Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual.

Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan

semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak

energy untuk melakukan kegiatan belajar. Ibarat seseorang itu menghadiri suatu

ceramah, tetapi karena ia tidak tertarik pada materi yang diceramahkan, maka tidak

akan mencampakan, apalagi mencatat isi ceramah tersebut. Seseorang tidak memiliki

motivasi kecuali karena paksaan atau sekedar seremonial. Seseorang siswa yang

memiliki intelegensia cukup tingga, mentak (boleh jadi) gagal karena kekurangan

motivasi. Hasil belajar akan optimal kalau ada motivasi yang tepat. Bergayut dengan

ini maka kegagalan belajar siswa jangan begitu saja mempermasalahkan pihak siswa,

sebab mungkin saja guru tidak berhasil dalam member motivasi yang mampu

membangkitkan semangat dan kegiatan siswa untuk berbuat/belajar. Jadi tugas guru

bagaimana mendorong para siswa agar pada dirinya tumbuh motivasi.

Motivasi disini sangat berhubungan dengan kegiatan belajar, dalam

hubunganya dengan kegiatan belajar, yang penting bagaimana menciptakan kondisi

atau suatu proses yang penting bagaimana menciptakan kondisi atau suatu proses

yang mengarahkan siswa itu melakukan aktivitas belajar. Dalam hal ini sudah barang

tentu peran guru sangat penting. Bagaimana peran gurumelakukan usaha-usaha untuk

dapat menumbuhkan dan memberikan motivasi agar anak didiknya melakukan

aktivitas belajar dengan baik. Untuk belajar dengan baik diperlukan proses dan

motivasi yang baik pula. Itulah maka para ahli psikologi pendidikan mulai
memerhatikan soal motivasi yang baik. Dalam hal ini perlu ditegaskan bahwa

motivasi tidak pernah dikatan baik, apabila tujuan yang diinginkan juga tidak baik.

Sebagai contoh untuk motif yang timbul untuk suatu perbuatan belajar itu, karena rasa

takut kan hukuman, maka faktor-faktor yang kurang enak itu dilibatkan kedalam

situasi belajar sehingga menyebabkan kegiatan belajar tersebut kurang efektif dan

hasilnya kurang permanen/tahan lama., kalau dibandingkan perbuatan belajaryang

didukung oleh suatu motivasi yang menyenangkan. Sehingga dalam kegiatan belajar

itu kalau tidak melalui proses dengan didasari dengan motif yang baik, atau mungkin

karena rasa takut, terpaksa atau sekedar seremonial, jelas akan menghasilkan hasil

belajar yang semu, tidak otentik, dan tidak tahan lama.

Lingkungan sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

motivasi belajar peserta didik.lingkungan sekolah seperti para guru, staf adminitrasi,

dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi motivasi belajar peserta didik.

Lingkungan sekolah secara fisik meliputi keadaan fisik sekolah, sarana dan prasaran

di kelas, keadaan gedung sekolah, lokasi sekolah dan sebagainya.

Didalam lingkungan sekolah para peserta didik belajar berinteraksi bergaul

dengan lingkungan sekitar, lingkungan yang baru diluar lingkungan keluarga.

Didalam lingkungan sekolah ini peserta didik akan berrinteraksi dengan sesame

peserta didik, guru, dan warga sekolah lainya. Namun terkadang ada peserta didik

yang bisa dikatakan kurang mampu berinteraksi dengan teman sebayanya maupun

dengan gurunya dikarenakan ia merasa malu atau minder. Hal ini ternyata mampu

mempengaruhi motivasi belajar peserta didik itu sendiri. Apabila hal ini tidak segera

tiganggapi dan ditangani oleh guru, maka peserta didik akan mendapatkan hasil

belajar yang kurang memuaskan.


Berdasarkan uraian diatas, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui

pengaruh lingkungan terhadap motivasi belajar siswa di SDN 4 Bengkaung. Peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Lingkungan Sekolah

Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas V SDN 4 Bengkaung” yang berada di dusun

Seraye, kecamatan Batulayar.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Adakah pengaruh lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar

siswa kelas V SDN 4 Bengkaung?.”

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan

dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lingkungan sekolah terhadap

motivasi belajar siswa kelas V SDN 4 Bengkaung.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu manfaat teoritis dan

manfaat praktis. Manfaat teoritis berarti bahwa hasil penelitian bermanfaat untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan objek penelitian.

Sedangkan manfaat praktis ialah manfaat yang bersifat praktis. Lebih lanjut manfaat

teoritis maupun praktis dari penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Dari segi teoritis.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi

perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan dalam dunia pendidikan.


2. Dari segi praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan

kepada guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang baik bagi peserta didik

agar peserta didik semakin termotivasi untuk belajar sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai secara optimal.

