang menahan dan menyaring partikel-partikel besar dari udara inspirasi.
Di dalam vestibulum,epitelnya tidak berlapis tanduk lagi dan beralih
menjadi epitel respirasi sebelum memasuki rongga nasalis.

b. Fosa Nasalis ( Kavum Nasi )


Di dalam tengkorak terletak 2 bilik kavernosa yang dipisah kan oleh
septum nasi oseosa. Dari masing-masing dinding lateral,keluar 3 tonjolan
bertulang mirip rak yang dikenal sebagai chonca. Di antara chonca
superior, medius dan inferior hanya chonca media dan inferior yang
ditutupi oleh epitel respirasi. Choncae superior ditutupi epitel olfaktorius
khusus.

Menghidu (sel olfaktorius)

Kemoreseptor olfaktorius terletak di epitel olfaktorius, yaitu region khusus


membrane mukosa concha superior yang terletak di atap rongga hidung.
Epitel ini merupakan epitel bertingkat silindris yang terdiri atas tiga jenis
sel

Sel basal adalah kecil, sferis atau berbentuk kerucut dan


membentuk suatu lapisan dilamina basal.
Sel penyokong berbentuk kolumnar dengan apeks silindris dan
dasar yang lebih sempit. Pada permukaan bebasnya terdapat
mikrovili, yang terendam dalam selapis cairan. Kompleks tautan
yang berkembang baik mengikat sel-sel penyokong pada sel-sel
olfaktorius di sebelahnya.
Neuron olfaktorius adalah neuron bipolar yang berada di seluruh
epitel ini. Neuron ini dibedakan dari sel-sel penyokong oleh letak
intinya, yang terletak diantara sel penyokong dan sel basal.
Kelenjar Bowman berfungsi untuk menghasilkan suatu aliran cairan
di sekitar silia penghidu dan memudahkan akses zat pembau yang
baru.

2. Sinus Paranasalis
Adalah rongga bilateral di tulang frontal,maksila,etmoid dan
sfenoid. Sinus-sinus ini dilapisi oleh epitel respiratorik yang lebih tipis
dan megandung sedikit sel goblet. Lamina proprianya mengandung
sedikit kelenjar kecil dan menyatu dengan periosteum di bawahnya.
Sinus paranasal berhubungn langsung dengan rongga hidung melaui
lubang-lubang kecil. Mukus yang dihasilkan dalam rongga-rongga ini
terdorong ke dalam hidung sebagai akibat dari aktivitas sel-sel bersilia.
3. Nasofaring
Nasofaring dilapisi oleh epitel respiratorik pada bagian yang
berkontak langsung dengan palatum molle. Sedangkan orofaring
dilapisi epitel tipe skuamosa/gepeng.
4. Laring
Saluran kaku pendek tak teratur yang menghubungkan faring
dengan trakea. Di dalam lamina propria,terdapat sejumlah tulang
rawan laring. Tulang rawan yang lebih besar (tiroid,krikoid,dan
kebanyakan aritenoid) merupakan tulang rawan hialin. Tulang rawan
yang lebih kecil (epiglotis,kunieformis,dan ujung aritenoid) merupakan
tulang rawan elastin. Selain berfungsi sebagai penyokong ,tulang
rawan ini berfungsi sebagai katup untuk mencegah masuknya makana
atau cairan ynag ditelan ke dalam trakea. Tulang rawan ini berfungsi
sebagai alat penghasil suara untuk fungsi fonasi.
Epiglotis, yang terjulur keluar dari tepian laring,meluas ke dalam faring
dan memiliki permukaan lingual dan laringeal. Seluruh permukaan lingual dan
bagian apikal permukaan laringeal ditutupi oleh epitel berlapis gepeng. Pada
permukaan laringeal di dekat basis epiglotis,epitelnya beralih menjadi epitel
bertingkat silindris bersilia. Di bawah epitel terdapat kelenjar campuran
mukosa dan serosa.
5. Trakea

