Anda di halaman 1dari 10

Tugas Semester:1, Mekar Sari Dewi, 2020

“MEMOTIVASI KEPERCAYAAN DIRI ANAK MELALUI

BERMAIN PERAN”

Dosen: Dr. Ir. Anita Chandra D.S , M.Pd


Dosen : Dr Arri Handayani , S.Psi, M.Si

Mekar Sari Dewi


Manajemen Pendidikan Dasar Pasca Sarjana Universitas PGRI Semarang
mekar.saridewi6@gmail.com

NPM: 19560049

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling mendasar menempati
posisi strategis dalam pengembangan sumber daya manusia (Direktorat PAUD 2005). Karena
pada rentang anak usia dini merupakan rentangan usia kritis dan sekaligus strategis dalam
proses pendidikan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil pendidikan pada tahap
selanjutnya. Periode ini merupakan periode kondusif untuk menumbuh kembangkan berbagai
kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, dan spiritual anak.
Dimana periode kritis merupakan saatnya individu memperoleh stimulasi, perlakukan atau
pengaruh dari lingkungan pada masa atau saat yang tepat. Apabila masa atau saatnya tepat
artinya dalam keadaan sensitif atau siap menerima rangsangan dari luar dan memperolehnya,
maka akan terjadi hubungan yang positif dan berdampak positif pula. Namun sebaliknya
apabila tidak siap, maka tidak akan terjadi hubungan apapun, atau akan sia-sia.1
Hurloc (Rusmala,Dewi, 2005:1) menegaskan bahwa lima tahun pertama kehidupan
anak merupakan peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya. Karena diharapkan Anak
pada usia ini bila mendapatkan perlakuan dan rangsangan yang tepat baik fisik
maupun psikisnya diperkirakan akan mampu melaksanakan tugas – tugas
perkembangan pada tahap selanjutnya. 2

1Mutiah, Diana, Psikologi Bermain Anak Usia Dini, 2010:4.

Memotivasi Kepercayaan Diri Anak Melalui Bermain Peran 1


Tugas Semester:1, Mekar Sari Dewi, 2020

2 Rusmala,Dewi, 2005:1

Didalam masyarakat kita pada umumnya para orang tua masih menganggap bahwa
program pendidikan anak usia dini di tingkatan Raudlatul Athfal/Taman Kanak – kanak
merupakan lembaga untuk mempersiapkan anak menuju Madrasah Ibtida’iyah/Sekolah
Dasar. Sehingga tidak jarang para orang tua lebih memilih menyerahkan pendidikan anaknya
pada lembaga PAUD yang dalam proses pembelajarannya banyak mengembangkan calistung
(membaca, menulis dan berhitung), aspek kognif, bahasa, fisik motorik, menjadi andalan bagi
tumbuh kembang anak – anak mereka, para orang tua belum menyadari akan pentingnya
kecerdasan dibidang lainnya seperti kecerdasan sosial emosional yang salah satu indikatornya
adalah menunjukkan rasa percaya diri. Kepercayaan diri anak akan dapat menimbulkan
berbagai macam aspek kecerdasan lainnya, karena pada dasarnya kepercayaan diri
merupakan modal bagi seorang anak untuk dapat mengarungi kehidupan dimasa yang akan
datang, kepercayaan diri akan menumbuhkan sikap positif pada diri anak, sikap positif
menjauhkan anak dari rasa ketakutan ataupun kekhawatiran, karena perasaan takut atau
kekhawatiran yang berlebihan bisa mempengaruhi kesehatan baik fisik maupun psikis anak
terutama pada anak usia dini. Kepercayaan diri anak tidak muncul begitu saja dan bukan
merupakan bawaan dari lahir, namun perlu adanya stimulasi sejak dini dan juga motivasi atau
dorongan yang kuat dari orang – orang disekitarnya terutama orang tua dan guru.
Motivasi ataupun dorongan dapat dilakukan oleh keluarga dan guru dengan
berbagai kegiatan bermain, untuk mencapai tujuan yaitu kepercayaan diri anak. Morgan et al.
(dalam Marwansyah dan Mukaram, 2002: 151) menjelaskan bahwa : "motivasi merupakan
kekuatan yang mengendalikan dan menggerakkan seseorang untuk melakukan tindakan atau
perilaku yang diarahkan pada tujuan tertentu". Dapat diartikan motivasi yang tepat dan positif
akan menimbulkan dampak yang positif pula, dan sebaliknya bila motivasi yang diberikan
tidak tepat (tidak sesuai kemampuan anak) dan salah dalam perlakuannya, maka akan
menghasilkan dampak yang negatif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Peningkatan motivasi perlu diusahakan baik yang berasal dari dari dalam diri
(Motivasi Intrinsik) maupun yang berasal dari luar diri (Motivasi Ekstrinsik). Motivasi
intrinsik ini sangat perlu untuk diusahakan karena motivasi ini timbul dari dalam diri anak
tanpa pengaruh dari luar. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang hidup dalam diri anak dan
berguna dalam situasi belajar yang fungsional. Namun mengharap timbulnya motivasi ini
tidak mudah. Hal ini mungkin dikarenakan si anak tidak menyukai metode pembelajaran
yang dilakukan guru setiap harinya. 3

