Anda di halaman 1dari 7

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI


PENDEKATAN EMOSIONAL PESERTA DIDIK
KELAS VII DI SMP MUHAMMADIYAH MAROS

Laporan Penelitian

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Mata Kuliah

Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam

STAI DDI MAROS

Disusun Oleh :

NURHAYATI (16 31 033)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUD DA’WA


WAL IRSYAD
KABUPATEN MAROS
TA. 2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

berfikir untuk bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Potensi akal untuk berfikir ini, tidaklah datang dengan sendirinya melainkan
perlu adanya pengaruh pendidikan yang komprehensip dan
berkesinambungan.

Selain itu, manusia diciptakan dalam bentuk struktur fisik dan psikis yang
lengkap dan sempurna, memiliki pancaindera yang lengkap, serasi, dan
proporsional letaknya, memiliki hati nurani, kecerdasan, bakat, minat,
perasaan social, dan lain sebagainya. Dan dengan kelengkapan jasmanidan
rohani ini pulalah, manusia dapat melakukan tugas-tugas atau menjalankan
fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya di muka bumi, semua ini
bisa terjadi karena berbagai potensi manusia tersebut dibina dan
dikembangkan melalui pendidikan.

Dalam Islam, pendidikan merupakan suatu kebutuhan manusia yang


mutlak harus terpenuhi bagi setiap orang, mulai dari buaian rahim ibu hingga
liang lahat dengan tujuan agar seseorang menjadi manusia ideal, yakni
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt, bermoral/berakhlak
mulia, cerdas, berperasaan, berkemauan, mampu berkarya demi mencapai
kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.

Selain itu pendidikan juga merupakan hal yang sangat urgen danpatut
mendapat posisi paling tinggi dalam sebuah kehidupan, karena dengan
pendidikan manusia dapat membangun peradaban yang lebih maju, baik pada
masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Pendidikan juga dapat
mengangkat harkat dan derajat manusia,
.sebagaimana firman Allah swt. dalam surat Al-Mujadilah ayat 11

       


        
       
       

TeJemahnya :Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:


"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", Maka kerjakan berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu.( QS, Al-Mujadilah ayat 11)