1.5 Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup dan fokus masalah yang

diteliti, yaitu sebagai berikut: Objek peneliti adalah aspek-aspek dari subjek penelitian

yang menjadi sasaran penelitian, objek penelitian hanya terbatas pada:

1. Objek peneliti adalah lingkungan sekolah di SDN 4 Bengkaung .

2. Motivasi belajar siswa kelas V di SDN 4 Bengkaung. Fokus peneliti ini hanya

terbatas pada motivasi belajar siswa di dalam kelas.

3. Subjek peneliti ini hanya terbatas pada siswa kelas V di SDN 4 Bengkaung.

1.6 Definisi Operasional

a. Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

motivasi belajar peserta didik. Didalam lingkungan sekolah para peserta didik

belajar berinteraksi dengan lingkungan baru setelah lingkungan keluarga.

Peserta didik akan berinteraksi dengan sesama peserta didik, guru, dan warga

sekolah lainnya. Namun terkadang ada beberapa peserta didik yang kurang

berinteraksi baik dengan sesama peserta didik ataupun guru dan warga sekolah

lain, hal ini dapat menyebabkan terjadinya pengaruh motivasi belajar peserta

didik itu sendiri.


b. Motivasi Belajar

Motivasi belajar merupakan serangkaian usaha untuk menyediakan

kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan seuatu,

dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau

mengelakkan perasaan tidak suka itu. Motivasi dapat juga diartikan sebagai

daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat

tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat

dirasakan/mendesak. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan

energy yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan

gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau

melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau

keinginan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Motivasi Belajar

2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar

Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang

yang ditandai munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya

tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen

penting.

1. Bahawa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap

individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa

perubahan energi didalam sistem “neurophysiological” yang ada pada

organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energy manusia

(walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penempakannya

akan menyangkut kegiatan fisik manusia.

2. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa atau “feeling”, efeksi seseorang.

Dalam hal ini motivasi relevan dengan perseolan-persoalan kejiwaan, efeksi

dan emosi yang dapat mneentukan tingkah-laku manusia.

3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini

sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan.

Dengan ketiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi sebagai

suatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energy

yang ada pada diri manusia. Sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala
kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan

sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.

Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-

kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia

tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak

suka itu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya

penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin

kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar,

sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual.

Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan

semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak

energi untuk melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar akan optimal kalau ada

motivasi yang tepat. Bergayut dengan ini maka kegagalan belajar siswa jangan begitu

saja mempersalahkan pihak siswa, sebab kemungkinan saja guru tidak berhasil dalam

memberikan motivasi yang mampu membangkitkan semangat dan kegiatan siswa

untuk berbuat atau belajar. Jadi tugas guru bagaimana mendorong para siswa agar

pada dirinya tumbuh motivasi.

Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai

dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi memiliki

komponen dalam dan komponen luar. Ada kaitan yang erat antara motivasi dan

kebutuhan, serta drive dengan tujuan insentif. Motivasi berfungsi sebagai pendorong,

pengarah dan penggerak tingkah laku. Motivasi mempunyai nilai dalam menentukan

keberhasilah, demokratis pendidikan, membina kreativitas dan imajinitas guru,


pembinaan disiplin kelas, dan menentukan efektivitas pembelajaran. Penentuan jenis

motivasi berdasarkan pendekatan kebutuhan manusia yang sifatnya bertingkat-tingkat,

pendekatan fungsional yang berdasarkan konsep-konsep penggerak, harapan dan

insentif, serta pendekatan yang deskriptif menunjukkan pada kejadian-kejadiab yang

dapat diamati.

Dari beberapa pengertian dan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa

motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak dari dalam maupun luar diri

siswayang menimbulkan kegiatan belajar. Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang

dapat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar.

2.1.2 Fungsi motivasi belajar

Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu.

Jadi motivasi kan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa.

Sehubung dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi:

1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang

melepas energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari

setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.

Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus

dikerjakan sesuai arah dan tujuan.

3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus

dikerjakan serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan -

perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.


Disamping itu, ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai

pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seorang akan melakukan usaha karena

adanya motivasi. Dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya

motivasi, maka seorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik.

2.1.3 Bentuk-bentuk motivasi disekolah

Di dalam kegiatan belajar-mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupun

ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, peserta didik dapat mengembangkan

aktifitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam

melakukan kegiatan belajar. Dalam kaitan itu perlu diketahui bahwa cara dan jenis

menumbuhkan motivasi adalah bermacam-macam tetapi untuk motivasi eksttrinsik

kadang-kadang tepat, dan kadang-kadang juga bisa sesuai. Hal ini guru harus hati-hati

dalam menumbuhkan dan memberikan motivasi bagi kegiatan belajar para anak didik.

Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan

belajar disekolah:

1. Memberi angka

Angka dalam hal ini sebagi simbol dari nialai kegiatan belajarnya. Banyak

siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka atau nilai yang baik.

Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada

raport angkanya baik-baik.


2. Hadiah

Hadiah juga dapat dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian.

Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang

yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut. Sebagai

contoh hadiah yang diberikan untuk gambar yang terbaik mungkin tidak akan

menarik bagi seseorang siswa yang tidak memiliki bakat menggambar.

3. Saingan atau kompetensi

Saingan atau kompetensi dapat digunakansebagai alat motivasi untuk

mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun

persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Sainngan atau

konpetensi sangat baik digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar.

4. Ego-involvement

Menumbukan kesadaran kepada siswa agar merakan pentingnya tugas dan

menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan

harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Para

siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya.

5. Memberi ulangan

Para siswa kan menjadi giat belajar kalau mengetahui aka nada ulangan.

Tetapi yang harus diingat oleh guru, adalah jagan terlalu sering (misalnya setiap

hari) karena bisa membosankan dan akan bersifat rutinitas. Dalam hal ini guru

harus juga terbuka, maksudnya kalau akan diadakan ulangan haru diberitahukan

kepada siswanya.
6. Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan

memndorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik

hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar,

dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.

7. Pujian

Pujian ini adalah bentuk respon yang positif dan sekaligus merupakan

motivasi yang baik, oleh karena itu pemberiannya harus tepat. Dengan pujian

yang tepat akan memupuk suasana ynag menyenangkan dan mempertinggi gairah

belajar serta sekaligigus akan membangkitkan harga diri.

8. Hukumam

Hukuman adalah sebagai respon yang negative tetapi kalau diberikan secara

tepat dan bijak dapat menjadi alat motivasi. Oleh karena itu, guru harus

memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.

9. Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar, berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi

atau keinginan untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih

baik.
10. Minat

Minat dan motivasi sangat erat hubungannya. Motivasi muncul karena ada

kebutuhan, begitu juga minat sehingga tetaplah kalau minat merupakan alat

motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan

minat.

11. Tujuan yang diakui

Memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan

menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar. Sebab dengan

memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan

menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.

2.1.4 Kebutuhan dan teori tentang motivasi

Menurut Morgan dan ditulis kembali oleh S. Nasution, manusia hidup

memiliki berbagai kebutuhan.

Kebutuhan untuk berbuat sesuatu untuk sesuatu aktivitas, hal ini sangat

penting bagi anak, karena perbuatan sendiri itu mengandung suatukegembiraan

baginya. Sesuai dengan konsep ini, bagi orang tua ysng memaksa anak untuk diam di

rumah saja adalah bertentangan dengan hakikat anak. Hal ini dapat dihubungkan

dengan suatu kegiatan belajar bahwa pekerjaan atau belajar itu akan berhasil kalau

disertai dengan rasa gembira.

Kebutuhan untuk menyenangkan orang lain, banyak orang yang dalam

kehidupannya memiliki motivasi untuk banyak berbuat sesuatu demi kesenangan

orang lain. Harga diri seseorang dapat dinilai dari berhasil tidaknya usaha

memberikan kesenangan pada orang lain. Hal ini sudah barang tentu merupakan
kepuasan dan kebahagian tersendiri bagi orang yang melakukan kegiatan tersebut.

Konsep ini dapat diterapkan pada berbagai kegiatan, misalnya anak-anak itu rela

bekerja atau para siswa itu rajin belajar apabila diberikan motivasi untuk melakukan

sesuatu kegiatan belajar untuk orang yang disukainya (misalnya bekerja, belajar demi

orang tua, atau orang yang sudah dewasa akan bekerja, belajar demi seseorang calon

teman hidupnya).

Kebutuhan untuk mencapai hasil, suatu pekerjaan atau kegiatan belajar itu

akan berhasil baik, kalau disertai dengan “pujian”. Aspek “pujian” ini merupakan

dorongan bagi seseorang untuk bekerja dan belajar dengan giat. Apabila hasil

pekerjaan atau usaha belajar itu tidak dihiraukan orang lain atau guru atau orang tua

misalnya, boleh jadi keinginan anak menjadi berkurang. Dalam kegiatan belajar-

mengajar istilahnya perlu dikembangkan unsure reinforcement. Pujian atau

reinforcement ini harus selalu dikaitkan dengan prestasi yang baik. Anak-anak harus

diberi kesempatan seluas-luasnya untuk melakukan sesuatu dengan hasil yang

optimal, sehingga ada “sense of suces”. Dalam kegiatan belajar-mengajar, pekerjaan

atau kegiatan itu harus dimulai dari yang mudah atau sederhana dan berhaeap menuju

sesuatu yang semakin sulit atau kompleks.

