Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

“TEORI BELAJAR, MOTIVASI DAN KOMUNIKASI & BAHAYA


NARKOBA, NARKOLEMA, PORNOGRAFI”

DOSEN PENGAMPU:
Susiawati, S.Pd., M.Ag

DI SUSUN OLEH :
Shinta Arnayanti (200506502022)
Magfirah (200506500025)

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
JURUSAN BAHASA ASING
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga Makalah tentang Bahaya Narkoba ini dapat diselesaikan dengan baik.
Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW,
keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Makalah ini membahas dua pokok materi yaitu diantaranya Teori Belajar, Motivasi Dan
Komunikasi & Bahaya Narkoba, Narkolema, sebagai materi untuk strategi pembelajaran bahasa
arab Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah
membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan kekeliruan,
baik dari segi penulisan, tata Bahasa, serta penyusunannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun, guna menjadi bekal pengalaman kami untuk menjadi
lebih baik di masa yang akan datang. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Makassar,10 Februari 2022

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Motivasi dan komunikasi merupakan dua aktivitas yang memiliki keterkaitan yang sangat
erat. Untuk menumbuhkan komunikasi diperlukan adanya motivasi. Menurut Aunurrahman
(2009: 114) motivasi merupakan tenaga pendorong bagi seseorang agar memiliki energi atau
kekuatan melakukan sesuatu dengan penuh semangat. Motivasi sebagai kekuatan yang mampu
mengubah energi dalam diri seseorang dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan
tertentu. Menurut Hubeis (2012: 5) Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh
seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau
perilaku, baik langsung (secara lisan) maupun tidak langsung (melalui media); proses
penyampaian bentuk interaksi gagasan kepada orang lain dan proses penciptaan arti terhadap
gagasan atau ide yang disampaikan, baik sengaja maupun tidak sengaja. Dalam kegiatan belajar,
motivasi dan komunikasi sangat penting bagi siswa. Siswa yang memiliki motivasi yang tinggi
akan mendorong siswa tersebut berperilaku aktif dan belajar dengan giat untuk berprestasi
didalam kelas. Sedangkan komunikasi merupakan alat untuk mengekploistasi ide matematika
dan mengukur pertumbuhan pemahaman matematika pada siswa. Berdasarkan pengamatan awal,
motivasi dan komunikasi belajar siswa di SMP Negeri 3 Sragen sangat bervariasi. Siswa kelas
VII di SMP negeri 3 Sragen berjumlah 32 siswa. Dari 32 siswa tersebut siswa yang tekun
menghadapi tugas sebanyak 7 siswa (21,875%), siswa yang ulet menghadapi kesulitan sebanyak
6 siswa (18,75%), siswa yang menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah sebanyak
6 siswa (18,75%), siswa mampu menyatakan ide matematika melalui berbicara atau lisan
sebanyak 5 siswa (15,625%), siswa yang mampu mendeskripsikan ide ke dalam model
matematika 5 siswa (15,625%), siswa yang mampu menulis ide dalam bentuk visual sebanyak 4
siswa (12,5%), dan siswa mampu menjelaskan konsep matematika 3 siswa (9,375%). Akar
penyebab motivasi dan komunikasi belajar bisa bersumber dari guru, siswa, dan lingkungan.
Akar penyebab yang bersumber dari guru yaitu guru kurang mengoptimalkan pemanfaatan
strategi pembelajaran inovatif dan terkesan monoton dalam pembelajaran matematika. Akar
penyebab yang bersumber dari siswa yaitu kurangnya rasa percaya diri, sehingga siswa tidak
berani menyampaikan pendapatnya di depan kelas. Akar penyebab yang bersumber dari
lingkungan yaitu kurangnya besosialisasi dengan teman ataupun lingkungan sekitar. Hasil
penelitian Putra (2012) tentang NHT menyimpulkan bahwa model pembelajaran tipe NHT
memiliki keunggulan di dalam meningkatkan prestasi belajar matematika. NHT juga mendorong
siswa untuk saling membagikan ide-ide, mempertimbangkan jawaban yang tepat, dan
mendorong mereka untuk meningkatkan semangat kerjasama. Berdasarkan akar penyebab yang
paling dominan tersebut dapat diajukan alternatif tindakan yaitu dengan Numbered Heads
Together (NHT). Menurut Hamdani (2011: 89) Numbered Heads Together adalah metode belajar
dengan cara setiap siswa diberi nomor dan dibuat suatu kelompok, kemudian secara acak , guru
memanggil nomor dari siswa. Ada beberapa keunggulan pada pembelajaran kooperatif tipe NHT
terhadap siswa, diantaranya setiap siswa menjadi siap semua, siswa dapat melakukan diskusi
dengan sungguh-sungguh, siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai
(Hamdani, 2011: 90).

