PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dahulu kala, orang melakukan perikatan dengan yang lain guna memenuhi
kebutuhan hidupnya dengan cara barter (penukaran barang dengan barang),
lalu berubah menjadi penukaran barang dengan uang barang dan kemudian
berganti menjadi barang dengan uang.
Ternyata perkembangan zaman sudah merubah peradaban cara hidup
manusia memenuhi kebutuhannya. Tidak hanya melakukan transaksi (akad)
secara langsung, tapi juga bisa dengan kredit, dan lain-lain bahkan ada
perjanjian secara tertulis sebelum diadakan perikatan pemenuhan kebutuhan
tersebut.
Akibat kian hari kian banyak pula kebutuhan yang harus dipenuhi yang
tidak diiringi dengan jumlah pendapatan, maka lahirlah ingkar janji dari suatu
kesepakatan yang telah dibuat yang dinamakan Wanprestasi yang tentunya
tidak lain merugikan pihak kreditur, baik perjanjian itu berupa sepihak (cuma-
cuma) maupun timbal-balik (atas beban).
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian Wanprestasi ?
2. Apa pengertian Somasi Wanprestasi ?
3. Bagaimana Sebab dan Akibat Wanprestasi ?
4. Bagaimana penyelesaian sengketa wanprestasi dalam pengadilan ?
C. Tujuan
Agar kita sesama manusia bisa menjalin hubungan sebagimana mestinya
dengan menjalankan perjanjian yang telah disepakati agar tidak merugikan
phak manapun.
1
D. Manfaat
Agar sesama Warga Negara saling menjaga Hak dan Kewajiban serta
setiap Warga Negara paham akan keadilan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
MANUSIA DAN KEADILAN
A. Pengertian Wanprestasi
Menurut pasal 1234 KUH Perdata yang dimaksud dengan prestasi adalah
seseorang yang menyerahkan sesuatu, melakukan sesuatu dan tidak melakukan
sesuatu, sebaliknya dianggap wanprestasi apabila seseorang:
1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya
2. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan
3. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat
4. Melakukan sesuatu yang menurut kontrak tidak boleh dilakukannya.
B. Somasi Wanprestasi
Somasi adalah pemberitahuan atau pernyataan dari kreditur kepada debitur
yang berisi ketentuan bahwa kreditur menghendaki pemenuhan prestasi
3
seketika atau dalam jangka waktu seperti yang ditentukan dalam pemberitahuan
itu dengan kata lain somasi adalah peringatan agar debitur melaksanakan
kewajibannya sesuai dengan tegoran kelalaian yang telah disampaikan kreditur
kepadanya.
Menurut pasal 1238 KUH Perdata yang menyatakan bahwa:
“Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan
sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatan sendiri,
ialah jika ini menetapkan bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan
lewatnya waktu yang ditentukan”.
Dari ketentuan pasal tersebut dapat dikatakan bahwa debitur dinyatakan
wanprestasi apabila sudah ada somasi (in gebreke stelling).
Adapun bentuk-bentuk somasi menurut pasal 1238 KUH Perdata adalah:
1. Surat perintah
Surat perintah tersebut berasal dari hakim yang biasanya berbentuk
penetapan. Dengan surat penetapan ini juru sita memberitahukan secara
lisan kepada debitur kapan selambat-lambatnya dia harus berprestasi. Hal
ini biasa disebut “exploit juru Sita”
2. Akta sejenis
Akta ini dapat berupa akta dibawah tangan maupun akta notaris.
3. Tersimpul dalam perikatan itu sendiri
Maksudnya sejak pembuatan perjanjian, kreditur sudah menentukan saat
adanya wanprestasi.
Dalam perkembangannya, suatu somasi atau teguran terhadap debitur yang
melalaikan kewajibannya dapat dilakukan secara lisan akan tetapi untuk
mempermudah pembuktian dihadapan hakim apabila masalah tersebut
berlanjut ke pengadilan maka sebaiknya diberikan peringatan secara tertulis.
Ada lima macam peristiwa yang tidak mensayaratkan pernyataan lalai yaitu:
1. Debitur menolak pemenuhan
Seorang kreditur tidak perlu mengajukan somasi apabila debitur menolak
pemenuhan prestasinya sehingga kreditur boleh berpendirian bahwa dalam
4
sikap penolakan demikian suatu somasi tidak akan menimbulkansuatu
perubahan.
2. Debitur mengakui kelalaiannya
Pengakuan demikian dapat terjadi secara tegas akan tetapi juga secara
implisit (diam-diam), misalnya dengan menawarkan ganti rugi.
3. Pemenuhan prestasi tidak mungkin dilakukan
Debitur lalai tanpa adanya somasi, apabila prestasi tidak mungkin
dilakukan, misalnya karena debitur kehilangan yang harus diserahkan atau
barang tersebut musnah.
4. Pemenuhan tidak berarti lagi
Tidak perlukannya somasi apabila kewajiban debitur untuk memberikan
atau melakukan, hanya dapat diberikan atau dilakukan dalam batas waktu
tertentu yang dibiarkan lampau.
5. Debitur melakukan prestasi tidak sebagaimana mestinya.
Kelima cara tersebut tidak perlu dilakukan somasi oleh kreditur kepada
debitur, debitur dapat langsung dinyatakan wanprestasi.