Kebutuhan untuk mengatasi kesulitan, suatu kesulitan atau hambatan,

mungkin cacat, mungkin menimbulkan rasa rendah diri, tetapi hal ini menjadi

dorongan untuk mencari kompetensi dengan usaha yang tekun dan luar biasa,

sehingga tercapai kelebihan atau keunggulan dalam bidang tertentu. Sikap anak

terhadap kesulitan atau hambatan ini sebenarnya banyak bergantung pada keadaan

dan sikip lingkungan. Sehubungan dengan ini maka peranan motivasi sangat penting

dalam upaya menciptakan kondisi-kondisi tertentu yang lebih kondusif bagi mereka

untuk berusaha agar memperoleh keunggulan


Kebutuhan manusia seperti telah dijelaskan di atas senantiasa akan selalu

berubah. Begitu juga motif, motivasi yang selalu berkait dengan kebutuhan tentu akan

berubah-ubah atau bersifat dinamis, sesuai dengan keinginan dan perhatian manusia.

Relevan dengan soal kebutuhan itu maka timbullah teori tentang motivasi.

Teori tentang motivasi ini lahir dan awal perkembangannya ada di kalangan

para psikolog. Menurut ilmu jiwa, dijelaskan bahwa dalam dalam motivasi itu ada

suatu hierarko, maksudnya motivasi itu ada tingkatan-tingkatannya, yakni dari bawah

ke atas.

2.1.5 Macam-macam motivasi

Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari berbagai

sudut pandang. Dengan demikian, motivasi atau motif-motif yang aktif itu sangat

bervariasi.

Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya. Motif-motif bawaan, yang

dimaksud dengan motif bawaan sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari.

Sebagai contoh misalnya: dorongan untuk makanm dorongan untuk minum, dorongan

untuk bekerja, untuk beristirahat. Motif-motif ini seringkali disebut motif-motif yang

disyaratkan secara biologis. Relevan dengan ini, maka Arden N. Frandsen member

istilah jenis motif Physiological drives. Motif-motif yang dipelajari, maksudnya

motif-motif yang timbul karena dipelajari. Sebagai contoh: dorongan untuk belajar

suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu dalam masyarakat.

Motif-motif ini seringkali disebut dengan motif-motif yang diisyaratkan secara sosial,

sebab manusia hidup dalam lingkungan sosial dengan sesame manusia yang lain,

sehingga motivasi itu terbentuk.


Jenis motivasi manurut pembagian dari Woodworth dan Marquis. Motif atau

kebutuhan organisasi, meliputi misalnya: kebutuhan untuk makan, kebutuhan untuk

minum, bernafas, berbuat, dan kebutuhan untuk beristirahat. Ini sesuai dengan jenis

Physiological drives dari Frandsen seperti telah disinggung di depan. Motif-motif

darurat, yang termasuk dalam jenis motif ini antara lain : dorongan untuk

menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk brusaha, untuk memburu.

Jelasnya motivasi jenis ini timbul karena rangsangan dari luar. Motif-motif objektif,

dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan

manipulasi, untuk menaruh minat. Motif-motif ini muncul karena dorongan untuk

dapat menghadapi dunia luar secara efektif.

Motivasi jasmaniah dan rohaniah. Ada beberapa ahli yang menggolongkan

jenis motivasi itu menjadi dua jenis yakni motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah.

Yang termasuk motivasi jasmaniah seperti misalnya: reflex, insting otomatis.

Sedangkan yang termasuk motivasi rohani adalah kemauan.

Motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang

menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri

setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan, motivasi

ekstrinsik adalah motif-motif yang altif dan berfungsinya karena adanya

perangsangan dari luar.

2.2 Lingkungan sekolah

Lingkungan sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

motivasi belajar peserta didik. Lingkungan sekolah seperti para guru, staf adminitrasi,

dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi motivasi belajar peserta didik.


Lingkungan sekolah secara fisik meliputi keadaan fisik sekolah, sarana dan prasaran

di kelas, keadaan gedung sekolah, lokasi sekolah dan sebagainya.

Kondisi lingkungan yang segar, bersih, nyaman, asri dan teduh sangat

membantu para siswa mencapai tingkat kemauan belajar yang tinggi. Pengaruh warna

juga sangat besar dalam proses pembelajaran para sisiwa karena dapat mempengaruhi

suasana hati mereka. Morton Walker dalam bukunya The Power of Color mengutif

penelitian yang melakukan oleh Robert Gerard PhD (Jeanett Vos, 2000). Ia

menemukan bahwa setiap jenis warna mempengaruhi otak dan tubuh kita secara

berbeda. Untuk hasil yang optimal, pilihan yang kuning, oranye muda, coklat muda

atau putih. Pemakaian gam-gambar yang hidup seperti poster, papah pengumuman,

foto, grafik dan media lain yang berupa gambar hal yang juga bisa menstimulus otak.