Namun seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih penyebaran


penyalahgunaan narkoba sudah hampir tak bisa dicegah. Mengingat hampir seluruh penduduk
dunia dapat dengan mudah mendapat narkoba dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
Tentu saja hal ini bisa membuat orang tua, organisasi masyarakat, dan pemerintah khawatir.

Upaya pemberantas narkoba pun sudah sering dilakukan, tetapi masih sedikit kemungkinan
untuk menghindarkan narkoba dari kalangan remaja maupun dewasa. Bahkan anak-anak usia SD
dan SMP pun banyak yang terjerumus ke dalam penyalahgunaan narkoba. Hingga saat ini upaya
yang paling efektif untuk mencegah penyalahgunaan narkoba pada anak-anak adalah pendidikan
keluarga. Orang tua diharapkan untuk mengawasi dan mendidik anaknya agar selalu menjauhi
penyalahgunaan narkoba.

Bahkan kehadiran media komunikasi serta perkembangan teknologi komunikasi informasi


yang kian pesat mempermudah penyebaran materi pornografi. Sebuah survei menyatakan bahwa
setiap tahunya ada 72 juta pengunjung website pornografi. Dalam setiap detiknya 28,000
pengguna internet melihat konten pornografi. Dua per tiga para penikmat pornografi di internet
ini adalah laki-laki dan sisanya adalah perempuan. Kelompok usia 12-17 tahun adalah konsumen
terbesar pornografi di internet. Narkolema (Narkoba Lewat Mata) adalah pornografi yang dilihat
oleh seseorang yang memiliki efek kecanduan dan daya rusak sebagaimana pada pengguna
narkotika. Kerusakan yang dialami akibat kecanduan pornografi adalah rusaknya otak bagian
depan (pre frontal cortex/ PFC). Pre Frontal Cortex berfungsi sebagai pusat pertimbangan dan
pengambilan keputusan serta membentuk kepribadian seseorang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas di dalam
makalah tentang Teori Belajar, Motivasi Dan Komunikasi & Bahaya Narkoba, Narkolema dan
Pornografi

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah untuk apa yang dimaksud dengan Teori Belajar,
Motivasi Dan Komunikasi serta mengetahui apa saja bahaya dari Bahaya Narkoba, Narkolema
dan Pornografi.
BAB II

PEMBAHASAN

1.) Teori Belajar, Motivasi Dan Komunikasi

A. Teori Belajar

Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap
telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini,
dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pembelajar, sedangkan respon berupa
reaksi atau tanggapan pembelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses
yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat
diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon. Oleh karena itu
apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pembelajar (respon) harus
dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan
suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.

Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor
penguatan(reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon
akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/ dihilangkan (negative reinforcement)
maka respon juga semakin kuat.

Memasuki abad ke-19 beberapa ahli mengadakan penelitian eksperimental tentang teori
belajar, walaupun pada waktu itu para ahli menggunakan binatang sebagai objek penelitiannya.
Penggunaan binatang sebagai objek penelitian didasarkan pada pemikiran bahwa apabila
binatang yang kecerdasannya dianggap rendah dapat melakukan eksperimen teori belajar, maka
sudah dapat dipastikan bahwa eksperimen itupun dapat berlaku bahkan dapat lebih berhasil pada
manusia, karena manusia lebih cerdas daripada binatang.

Menurut Arden N. Frandsen mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang itu untuk
belajar antara lain sebagai berikut:

1. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas;
2. Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;
3. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman;
4. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik
dengan koperasi maupun dengan kompetensi;
5. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman;
6. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar.
Perkembangan teori belajar secara umum dapat dikelompokkan dalam empat kelompok atau
aliran yaitu Aliran Behavioristik (Tingkah Laku),Aliran Kognitif, Aliran Humanistik dan Aliran
Sibernetik.

Pandangan teori belajar menurut aliran Behavioristik (Tingkah Laku) adalah perubahan
dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.Menurut aliran
Kognitif adalah proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yakni asimilasi, akomodasi
dan equilibrasi (penyeimbangan) menurut Piaget. Menurut aliran Humanistik adalah apa yang
mungkin dikuasai (dipelajari) oleh siswa, tercakup dalam tiga kawasan yaitu kognitif,
psikomotor, afektif menurut Bloom dan Krathowl.Menurut aliran Sibernetik adalah ada dua
macam proses berfikir yaitu berfikiralgoritmik, yaitu berpikir linier, konvergen, lurus menuju ke
suatu target tertentu, berpikirheuristic, yakni cara berpikir divergen, menuju ke beberapa target
sekaligus, menurut Landa.

