Dosen Pengampu:
Disusun Oleh :
2021
PROGRAM BIMBINGAN KONSELING DENGAN TEKNIK
BEHAVIORISME UNTUK MENGHILANGKAN RASA MIDER
DAN MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWA
SMP
Masalah Anak
Yang menjadi permasalahan disini adalah “Anak SMP yang minder dan percaya diri besar”.
Baiklah sebelumnya saya akan memberikan sedikit gambaran tentang minder dan rasa
percaya diri.
Minder memiliki arti gengsi dan tidak percaya diri, mungkin sifat minder ini sangat
rawan dimiliki oleh anak-anak pada masa SMP karena kurangnya rasa percaya diri.
Meurut Alfred Adler, kebanyakan orang merasa minder karena mengalami inferioritas
yang di tandai adanya perasaan tidak kompeten atau kekurang mampuan diri. Perasaan ini
bisa muncul karena orang tersebut merasa (atau betul-betul) memiliki kekurangan secara fisik
maupun psikis. Seseorang yang selalu membandingkan dirinya dengan orang lain, dan
merasa dirinya lebih rendah, kakn memunculkan rasa minder. Orang perfeksionis, yaiutu
orang yang sangat takut penampilannya tidak memuaskan (penampilan fisik maupun hasil
karyanya), juga menandakan bahwa yang bersangkutan mengalami inferioritas. Karena
merasa inferior, pada umumnya mereka cenderung manarik diri dari lingkungan sosial.
menurut psikoanalisis, perasaan inferior tumbuh sejak masa kanak-kanak
Minder umumnya muncul dari pengalaman masa lalu. Seringkali pada masa-masa
perkembangan, anak-anak dikondisikan untuk merasa bahwa dirinya memiliki hal yang
memalukan. Dia merasa tidak sebaik orang lain. perasaan inferior seringkali tumbuh karena
sikap atau perilaku orang tua, guru atau orang dewasa lainnya, yang kurang tepat terhadap
anak-anak. Orang dewasa seringkali melakukan penolakan dan koreksi negatif terhadap anak-
anak. Julukan yang sifatnya olok-olok dan merendahkan yang terus dialami juga menjadi
sebab seseorang menjadi inferior. Disamping itu prefeksionisme orang tua yang meiliki
harapan terlalu tinggi dan tidak realistis terhadap anak juga turut mendorong lahirnya sifat
inferior. Ketika si anak tidak dapat memenuhi harapan orang tuanya, ia akan merasa tak
mampu dan merasa tidak berguna sehingga munculah minder.
Selanjutnya Percaya diri adalah kepercayaan dan keyakinan akan kemampuan diri
sendiri, optimis, objektif, bertanggung jawab, rasional dan realistis untuk menyelesaikan serta
menanggulangi suatu masalah dengan situasi terbaik sehingga dapat memberikan sesuatu dan
diterima oleh orang lain maupun lingkungannya.
Menurut Thursan Hakim, “Rasa percaya diri adalah suatu keyakinan seseorang
terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya
merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya
Menurut E. Fatimah, percaya diri adalah sikap positif seorang individu yang
memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif, baik terhadap diri sendiri
maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya.”
Jadi tidak semua siswa memiliki percaya diri yang cukup. Masih banyak siswa yang
memiliki rasa percaya diri yang rendah sehingga sangat berpengaruh pada perkembangan
siswa itu sendiri. Banyak siswa sekarang khususnya siswa smp memiliki kepercayaaan diri
yang rendah baik di dalam kelas maupun di luar kelas sehingga diperlukan pendampingan
khusus, dalam bentuk layanan konseling individual dengan adanya teknik konseling
behavioral. Konseling ini dipilih karena untuk menekankan perubahan tingkah laku.
Langkah-langkah Program
Menurut Pihasniwati (2008), konsep utama dalam konseling behavior adalah
keyakinan tentang martabat manusia yang bersifat falsafah dan sebagian lagi bercorak
psikologis. Konseling behavioral berfokus pada perilaku manusia yang dapat dipelajari dan
dapat dirubah. Adapun kondisi-kondisi pada manusia yang menjadi dasar dalam pelaksanaan
konseling behavior adalah manusia pada dasarnya tidak berakhlak baik atau buruk, bagus
atau jelek, manusia mampu untuk berefleksi atas tingkah lakunya sendiri, menangkap apa
yang dilakukannya dan mengatur serta mengontrol perilakunya sendiri, manusia mampu
untuk memperoleh dan membentuk sendiri pola-pola tingkah laku yang baru melalui suatu
proses belajar. Manusia dapat mempengaruhi perilaku orang lain dan dirinya dipengaruhi
oleh perilaku orang lain.
