Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran dasar pada setiap jenjang pendidikan
formal yang memegang peran penting. Matematika merupakan alat yang dapat
memperjelas dan menyederhanakan suatu keadaan atau situasi melalui abstrak,
idealisasi, atau generalisasi untuk menjadi suatu studi ataupun pemecahan masalah.
Dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah, usaha untuk menumbuhkan
kepercayaan diri siswa mengalami kendala dan hambatan.

Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek dan sebagai objek dari
kegiatan pengajaran. Karena itu, inti proses pengajaran tidak lain adalah belajar.
Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara
aktif untuk mencapainya. Keaktifan anak didik disini tidak hanya turut secara fisik,
tetapi juga dari segi psikis. Bila hanya fisik anak yang aktif, tetapi pikiran, mental,
dan rasa percaya dirinya kurang, maka kemungkinan tujuan pembelajarannya tidak
tercapai. (Syaiful Bahri, 1997:44)

Oleh karena itu, sebagai langkah awal untuk mengarah kepada tujuan yang
diharapkan adalah mendorong atau memberi motivasi belajar matematika bagi
peserta didik. Keberhasilan orises belajar mengajar matematika tidak terlepas dari
persiapan peserta didik dan persiapan para tenaga pendidik. Seorang guru harus bisa
menumbuhkan semangat dan percaya diri kepada siswanya agar mereka termotivasi
untuk mengembangkan potensinya terutama dalam pelajaran matematika. Siswa
yang memiliki rasa percaya diri akan antusias, memiliki tekad, protektif, tekun, rajin,
dan pantang menyerah (Adh Syaifullah, 2010:15). Jika sudah tertanam rasa percaya
diri pada siswa maka siswa akan merasa senang, tidak terbebani, dan dengan penuh
perhatian mengikuti pelajaran matematika khususnya materi integral.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dikemukakan rumusan masalah


sebagai berikut:
1. Seberapa tinggi tingkat percaya diri siswa dalam belajar matematika khususnya
pada materi integral?
2. Seberapa tinggi prestasi belajar siswa yang memiliki rasa percaya diri dalam
pelajaran matematika khususnya pada materi integral?
3. Apakah terdapat hubungan antara percaya diri siswa dengan prestasi belajar
matematika khususnya materi integral?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1
1. Untuk mengetahui tingkat kepercayaan diri siswa kelas XI SMAN 1
Campalagian.
2. Untuk mengetahui tungkat prestasi belajar siswa kelas XI SMAN 1
Campalagian.
3. Untuk mengkaji hubungsn antara kepercayaan diri siswa dengan prestasi belajar
siswa kelas XI SMAN 1 Campalagian

D. Manfaat Penelitian

Manfaat Penelitian tentang “Hubungan antara kepercayaan diri dan prestasi belajar
matematika materi integral” adalah sebagai berikut:
1. Memberikan motivasi kepada siswa agar dapat menumbuhkan rasa percaya
dirinya.
2. Memberikan masukan kepada guru tentang pentingnya menumbuhkan rasa
percaya diri pada anak didiknya.
3. Melatih peserta didik untuk lebih aktif dan kreatif, serta meningkatkan motivasi
dan daya tarik terhadap pembelajaran matematika khususnya materi integral.
4. Menambah pengetahuan bagi peneliti tentang hubungan kepercayaan diri siswa
terhadap prestasi belajar matematika materi integral.
5. Sebagai bahan kajian bagi penelitian selanjutnya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Percaya Diri

1. Pengertian Percaya Diri


Percaya diri adalah sikap positif seorang individu yang mampu untuk
mengembangkan penilaian positif terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan
atau situasi yang dihadapinya.