 Pengertian Belajar

Setiap orang menjadi dewasa karena belajar dan pengalaman selama hidupnya. Belajar pada
umumnya dilakukan seseorang sejak mereka ada di dunia ini. Ada beberapa ahli yang
mendefinisikan istilah belajar dengan beberapa uraian yang tidak sama. Untuk dapat memahami
dan mempunyai gambaran yang luas, berikut ini diberikan beberapa pengertian belajar menurut
beberapa ahli :

1. Whittaker, belajar adalah proses tingkah laku yang ditimbulkan atau diubah melalui
latihan atau pengalaman.
2. Kimble, belajar adalah perubahan relatif permanen dalam potensi bertindak, yang
berlangsung sebagai akibat adanya latihan yang diperkuat.
3. Winkel, belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi
aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap.
4. Sdaffer, belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif menetap, sebagai
hasil pengalaman-pengalaman atau praktik.

Berdasarkan definisi di atas dapat dikatakan bahwa, belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru sebagai pengalaman
individu itu sendiri

Perubahan yang terjadi setelah seseorang melakukan kegiatan belajar dapat berupa
ketrampilan, sikap, pengertian ataupun pengetahuan. Belajar merupakan peristiwa yang terjadi
secara sadar dan disengaja, artinya seseorang yang terlibat dalam peristiwa belajar pada akhirnya
menyadari bahwa ia mempelajari sesuatu, sehingga terjadi perubahan pada dirinya sebagai akibat
dari kegiatan yang disadari dan sengaja dilakukannya tersebut.
 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Belajar merupakan hal yang kompleks. Apabila ini dikaitkan dengan hasil belajar siswa, ada
beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Menurut Suryabrata (1989:142), faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi 3, yaitu: faktor dari dalam, faktor dari
luar dan faktor instrumen.

1. Faktor dari dalam yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar yang berasal dari
siswa yang sedang belajar. Faktor-faktor ini meliputi :
a. Fisiologi, meliputi kondisi jasmaniah secara umum dan kondisi panca indra. Anak
yang segar jasmaninya akan lebih mudah proses belajarnya. Anak-anak yang
kekurangan gizi ternyata kemampuan belajarnya di bawah anak-anak yang tidak
kekurangan gizi, kondisi panca indra yang baik akan memudahkan anak dalam proses
belajar.
b. Kondisi psikologis, yaitu beberapa faktor psikologis utama yang dapat mempengaruhi
proses dan hasil belajar adalah kecerdasan, bakat, minat, motivasi, emosi dan
kemampuan kognitif.
2. Faktor dari luar yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar siswa yang mempengaruhi
proses dan hasil belajar. Faktor-faktor ini meliputi :
a. Lingkungan alami
Lingkungan alami yaitu faktor yang mempengaruhi dalam proses belajar misalnya
keadaan udara, cuaca, waktu, tempat atau gedungnya, alat-alat yang dipakai untuk
belajar seperti alat-alat pelajaran.
b. Lingkungan social
Lingkungan sosial di sini adalah manusia atau sesama manusia, baik manusia itu
ada (kehadirannya) ataupun tidak langsung hadir. Kehadiran orang lain pada waktu
sedang belajar, sering kali mengganggu aktivitas belajar. Dalam lingkungan sosial
yang mempengaruhi belajar siswa ini dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
3. Faktor instrumental adalah faktor yang adanya dan penggunaannya dirancang sesuai
dengan hasil yang diharapkan. Faktor instrumen ini antara lain: kurikulum, struktur
program, sarana dan prasarana, serta guru. Faktor instrumen yang berkaitan dengan
sarana dan prasarana pembelajaran adalah media pembelajaran. Dalam hal ini adalah
media komputer dengan memanfaatkan program animasi SWiSH yang digunakan dalam
pembelajaran Bahasa Jawa.

B. Motivasi

Motivasi berasal dari kata latin, yaitu ”movere” yang artinya dorongan atau daya penggerak.
Menurut Fillmore H. Standford dalam buku Mangkunegara (2017:93) mengatakan bahwa
“motivation as an energizing condition of the organism that services to direct that organism
toward the goal of a certain class” (motivasi sebagai suatu kondisi yang menggerakkan manusia
ke arah suatu tujuan tertentu). Menurut Sardiman (2018:73), motif dapat dikatakan sebagai daya
penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi
mencapai suatu tujuan.

Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan untuk membangkitkan gairah belajar
siswa sehingga kegiatan belajar dapat berjalan dengan baik. Adapun pengertian motivasi belajar
menurut Sardiman (2018:75) adalah “Keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan
memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu
dapat tercapai”.

Uno (2017:23), mengatakan bahwa motivasi belajar merupakan dorongan internal dan
eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada
umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.