Berikut prosedur dari program berdasar teori behavioral :
(1) Desensitisasi sistematis
Desensitisasi sistematis adalah metode yang digunakan dalam terapi behavior untuk
membantu klien secara efektif mengelola fobia dan gangguan kecemasan. Lebih
spesifik,desensitisasi sistematis adalah aplikasi pengkondisian klasik yang dikembangkan
oleh JosephWolpe. Dalam proses desensitisasi sistematis, seseorang harus terlebih dahulu
diajari keterampilan relaksasiuntuk memadamkan rasa takut dan respons kecemasan terhadap
fobia tertentu. Begitu individu telah diajarkan keterampilan ini, dia harus menggunakannya
untuk mengelola situasi dalam hierarkiketakutan.
Tujuan dari desensitisasi sistematis adalah bahwa seorang individu akan belajar
mengatasi dan mengatasi ketakutan di setiap langkah hierarki, yang akan mengarah pada
mengatasi yang terakhir langkah ketakutan dalam hierarki. Karena sifat hierarki ketakutan,
sistematis desensitisasi juga disebut terapi eksposur bertahap.
(2) Flooding
Sensitisasi terselubung adalah pengobatan yang didasarkan pada prinsip bahwa semua
perilaku adalah dipelajari dan perilaku yang tidak diinginkan dapat dihilangkan dalam situasi
yang tepat.
Tujuan sensitisasi terselubung adalah untuk langsung menghilangkanperilaku yang tidak
diinginkan itu sendiri, tidak seperti konseling yang berorientasi pada wawasan yang berfokus
pada pengungkapanmotif bawah sadar untuk menghasilkan perubahan.
(4) Pencegahan pemaparan dan respons
Pencegahan pemaparan dan respons adalah teknik untuk klien dengan kesulitan seperti
gangguan obsesif-kompulsif, fobia, dan jenis lainnya gangguan kecemasan. Pencegahan
pemaparan dan respon dikembangkan dari konsep bahwa suatu pengobatan dicapai saat klien
menghadapi ketakutan mereka sendiri dan berhenti menggunakan penghindaran mereka
sebagai koping.
(5) Manajemen kontingensi Manajemen
kontingensi merupakan salah satu teknik dalam terapi behavior digunakan dalam
pengobatan untuk klien dengan masalah penyalahgunaan zat, penambahan, dan / atau
mentalmasalah kesehatan.
Dengan teknik manajemen kontingensi, perilaku klien adalahdihargai ketika mereka
mengikuti aturan dan regulasi program atau rencana perawatan mereka. Merekadapat
dihukum jika mereka gagal mengikuti aturan. Manajemen kontingensi hingga saat ini
menghasilkanbukti empiris yang kuat tentang efektivitas pengobatan.
(6) Pelatihan pembalikan kebiasaan
Pelatihan pembalikan kebiasaan adalah paket perawatan perilaku yang harus ditangani
Berbagai macam masalah perilaku berulang dan kebiasaan . Pelatihan pembalikan kebiasaan
mencakup lima langkah:
a. kesadaranlatihan;
b. pelatihan relaksasi;
c. pelatihan respon bersaing;
d. manajemen kontingensi;
e. pelatihan generalisasi.’’
Manfaat dari teori Behaviorisme dalam program ini dapat memecahkan suatu masalah
dan sanggat membantu kita dalam menyelesaikan masalah tersebut, Menghilangkan
pemikiran yang kurang tepat dalam diri klien yang mungkin membuat klien memiliki sifat
minder terutama pada masa-masa SMP , sehingga klien mampu menguasai pemikiran yang
baru tentunya pemikiran yang baik sehingga menciptakan pemikiran-pemikiran yang baru
dan baik bagi proses belajar.
Orang tua sangat berperan penting dalam meningkatkan sekaligus membangun rasa peecaya
diri anak. Rasa percaya diri anak dapat dilaksanakan dengan melibatkan anak secara aktif
dalam tugas rutin sehari – hari. Anak yang terlibat dalam tugas rumah tangga bila dewasa
kelak akan menjadi sosok yang lebih bertanggung jawab dan lebih percaya diri. Berikut ini
adalah strategi – strategi dalam mendidik anak yang baik dan positif serta percaya diri:
Hal ini bukanlah mudah bagi orang tua. Betapa sering orang tua menyela
dan sibuk dengan nasehat – nasehat bahkan pada saat anak belum selesai bicara.
Simpanlah kekhawatiran – kekhawatirankita pada saat mendengarkan. Cobalah
untuk mendengarkan anak sepenuhnya tanpa menghakimi. Kita perlu menahan
untuk tidak memikirkan atau memberikan pendapat udut kita sendiri. Dengarkan
mereka dengan hati yang terbuka dan penuh kasih sayang. Lupakan diri kita dan
tempatkanlah diri kita pada sudut pandang anak kita. Ajukan pertanyaan –
pertanyaan sebagai ganti dari memberikan pendapat. Cara orang tua
mendengarkan tanpa menghakimi akan membuat anak merasa diterima dan
dimengerti selanjutnya menjadi lebih percaya diri.