Pemakaian music juga merupakan salah satu hal yang mampu menstimulus otak

dalam proses belajar. Music klasik contohnya.

Lingkungan sekolah adalah tempat berlangsungnya kegiatan atau proses

belajar mengajar antar peserta didik. Didalam lingkungan sekolah para peserta didik

mengenyam pendidikan agar dapat menjadi warganegara yang cerdas, terampil dan

bertingkah laku yang baik. Selain itu sekolah juga penting berperan penting dalam

meningkatkan pola pikir siswanya karena di sekolah para siswa diajarkan bermaca-

macam ilmu pengetahuan.


Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah bersifat

fisik, sosial dan budaya yang secara tidak maupun langsunng turut mempengaruhi

tingkat keberhasilah belajar siswa. Sebagai anggota masyarakat siswa dapat

terpengaruh oleh lingkungan sekitar, lingkungan sekolah yang bersih juga mampu

mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik dan dapat meningkatkan motivasi

belajar siswa itu sendiri. Seluruh pihak sekolah harus mampu menciptakan

lingkungan sekolah yang baik guna menciptakan suasana belajar yang optimal.

2.2.1 Aspek lingkungan sekolah

1. Kondisi lingkungan sekolah

Didalam lingkungan sekolah para peserta didik belajar berinteraksi bergaul

dengan lingkungan sekitar, lingkungan yang baru diluar lingkungan keluarga.

Didalam lingkungan sekolah peserta didik belajar berinteraksi dengan sesama

peserta didik, guru, dan warga sekolah lainnya. Namun terkadang ada peserta

didik yang bisa dikatakan kurang mampu berinteraksi dengan teman

sebayanya maupun dengan gurunya dikarenakan ia merasa malu atau kurang

percaya diri.

2. Metode mengajar guru

Guru harus mampu menerapkan metode-metode mengajar yang mampu

mengaktifkan peserta didik. Seorang guru harus memiliki banyak talenta.

Tugas guru bukan hanya untuk mendidik dalam kurikulum saja tetapi seorang

guru harus mampu mengaktifkan peserta didik. Menggunakan metode yang

tepat kan variatif dan mampu membantu peserta didik untuk mampu

memahami materi pembelajaran yang disajikan oleh guru.


3. Sarana dan prasarana

Salah satu sarana dan prasarana yang paling penting di sekolah adalah gedung

sekolah. Gedung sekolah yang kurang memadai terutama pada ruang kelas, ini

akan mempengaruhi motivasi belajar peserta didik. Alat peraga disekolah juga

berkaitan erat dengan sarana dan prasarana. Boleh dikatan juga penyebab

kurangnya sarana dan prasarana yang ada disekolah disebabkan oleh jarang

sekali tersentuh bantuan dari pemerintan.

4. Jarak tempuh ke sekolah

Jarak tempuh ke sekolah yang cukup jauh akan memberikan pengaruh yang

positif terhadap proses belajar peserta didik. Berkaitan dengan jarak tempuh

ke sekolah yang tidak tepat waktu, kedisiplinan merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi terhadap belajar siswa. Peserta didik yang terlambat

masuk kedalam kelas karena telat akan mengganggu konsentrasi belajar

peserta didik lainnya. Salah satu upaya agar peserta didik tidak terlambat

masuk sekolah dan disiplin yaitu dengan dibuatnya tatatertib yang harus

dipatuhi oleh peserta didik dan memberikan sangsi kepada peserta didik yang

melanggar tatatertib tersebut. Bukan hanya peserta didik, guru juga harus

mampu memberikan contoh yang baik bagi peserta didik itu sendiri.

2.2.2 Pengaruh lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar

Sebagai anggota masyarakat siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar.

Oleh karena itu kondisi lingkungan yang sehat turut mempengaruhi motivasi belajar.

Kondisi lingkungan yang segar, bersih, nyaman, asri dan teduh sangat membantu para

siswa mencapai tingkat kemauan belajar yang tinggi. Pengaruh warna juga sangat

besar dalam proses pembelajaran para sisiwa karena dapat mempengaruhi suasana

hati mereka. Morton Walker dalam bukunya The Power of Color mengutif penelitian
yang melakukan oleh Robert Gerard PhD (Jeanett Vos, 2000). Ia menemukan bahwa

setiap jenis warna mempengaruhi otak dan tubuh kita secara berbeda. Untuk hasil

yang optimal, pilihan yang kuning, oranye muda, coklat muda atau putih. Pemakaian

gambar-gambar yang hidup seperti poster, papah pengumuman, foto, grafik dan

media lain yang berupa gambar hal yang juga bisa menstimulus otak. Pemakaian

musik juga merupakan salah satu hal yang mampu menstimulus otak dalam proses

belajar.

Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-

kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia

tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak

suka itu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya

penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin

kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar,

sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Motivasi

belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang

khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk

belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk

melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar akan optimal kalau ada motivasi yang tepat.