Trakea dilapisi mukosa respiratorik khas . Di lamina propria, terdapat


banyak kelenjar seromukosa yang menghasilkan mukus encer dan di
submukosa dan terdapat 16-20 cincin tulang rawan hialin berbentuk C yang
menjaga agar lumen trakea tetap terbuka, tulang rawan ini terlihat pada
sediaan trakea potongan melintang. Ujung terbuka dari cincin tulang rawan ini
terdapat di permukaan posteror trakea, ligamen fibroelastis dan berkas otot
polos terikat pada periosteum dan menjembatani kedua ujung bebas tulang
rawan berbentuk C ini. Ligamen tersebut mencegah distensi berlebihan dari
lumen, sedangkan otot polosnya memungkinkan pengaturan lumen.
Kontraksi otot dan penyempitan lumentrakea yang ditimbulkanyya
terjadi pada refleks batuk. Lumen trakea yng mengecil akibat kontraksi
meningkatkan kecepatan aliran udara ekspirasi,yang membantu
membersiihkan jalan napas.
6. Percabangan Bronkus
Trakea bercabang menjadi 2 bronkus primer yang memasuki paru di
hilus. Setiap hilus, beserta arteri,vena dan pembuluh limfe. Setelah memasuki
paru ,bronkus primer berjalan ke bawah dan ke luar,memberikan 3 cabang
bronkus di paru kanan dan 2 buah di paru kiri,dan masing-masing memasok
sebuah lobus paru. Bronkus lobaris ini bercabang terus menjadi bronkus yang
lebih kecil,dengan bagian ujung cabangnya yang disebut bronkiolus. Setiap
bronkiolus memasuki lobulus paru,dan bercabang-cabang menjadi bronkiolus
terminalis.
Lobulus paru terbentuk piramid,dengan bagiann apeksnya yang
mengarah ke hilus paru. Setiap lobulus dibatasi oleh septum jaringan ikat
tipis, yang paling jelas terlihat pada fetus. Pada orang dewasa seringkali tidak
utuh sehingga batas-batas lobulus menjadi kurang jelas. Didalam paru juga
terdapat BALT (brochus Associated Lhympoid Tissue) yaitu jaringan limfoid
yang terutama terdiri dari limfosit T dan limfosit B yang membentang di
sepanjang saluran napas bronchial.
Bronkus
Pada bronkus terdapat Mukosa bronkus mirip dengan trakea, tulang
rawan lebih tidak teratur, banyak kelenjar serosa dan mukosa dan serat
elastin

Bronkiolus
Jalan nafas intraobular berdiameter 5mm atau kurang,tidak memiliki
tulang rawan kelenjar dalam mukosanya, hanya terdapat sebaran sel
goblet di dalam epitel segmen awal. Pada bronkiolus yang lebih besar,
epitelnya adalah epitel bertingkat silindris bersilia, yang makin memendek
dan makin sederhana sampai menjadi epitel silindris bersilia atau selapis
kuboid pada bronkiolus terminalis yang lebih kecil.

Bronkiolus Respiratorus
Setiap bronkiolus
terminalis bercabang
menjadi 2 atau lebih
bronkiolus respiratorus
yang berfungsi sebagai
daerah peralihan antara
bagian konduksi dan
bagian respirasi dari sistem pernapasan. Mukosa bronkiolus
respiratorus secara struktural identik dengan mukosa bronkiolus
terminalis kecuali dindingnya yang diselingi oleh banyak alveolus
tempat terjadinya pertukaran gas. Bagian bronkiolus respiratorus
dilapisi oleh epitel kuboid bersilia dan sel clara,tetapi pada tepi muara
alveolus ,epitel bronkiolus menyatu dengan sel-sel alveolus gepeng.

Ductus alveolaris
Merupakan percabangan dari bronkiolua respiratorik yang
sepnuhnya dilapisi oleh muara alveoli. Duktus dilapisi oleh sel alveolus
gepeng yang sangat halus. Di lamina propria yang mengelilingi tepian
alveolus terdapat anyaman sel otot polos yang menghilang di ujung
distal duktus alveolaris. Sejumlah matriks besar matriks serat elastin
dan kolagen memberikan sokongan pada duktus dan alveolus.

7. Alveolus
Penonjolan mirip kantung (berdiamter sekitar 200m) di bronkiolus
respiratorus, duktus alveolaris,dan sakus alveolaris. Alveoli bertanggung
jawab atas terbentuknya struktur berongga di paru. Secara struktural alveolus
menyerupai kantung kecil yang terbuka pada satu sisinya, yang mirip dengan
sarang lebah. Di dalam struktur mirip mangkuk ini,berlangsung pertukaran O2
dan CO2 antara udara dan darah. Struktur dinding alveoli dikuhususkan
untuk memudahkan dan memperlancar difusi antara lingkungan luar dan
dalam. Umumnya setiap dinding terletak diantara 2 alveolus yang
bersebelahan dan karenanya disebut septum atau dinding interalveolar. Di
dalam alveolus terdapat dua tipe sel yaitu sel alveolus tipe I (pneumosit tipe I
atau sel alveolar skuamosa) merupakan sel sangat tipis yang melapisi
permukaan alveolus. Sel tipe I menempati 97% dari permukaan alveolus
(sisanya ditempati sel tipe II). Sel alveolus tipe II (pneumosit tipe II) tersebar
diantara sel-sel alveolus tipe Idengan taut kedap dan desmosome yang
menghubungkannya dengan sel tersebut.
Pada dinding alveoli terdapat juga makrofag alveolus,yang juga disebut
sel debu, di temukan di dalam septum interveolar dan sering terlihat pada
permukaan alveoli . Sejumlah makrofag yang berisis karbon dan berdebu di
dalam jaringan ikat di sekitar pembuluh daraj utama atau di dalam pleura,
agaknya merupakan sel-sel yang tidak pernah melewati epitel pelapis. Debris
yang difagositosis dalam sel-sel ini kemungkinan berasal dari lumen
alveolus,dan masuk ke dalam interstisium melalui aktivitas pinositosis sel
alveolus tipe 1. Makrofag alveolus yang berkeliaran di permukaan luar epitel
di dalam lapisan surfaktan di bawa ke faring dan kemudian di telan.