Dari beberapa pengertian motivasi belajar menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
motivasi belajar merupakan dorongan yang timbul baik dari dalam maupun dari luar diri siswa,
yang mampu menimbulkan semangat dan kegairahan belajar serta memberikan arah pada
kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai

 Fungsi Motivasi

Motivasi mempunyai fungsi yang sangat penting dalam suatu kegiatan, yang nantinya akan
mempengaruhi kekuatan dari kegiatan tersebut. Dimana motivasi merupakan pendorong
seseorang untuk melakukan suatu kegiatan. Menurut Sardiman (2018:25), fungsi motivasi ada 3
yaitu:

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan
energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang
akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan
demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai
dengan rumusan tujuan.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus
dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan
yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Selanjutnya, Sukmadinata (2011:62), mengatakan bahwa motivasi memiliki 2 fungsi, yaitu:

1. Mengarahkan (directional function)

Dalam mengarahkan kegiatan, motivasi berperan mendekatkan atau menjauhkan


individu dari sasaran yang akan dicapai. Apabila sasaran atau tujuan merupakan sesuatu
yang diinginkan oleh individu, maka motivasi berperan mendekatkan. Sedangkan bila
sasaran tidak diinginkan oleh individu, maka motivasi berperan menjauhi sasaran
a. Mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan (activating and energizing function)

Suatu perbuatan atau kegiatan yang tidak bermotif atau motifnya sangat lemah, akan
dilakukan dengan tidak sungguh-sungguh, tidak terarah dan kemungkinan besar tidak
akan membawa hasil. Sebaliknya apabila motivasinya besar atau kuat, maka akan
dilakukan dengan sungguh- sungguh, terarah dan penuh semangat, sehingga
kemungkinan akan berhasil lebih besar.

Motivasi berfungsi sebagai pendorong seseorang untuk melakukan suatu kegiatan dan
mencapai prestasi. Dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya
motivasi, maka seseorang yang melakukan kegiatan itu akan dapat melahirkan prestasi
yang baik dan sasaran akan tercapai.

 Macam-Macam Motivasi
Motivasi banyak sekali macamnya, karena dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.
Namun penulis hanya akan membahas dari dua macam sudut pandang yaitu motivasi yang
berasal dari dalam pribadi seseorang yang biasa disebut motivasi intrinsik dan motivasi yang
berasal dari luar pribadi seseorang yang biasa disebut motivasi ekstrinsik.
Menurut Tambunan (2015:196), motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik merupakan jenis
motivasi berdasarkan sumbernya. Adapun motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik tersebut
yaitu:
a. Motivasi intrinsik, adalah motivasi yang ditimbulkan dari diri seseorang. Motivasi ini
biasanya timbul karena adanya harapan, tujuan dan keinginan seseorang terhadap sesuatu
sehingga dia memiliki semangat untuk mencapai itu.
b. Motivasi ekstrinsik, adalah sesuatu yang diharapkan akan diperoleh dari luar diri
seseorang. Motivasi ini biasanya dalam bentuk nilai dari suatu materi, misalnya imbalan
dalam bentuk uang atau intensif lainnya yang diperoleh atas suatu upaya yang telah
dilakukan.
Dalam proses belajar, motivasi seseorang tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah
patah untuk mencapai sukses, meskipun dihadang banyak kesulitan. Motivasi juga
ditunjukkan melalui intensitas unjuk kerja dalam melakukan suatu tugas. McClelland
menunjukkan bahwa motivasi berprestasi (achievement motivation) mempunyai kontribusi
sampai 64 persen terhadap prestasi belajar.
Dari berbagai teori motivasi yang berkembang, Keller (1983) telah menyusun seperangkat
prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, yang disebut sebagai
model ARCS, yaitu:
a. Attention (Perhatian)
Perhatian peserta didik muncul karena didorong rasa ingin tahu. Oleh sebab itu, rasa
ingin tahu ini perlu mendapat rangsangan, sehingga peserta didik akan memberikan
perhatian selama proses pembelajaran. Rasa ingin tahu tersebut dapat dirangsang melalui
elemen-elemen yang baru, aneh, lain dengan yang sudah ada, kontradiktif atau kompleks.
Apabila elemen-elemen tersebut dimasukkan dalam rencana pembelajaran, hal ini dapat
menstimulus rasa ingin tahu peserta didik. Namun, perlu diperhatikan agar tidak
memberikan stimulus yang berlebihan, untuk menjaga efektifitasnya.
b. Relevance (Relevansi)
Relevansi menunjukkan adanya hubungan materi pembelajaran dengan kebutuhan dan
kondisi peserta didik. Motivasi peserta didik akan terpelihara apabila mereka
menganggap bahwa apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi atau bermanfaat
dan sesuai dengan nilai yang dipegang.
Kebutuhan pribadi (basic need) dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu motif
pribadi, motif instrumental dan motif kultural. Motif nilai pribadi (personal motif value),
menurut McClelland mencakup tiga hal, yaitu (1) kebutuhan untuk berprestasi (needs for
achievement), (2) kebutuhan untuk berkuasa (needs for power), dan (3) kebutuhan untuk
berafiliasi (needs for affiliation).
Sementara nilai yang bersifat instrumental, yaitu keberhasilan dalam mengerjakan
suatu tugas dianggapm sebagai langkah untuk mnecapai keberhasilan lebih lanjut.
Sedangkan niali kultural yaitu apabila tujuan yang ingin dicapai konsisten atau sesuai
dengan nilai yang dipegang oleh kelpmpok yang diacu peserta didik, seperti orang tua,
teman, dan sebagainya.
c. Confidence (Percaya diri)
Merasa diri kompeten atau mampu, merupakan potensi untuk dapat berinteraksi secara
positif dengan lingkungan. Prinsip yang berlaku dalam hal ini adalah bahwa motivasi
akan meningkat sejalan dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. Harapan ini
seringkali dipengaruhi oleh pengalaman sukses di masa lampau. Motivasi dapat
memberikan ketekunan untuk membawa keberhasilan (prestasi), dan selanjutnya
pengalaman sukses tersebut akan memotivasi untuk mengerjakan tugas berikutnya.
d. Satisfaction (Kepuasan)
Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan. Kepuasan
karena mencapai tujuan dipengaruhi oleh konsekuensi yang diterima, baik yang berasal
dari dalam maupun luar individu. Untuk meningkatkan dan memelihara motivasi peserta
didik, dapat menggunakan pemberian penguatan (reinforcement) berupa pujian,
pemberian kesempatan, dan lain sebagainya.