5
tidak melakukan penggantian biaya, kerugian dan bunga kepada kreditur
oleh karena suatu keadaan yang berada d luar kekuasaaannya. Ada tiga hal
yang menyebabkan debitur tidak melakukan penggantian biaya, kerugian
dan bunga, yaitu:
a. Adanya suatu hal yang tak terduga
b. Terjadinya secara kewbetulan, dan atau
c. Keadaan memaksa.
6
baik uang maupun barang maka harus dikembalikan sehingga perjanjian itu
ditiadakan.
3. Peralihan risiko
Peralihan risiko adalah kewajiban untuk memikul kerugian jka terjadi suatu
peristiwa di luar kesalahan salah satu pihak yang menimpa barang dan
menjadi obyek perjanjian sesuai dengan pasal 1237 KUH Perdata. Oleh
karena itu dalam hal adanya perikatan untuk memberikan suatu barang
tertentu maka barang itu semenjak perikatan dilahirkan adalah atas
tanggungan (risiko) si berpiutang (pihak yang menerima barang)
7
1. Menuntut hak pemenuhan perjanjian;
Menuntut hak pemenuhan perjanjian berikut dengan ganti rugi sesuai Pasal
1246 KUHPerdata yang menyatakan, “biaya, ganti rugi dan bunga, yang
boleh dituntut kreditur, terdiri atas kerugian yang telah dideritanya dan
keuntungan yang sedianya dapat diperolehnya”. Berdasarkan pasal 1246
KUHPerdata tersebut, dalam wanprestasi, penghitungan ganti rugi harus
dapat diatur berdasarkan jenis dan jumlahnya secara rinci seperti kerugian
kreditur, keuntungan yang akan diperoleh sekiranya perjanjian tesebut
dipenuhi dan ganti rugi bunga (interst).
2. Ganti biaya yaitu mengganti pengeluranan yang dikeluarkan kreditur;
a. Ganti rugi yaitu mengganti barang-barang rusak; dan
b. Ganti bunga yaitu mengganti keuntungan yang seharusnya didapat.
3. Pembatalan perjanjian
Dalam hal pembatalan perjanjian, banyak pendapat yang mengemukakan
bahwa pembatalan ini dilakukan oleh hakim dengan mengeluarkan putusan
yang bersifatdeclaratoir. Hakim juga mempunyai suatu kekuasaan yang
bernama “discretionair”, artinya ia berwenang untuk menilai wanprestasi
debitur. Apabila kelalaian itu dianggapnya terlalu kecil, hakim berwenang
untuk menolak pembatalan perjanjian meski ganti rugi yang diminta harus
dituluskan.
4. Pembatalan perjanjian disertai ganti rugi;
5. Meminta/ menuntut ganti rugi saja.
Dan hak-hak yang dituntut oleh kreditur dicantumkan pada bagian petitum
dalam surat gugatan.Jika debitur tidak bisa membuktikan bahwa ia tidak
melakukan wanprestasi tersebut, maka biaya perkara seluruhnya dibayar
oleh debitur.
.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Wanprestasi mempunyai hubungan erat dengan somasi. Wanprestasi
adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana yang
ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur dan
debitur. Somasi adalah pemberitahuan atau pernyataan dari kreditur kepada
debitur yang berisi ketentuan bahwa kreditur menghendaki pemenuhan prestasi
seketika atau dalam jangka waktu seperti yang ditentukan dalam
pemberitahuan itu dengan kata lain somasi adalah peringatan agar debitur
melaksanakan kewajibannya sesuai dengan tegoran kelalaian yang telah
disampaikan kreditur kepadanya.
Sebab wanprestasi ada dua, yaitu kelalaian atau kesengajaan dan keadaan
memaksa. Ada empat akibat adanya wanprestasi, yaitu sebagai berikut:
1. Perikatan tetap ada
2. Debitur harus membayar ganti rugi kepada kreditur
3. Beban risiko beralih untuk kerugian debitur
4. Jika perikatan lahir dari perjanjian timbal balik, kreditur dapat
membebaskan diri dari kewajibannya memberikan kontra prestasi dengan
menggunakan pasal 1266 KUH Perdata
Sanksi atau akibat-akibat hukum bagi debitur yang wanprestasi
ada 3 macam, yaitu:
1. Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur (ganti rugi)
2. Pembatalan perjanjian atau pemecahan perjanjian
3. Peralihan risiko.
B. Saran
Sebagai manusia dan warga negara yang baik sepatutnya kita menjalankan
dan mematuhi kesepakatan yang telah dibuat. Karena dengan hal itu akan
9
didapati kesetaraan dalm sebuah perjnjian atau perikatan tanpa merugikan
pihak manapun.
10
Daftar Pustaka
http://selamatkankuliah.blogspot.com/2016/10/makalah-tentang-wanprestasi.html
http://advokatku.blogspot.com/2009/01/wanprestasi-dan-perbuatan-melawan-
hukum.html
http://nefyrahayu.blogspot.com/2013/05/contoh-makalah-wanprestasi.html
Abdul R Saliman, Hermansya dan Ahmad Jalis, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan,
Kencana, Jakarta, 2005
Elsi Kartika Sari dan Advendi Simangunsong, Hukum Dalam Ekonomi, PT
Grasindo, Jakarta, 2007
Pramono, Nindyo,Hukum Komersi,. Cetakan Pertama, Pusat Penerbitan UT,
Jakarta, 2003
Salim H.S, Hukum Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta, 2003
11