8. Pleura
Membran serosa yang menutupi paru. Pleura terdiri atas 2
lapisan,parietal dan viseral,yang menyatu di daerah hilus. Kedua membran
tersebut terdiri atas sel-sel mesotel skuamosa selapis atau pada selapis tipis
jaringan ikat halus yang mengandung serat kolagen dan elastin serta
mengandung pembuluh darah dan pembuluh limfe. Serat-serat elastin pleura
viseral menyatu dengan serta elastin parenkim paru.
Lapisan parietal dan viseral membentuk suatu rongga yang seluruhnya
dilapisi sel-sel mesotel gepeng. Dalam keadaan normal,rongga pleura ini
hanya mengandung sedikit sekali cairan yang bekerja sebagai pelumas,yang
memudahkan pergeseran antara pleura sewaktu bernapas.
3. Jelaskan fisiologi ventilasi, difusi & perfusi pada sistem
respirasi!
Ada tiga langkah dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi, perfusi paru dan
difusi.
a. Ventilasi
Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan ke paru. Ventilasi
paru mencakup gerakan dasar atau kegiatan bernafas atau inspirasi dan
ekspirasi. Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya perbedaan
tekanan antara intrapleura dengan tekanan atmosfer, dimana pada saat inspirasi
tekanan intrapleural lebih negatif (752 mmHg) dari pada tekanan atmosfer (760
mmHg) sehingga udara akan masuk ke alveoli.

Hukum Boyles :
Jika volume meningkat maka tekanan menurun
Jika volume menurun maka tekanan meningkat

Inspirasi bersifat aktif


Selama inspirasi terjadi kontraksi otot diafragma dan intercosta eksterna, hal ini
akan meningkatkan volume intrathorak menurunkan tekanan intratorak
tekanan intrapleural makin negatif paru berkembang tekanan
intrapulmonary menjadi makin negatif udara masuk paru.

Ekspirasi bersifat pasif


Selama ekspirasi terjadi relaksasi otot diafragma dan interkosta eksterna, hal ini
akan menurunkan volume intratorak meningkatkan tekanan intratorak
tekanan intrapleural makin positif paru mengempis tekanan intrapulmonal
menjadi makin positif udara keluar paru.

Kepatenan ventilasi tergantung pada faktor :


- Kebersihan jalan nafas, adanya sumbatan atau obstruksi jalan nafas akan
menghalangi masuk dan keluarnya udara dari dan ke paru.
- Adekuatnya sistem saraf pusat dan pusat pernafasan.
- Adekuatnya pengembangan dan pengempisan paru-paru
- Kemampuan otot-otot pernafasan seperti diafragma, eksternal interkosta,
internal interkosta, otot abdominal.
O2 atm alveoli
CO2 alveoli atm

Faktor-faktor yang mempengaruhi:


- Tekanan O2 atm
- Jalan napas
- Complience dan recoil
- Pusat napas

b. Perfusi paru
Perfusi paru adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru untuk
dioksigenasi, dimana pada sirkulasi paru adalah darah deoksigenasi yang
mengalir dalam arteri pulmonaris dari ventrikel kanan jantung. Darah ini
memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam proses pertukaran
oksigen dan karbondioksida di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru merupakan 8-
9% dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat mengakodasi
variasi volume darah yang besar sehingga dapat dipergunakan jika sewaktu-
waktu terjadi penurunan volume atau tekanan darah sistemik.

Adekuatnya pertukaran gas dalam paru dipengaruhi oleh keadaan ventilasi dan
perfusi. Pada orang dewasa sehat pada saat istirahat ventilasi alveolar (volume
tidal = V) sekitar 4,0 lt/menit, sedangkan aliran darah kapiler pulmonal (Q)
sekitar 5,0 lt/menit, sehingga rasio ventilasi dan perfusi adalah :

Alveolar ventilasi (V) = 4,0 lt/mnt = 0,8


Aliran darah kapiler pulmonar(Q) 5,0 lt/mnt

Besarnya rasio ini menunjukkan adanya keseimbangan pertukaran gas.


Misalnya jika ada penurunan ventilasi karena sebab tertentu maka rasio V/Q
akan menurun sehingga darah yang mengalir ke alveolus kurang mendapatkan
oksigen. Demikian halnya dengan jika perfusi kapiler terganggu sedangkan
ventilasinya adekuat maka terjadi penigkatan V/Q sehingga daya angkut oksigen
juga akan rendah.