 Peran Guru Dalam Membangkitkan Motivasi Belajar


Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di
dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.
Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Adapun menurut Mc.
Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya
"feeling" dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang
dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni
motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan
dirangsang karena adanya tujuan.
Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan
dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam
kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi
dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Motivasi ada dua, yaitu motivasi
Intrinsik dan motivasi ektrinsik.
1. Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan
dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
2. Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu,
apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan
demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.
Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah
bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang
demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin
tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada
disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya. Lain halnya bagi
siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan
dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi
peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar. Ada beberapa strategi yang bisa digunakan
oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:
1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik. Pada permulaan belajar mengajar
seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan
Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka
makin besar pula motivasi dalam belajar.
2. Hadiah. Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu
semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang
belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
3. Saingan/kompetisi. Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya
untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi
yang telah dicapai sebelumnya.
4. Pujian. Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan
atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
5. Hukuman. Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses
belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau
merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik
8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
9. Menggunakan metode yang bervariasi, dan
10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran
C. Komunikasi
Keith Davis dalam Mangkunegara (2017:145), mengemukakan bahwa “communication is the
transfer of information and understanding from one person to another person” (komunikasi
adalah pemindahan informasi dan pemahaman dari seseorang kepada orang lain).
Menurut John R. Schermerhorn dalam Tambunan (2015:255), mendefinisikan komunikasi
sebagai proses interpersonal untuk mengirimkan dan menerima simbol-simbol dengan pesan di
dalamnya. Bila dilihat dari beberapa pengertian komunikasi menurut para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian informasi atau pesan dari satu
orang kepada orang lain.
 Fungsi Komunikasi

Komunikasi merupakan hal sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanpa adanya
komunikasi, segala sesuatunya tidak akan berjalan dengan baik dan tujuan yang diharapkan pun
tidak akan tercapai. Robbins dalam Tambunan (2015:257), menyebutkan bahwa komunikasi
menjalankan empat fungsi utama didalam suatu kelompok atau organisasi, yaitu:

1. Kendali (kontrol, pengawasan), artinya komunikasi bertindak untuk mengendalikan


perilaku anggota dalam beberapa cara;
2. Motivasi, artinya komunikasi membantu perkembangan motivasi dengan menjelaskan
kepada karyawan apa yang harus dilakukan, bagaimana mereka bekerja baik dan apa
yang dapat dikerjakan untuk memperbaiki kinerja jika itu dibawah standar;
3. Pengungkapan emosional, artinya komunikasi menyiarkan ungkapan emosional dari
perasaan dan pemenuhan kebutuhan sosial. Komunikasi yang terjadi didalam kelompok
merupakan mekanisme fundamental dengan mana anggota-anggota menunjukkan
kekecewaan dan rasa puas mereka;
4. Informasi, artinya komunikasi berhubungan dengan perannya dalam mempermudah
pengambilan keputusan. Komunikasi memberikan informasi yang diperlukan individu
dan kelompok untuk mengambil keputusan dengan meneruskan data guna mengenali dan
menilai pilihan- pilihan alternatif.