Memotivasi Kepercayaan Diri Anak Melalui Bermain Peran 2


Tugas Semester:1, Mekar Sari Dewi, 2020

3 Islamiyatun, (Peningkatan Motivasi Belajar Menulis Anak Usia Dini Melalui Pemberian Rewards, 2010;h.4)

Sedangkan motivasi Ekstrinsik ini tetap diperlukan di sekolah sebab pengajaran di sekolah
tidak semuanya menarik minat anak / sesuai dengan kebutuhan anak. Motivasi Ekstrinsik ini
juga dapat mengatasi masalah-masalah pada anak didik yang memang benar-benar kurang
memiliki motivasi intrinsik (Hamalik, 2003 :162).

Manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial yang memerlukan kehadiran orang lain,
dan manusia membutuhkan peranan orang lain dalam kehidupannya untuk bisa beradaptasi
dengan lingkungannya, dan proses belajar besosial dengan orang lain membutuhkan
kepercayaan diri yang tinggi. Penggunaan metode bermain peran dapat dilakukan sebagai
salah satu upaya meningkatkan proses sosial dan menumbuhkan rasa kepercayaan diri anak.
Bermain Peran Menurut Nugraha (2006) anak senang bermain “khayalan” berakting sebagai
orang tua, meniru tokoh kartun atau menjadi bayi. Kegiatan bermain peran merupakan
kegiatan bermain tahap selanjutnya setelah bermain fungsional. Main peran melibatkan
interaksi secara verbal atau bercakap-cakap, dan interaksi dengan orang lain.

Sudirman, (2001) mengatakan metode bermain peran adalah cara mengajar yang
dilakukan oleh guru dengan jalan menirukan tingkah laku dari sesuatu situasi sosial. Metode
bermain peran lebih menekankan pada keikutsertaan pada murid untuk bermain
peran/sandiwara dalam hal menirukan masalah- masalah sosial. Sedangkan Uno (2008)
menguraikan proses bermain peran dapat memberikan contoh kehidupan perilaku manusia
yang berguna sebagai sarana bagi anak untuk: a) menggali perasaannya, b) memperoleh
inspirasi dan pemahaman yang berpengaruh terhadap sikap, nilai dan persepsinya, c)
mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah, d) mendalami mata
pelajaran dengan berbagai macam cara. 4

4 Nurul Aida dan Rr. Amanda Pasca Rini, dalam (Penerapan Metode Bermain Peran untuk Meningkatkan Kemampuan Bersosialisasi Pada Pendidikan Anak
Usia Dini,2015;h.91)