2. Percaya Diri dalam Pendidikan


Sekolah bisa dikatakan sebagai lingkungan yang paling berperan untuk
mengembangkan rasa percaya diri anak setelah lingkungan keluarga. Ini dapat
ditinjau dari segi sosialisasinya sehingga sekolah dapat dikatakan memegang
peranan penting dalam mengembangkan percaya diri dibandingkan dengan di
lingkungan keluarga. Adapun ciri-ciri anak yang percaya diri dalam dunia
pendidikan atau di dalam sekolah, antara lain:
a. Siswa mampu untuk selalu mengungkapkan pendapatnya pada saat proses
belajar mengajar
b. Siswa mampu untuk tampil ke depan kelas mengerjakan soal tanpa gugup
atau grogi
c. Siswa mampu bersosialisasi dengan baik
d. Siswa aktif mengikuti kegiatan ekstrakulikuler dan organisasi di sekolah
e. Siswa mampu mengerjakan soal tanpa menyontek
(Hakim, 2005)

B. Prestasi Belajar

1. Belajar

Pada kenyataannya, belajar merupakan suatu istilah yang sudah populer


di kalangan masyarakat, dapat diperkirakan kalau setiap individu sudah
mengerti bahkan paham dengan istilah tersebut. Maka dari itu, dimungkinkan
jika setiap individu memiliki pendapat atau batasan sendiri tentang belajar.
Namun di dalam buku Psikologi Pendidikan yang disusun oleh Tim Penulis
Buku Psikologi Pendidikan (2006: 59) disebutkan bahwa “Para ahli pun
belum mempunyai batasan yang seragam (tentang pengertian belajar), apalagi
orang awam.” Meskipun demikian, tidak ada salahnya jika kita melihat
beberapa batasan yang dikemukakan oleh para ahli guna menambah wawasan
atau pengetahuan kita. Berikut batasan-batasan mengenai belajar yang
dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Sri Rumini, dkk. (2006: 59) belajar
adalah “Suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang relatif menetap, baik yang dapat diamati
maupun tidak dapat diamati secara langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil

3
latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan.” Dari
definisi ini, lebih lanjut dijabarkan mengenai ciri-ciri belajar yakni:
a. Dalam belajar ada perubahan tingkah laku, baik tingkah laku yang dapat
diamati maupun tingkah laku yang tidak dapat diamati secara langsung.
b. Dalam belajar, perubahan tingkah laku meliputi tingkah laku kognitif,
afektif, psikomotor, dan campuran.
c. Dalam belajar, perubahan terjadi melalui pengalaman atau latihan. Jadi,
perubahan tingkah laku yang terjadi karena mukjizat, hipnotis, hal-hal
gaib, proses pertumbuhan, kematangan, penyakit, ataupun kerusakan fisik,
tidak dianggap sebagai hasil belajar.
d. Dalam belajar, perubahan tingkah laku menjadi sesuatu yang relatif
menetap. Bila seseorang dengan belajar dapat membaca, maka
kemampuan membaca tersebut akan tetap dimiliki.
e. Belajar merupakan suatu proses usaha, yang artinya belajar berlangsung
dalam kurun waktu yang cukup lama. Hasil belajar yang berupa tingkah
laku kadang-kadang dapat diamati, tetapi proses belajar itu sendiri tidak
dapat diamati.
f. Belajar itu terjadi karena ada interaksi dengan lingkungan.
Wina Sanjaya (2008: 112) berpendapat bahwa “Belajar adalah proses mental
yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya
perubahan tingkah laku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi
individu dengan lingkungannya yang disadari.” Proses mental atau aktivitas
mental yang dimaksudkan oleh Wina Sanjaya adalah bahwa proses
perubahan
yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat kita saksiskan.
Kita
hanya bisa menyaksikan perubahan tersebut melalui gejala-gejala perubahan
perilaku yang tampak. Beliau juga menjelaskan bahwa belajar bukanlah
sekedar mengumpulkan pengetahuan melainkan lebih kepada adanya
perubahan perilaku. W.S. Winkel (2009: 59) mendefinisikan belajar sebagai
“Suatu aktivitas mental/ psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam
pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu
bersifat secara relatif konstan dan berbekas”. Bagi Winkel, belajar dapat
terjadi dalam setiap interaksi/aktivitas. Namun, tidak semua aktivitas
tersebut
menjamin adanya proses belajar. Agar terjadi proses belajar, orang harus
aktif
sendiri, melibatkan diri dengan segala pemikiran, kemauan dan perasaannya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, terdapat beberapa persamaan
pengertian tentang belajar, yakni belajar diartikan sebagai suatu proses untuk
mendapatkan perubahan. Jadi, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa
belajar merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang untuk
mendapatkan perubahan-perubahan yang relatif menetap di dalam dirinya
seperti perubahan dalam pengetahuan, kecakapan, pemahaman, minat,
keterampilan, maupun nilai atau sikap.