O2 kapiler paru sel


CO2 sel kapiler paru

Faktor-faktor yang mempengaruhi:


- Luas permukaan paru
- Tebal membran respirasi
- Jumlah eritrosit/kadar Hb
- Jumlah kapiler paru yang aktif
- Perbedaan tekanan dan konsentrasi gas
- Waktu difusi
- Afinitasgas

c. Difusi
Difusi adalah pergerakan molekul dari area dengan konsentrasi tinggi ke
area konsentrasi rendah. Oksigen terus menerus berdifusi dari udara dalam
alveoli ke dalam aliran darah dan karbondioksida (CO2) terus berdifusi dari
darah ke dalam alveoli. Difusi udara respirasi terjadi antara alveolus dengan
membran kapiler. Perbedaan tekanan pada area membran respirasi akan
mempengaruhi proses difusi. Misalnya pada tekanan parsial (P) O2 di alveoli
sekitar 100 mmHg sedangkan tekanan parsial pada kapiler pulmonal 60
mmHg sehingga oksigen akan berdifusi masuk dalam darah. Berbeda halnya
dengan CO2 dengan PCO2 dalam kapiler 45 mmHg sedangkan alveoli 40
mmHg maka CO2 akan berdifusi keluar alveoli.

O2 alveoli kapiler paru


CO2 kapiler paru alveoli

Transport O2:
- Berikatan dengan Hb (97%) membentuk Oxyhemoglobin
- Larut dalam plasma (3%)

Transport CO2:
- Berikatan dengan Hb (30%) membentuk Carbaminohemoglobin
- Larut dalam plasma
- Berikatan dengan H2O sebagai HCO3 (65%)

Faktor-faktor yang mempengaruhi :


- Cardiac Output
- Kondisi pembuluh darah
- Exercise
- Eritrosit

4. Bagaimana proses biokimia pada sistem respirasi!

Transport CO2 dari Jaringan Ke Paru


Saat kita menghirup udara O2 akan bergerak menembus alveolus paru
paru, lalu diikat dan diangkut oleh darah menuju keseluruh jaringan tubuh.
Sekitar 97% oksigen masuk ke dalam darah akan diangkut oleh Hb/eritrosit ,
sedangkan 2-3% lagi akan larut dan diangkut oleh plasma darah. O 2 berikatan
dengan Hb disebut Oksihemoglobin (HbO 2). Perpindahan ini terjadi karena
adanya perbedaan tekanan parsial oksigen. Tekanan udara 1 atm = 760
mmHg, sedangkan tekanana parsial oksigennya 150 mmHg , terdiri dari 100
mmHg pada kapiler darah dan 0-40 mmHg pada jaringan tubuh. Keadaan ini
memungkinkan oksigen berdifusi dari luar darah ke jaringan. Oksigen yang
telah berdifusi dari alveoli ke dalam darah paru akan ditranspor dalam bentuk
gabungan dengan hemoglobin ke kapiler jaringan, dimana O 2 dilepaskan
untuk sel, O2 yang dilepaskan akan bereaksi dengan berbagai bahan
makanan dan membentuk sejumlah besar CO 2 yang masuk ke jaringan dan
ditransport ke paru.

Ada persamaan 2 reaksi :

H+Hb- + O2 HbO2 + H+

(Pengikatan O2 oleh darah di alveolus paru-paru)

HbO2 H+ Hb- + O2

(Pelepasan O2 oleh darah , selanjutnya O2 diambil oleh sel-sel tubuh) O2


yang dilepaskan akan bereaksi dengan berbagai bahan makanan dan
membentuk sejumlah besar CO2 yang masuk ke jaringan dan ditransport ke
paru.

Proses Pengangkutan CO2

Proses oksidasi biologis dalam sel dan jaringan akan menghasilkan zat zat
sisa seperti CO2 dan H2O. Zat-zat ini harus segera dikeluarkan dari dalam
tubuh, CO2 yang dihasilakan dalam jaringan akan keluar dari sel dan masuk
ke dalam darah untuk beredar bersama darah, di dalam darah CO 2 akan
diangkut ke paru-paru.

HCO-3 (bikarbonat) oleh plasma darah ke jaringan

CO2 bereaksi dengan H2O plasma (cairan sel) dari eritrosit dengan
bantuan enzim karbonat anhidrase menyebabkan terbentuknya asam
karbonat (H2CO3). H2CO3 lalu terurai menjadi H+ dan HCO3- (bikarbonat).
Karena ion H+ dapat menyebabkan perubahan pH (keasaman), oleh sebab itu
segera di ikat oleh Hb menjadi HHb ( Asam hemoglobin ). Sedangkan ion
HCO3- di dalam eritrosit yang kemudian akan di ganti oleh ion klorida (Cl -)
inilah yang disebut pertukaran klorida.