Sedangkan, fungsi komunikasi menurut Effendy (2017:8), yaitu:

1. Menyampaikan informasi (to inform)


Komunikasi dapat menyampaikan informasi dari seseorang kepada orang lain mengenai
berbagai peristiwa yang terjadi, ide dan segala sesuatu hal yang perlu diinformasikan.
2. Mendidik (to educate)
Komunikasi merupakan sarana pendidikan. Dengan adanya komunikasi, seseorang
menyampaikan ide dan pikirannya, sehingga orang lain dapat mengetahui berbagai hal
dan ilmu pengetahuan.
3. Menghibur (to entertain)
Komunikasi juga berfungsi untuk memberikan hiburan atau menghibur orang lain.
4. Mempengaruhi (to influence)
Komunikasi dapat mempengaruhi setiap individu yang saling berkomunikasi untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu, merubah sikap dan perilaku orang lain agar
sesuai dengan yang diharapkan.

Fungsi dari komunikasi yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa komunikasi berfungsi sebagai pemberi informasi dari seseorang kepada orang lain,
mengontrol perilaku orang lain, memotivasi dan mempengaruhi orang lain untuk bersikap dan
berperilaku sesuai yang diharapkan serta sebagai pengambil keputusan agar kita melakukan atau
tidak melakukan sesuatu hal.

 Tujuan Komunikasi

Wexley dan Yukl dalam Tambunan (2015:258), mengatakan bahwa tujuan komunikasi adalah
memberikan keterangan tentang sesuatu kepada penerima, mempengaruhi sikap penerima,
memberikan dukungan psikologis kepada penerima, atau mempengaruhi perilaku penerima
(misalnya: meminta informasi, keluhan terhadap suatu pesan, atau untuk dukungan psikologis.

Adapun Menurut R Wayne Pace, Brent D, Peterson dan M Dallas Burnet, dalam Effendy
(2017:32), techniques for effective communication, menyatakan bahwa tujuan sentral
komunikasi terdiri dari tiga tujuan utama yaitu:

a. To secure understanding

b. To establish acceptance

c. To motivate action

Maksudnya adalah to serve understanding, memastikan bahwa komunikasi mengerti pesan


yang diterimanya. Jika ia sudah dapat mengerti dan menerima, maka penerimya itu harus dibina
(To establish acceptance), sehingga pada akhirnya ia dimotivasi untuk melakukan suatu
kegiatan.

Dari penjelasan para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari adanya komunikasi
yaitu memberikan informasi dan arahan kepada orang lain hingga informasi diberikan dapat
diketahui dan dipahami, sehingga orang yang menerima informasi tersebut dapat termotivasi
untuk melakukan suatu kegiatan.

 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi

Dalam berkomunikasi tentunya tidak selamanya berjalan dengan baik. Setiap kegiatan
komunikasi manusia pasti berlangsung dalam konteks tertentu. Konteks komunikasi, seperti yang
dikemukakan Mulyana dalam Iriantara (2014:5) adalah semua faktor yang berada di luar orang
yang berkomunikasi. Faktor-faktor tersebut dikelompokkan menjadi:

a. Fisik. Seperti cuaca, suhu, udara dan warna dinding

b. Psikologis. Seperti sikap, kecenderungan dan prasangka.

c. Sosial. Seperti norma kelompok dan nilai sosial

d. Waktu, yaitu saat komunikasi dilakukan.

Sedangkan menurut David K. Berlo masih dalam Iriantara (2014:5), terdapat sejumlah faktor
yang memengaruhi komunikasi manusia yang satu diantaranya adalah keterampilan
berkomunikasi. Pemilikan keterampilan berkomunikasi membuat kita bisa berkomunikasi secara
efektif.

 Hambatan Komunikasi

Secara umum, hambatan dalam berkomunikasi selalu bersumber dari pribadi itu sendiri.
Kemampuan seseorang dalam berkomunikasi, menentukan pesan yang disampaikan dapat
diterima dan dimengerti oleh orang yang menerima pesan. Adapun hambatan-hambatan
komunikasi yang ditemui dalam proses belajar mengajar menurut Asnawir dan Usman dalam
skripsi Luqman Haqi (2015:19) adalah:

a. Verbalistik, dimana guru menerangkan pelajaran hanya melalui kata-kata atau secara
lisan. Disini yang aktif hanya guru, sedangkan siswa lebih banyak bersikap pasif dan
komunikasi bersifat satu arah.
b. Perhatian yang bercabang, yaitu perhatian siswa yang tidak terpusat pada informasi yang
disampaikan guru, tetapi bercabang perhatian lain.
c. Tidak ada tanggapan, yaitu siswa tidak merespon secara aktif apa yang disampaikan oleh
guru, sehingga tidak terbentuk sikap yang diperlukan.
d. Kurang perhatian, disebabkan prosedur dan metode pembelajaran yang kurang bervariasi,
sehingga penyampaian informasi monoron dan menyebabkan siswa menjadi bosan.
e. Sikap pasif siswa, yaitu tidak bergairahnya siswa dalam mengikuti pelajaran disebabkan
kesalahan memilih teknik komunikasi.