Memotivasi Kepercayaan Diri Anak Melalui Bermain Peran 3


Tugas Semester:1, Mekar Sari Dewi, 2020

BAB: II PEMBAHASAN

MOTIVASI
Motivasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu tujuan atau
pendorong, tujuan tersebut yang menjadi daya penggerak utama bagi seseorang
dalam upaya mendapatkan sesuatu yang diinginkan baik itu secara positif ataupun
negatif. Adapun pengertian Motivasi yang berasal dari Bahasa Inggris adalah
motivation. Namun perkataan asalnya adalah motive yang juga telah digunakan dalam
Bahasa Melayu yaitu kata motif yang berarti tujuan atau segala upaya untuk
mendorong seseorang dalam melakukan sesuatu. Secara ringkas, pengertian motivasi
adalah: upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang disebabkan
karena kebutuhan, keinginan dan tujuan.
Pengertian dan definisi Motivasi;
1. pengertian dan definisi motivasi menurut pendapat para ahli Motivasi berasal dari
kata motivation yang berarti ”menggerakkan”. Motivasi merupakan hasil sejumlah
proses yang bersifat internal atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan
timbulnya sikap entutiasme dan persistensi dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan
tertentu. Winardi (2007,p1),
2. Menurut Hamalik (1992:173), Pengertian Motivasi merupakan perubahan energi
dalam diri atau pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi
untuk mencapai tujuan.
3. Morgan et al. (dalam Marwansyah dan Mukaram, 2002: 151) menjelaskan bahwa :
"motivasi merupakan kekuatan yang mengendalikan dan menggerakkan seseorang
untuk melakukan tindakan atau perilaku yang diarahkan pada tujuan tertentu".5

Dari pernyataan dan pendapat para ahli diatas bisa penulis simpulkan bahwa motivasi
merupakan upaya untuk melakukan tindakan atau perilaku seseorang yang ditandai dengan
timbulnya perasaan dan reaksi baik yang berasal dari dalam diri maupun dari luar individu
untuk mencapai tujuan.

5Acronis  Cyber Backup (Pengertian Motivasi Serta Definisi Motivasi Menurut Para Ahli, , Definisi dan penertian umum para ahli,1/01/2016, 03; 10;00 AM)

Memotivasi Kepercayaan Diri Anak Melalui Bermain Peran 4


Tugas Semester:1, Mekar Sari Dewi, 2020

KEPERCAYAAN DIRI

Kepercayaan diri merupakan hal terpenting yang harus dimiliki anak untuk menapaki
roda kehidupan. Kepercayaan diri memiliki fungsi langsung dari interpretasi seseorang
terhadap keterampilan atau kemampuan yang dimiliki untuk menampilkan perilaku tertentu
atau untuk mencapai target tertentu. Rasa percaya diri berpengaruh terhadap perkembangan
mental dan karakter mereka. Mental dan karakter anak yang kuat akan menjadi modal penting
bagi masa depannya ketika menginjak usia dewasa, sehingga mampu merespon setiap
tantangan dengan realistis.

Kepercayaan diri berasal dari tindakan, kegiatan dan usaha untuk bertindak bukannya
menghindari keadaan dan bersifat pasif. Dengan kata lain, anak dapat dikatakan percaya diri
jika anak berani melakukan sesuatu hal yang baik bagi dirinya sesuai dengan pengetahuan
dan kemampuan diri. Selain itu, anak pun mampu melakukannya tanpa ragu serta selalu
berfikir positif. Anak yang memiliki rasa percaya diri mampu menyelesaikan tugas sesuai
tahap perkembangannya dengan baik dan tidak tergantung pada orang lain.