Di Alveoli paru-paru

Dalam paru paru reaksi berbalik, HCO 3- yang terlarut dalam plasma darah.
HHb di urai kembali menjadi H+ Hb- kemudian ada 2 reaksi , Hb - berikatan
dengan O2 menjadi HbO2 , dan yang kedua, H+ dilepaskan sehingga berikatan
kembali dengan HCO3- membentuk H2CO3 kembali, ini juga dengan bantuan
enzim karbonat anhidrase. H2CO3 lalu terurai kembali menjadi CO2 dan H2O,
kemudian akan dikeluarkan dari paru-paru melalui pernafasan ekspirasi.

Pengaturan pernapasan terhadap keseimbangan asam-basa

Garis pertahanan kedua terhadap gangguan asam-basa adalah


pengaturan konsentrasi CO2 cairan ekstrasel oleh paru. Peningkatan ventilasi
akan mengeluarkan CO2 dari cairan ekstrasel, yang melalui kerja secara
besar-besaran, akan mengurangi konsentrasi H+. sebaliknya, penurunan
ventilasi akan meningkatkan CO2, yang juga meningkatkan konsentrasi H+
dalam cairan ekstrasel.

5. Apa saja etiologi keluarnya dahak dan proses terbentuknya


dahak ?

SPUTUM
Orang dewasa normal menghasilkan mucus sekitar 100ml dalam
saluran napas setiap hari. Mukus ini diangkut menuju faring dengan gerakan
pembersihan normal silia yang melapisi saluran pernapasan. Kalau terbentuk
mucus yang berlebihan, proses normal pembersihan mungkin tidak efektif
lagi, sehingga akhirnya mukus tertimbun. Bila hal ini terjadi, membrane
mukosa akan terangsang, dan mukus dibatukkan keluar sebagai sputum.
Pembentukan mukus yang berlebihan, mungkin disebabkan oleh gangguan
fisik, kimiawi, atau infeksi pada membrane mukosa.
Kapan saja seorang pasien membentuk sputum, perlu dievaluasi
sumber, warna, volume, dan konsistensinya. Sputum yang dihasilkan sewaktu
membersihkan tenggorokan kemungkinan besar berasal dari sinus atau
saluran hidung, dan bukan saluran napas bagian bawah. Sputum yang
banyak sekali dan purulent menyatakan adanya proses supuratif, seperti
abses paru, sedangkan pembentukan sputum yang terus meningkat perlahan
dalam waktu bertahun-tahun merupakan tanda bronchitis kronis atau
bronkiektasis.
Warna sputum juga sputum. Sputum yang berwarna kekuning-
kuningan menunjukkan infeksi. Sputum yang berwarna hijau merupakan
petunjuk adanya penimbunan nanah. Warna hijau timbul karena adanya
verdoperoksidase yang dihasilkan oleh leukosit polimorfonuklear (PMN)
dalam sputum. Sputum yang berwarna hijau sering ditemukan pada
bronkiektasis karena penimbunan sputum dalam bronkiolus yang melebar dan
terinfeksi. Banyak penderita infeksi pada saluran napas bagian bawah
mengeluarkan sputum berwarna hijau pada pagi hari, tetapi makin siang
menjadi kuning. Fenomena ini mungkin disebabkan karena penimbunan
sputum yang purulent di malam hari, disertai pengeluaran verdoperoksidase.
Sifat dan konsistensi sputum juga dapat memberikan informasi yang
berguna. Sputum yang berwarna merah muda dan berbusa merupakan tanda
edema paru akut. Sputum yang berlendir, lekat dan berwarna abu-abu atau
putih merupakan tanda bronchitis kronik. Sedangkan sputum yang berbau
busuk merupakan tanda abses paru atau bronkiektasis.

Ciri khas sputum yang terlihat pada berbagai gangguan baru


Tampilan Kemungkinan Penyebab
Kental, translusen, putih keabu-abuan Pneumonia atipikal, asma
Seperti jelly buah kismis (merah bata) Klebsiella pneumonia
Warna karat (warna air buah plum) Pneumonia Pneumokokal
Merah muda, berbusa Edema paru
Warna ikan salmon atau kuning pucat Pneumonia Stafilokokus
Sputum mukoporulen : kuning, Pneumonia bakteri : bronchitis
kehijauan, atau abu-abu kotor akut atau kronis
Purulent dan berbau busuk Anaerob oral (aspirasi), abses
paru, bronkiektasis