Bergayut dengan ini maka kegagalan belajar siswa jangan begitu saja

mempersalahkan pihak siswa, sebab kemungkinan saja guru tidak berhasil dalam

memberikan motivasi yang mampu membangkitkan semangat dan kegiatan siswa

untuk berbuat atau belajar. Jadi tugas guru bagaimana mendorong para siswa agar

pada dirinya tumbuh motivasi.


2.3 Kerangka berfikir

Dalam suatu pembelajaran siswa harus mempunyai yang namanya faktor

pendukung. Banyak diantara faktor pendukung yang salah satunya yaiyu motivasi

belajar siswa itu sendiri. Ada beberapa faktor yang mempengerauhi motivasi belajar

siswa baik faktor dari luar maupun faktor dari dalam. Faktor dari luar yang erat

kaitannya dengan motivasi belajar adalah lingkungan lingkungan sekolah.

Lingkungan sekolah merupakan merupakan lingkungan kedua setelah lingkungan

keluarga. Didalam lingkungan sekolah para siswa dididik untuk menjadi warga

Negara yang cerdas, sopan, terampil. Selain faktor dari luar, faktor dari dalam juga

mempengaruhi motivasi belajar siswa. Cara orang tua mendidik anaknya besar

pengaruhnya terhadap belajar siswa. Hal ini ditegaskan dan diperjelas dengan

pernyataan yang menyatakan bahwa keluarga adalah lembaga pertama dan utama..

berdasarkan uraian tersebut, maka dapat digambarkan keranga berfikirpenelitian

tentang pengaruh lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar, yaitu sebagai berikut:

LLBelajar
Lingkungan

Sekolah Keluarga Masyarakat

Motivasi Belajar

Gambar 2.1 Skema kerangka berfikir


Bagian diatas menunjukan bahwa lingkungan sekolah (X) sebagai

variabel bebas serta motivasi belajar (Y) sebagai varibel terikat. Dapat diartikan

bahwa lingkungan sekolah sebagai faktor yang mempengaruhi motivasi belajar.

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru

didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang

diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai

jawaban yang empirik.

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir, maka dapat diajukan

hipotesis penelitian sebagai berikut:

HO = Lingkungan sekolah tidak berpengaruh signifikan terhadap motivasi

belajar siswa kelas V SDN 4 Bengkaung.

Ha = Lingkungan sekolah berpengaruh signifikan terhadap motivasi

belajar siswa kelas V SDN 4 Bengkaung.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian digunakan untuk rencana penelitian sebelum kegiatan

penelitian dilaksanakan . penelitian ini menggunakan metode penelitian survey

dengan jenis penelitian kuantitatif. Kerlinger (1973) menyatakan, penelitian surve

adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang

dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut untuk

menemukan kejadian-kejadian relative, distribusi, dan hubungan-hubungan antar

variabel sosiologis maupun psiologis.

Arikunto (2013: 4) menjelaskan bahwa “penelitian korelasional adalah

penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat hubungan atau

pengaruh antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan tambahan atau

manipulasi terhadap data yang memang sudah ada.” Kemudian metode kuantitatif

dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah lama digunakan sehingga

sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian surve tentang pengaruh

lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa kelas V SDN 4 Bengkaung.

Dalam penelitian ini terdapat satu variabel bebas (independen) dan satu variabel

terikat (dependen).
Lingkungan sekolah Motivasi belajar

(X) (Y)

Keterangan:

X: Variabel bebas yaitu lingkungan sekolah

Y: Variabel terikat yaitu motivasi belajar

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDN 4 Bengkaung yang terletak di Desa

Bengkaung, Dusun Seraye, Kecamatan Batulayar, Kabupaten Lombok Barat. Peneliti

memilih SDN 4 Bengkaung sebagai tempat penelitian dikarenankan sekolah disana

masih minim dengan fasilitas dan kurangnya sarana dan prasarana dalam belajar yang

dapat mendukung penelitian.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Tentang populasi, Corper, Donald, R; Schindler, Pamela S; 2003 menyatakan

bahwa “Populasi adalah keseluruhan elemen yang akan dijadikan wilayah

generalisasi. Element populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diukur, yang

merupakan unit yang diteliti.

Dalam hal ini, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas , objek

atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.


Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga objen dan benda-benda alam

yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek atau subjek yang

dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek

atau objek itu.