Kepercayaan diri memungkinkan anak untuk tampil dan berprilaku dengan cara
menunjukkan kepada dunia luar bahwa ia yakin akan dirinya. Empat ciri bidang kepercayaan
diri lahir meliputi :

1. Komunikasi, yaitu anak yang memiliki kepercayaan diri lahir dapat melakukan
komunikasi dengan setiap orang dari segala usia.
2. Ketegasan, yaitu anak yang memiliki kepercayaan diri lahir akan menyatakan
keutuhan mereka secara langsung dann terus terang.
3. Penampilan diri, yaitu anak akan menyadari pengaruh gaya hidupnya terghadap
pendapat orang lain mengenai dirinya tanpa terbatas pada keinginan untuk selalu
ingin menyenangkan orang lain.
4. Pengendalian perasaan, yaitu anak akan berani menghadapi tantangan dan resiko
karena mereka dapat mengendalikan rasa takut, khawatir, dan frustasi.
5. Fungsi dan peranan rasa kepercayaan diri sangat penting pada kehidupan anak. Untuk
itu, setiap pendidik perlu menanamkan kepercayaan diri yang baik kepada anak-anak
sejak dini. Tanpa adanya kepercayaan diri, rasa pesimis dan rasa rendah diri akan
dapat menguasai anak dengan mudah. Tanpa dibekali rasa percaya dri yang mantap
sejak dini, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang lemah. (Aprianti Yofita Rahayu,
2011: hal 64).

Memotivasi Kepercayaan Diri Anak Melalui Bermain Peran 5


Tugas Semester:1, Mekar Sari Dewi, 2020

Ada beberapa ahli yang mengemukakan mengenai ciri-ciri perilaku yang mencerminkan
kepercayaan diri diantaranya :

1. Lie, mengemukakan yaitu kepada diri sendiri, tidak tergantung pada orang lain, tidak
ragu-ragu, merasa diri berharga, tidak menyombongkan diri, dan memiliki rasa
keberanian untuk bertindak.
2. Lausrter, mengemukakan yakni secara terperinci bahwa ciri-ciri dari kepercayaaan
diri yaitu tidak mementingkan diri sendiri, cukup toleran, tidak membutuhkan
dukungan orang lain secara berlebihan, bersikap optimis, dan gembira.
3. Maslow, berpendapat bahwa kepercayaan diri memiliki kemerdekaan psikologis, yang
berarti kebebasan mengarahkan pikiran dan mencurahkan tenaga berdasarkan pada
kemampuan dirinya, untuk melakukan hal-hal yang bersifat produktif, menyukai
pengalaman baru, suka menghadapi tantangan, pekerjaan yang efektif, dan
bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan.
4. Hakim, berpendapat kepercayaan diri yang di ungkapkan antara lain : selalu bersikap
tenang dalam mengerjakan segala sesuatu, mempunyai potensi dan kemampuan yang
memadai, menyesuaikan diri dan mampu berkomunikasi memiliki kondisi fisik,
mental dan kecerdasan yang cukup , memiliki keterampilan, memiliki keterampilan
bersosialisasi, memiliki latar belakang pendidikan keluarga yang baik, memiliki
pengalaman hidup dan selalu bereaksi positif di dalam menghadapi berbagai masalah,
misalnya dengan tetap tegar, sabar dan tabah. (Aprianti Yofita Rahayu, 2011: hal 69-
72). 6

Dari uraian diatas dan pendapat para ahli bisa disimpulkan bahwa kepercayaan diri
adalah; keyakinan akan kemampuan diri sendiri dalam melakukan kegiatan secara efektif
serta kemampuan dalam pengendalian diri. Dengan kata lain, anak dapat dikatakan percaya
diri jika anak berani melakukan sesuatu hal yang baik bagi dirinya sesuai dengan
pengetahuan dan kemampuan diri dan selalu berfikir positif.