4
2. Prestasi Belajar
Kita sering mendengar kata prestasi dalam dunia pendidikan, karena
memang itulah tujuan dari siswa dalam menuntut ilmu, yakni prestasi
optimal. Prestasi pada hakikatnya sama dengan hasil, lebih jelasnya lagi,
prestasi merupakan hasil dari suatu kegiatan/aktivitas yang kita kerjakan.
Sutratinah Tirtonegoro (2001: 43) bependapat bahwa “Prestasi Belajar adalah
penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbul,
angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah
dicapai oleh setiap anak (dalam hal ini adalah siswa) dalam periode
tertentu. Menurut Sutratinah Tirtonegoro, dengan mengetahui prestasi belajar
anak, kita dapat mengetahui tingkat penguasaan anak selama belajar dengan
kata lain kita mampu mengetahui hasil belajar anak. Oleh sebab itu, prestasi
belajar dapat diartikan sama dengan hasil belajar.
3. Hasil Belajar
Kita telah mengetahui bahwa prestasi belajar itu sama dengan hasil
belajar. untuk lebih lengkapnya pemaparan dalam bab ini, berikut
12
ditambahkan tentang definisi hasil belajar dari beberapa ahli. Menurut Nana
Syaodih Sukmadinata (2009: 102) “Hasil belajar atau achievement
merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau
kapasitas yang dimiliki seseorang.” Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa
hampir sebagian terbesar dari perilaku yang diperlihatkan seseorang
merupakan hasil belajar. Perilaku ini dapat berupa perilaku dalam bentuk
penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan
motorik. Tingkat penguasaan hasil belajar biasanya dilambangkan dengan
angka 0-10 pada pendidikan dasar dan menengah serta huruf A, B, C, D pada
pendidikan tinggi. Dimyati dan Mudjiono (2009: 3) berpendapat bahwa
“Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar”. Beliau menuliskan bahwa dengan berakhirnya suatu proses
belajar, maka peserta didik (siswa/siswa) akan memperoleh suatu hasil
belajar. Dari sisi guru (pengajar), tindak mengajar diakhiri dengan proses
evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berkahirnya
penggal dan puncak tugas. Sudjana dalam Asep Jihad dan Abdul Haris
(2009: 15) berpendapat bahwa “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Jadi,
setelah melalui proses belajar maka peserta didik (dalam hal ini adalah
siswa) tentu akan mendapatkan sesuatu seperti perubahan pemahaman,
perilaku atau lebih mudahnya dinamakan dengan hasil belajar.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat kita simpulkan bahwa
hasil belajar siswa adalah segala sesuatu yang didapatkan siswa
13
setelah mengalami proses belajar. Segala sesuatu yang dimaksudkan seperti
perubahan tingkah laku, pemahaman, keterampilan, sikap, dan sebagainya
yang relatif menetap pada diri siswa.

5
C. Tinjauan Materi Integral

1. Integral
Integral merupakan invers atau kebalikan dari differensial. Integral terdiri
dari dua macam yakni integral tentu dan integral tak tentu. Integral tentu
merupakan suatu integral yang dibatasi oleh suatu nilai tertentu yang sering
disebut batas atas dan batas bawah. Sedangkan integral tak tentu digunakan
untuk
mencari fungsi asal dari turunan suatu fungsi (Purcell & Verberg, 2010).
Integral tentu dinyatakan seperti pada Persamaan (1).