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas V SDN 4 Bengkaung

yang berjumlah 9 siswa. Alasan memilih populasi ini adalah masih dalam wilayah

yang perlu diperhatikan dan berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah serta guru

kelas, kelas V masing-masing memiliki perbedaan permasalahan pada motivasi

belajar siswa. Berikut populsi dalam penelitian ini :

Tabel 3.1 Tabel Populasi

No Nama Siswa Jenis Kelamin

1 Aria Bila Saputra Laki-laki

2 M. Firman Alfarisi Laki-laki

3 M. Imron Bayani Laki-laki

4 M. Juaeni Laki-laki

5 M. Zamroni Laki-laki

6 Novi Aulia Perempuan

7 Rani Aulia Safitri Perempuan

8 Yusril Hadi Laki-laki

9 Zilfia Solehah Perempuan

Jumlah siswa 9 siswa

Suber: SDN 4 Bengkaung tahun pelajaran 2021/2022


3.3.2 Sampel

Dalam penelitian kuantitatif, sampel adalah sampel adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan

peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena

keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang

diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan

dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus

betul-betul representative (mewakili).

Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk

menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik

sampling yang digunakan.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

probability sampling dengan jenis simple random sampling. Probability sampling

adalah teknik pengambilan sampel yang member peluang yang sama bagi setiap

unsure (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampling. Lebih lanjut

dijelaskan simple random sampling, dikatan smple (sederhana) karena pengambilan

anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang

ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap

homogen.
3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui

teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak akan mendapatkan data yang

memenuhi standar data yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah angket, observasi, dokumentasi.

3.4.1 Angket

Angket ( kuesioner) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis tertulis kepada

responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang

efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang

bisa diharapkan bila jumlah responden cukup besar dan terbesar di wilayah yang luas.

Kuesioner dapat berupa pertanyaan atau pernyataan tertutup atau terbuka, dapat

diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos, atau internet.

Bila penelitian dilakukan pada lingkup yang tidak terlalu luas, sehingga

kuesioner dapat diantarkan langsung dalam waktu tidak terlalu lama, maka

pengiriman angket terhadap responden tidak perlu melalui pos. dengan adanya kontak

langsung dengan peneliti dengan responden akan menciptakan suatu kondisi yang

cukup baik, sehingga responden dengan sukarela akan memberikan data objektif dan

cepat.
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup yang berisi

pertanyaan dan pilihan jawaban, kemudian responden memilih jawabannya.

Responden diminta untuk member tanda (x) pada pilihan jawaban yang tersedia

sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Dalam penelitian ini menggunakan skala

likert dengan rentang 4. Angket akan diberikan kepada kelas V sekolah dasar. Angket

ini digunakan untuk memperoleh data lingkungan sekolah dan motivasi belajar siswa

kelas V SDN 4 Bengkaung. Berikut pengambilan skor tiap jawaban:

Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor

misalnya:

a. Setuju/ selalu/ sangat positif diberi skor 5

b. Setuju/ sering/ positif diberi skor 4

c. Ragu-ragu/ kadang-kadang/ netral diberi skor 3

d. Tidak setuju/ hamper tidak pernah/ negative diberi sekor 2

e. Sangat tidak setuju/ tidak pernah/ diberi skor 1

3.4.2 Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin

melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti,

dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih

mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil. Teknik pengumpulan data ini

mendasarkan daripada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-

tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Sutrusno Hadi (1986)

mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam

menggunakan metode wawancara dan juga kuesioner (angket) adalah sebagai berikut.
3.4.3 Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data yang mempunyai cirri yang

spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner.

Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi

tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang lain.

Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu

proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan

psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan

ingatan.

Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian

berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan bila

responden yang diamati tidak terlalu besar.

Peneliti menggunakan observasi terstuktur dengan mencatat hasil pengamatan

pada lembar observasi. Observasi terstuktur adalah observasi yang telah dirancang

secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dann di mana tempatnya. Jadi

observasi terstruktur dilakukan apabila peneliti telah tahu dengan pasti tentang

variabel apa yang akan diamati.

3.5 Instrumen Penelitian

Dalam suatu penelitian, seorang peneliti harus menggunakan alat ukur yang

baik, yang biasa disebut dengan instrument penelitian. Pada prinsipnya meneliti

adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam. Meneliti

dengan data yang sudah ada lebih tepat kalau dinamakan membuat laporan dari pada
melakukan penelitian. Namun demikian dalam skala yang paling rendah laporan juga

dapat dinyatakan sebagai bentuk penelitian (Emory, 1985).

Karena pada prinsipnya peneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus

ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam peneliti biasanya dinamakan instrument

penelitian. Jadi instrument penelitian dalah suatu alat yang digunakan mengukur

fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini

disebut variabel penelitian.

3.5.1 Angket atau Kuesioner

Pada penelitian ini, instrument utama yang digunakan yaitu angket.

Responden diminta untuk member tanda silang (x) pada kolom yang tersedia sesuai

dengan keadaan yang sebenarnya. Pada penelitian ini menggunakan skala likert. Skala

likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini

telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai

variabel penelitian. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan

menjadi indicator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak

untuk menyusun intem-intem instrument yang dapat berupa pernyataan atau

pertanyaan.

