EPIDURAL HEMATOMA
Pembimbing:
Disusun Oleh:
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan pembuatan refreshing yang
berjudul Epidural Hematoma.
Ucapan terima kasih tak lupa penulis ucapkan kepada tim pengajar FKK
Universitas Muhammadiyah Jakarta dan rekan-rekan yang telah membantu
penulis dalam pembuatan laporan kasus ini.
Semoga laporan kasus ini dapat berguna bagi kita semua, khususnya bagi
dokter muda yang sedang menjalani stase ilmu bedah.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
2.1. Definisi..................................................................................................2
2.2. Epidemiologi..........................................................................................2
2.3. Anatomi.................................................................................................2
2.4. Etiologi..................................................................................................5
2.5. Patofisiologi...........................................................................................6
2.7. Diagnosis...............................................................................................8
2.8. Tatalaksana..........................................................................................10
2.9. Prognosis..............................................................................................14
2.10. Komplikasi.......................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
EDH dikaitkan dengan trauma energi yang rendah dengan cedera otak
primer yang lebih sedikit. Hasil yang baik dapat dilihat pada 85% hingga 90%
pasien, dengan CT scan dan intervensi cepat. Dalam beberapa kasus, EDH
juga dapat disebabkan oleh robekan sinus vena dural yang berkembang
dengan cepat dan biasanya dikaitkan dengan tingkat morbiditas yang tinggi
ketika dirawat.1
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Definisi
Epidural hematoma (EDH)adalah adanya darah di ruang epidural yaitu
antara peiosteum dan durameter.2
II.2. Epidemiologi
Di Amerika Serikat, 2% dari kasus trauma kepala mengakibatkan EDH
dan sekitar 10% mengakibatkan koma, 60% penderita EDH adalah berusia 20
tahun. Laki-laki dibanding perempuan dengan perbandingan 4 : 1.3
II.3. Anatomi
II.3.1. Kulit Kepala
Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu; skin atau
kulit,connective tissue atau jaringan penyambung, aponeurosis atau
galeaaponeurotika, loose conective tissue atau jaringan penunjang longgar
danpericranium.4
2
Gambar 1. Anatomi lapisan pembungkus otak
II.3.3. Meningen
Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri
dari 3 lapisan yaitu: 4
a. Duramater
Duramater secara konvensional terdiri atas dua lapisan yaitu
lapisanendosteal dan lapisan meningeal.4 Duramater merupakan selaput
yang keras, terdiri atas jaringan ikat fibrisa yang melekat erat pada
permukaan dalam darikranium. Karena tidak melekat pada selaput
arachnoid di bawahnya, makaterdapat suatu ruang potensial (ruang
subdura) yang terletak antara duramater danarachnoid, dimana sering
dijumpai perdarahan subdural. Pada cedera otak,pembuluh-pembuluh vena
yang berjalan pada permukaan otak menuju sinussagitalis superior di garis
tengah atau disebut Bridging Veins, dapat mengalami robekan dan
menyebabkan perdarahan subdural. Sinus sagitalis superior mengalirkan
darah vena ke sinus transversus dan sinus sigmoideus. Laserasi dari sinus-
sinus ini dapat mengakibatkan perdarahan hebat. Arteri meningea terletak
antara duramater dan permukaan dalam darikranium (ruang epidural).
Adanya fraktur dari tulang kepala dapat menyebabkan laserasi pada arteri-
arteri ini dan menyebabkan perdarahan epidural. Yang palingsering
mengalami cedera adalah arteri meningea media yang terletak pada
fosatemporalis (fosa media). 4
3
b. Selaput Arakhnoid
Selaput arakhnoid merupakan lapisan yang tipis dan tembus
pandang.Selaput arakhnoid terletak antara pia mater sebelah dalam dan
dura mater sebelah luar yang meliputi otak. Selaput ini dipisahkan dari
dura mater oleh ruangpotensial, disebut spatium subdural dan dari pia
mater oleh spatiumsubarakhnoid yang terisi oleh liquor serebrospinalis.4
Perdarahan subarachnoid umumnya disebabkan akibat cedera kepala. 4
c. Pia mater
Pia mater melekat erat pada permukaan korteks serebri.3 Pia mater
adarah membrana vaskular yang dengan erat membungkus otak, meliputi
gyri dan masukkedalam sulci yang paling dalam. Membran ini
membungkus saraf otak danmenyatu dengan epineuriumnya. Arteri-arteri
yang masuk kedalam substansi otakjuga diliputi oleh pia mater.4
II.3.4. Otak
Otak merupakan suatu struktur gelatin yang mana berat
padaorangdewasa sekitar 14 kg. Otak terdiri dari beberapa bagian yaitu;
proensefalon (otakdepan) terdiri dari serebrum dan diensefalon, mesensefalon
(otak tengah) danrhombensefalon (otak belakang) terdiri dari pons, medula
oblongata danserebellum retikular yang berfungsi dalam kesadaran dan
kewapadaan. Pada medulla oblongata terdapat pusat kardiorespiratorik.