 Kemampuan Berkomunikasi Guru

Keberhasilan proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh faktor guru. Tugas guru adalah
menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa melalui interaksi komunikasi dalam proses
pembelajarannya. Keberhasilan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran tergantung dari
kelancaran interaksi komunikasi antara guru dengan siswa.
Adapun yang dimaksud dengan kemampuan berkomunikasi guru yaitu kemampuan seorang
guru dalam menyampaikan informasi pembelajaran, tidak hanya penyampaian materi pelajaran
saja, tetapi memberi pengarahan serta memberi motivasi yang dilakukan guru kepada siswa
sehingga menciptakan iklim kondusif dalam kegiatan pembelajaran.

Menurut Sukmadinata (2011:259), agar dapat berkomunikasi yang baik guru perlu memiliki
kemampuan sebagai berikut.

a. Kemampuan berbahasa yang baik

Guru perlu memiliki kekayaan bahasa dan kosa kata yang cukup banyak, sebab dengan
menggunakan kata-kata tertentu saja siswa belum dapat memahami maknanya sehingga
membutuhkan kata-kata lain. Tinggi rendahnya nada suara dan keras lemahnya bicara juga
sangat penting dalam berkomunikasi dengan bahasa ini.

b. Berpenampilan yang baik

Guru hendaknya mengusahakan penampilan yang moderat, dengan memperlihatkan sikap


bersahabat, keramahan, keterbukaan, kesediaan untuk membantu dan lain-lain. Penampilan
kepribadian tidak semata- mata ditentukan oleh aspek fisik, tetapi keharmonisan antara aspek
fisik dan psikis.

c. Penguasaan guru akan bahan yang akan diajarkan

Guru yang tidak menguasai bahan ajar, tidak akan lancar dalam menyampaikan pelajaran
bahkan mungkin banyak berbuat kekeliruan. Kekakuan dan kekeliruan yang diperlihatkan guru
akan menyebabkan kegelisahan pada siswa, yang pada akhirnya menyebabkan kurangnya
perhatian siswa, kurangnya penghargaan baik pada pelajaran maupun pada guru itu sendiri.

d. Penguasaan cara mengajar

Banyak cara atau metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru. Cara mana yang
paling baik digunakan, disesuaikan dengan kondisi dan situasi sekolah serta siswa itu sendiri.
Penggunaan metode pembelajaran yang tepat dan dengan prosedur yang tepat dapat
mempengaruhi perhatian siswa dan memotivasi belajar siswa.
2.) Bahaya Narkoba, Narkolema dan Pornografi

A. Narkoba

Narkoba adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya/obat berbahaya
yang jika dimasukkan ke dalam tubuh manusia, baik melalui cara dihirup maupun dengan cara
disuntikkan, dapat mengubah pikiran, suasana hati, atau perasaan dan perilaku seseorang. WHO
(1982) mendefinisikan narkoba sebagai “Semua zat kecuali makanan, air atau oksigen yang jika
dimasukkan ke dalam tubuh dapat mengubah fungsi tubuh secara fisik dan atau psikologis”.

1. Pengertian Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan menimbulkan ketergantungan.

2. Pengertian Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

3. Pengertian Zat Adiktif Lainnya/Obat Berbahaya

Zat adiktif lainnya/obat berbahaya adalah bahan lain dan obat bukan narkotika atau
psikotropika yang penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan, yakni keinginan
menggunakan kembali secara terus menerus. Apabila dihentikan akan timbul efek putus zat, di
antaranya rasa sakit atau lelah yang luar biasa.