6. Bagaimana mekanisme pernafasan normal!

Mekanisme Pernafasan Normal


Aliran udara masuk dan keluar paru terjadi karena perubahan siklik tekanan
intra alveolus
Karena udara mengalir mengikuti penurunan gradient tekanan,
tekanan intra-alveolus harus lebih kecil dari pada tekanan atmosfer agar
udara mengalir masuk ke dalam paru sewaktu inspirasi (menarik napas) dan
harus lebih paru sewaktu inspirasi (menarik napas) dan harus lebih besar dari
pada tekanan atmosfer agar udara mengalir keluar paru sewaktu ekspirasi
(menghembuskan napas).. tekanan intra-alveolus dapat diubah dengan
mengubah volume paru, sesuai hokum Boyle. Hukum Boyle menyatakan
bahwa pada suhu konstan, tekanan yang ditimbulkan oleh suatu gas
berbanding terbalik dengan volume gas (Gambar 13-9); yaitu, sewaktu
volume gas meningkat, tekanan yang ditimbulkan oleh gas berkuang secara
proporsional. Sebaliknya, tekanan meningkat secara proporsional sewaktu
volume berkurang. Perubahan volume paru, dan karenanya tekanan intra-
alveolus, ditimbulkan secara taklangsung oleh aktivitas otot pernapasan.
Otot-otot pernapasan yang melakukan gerakan bernapas tidak bekerja
langsung pada paru untuk mengubah volumenya. Otot-otot ini mengubah
volume rongga toraks, menyebabkan perubahan serupa pada volume paru
karena dinding toraks dan dinding paru berhubungan melalui daya rekat
ccairan intrapleura dan gradient tekanan transmural.

AWITAN INSPIRASI : KONTRAKSI OTOT-OTOT INSPIRASI


Otot-otot inspirasi utama-otot yang berkontraksi untuk melakukan
inspirasi sewaktu bernapas tenang0mencakup diafragma dan otot
interkostalis eksternal. Sebelum permulaan inspirasi, semua otot-otot
respirasi berada dalam keadaan realaksasi. Pada asat awitan inspirasi,
kontraksi otot-otot inspirasi membuat rongga toraks membesar. Otot inspirasi
utama adalah diafragma, yang disarafi oleh saraf frenikus. Diafragma dalam
keadaan relaksasi berbentuk kubah yang menonjol ke atas ke dalam rongga
toraks. Ketika berkontraksi (pada stimulasi oleh saraf frenikus), diafragma
turun dan membesar volume rongga toraks dengan meningkatkan kuran
vertical (atas ke bawah) . Selama pernapasan tenang diafragma menurun
sekitar 1 cm selama inspirasi, tetapi selama pernapasan berat, diafragma
dapat menurun sebesar 10 cm. Dinding abdomen, jika melemas, menonjol
keluar sewaktu inspirasi karena diafragma yang turun menekan isis abdomen
ke bawah dank e depan. Tujuh puluh lima persen pembesaran rongga toraks
sewaktu bernapas tenang dilakukan oleh kontraksi diafragma.

Dua set otot interkostalis terletak diantara iga. Otot interkostalis


eksternal terletak diatas otot interkostalis internal. Konstraksi otot interkostalis
eksternal, yang serat0seratnya berjalan ke bawah dan deapan antara dua iga
yang berdekatan, memperbesar rongga toraks dalam dimentasi dan anterior
posterior. Ketika berkontraksi, otot interkostalis eksternal mengangkat iga dan
selanjutnya sternum ke atas dank e depan. Saraf interkostalis mengaktifkan
otot-otot interkostalis ini selama inspirasi.

Sebelum inspirasi, pada akhir ekspirasi seblelumnya, tekanan intra-


alveolus sama dengan tekanan atmosfer, sehingga tidak ada udara mengalir
masuk atau keluar paru. Sewaktu rongga toraks membesar selama inspirasi
akibat konstraksi diafragma, paru juga dipaksa mengembang untuk mengisi
rongga toraks yang lebih besar. Sewaktu paru membesar, tekanan intra-
alveolus turun karena jumlah molekul udara yang sama kini menempatui
volume paru yang lebih besar. Pada gerakan inspirasi biasa, tekanan intra
alveolus turun 1 mm Hg menjadi 759 mm Hg. Karena tekanan intra alveolus
sekarang lebih rendah dari pada tekanan atmosfer, udara mengalir ke dalam
paru mengikuti gradient tekanan ini. Udara terus masuk ke paru hingga tidak
ada lagi gradient, yaitu hingga tekanan intra alveolus setara dengan tekanan
atmofger. Karena itu, ekspansi paru tidak disebabkan oleh udara masuk ke
dalam paru udara mengalir ke dalam paru karena turunnya ekspansi paru.
Karena itu, ekspansi paru tidak tidak disebabkan oleh pergerakan udara ke
dalam paru, tetapi udara mengalir ke dalam paru karena penurunan tekanan
intra-alveolus yang disebabkan oleh ekspansi paru.

Sewaktu inspirasi, tekanan intrapleura turun menjadi 754 mm Hg karena paru


yang sangat teregang cenderung menaruk paru lebih jauh lagi dari dinding
dara.