Serebellum bertanggung jawab dalamfungsi koordinasi dan keseimbangan. 4
4
II.3.5. Cairan serebrospinalis
Cairan serebrospinal (CSS) dihasilkan oleh plexus khoroideus dengan
kecepatan produksi sebanyak 20 ml/jam. CSS mengalir dari dari ventrikel
lateral melalui foramen monro menuju ventrikel III, dari akuaduktus sylvius
menuju ventrikel IV. CSS akan direabsorbsi ke dalam sirkulasi vena melalui
granulasio arakhnoid yang terdapat pada sinus sagitalis superior. Adanya
darah dalam CSS dapat menyumbat granulasio arakhnoid sehingga
mengganggu penyerapan CSS dan menyebabkan kenaikan takanan
intracranial.3 Angka rata-rata pada kelompok populasi dewasa volume CSS
sekitar 150 ml dan dihasilkan sekitar 500 ml CSS per hari. 4
II.3.6. Tentorium
Tentorium serebeli membagi rongga tengkorak menjadi ruang
supratentorial (terdiri dari fosa kranii anterior dan fosa kranii media) dan
ruang infratentorial (berisi fosa kranii posterior). 4
II.4. Etiologi
Penyebab perdarahan epidural dapat dibagi menjadi trauma dan non
trauma. Penyebab trauma sering berupa benturan tumpul pada kepala akibat
serangan, terjatuh, atau kecelakan lain; trauma akselerasi-deselerasi dan gaya
melintang. Selain itu perdarahan epidural intrakranial pada bayi baru lahir
dapat terjadi akibat distosia, ektraksi forseps, dan tekanan kranium berlebihan
pada jalan lahir. Epidural hematom utamanya disebabkan oleh gangguan
struktur duramater dan pembuluh darah kepala biasanya karena fraktur. Akibat
trauma kapitis,tengkorak retak. Fraktur yang paling ringan, ialah fraktur
linear. Jika gaya destruktifnya lebih kuat, bisa timbul fraktur yang berupa
bintang (stelatum), atau fraktur impresi yang dengan kepingan tulangnya
5
menusuk ke dalam ataupun fraktur yang merobek dura dan sekaligus melukai
jaringan otak (laserasio). Pada pendarahan epidural yang terjadi ketika
pecahnya pembuluh darah, biasanya arteri, yang kemudian mengalir ke dalam
ruang antara duramater dan tengkorak. 6
Epidural hematoma terjadi pada sekitar 10% dari cedera otak traumatis
(traumatic brain injury/TBI) yang membutuhkan rawat inap. Baik dengan
mekanisme traumatik dan non-trauma dapat menyebabkan hematoma
epidural. Sebagian besar kasus yang terkait dengan mekanisme traumatis
adalah akibat dari cedera kepala baik itu akibat dari kecelakaan kendaraan
bermotor, serangan fisik, atau jatuh secara tidak sengaja.7
Infeksi/ abses
Koagulopati
Tumor hemoragik
Malformasi vascular
II.5. Patofisiologi
II.5.1. Arterial injury
Sebagian besar hematoma epidural dihasilkan dari perdarahan arteri
dari cabang arteri meningeal tengah. Arteri meningeal anterior atau fistula
dural arteriovenous (AV) pada verteks mungkin terlibat.8,9
6
II.5.2. Venous injury
Sebanyak 10% epidural hematoma disebabkan oleh perdarahan vena
setelah laserasi sinus vena dural. Pada orang dewasa, hingga 75% epidural
hematom terjadi di wilayah temporal. Namun, pada anak-anak, epidural
hematoma terjadi dengan frekuensi yang sama di daerah fossa temporal,
oksipital, frontal, dan posterior. Fraktur tengkorak terjadi pada sebagian besar
pasien dengan epidural hematoma. Hematoma ini sering hadir di bawah
fraktur bagian skuamosa tulang temporal. Jika kondisi ini terjadi dalam tulang
belakang, entitas ini digambarkan sebagai hematoma epidural tulang
belakang.8,9
7
II.7. Diagnosis
II.7.1. Anamnesis
Berikut ini adalah hal – hal yang perlu digali pada kasus trauma:
8
b. Tanda dan diagnostik epidural hematoma di fossa posterior
Tanda dan diagnostik klinik epidural hematoma di fossa posterior
yang dapat dilihat pada status generalis dan status neurologis pemeriksaan
fisik pada kasus trauma kepala:3
9
dan herniasi subfalcine. Ada fraktur linear di tulang temporal dan frontal selain fraktur blow-out
kanan orbit dengan herniasi lemak11
b. MRI
MRI dapat dengan jelas menunjukkan dura yang dipindahkan yang
muncul sebagai garis hypointense pada urutan T1 dan T2 yang membantu
dalam membedakannya dari hematoma subdural. EDH akut muncul isointense
pada T1 dan menunjukkan intensitas variabel dari hipo ke hyperintense pada
urutan T2. EDH subakut dini tampak hipointensia pada T2 sedangkan EDH
subakut dan kronik hiperintens pada sekuens T1 dan T2. Kontras intravena
dapat menunjukkan sinus vena yang dipindahkan atau tersumbat dalam kasus
asal vena EDH.10
c. Angiografi
Ini dapat digunakan untuk mengevaluasi penyebab nontraumatic (mis.