Uji coba angket ini diberikan kepada 9 siswa kelas V SDN 4 Bengkaung

diluar populasi dan sampel penelitian. Teknik sampling yang digunakan

nonprobability sampling dengan jenis sampling jenuh. Nonprobability sampling

adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan

sama bagi setiap unsure atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Lebih

lanjut, sampling jenuh atau sampel yang jenuh adalah sampel yang bila ditambah
jumlahnya, tidak akan menembah keterwakilannya sehingga tidak akan

mempengaruhi nilai informasi yang telah diperoleh. Jadi teknik samping jenuh adalah

teknik pengambilan sampel yang diperhatikan nilai kejenuhan sampel. Sampel jenuh

juga sering diartika, sampel yang sudah maksimum, karena ditambah berapapun

jumlahnya tidak akan merubah keterwakilan populasi. Dalam instrument penelitian

persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu instrument penelitian minimal ada dua

macam, yaitu validitas dan reliabilitas.

3.5.2 Validitas dan Reliabilitas instrument

Arikunto (2013: 211) menjelaskan bahwa “validitas merupakan suatu ukuran

yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu instrument.” Menurut Widoyoko (2013:

141) “instrument dikatakan valid apabila instrument tersebut dapat dengan tepat

mengukur apa yang hendak diukur.”

Sugiyono (2014: 168) berpendapat bahawa “instrument yang reliable adalah

indtrimen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan

menghasilkan data yang sama.” Instrument dikatakan reliabel apabila digunakan

berkali-kali untuk mengukur tetap menghasilkan data yang sama.”

Dalam hal ini perlu dibedakan antara hasil penelitian yang valid dan reliabel

dengan instrument yang valid dan reliabel. Hasil penelitian yang valid bila terdapat

kesamaan anatara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada

objek yang diteliti. Selanjutnya, hasil penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan

data dalam waktu yang berbeda.


Instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan

data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur. Meteran yang valid dapat digunakan untuk

mengukur panjang dengan teliti, karena meteran memang alat untuk mengukur

panjang. Meteran tersebut menjadi tidak valid jika digunakan untuk mengukur berat.

Instrument yang reliabel adalah instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk

mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Alat ukur panjang

dari karet adalah conton instrument yang tidak reliabel atau konsisten.

Dengan menggunakan instrument yang valid dan reliabel dalam pengumpulan

data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel. Jadi

instrument yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil

penelitian yang valid dan reliabel. Hal ini tidak berarti bahwa dengan menggunakan

instrument yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, otomatis hasil (data)

penelitian menjadi valid dan reliabel. Hal ini masih dipengaruhi oleh kondisi objek

yang diteliti, dan kemampuan orang menggunakan instrumen untuk mengumpulkan

data. Oleh karena itu peneliti harus mampu mengendalikan objek yang diteliti dan

meningkatkan kemampuan dan menggunakan instrumen untuk mengukur variabel

yang diteliti.

3.5.3 Lembar Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila

dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau

wawancara dan koesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak

terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang lain.


Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu

proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan

psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan

ingatan.

Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian

berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila

responden yang diamati tidak terlalu besar.

Dalam pembuatan lembar observasi, langkah awal yang harus dilakukan yaitu

membuat kisi-kisi. Indikator yang digunakan yaitu indikator yang dapat

diobservasikan dan tidak memakan waktu lama karena terbatasnya waktu penelitian.

Lembar observasi diisi penelitian sesuai dengan pengamatan yang dilakukan.

Lembar observasi ini diisi oleh peneliti sesuai dengan pengamatan yang

dilakukan dan dibantu oleh guru kelas apabila ada intem pernyataan yang kurang

teramati. Hasil observasi ini diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap

kesahihan data dari hasil angket yang digunakan dalam penelitian.

3.6 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kuantitatif, merupakan kegiatan setelah data dari seluruh

responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah:

mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data

dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan

perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk

melakukan hipotesis yang telah dilakukan di ajukan. Untuk penelitian yang tidak

merumuskan hipotesis, langkah terakhir tidak dilakukan.


Pada penelitian ini analisis data yang dapat digunakan adalah analisis statistik

deskriptif.

3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data

dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk

umum atau generalisasi. Penelitian yang dilakukan pada populasi (tanpa diambil

sampelnya) jelas akan menggunaka statistik deskriptif dalam analisisnya. Tetapi bila

penelitian dilakukan pada sampel, maka analisisnya dapat menggunakan statistik

deskriptif maupun inferensial. Analisis statistic deskriptif digunakan untuk

mengetahui gambaran umum mengenai variabel lingkungan sekolah (X) dan motivasi

belajar (Y).

Anda mungkin juga menyukai