PERAN OTOT INSPIRASI TAMBAHAN


Inspirasi dalam (lebih banyak udara yang dihirup dalpat dilakukan
dengan mengontraksikan diafragma dan otot interkostalis eksternal secara
lebih kuat dan dengan mengaktifkan otot insprirasi tambahan untuk semakin
membesar rongga toraks. Kontraksi otot-otot tambahan ini, yang terletak di
leher, mengangkat sternum dan dua iga pertama, memperbesar bagian atas
rongga toraks. Dengan semakin membersarnya volume rongga toraks
dibandngkan dengan keadaan istirahat, paru juga semakin mengembang,
menyebabkan tekanan intraalveolus semakin turun. Akibatnya, terjadi
peningkatan aliran masuk udara sebelum tercapai kdengan tekanan atmosfer,
yaitu tercapai pernapasan yang lebih dalam.

AWITAN EKSPIRASI: RELAKSASI OTOT-OTOT INSPIRASI


Pada akhir inspirasi, otot inspirasi melemas, Diafragma mengambil
posisi aslinya yang seperti kubah ketika melemas. Ketika otot interkostalis
eksternal melemas, sangkar iga yang sebelumnya terangkat turun karena
gravitasi. Tanpa gaya-gaya yang menyebabkan ekspansi dinding danda.,
dinding dada dan paru yang semula teregang mengalami recoil ke ukuran
prainspirasi karena sifat-sifat elastic mereka, seperti balon teregang yang
dikempiskan. Sewaktu paru mengalami recoil dan kembali mengecil, tekanan
intra alveolus meningkat karena jumlah molekul udara yang lebih banyak
yang semula terkandung di dalam volume par yang besar pada akhir inspirasi
kini termampatkan ke dalam volume yang lebih kecil. Pada ekspirasi biasa,
tekanan intra alveolus meningkat sekitar 1 mm Hg di atas tekanan atmosfer
menjadi 761 mm Hg dan meninggalkan paru menuruni gradient tekanannya.
Aliran keluar udara berhenti ketika tekanan intra alveolus menjadi sama
dengan tekanan atmosfer dan gradient tekanan tidak lagi ada. Gambar 13013
merangkum perubahan tekanan intra alveolus dan intrapleura yang
berlangsung selama satu siklus pernapasan.

7. Jelaskan proses pengendalian pernafasan!

Proses pengendalian napas


Pusat kontrol pernapasan adalah dibatang otak dimana membentuk pola
bernapas yang ritmik. Otot otot pernapasan adalah otot rangka yang bereaksi
jika dirngsang, ritmik dihasilkan oleh aktivitas saraf siklik ke otot pernapasan
yang diatur oleh otak. Saraf tersebut sangat esensial untuk mengatur O2
masuk dan CO2 keluar .
3 faktor yang mempegaruhi kontrol saraf yaitu:
1. Faktor menghasilkan irama inspirasi atau ekspirasi secara bergantian
2. Faktor yang mengatur besar ventilasi (kecepatan dan kedalaman) untuk
memenuhi kebutuhan
3. Fator memodifikasi napas untuk aktivitas lain seperti berbicara (volunter),
batuk (involunter)
Pusat respirasi adalah di medula, yang terdiri dari agregat badan saraf
yang menghasilkan sinyal ke otot. Selain itu dua pusat lainnya diatas batang
otak di pons pusat pneumotaksik dan pusat apneustik yang mempengaruhi
sinyal.
Pusat respirasi di medula mengirimkan sinyal ke badan sel di medula
spina , neuron motorik yang mensarafi otot diafragma dan interkostalis
eksternal untuk kontraksi dan relaksasi (otot inspirasi).
2 kelompok neuron pusat pernapasan yaitu :
1. kelompok respiratorik dorsal
terdiri dari neuron neuron inspiratorik yang serat desendennya berakhir di
neuron motorik yang mensarafi otot inspirasi. Jika muatan dilepaskan maka
inspirasi, jika tidak dilepaskan maka ekspirasi pasif.
2. dan kelompok respiratorik ventral.
terdiri dari neuron inspiratorik dn ekspiratorik yang inaktif jika pernapasan
tenang, aktif jika ventilasi meningkat (ekspirasi aktif) yang merangsang otot
abdomen dan interkostalis internal.
Kelompok respiratorik dorsal tidak menghasilkan irama dasar, tapi kompleks
pra-butzinger (regio dekat ujung atas(kepala)), suatu anyaman yang memicu
potensial aksi spontan , mempengaruhi kecepatan neuron inspiratorik
kelompok respiratorik dorsal melepaskan muatan.
Pengaruh pusat pneumotaksik dan apneustik
Pusat pneumotaksik mengirim impuls ke kelompok respiratorik dorsal
untuk memadamkan neuron inspiratorik sehingga durasi dibatasi.
Pusat apneustik mencegah neuron inspiratorik dipadamkan, sehingga
dorogan inspirasi meningkat.
Keduanya bekerja dengan seimbang sehigga napas teratur
Terdapat refleks hering-breuer jika volume tidal berlebih maka akan
mencegah inflasi paru berlebihan. Reseptor renggang paru mengirimkan
potensial aksi melalui serat saraf aferen ke pusat.
Respons kekuatan ventilasi dipengaruhi oleh faktor kimiawi:
1. PO2
PO2 arteri meningkatkan ventilasi jika darurat jika penurunan di bawah 60
mmHg dan dikontrol kemoreseptor perifer (badan karotis dan badan aorta)
terletak di percabangan arteri karotis komunis (mendarahi otak di kanan dan
kiri di arkus aorta)
2. PCO2
PCO2 mengganggu langsung pada pusat pernapasan medula , juga akan
mengurangi dorongan napas.
3. H+
H+ mempengaruhi keeimbangan asma basa darah , peningkatan konsentrasi
H+ dalam darah akan merangsang ventilasi , begitupun sebaliknya.
PO2 dan PCO2 menjaga darah arteri sistemik , menunjukan bahwa
kandungan gas darah arteri diatur secara akurat . ventilasi meningkat jika
penurunan PO2 dan peningkatan PCO2 , namun tidak selalu karena H+ juga
mempengaruhi.