Hal ini sudah terbukti dengan adanya perubahan secara global melalui
kemajuan teknolog tinggi yang cukup pesat oleh manusia- manusia terdidik
yang memiliki sumber daya manusia yang kompeten di berbagai bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan berimplikasi kepada terjadinya perubahan
peradaban yang cukup tinggi dan signifikan dalam kehidupan yang modern
seperti sekarang ini.
Pendidikan merupakan proses secara gradual dan kontinue bagi setiap
orang dan memerlukan waktu cukup lama selama kehidupan manusia masih
berlangsung di muka bumi ini.
Pendidikan merupakan sarana untuk mewujudkan masyarakat yang
berkualitas.Peningkatan mutu pendidikan merupakan isu sentral di
negaranegara berkembang, termasuk Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah
senantiasa terus menerus berusaha meningkatkan kualitas pendidikan, demi
terwujudnya tujuan pendidikan, sebagaimana tercantum dalam tujuan
pendidikan tingkat satuan pendidikan poin kedua bahwa tujuan pendidikan
menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
Mutu pendidikan yang dihasilkan dari proses pendidikan yang ada di
Indonesia saat ini sebagian besar masih jauh dari harapan semua orang.
Lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan formal seperti hal nya lembaga
pendidikan di bawah naungan pemerintah, maupun lembaga pendidikan di
bawah naungan swasta masih belum mendapat kepercayaan penuh dan
menjadi tumpuan serta harapan akan meningkatkan mutu pendidikan dan
menghasilkan out put atau hasil belajar yang terbaik.
Banyak masalah mutu pendidikan yang dihadapi sekarang ini, seperti
mutu lulusan, mutu pengajaran, bimbingan dan latihan dari guru, serta mutu
profesionalisme dan kinerja guru. Mutu tersebut terkait dengan mutu
manajerial para pimpinan pendidikan, keterbatasan dana, sarana dan
prasarana, pasilitas pendidikan, media, sumber belajar, alat dan bahan latihan,
iklim sekolah, lingkungan pendidikan, serta dukungan dari pihak-pihak yang
terkait degan pendidikan.
Mungkin setiap orang tentunya akan bertanya-tanya, siapa kira-kira yang
harus dipersalahkan dan yang harus bertanggung jawab atas semua ini?
Pengambil kebijakan kah, lembaga penyelenggara pendidikan kah, guru kah
atau pihak-pihak lain yang terlibat dalam proses pendidikan. Pertanyaan
tersebut selayaknya tidak harus menjadi prioritas untuk dijawab, namun siapa
saja yang terlibat dalam proses untuk memajukan dunia pendidikan harus
senantiasa menyadari atas tanggung jawab ini.
, selaku pendidik yang menjadi ujung tombak dalam memajukan dunia
pendidikan seharusnya memahami betul tugas-tugas guru itu sendiri,
sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
no. 74 tahun 2008 tentang guru bahwa “Guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.
Akhir-akhir ini mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dirasakan kurang
begitu diminati dan disenangi bagi sebagian siswa, baik pendidikan agama
islam di tingkat dasar, menengah maupun pendidikan agama islam di tingkat
atas. Fenomena ini merupakan gejala adanya kesalahan dalam mendidik
sehingga semangat belajar Pendidikan Agama Islam siswa pun menjadi rendah,
hal ini disebabkan karena selama ini pendidik dalam melaksanakan proses
pengajarannya masih bersifat tradisional, tanpa menggunakan metode-metode
inovatif dan kreatif yang dapat membangkitkan motivasi belajar Pendidikan
Agama Islam siswa,seperti halnya Dendan Pendekatan Secara Emosional.
Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran yang wajib memiliki
peran penting bagi siswa agar siswa mampu mewujudkan suat kehidupan yang
bermakna baik di dunia maupun di akhirat, oleh karenanya pembelajaran
model kontekstual memungkinkan siswa termotivasi untuk belajar lebih
semangat dan juga dapat diaplikasikan dalam kehidupan seharihari. Hal ini
sesuai dengan prinsif pembelajaran kontekstual yakni pembelajaran yang
bermakna.
Harus diakui bahwa selama ini para pendidik dalam menyampaikan proses
pendidikan dan pengajarannya masih berkutat pada metode atau cara-cara lama
yakni melalui ceramah-ceramah atau metode konvensional, klasikal, dan
tradisional, meskipun cara tersebut tidak semuanya salah, selain itu juga
pendidik dalam proses pengajarannya baru sebatas mentransfer ilmu dan materi
akademis merupakan konsep untuk dihafal peserta didik bukan sebagai
transformasi ilmu itu sendiri. Hal ini bagi pendidik dianggap lebih efektif dan
efisien, serta dapat menghemat waktu dan biaya. Namun terkadng ada siswa
yang bosan dengan metodi ini sehingga motivasi belajar pun menjadi rendah .
jadi berdasarkan uraian dari latar belakan diatas jadi pengunaan model
balajar Pendekatan Secara Emosinal merupakan salah satu faktor yang

dapat mempengaruhi pemahaman dan memotivasi belajar siswa, juga


merupakan solusi atau way out bagi guru untuk meningkatkan prestasi dan
hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa yang kemudian dapat
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, karena dalam prosesnya
pembelajaran kontekstual ini menitikberatkan pada kemampuan siswa dalam
melihat dan menemukan makna dari dalam materi akademik itu sendiri.
Mengingat begitu urgennya pembelajaran model kontekstual tersebut, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:

“Meningkatkan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam , Peserta


Didik Kelas VII di SMP MUHAMMADIYAH MAROS”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang diastas, maka rumusan masalah yang
diajukan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana motivasi belajar PAI siswa kelas VII
2. Bagaimana penerapan pendekatan emosional
3. Bagaimana peningkatan pendekatan emosional
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang aktual tentang:
1. Untuk mengetahui kondisi motivasi belajar PAI Siswa VII.
2. Untuk mengetahui penerapan pendekatan emosional.
3. Untuk mengetahui peningkatan pendekatan emosional.
D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi:


1. Bagi guru:
Sebagai motivasi guru untuk meningkatkan kreativitas proses pengajaran
serta menambah wawasan tentang model-model pembelajaran khususnya
pembelajaran model Pedekatan Emosional

2. Bagi peneliti:
Sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti untuk dapat mengaplikasikan
pendekatan model Pedekatan Emosional dalam proses belajar mengajar.
3. Bagi siswa:
Membantu mempermudah pemahaman dan memotivasi belajar siswa serta
menjadikan pelajaran PAI dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
melalui pendekatan pembelajaran model Pedekatan Emosional

Anda mungkin juga menyukai