6 Sri, Wahyuni, dalam (Upaya Meningkatkan Kepercayaan Diri Anak Usia Dini Melalui Metode Bercerita Di Kelompok B Ra An-Nida, 2017; h.7-8)

Memotivasi Kepercayaan Diri Anak Melalui Bermain Peran 6


Tugas Semester:1, Mekar Sari Dewi, 2020

BERMAIN PERAN

Pengertian metode bermain peran diungkapkan oleh beberapa tokoh, diantaranya

Shim (2007) mengemukakan:

“Pretend play is generally defined in the research literature as an activity that involves role
play, object substitution, and imaginary situations.” Dengan maksud, bermain pura-pura
adalah aktivitas yang bersangkutan dengan bermain peran, objek pengganti, dan situasi
imajiner yang biasanya didefinisikan dalam kajian pustaka riset.

Bermain peran dikenal juga dengan sebutan bermain pura-pura, khayalan, fantasi,
make believe, atau simbolik. Menurut Piaget, awal main peran dapat menjadi bukti perilaku
anak. Ia menyatakan bahwa bermain peran ditandai oleh penerapan cerita pada objek dan
mengulang perilaku menyenangkan yang diingatnya. Piaget menyatakan bahwa keterlibatan
anak dalam bermain peran dan upaya anak mencapai tahap yang lebih tinggi dibandingkan
dengan anak lainnya disebut sebagai collective symbolism. Ia juga menerangkan percakapan
lisan yang anak lakukan dengan diri sendiri sebagai idiosyncratic soliloquies. Selanjutnya
sependapat dengan Shim, Tarigan (1996:243) dalam Halida (2011) mengatakan dalam
bermain peran, anak bertindak, berlaku, dan berbahasa seperti orang yang diperankannya.
Dari segi bahasa, berarti anak harus mengenal dan dapat menggunakan ragam-ragam bahasa.

Definisi metode bermain peran yang lebih luas dikemukakan oleh Supriyati dalam
Winda Gunarti, dkk, (2008:10.10) bahwa metode bermain peran adalah permainan yang
memerankan tokoh-tokoh atau benda sekitar anak sehingga dapat mengembangkan daya
khayal (imajinasi) dan penghayatan terhadap bahan kegiatan yang dilaksanakan. Tedjasaputra
(1995:43) memiliki pendapat yang sejalan dengan Supriyati bahwa bermain peran merupakan
salah satu jenis bermain aktif, diartikan sebagai pemberian atribut tertentu terhadap benda,
situasi, dan anak memerankan tokoh yang ia pilih. Apa yang dilakukan anak melibatkan
penggunaan bahasa yang dapat diamati dalam tingkah laku yang nyata.

Ungkapan serupa dikemukakan Suparman (1997:91), bermain peran berarti


memainkan satu peran tertentu sehingga yang bermain tersebut mampu berbuat (bertindak
dan berbicara) seperti peran yang dimainkannya. Jadi, melalui bermain peran anak dapat
berbicara secara spontan dan dapat meniru bahasa seperti tokoh yang diperankannya. Pada
umumnya anak-anak menyukai bermain peran (dramatik) (Garvey, 1997 dalam Berger, 1983
dan dalam Tedjasaputra, 1995:25). Hal ini dikarenakan melalui bermain dramatik membantu

Memotivasi Kepercayaan Diri Anak Melalui Bermain Peran 7


Tugas Semester:1, Mekar Sari Dewi, 2020

anak mencobakan berbagai peran sosial yang diamati, melepaskan ketakutan, mewujudkan
khayalan, serta belajar bekerja sama (Garvey, 1990; Singer dan Singer, 1990 dalam Berk,
1994) dalam Tedjasaputra: 1995:25). 7

Berdasarkan beberapa uraian mengenai metode bermain peran, dapat ditarik kesimpulan
bahwa bermain peran merupakan permainan dimana anak memainkan peran dari tokoh atau
benda disekitar anak yang dimainkannya untuk mengembangkan daya imajinasi anak, serta
keterampilan sosial emosional pada anak.