6
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Yang dimaksud dengan metode penelitian adalah strategi umum yang


dianut dalam pengumpulan dan analisa data yang diperlukan untuk menjawab
persoalan yang dihadapi.
Jenis penelitian ini bersifat kuantitatif korelasional, yaitu teknik analisa
statistic mengenai hubungan antara dua variable atau lebih. Dalam
penelitian ini akan mengkorelasikan dua variable rasa percaya diri dengan
variable prestasi belajar pada siswa kelas XI SMAN 1 Campalagian.

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian.3 Dalam penelitian ini ada dua variabel, yaitu ;
1. Variabel bebas ( Independent Variabel )
Yaitu variabel yang berperan memberikan pengaruh. Dalam penelitian ini
adalah: Percaya diri siswa.
2. Variabel terikat ( Dependent variabel)
Yaitu variabel yang mendapatkan pengaruh. Dalam penelitian ini adalah:
Percaya Diri Siswa: Prestasi belajar siswa

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas XI SMAN 1


Campalagian.

D. Defenisi operasional variabel

Untuk mendapatkan gambaran jelas tentang variabel dalam penelitian ini, maka akan
dijelaskan definisi operasional variabelnya.
1. Percaya Diri
Percaya diri adalah sikap positif seorang individu yang mampu untuk
mengembangkan penilaian positif terhadap diri sendiri maupun terhadap
lingkungan atau situasi yang dihadapinya.

2. Prestasi Belajar
Prestasi Belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan
dalam bentuk simbul, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan
hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak (dalam hal ini adalah siswa) dalam
periode tertentu.

7
E. Instrumen Penelitian
Yang dimaksud dengan instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas
yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya
lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan
sistematis sehingga lebih mudah diolah. Variasi jenis instrumen penelitian
angket, ceklis atau daftar tentang pedoman wawancara dan pedoman
pengamatan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dan keterangan-keterangan yang dibutuhkan


dalam penelitian digunakan angket dan metode dokumentasi.
1. Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya
atau hal-hal yang ia ketahui. (Suharsini Arikunto, 2002 : 128.
angket adalah suatu alat pengumpul informasi dengan cara menyampaikan
sejumlah pertanyaan tertulis untuk menjawab secara tertulis pula oleh
responden.
Angket yang digunakan adalah teknik non tes kepada responden
tentang prestasi belajar dan rasa percaya diri sehingga responden
tinggal memilih alternatif jawaban yang sesuai dengan keadaan dirinya.

2. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah cara yang digunakan untuk
mengetahui segala sesuatu dengan melihat catatan-catatan, dokumendokumen
yang berhubungan dengan obyek yang diteliti.9
Dalam penelitian ini data yang akan diambil adalah hasil angket
prestasi belajar dan rasa percaya diri siswa.

G. Teknik Analisis Data

Uji prasyarat dan Hipotesis


1. Uji Normalitas Data
Pada penelitian ini dilakukan uji normalitas dengan Chi Kuadrat
sebagai berikut :

Keterangan:
Fo = Frekuensi yang diobservasi
Fh = Frekuensi yang diharapkan

8
2. Uji Hipotesis
Untuk menentukan besar Koefisien korelasi antara variabel
prestasi belajar dan variabel rasa percaya diri digunakan rumus:

Keterangan :
rxy : Koefisien Korelasi antara X dan Y
N : Jumlah Responden
X : Variabel Prestasi belajar
Y : Variabel rasa percaya diri

9
DAFTAR PUSTAKA

Alawiyah, Nur. 2007. Skripsi. Pengaruh Percaya Diri dan Kompetensi


terhadap Prestasi Belajar Siswa di MTs Negeri Cirebon II.

Bungin, Burhan. 2004. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana


Prenada Media Group.

Djamarah, Syaiful Bahri. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Hakim, Thursan. 2002. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta: Puspa
Swara.
Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan
Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.

10

Anda mungkin juga menyukai