8. Apa saja ciri-ciri kerusakan paru dari segi keganasan, infeksi,


dan imun?

Ciri paru yang mengalami kerusakan


1. Infeksi
Tuberkulosis (TBC)
Penyakit granulomatosa kronik menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis.
Ciri-ciri:
kondisi kemiskinan
berjejal
penyakit kelemahan kronik (Pada orang tua dengan sistem imun yang
lemah dan rentan)

Penyakit Legionnaries
Disebabkan oleh bakteri legionella pneumphilian (bakteri berbentuk
batang) yang di temuka disebagian besar sumber air, pnyakit ini mirip
dengan pneumonia.
Ciri-ciri:
> Menyerang laki-laki
Sakit pada area dada
Mengalami sesak nafas
Batuk berdarah disertai lendir hingga mengeluarkan darah
demam

Kanker paru-paru
keberadaan tumor ganas pada paru-paru, penyebab paling sering
ditemukan pada kanker paru-paru adalah rokok karena banyak zat iritan
yang terhirup dapat memicu pertumbuhan sel abnormal didalam paru-paru,
dan rokok mengandung zat karsinogen (Zat penyebab kanker)
Ciri-ciri:
Batuk (Terjadi terus menerus)
Batuk berdarah
Mengik
berat badan turun
Nyeri dada
Serak

2. Imun( Autoimun )
Lupus
Penyakit inflamasi kronis yang disebabkan oleh sistem kekebalan
tubuh yang mulai menyerang jaringan dan organ tubuh sendiri.keliru
sehingga
ada 3 jenis lupus:
1. Lupus eritematosus(menyerang kulit)
Gej:
Rambut rontok
Pitak permanen
Ruam merah(bersisik menebal dan bekas luka)
2. Lupus eritematosus sistemik (menyerang organ tubuh mana saja)
Gej:
Rasa nyeri berkepanjangan(menghambatrutinitas kehidupan sehingga
penderita SLE Bisa erasa tertekan depresi dan cemas)
3. Lupus akibat pengguna obat
Gejala lupus akan hilang jika berhenti mengkonsumsi obat tersebut
sehingga pasien tidak perlu menjalani pengobatan khusus.

9. Jelaskan anamnesis, pemfis, pemeriksaan penunjang dan


diagnosis banding pada skenario!

ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN


PENUNJANG
IDENTITAS PASIEN INSPEKSI PEMERIKSAAN LAB.
Tinton Bentuk dan ukuran Sputum
Laki-laki usia 25 toraks
tahun Permukaan dada Cara :
Penyapu jalan Otot pernapasan Penderita
bantu berkumur
KELUHAN UTAMA Fosa yugularis, dengan air
Mengeluarkan intra & supra Sputum didapat
dahak berwarna klavikularis dengan
coklat pada pagi Tipe dan frekuensi membatukkan
hari pernafasan Dinilai apakah
sputum
RIWAYAT PALPASI
representatif
KEBIASAAN/AKTIVITAS Denyutan, getaran,
untuk dikultur
Bekerja dalam benjolan, edema,
suasana jalan yang krepitasi
berdebu Nyeri tekan
Fremitus vokal

PERKUSI
AUSKULTASI
Suara napas
Suara Tambahan
DEFERENTIAL DIAGNOSIS

Tampilan Sputum Kemungkinan Penyebab

Kental, translusen, putih keabu- Pneumonia atipikal, Asma


abuan
Seperti jelly buah kismis cherry Klebsiella pneumoniae
(merah, bata)
Warna karat Pneumonia pneumokokai

Merah muda, berbusa Edema paru

Warna kuning pucat Pneumonia stafilokokus

Sputum mukopurulen, kuning, Pneumonia bakteri, bronkitis akut


kehijauan atau abu-abu kotor dan kronik
Purulen dan berbau busuk Anaerob oral (aspirasi), abses
paru, bronkiektasis

Anda mungkin juga menyukai