AVM) dari EDH. Jarang angiografi dapat menunjukkan laserasi arteri
meningeal tengah dan ekstravasasi kontras dari arteri meningeal tengah ke
dalam vena meningeal tengah berpasangan yang dikenal sebagai "tanda jalur
trem".10
II.8. Tatalaksana
II.8.1. Primary Survey
Primary survey dilakukan untuk menilai keadaan penderita dan
prioritas terapi berdasarkan jenis perlukaan, tanda-tanda vital dan
mekanisme trauma. Pada primary survey dilakukan usaha untuk mengenali
keadaan yang mengancam nyawa terlebih dahulu dengan berpatokan pada
urutan berikut:12
A : Airway
Yang pertama kali harus dinilai adalah kelancaran jalan nafas. Hal
ini meliputi pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas yang disebabkan
oleh benda asing, fraktur tulang wajah, fraktur mandibula atau maxilla,
fraktur laring/trakhea. Usaha untuk membebaskan airway harus
melindungi vertebra servikal (servical spine control), dimulai dengan
melakukan chin lift atau jaw trust. Jika dicurigai ada kelainan pada
10
vertebra servikalis berupa fraktur maka harus dipasang alat immobilisasi
serta dilakukan foto lateral servikal.
B : Breathing
C : Circulation
a) Tingkat kesadaran
11
Bila volume darah menurun, perfusi otak dapat berkurang
yang mengakibatkan penurunan kesadaran.
b) Warna kulit
c) Nadi
D : Disability/neurologic evaluation
Pada tahapan ini yang dinilai adalah tingkat kesadaran, ukuran dan
reaksi pupil, tanda-tanda lateralisasi dan tingkat atau level cedera spinal.
12
GCS / Glasgow Coma Scale adalah sistem skoring sederhana dan dapat
meramal outcome penderita. Penurunan kesadaran dapat disebabkan oleh
penurunan oksigenasi atau/dan penurunan perfusi ke otak, atau disebabkan
trauma langsung.
E : Exposure/environmental
b. Terapi medikamentosa : 2
o Memperbaiki / mempertahankan fungsi vital :
Usahakan agar jalan nafas selalu babas, bersihkan lendir dan darah
yang dapat menghalangi aliran udara pemafasan. Bila perlu dipasang pipa
naso/orofaringeal dan pemberian oksigen. Infus dipasang terutama untuk
membuka jalur intravena : guna-kan cairan NaC10,9% atau Dextrose in
saline.
a) Hiperventilasi.
13
kemungkinan asidosis. Bila dapat diperiksa, paO2 dipertahankan > 100
mmHg dan paCO2 diantara 2530 mmHg.
b) Cairan hiperosmoler.
II.9. Prognosis
Prognosis Epidural Hematom tergantung pada :3
14
II.10. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus epidural hematoma adalah
sebagai berikut:3
15
DAFTAR PUSTAKA
16
in Latin America. World Neurosurg [Internet]. 2018 Mar 1
[cited 2020 Apr 17];111:e82–90. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/29229352
10. Klein JS, Brant WE, Helms CA. Brant and Helms’
Fundamentals of Diagnostic Radiology [Internet]. 5th ed.
Philadelphia: Wolters Kluwer; 2018. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.tws.2012.02.007
17