7 Nur, Azizah, dalam (Tingkat Keterampilan Berbicara Ditinjau Dari Metode Bermain Peran Pada Anak Usia 5-6 Tahun, 2013;h. 23-24)

Memotivasi Kepercayaan Diri Anak Melalui Bermain Peran 8


Tugas Semester:1, Mekar Sari Dewi, 2020

KESIMPULAN

Berdasarkan rangkaian uraian tentang “Memotivasi Kepercayaan Diri Anak Melalui


Bermain Peran” dapat diambil kesimpulan bahwa;

1. Motivasi merupakan upaya untuk melakukan tindakan atau perilaku seseorang yang
ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi baik yang berasal dari dalam diri
maupun dari luar individu untuk mencapai tujuan.
2. Sedangkan kepercayaan diri adalah; keyakinan akan kemampuan diri sendiri dalam
melakukan kegiatan secara efektif serta kemampuan dalam pengendalian diri.
Dengan kata lain, anak dapat dikatakan percaya diri jika anak berani melakukan
sesuatu hal yang baik bagi dirinya sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan diri
dan selalu berfikir positif.
3. Adapun yang dapat ditarik kesimpulan dari bermain peran adalah, bahwa bermain
peran merupakan permainan dimana anak memainkan peran dari tokoh atau benda
disekitar anak yang dimainkannya untuk mengembangkan daya imajinasi anak, serta
keterampilan sosial emosional pada anak.

Dari rangkaian keseluruhan tulisan diatas dapat ditarik simpulan, bahwa “ Memotivasi
Kepercayaan Diri Anak Melalui Bermain Peran” merupakan metode atau cara yang dapat
dilakukan oleh guru dan orang tua untuk menumbuh kembangkan kecerdasan sosial
emosional anak dalam upaya mendorong peningkatan rasa percaya diri anak melalui kegiatan
bermain peran. Meningkatnya kepercayaan diri anak akan berdampak positif bagi anak dalam
mengarungi kehidupan dimasa depan yang penuh tantangan, karena dengan kepercayaan diri,
anak akan berperilaku positif serta mampu mengendalikan emosi dengan baik, sehingga anak
dapat memecahkan semua masalah yang dihadapi. Adapun pemilihan bermain peran
dikarenakan, permainan ini merupakan permainan yang dapat meningkatkan beberapa aspek
kecerdasan salah satunya adalah kecerdasan sosial emosional, dimana anak bisa memainkan
peran tokoh atau benda yang ada disekitarnya, serta mengembangkan daya khayal (imajinasi)
dan penghayatan terhadap bahan kegiatan yang dilaksanakan. Sehingga diharapkan dengan
bermain peran serta motivasi atau dorongan yang tepat dari orang tua maupun guru dapat
meningkatkan rasa kepercayaan dini anak. Harapannya anak mampu menghadapi tantangan
hidup dimasa depan serta berperilaku positif dan penuh tanggungjawab dengan semua
pengalaman – pengalaman yang sudah diperankannya.

Memotivasi Kepercayaan Diri Anak Melalui Bermain Peran 9


Tugas Semester:1, Mekar Sari Dewi, 2020

DAFTAR PUSTAKA

Mutiah, Diana. Psikologi Bermain Anak Usia Dini, 2010.

Islamiyatun, Peningkatan Motivasi Belajar Menulis Anak Usia Dini Melalui


Pemberian Rewards, 2010

Azizah, Nur, Tingkat Keterampilan Berbicara Ditinjau Dari Metode Bermain Peran
Pada Anak Usia 5-6 Tahun, 2013

Aida, Nurul dkk, Penerapan Metode Bermain Peran untuk Meningkatkan Kemampuan
Bersosialisasi Pada Pendidikan Anak Usia Dini,2015

Cyber Backup, Acronis , Pengertian Motivasi Serta Definisi Motivasi Menurut Para
Ahli, ,Definisi dan penertian umum para ahli, 2016

Wahyuni Sri, Upaya Meningkatkan Kepercayaan Diri Anak Usia Dini Melalui Metode
Bercerita Di Kelompok B Ra An-Nida, 2017

Memotivasi Kepercayaan Diri Anak Melalui Bermain Peran 10

Anda mungkin juga menyukai