 Gejala Awal Pecandu Narkoba


 Gejala Fisik
1. Berat badan turun drastis.
2. Mata cekung dan merah, muka pucat, dan bibir kehitaman.
3. Buang air besar dan air kecil kurang lancar.
4. Sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas.
5. Tanda berbintik merah seperti bekas gigitan nyamuk dan ada bekas luka sayatan.
6. Terdapat perubahan warna kulit di tempat bekas suntikan.
7. Mengeluarkan air mata yang berlebihan.
8. Mengeluarkan keringat yang berlebihan.
9. Kepala sering nyeri dan persendian ngilu.
10. Banyaknya lendir dari hidung, diare, dan bulu kuduk berdiri.
11. Sukar tidur dan sering menguap.
 Perubahan Perilaku
1. Hilangnya minat bergaul dan olahraga.
2. Mengabaikan perawatan dan kerapian diri.
3. Disiplin pribadi mengendur.
4. Suka menyendiri dan menghindar dari perhatian orang lain.
5. Cepat tersinggung dan cepat marah.
6. Berlaku curang, tidak jujur, dan menghindar dari tanggung jawab.
7. Selalu menghindari cahaya matahari atau sinar yang terang, terkadang disiasati dengan
memakai kacamata hitam tidak pada waktunya.
8. Menutupi lengan dengan mengenakan kemeja lengan panjang.
9. Sering berlama-lama di tempat yang tak biasa, kamar mandi, WC, gudang, kamar, dll.
10. Suka mencuri barang di rumah.
11. Prestasi sekolah atau kerja menurun.

 Bahaya Penyalahgunaan Narkoba

Penggunaan salah satu atau beberapa jenis narkoba, yang dilakukan secara berkala di luar
tujuan pengobatan dan penelitian, dapat menimbulkan gangguan kesehatan jasmani, jiwa
(mental), dan fungsi sosial.

1. Bahaya Terhadap Fisik

a. Kerusakan Fungsi Sistim Syaraf Pusat (Otak)

Otak adalah bagian terpenting dalam sistem syaraf pusat sehingga otak dilindungi oleh tulang
tengkorak yang sangat kuat. Waspadalah penyalahgunaan narkoba dapat merusak dan
membahayakan jaringan fungsi sistem syaraf pusat (otak). Otak terbuat dari bahan yang sangat
halus dan lunak, di mana dilakukan milyaran pesan-pesan elektronik yang menggerakkan seluruh
tubuh dan mengendalikan berbagai fungsi penting seperti jantung, paru-paru, kelenjar hormon,
dan pencernaan.

Di samping itu, juga terdapat kemampuan berbahasa, melakukan berbagai pemecahan


masalah secara logis/rasional mengenai berbagai cita rasa benda dan cairan yang masuk ke
dalam mulut dan menyentuh lidah, mengenali berbagai jenis bebauan dari gas atau udara yang
masuk ke rongga hidung, mengingat sesuatu yang pernah dipelajari dan ribuan fungsi lainnya.

Karena itu, sistem syaraf pusat (otak) adalah bagian tubuh yang memberi “hidup” pada kita
yang harus kita jaga dengan sangat hati-hati. Penggunaan narkoba sangat membahayakan fungsi
sistem syaraf pusat. Maka harus dicegah sedini mungkin dengan menjauhi narkoba.

b. Terjadi Infeksi Akut Otot Jantung dan Gangguan Peredaran Darah


Jantung sebagai alat hidup tubuh kita, setiap detik memompakan darah ke seluruh tubuh kita.
Terganggunya alat pompa darah kita karena narkoba berarti fungsi kesehatan, kekebalan tubuh
kita sedikit demi sedikit akan hilang dan rusak.

c. Penularan Penyakit

Para pengguna narkoba terbiasa menggunakan satu jarum suntik beberapa kali dan
bergantian dengan temannya hal ini sangat berbahaya karena dapat menularkan penyakit seperti
HIV/AID.

d. Gangguan pada Paru-paru

Penggunaan narkoba dapat mempengaruhi paru-paru, sehingga penyakit yang berhubungan


dengan pernafasan seperti TBC, sukar bernapas, sesak napas, dan penyakit-penyakit paru-paru
lainnya sering diderita oleh pengguna narkoba.

e. Mengganggu Kinerja Saluran Cerna pada Lambung dan Usus Besar

Kinerja saluran cerna pada lambung dan usus besar terganggu, hal ini mengakibatkan susah
buang air besar.

2. Bahaya Terhadap Kejiwaan

Dalam kehidupan sosial, remaja diharapkan untuk mampu menyesuaikan diri secara positif
dan konstruktif dengan lingkungannya, dan berkomunikasi secara efektif. Perasaan rendah diri di
dalam pergaulan harus dihilangkan dan ditumbuhkan sikap saling menghargai. Selain itu pula,
remaja harus dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang boleh
dan tidak boleh dilakukan. Bagi remaja pemakai narkoba, hal ini akan sulit dilakukan karena
mereka akan memiliki kecenderungan untuk:

1. Bersikap labil;
2. Cepat memberontak;
3. Introvert dan penuh rahasia;
4. Sering berbohong dan suka mencuri;
5. Menjadi sensitif, kasar, dan tidak sopan;
6. Memiliki kecurigaan yang sama terhadap semua orang;
7. Menjadi malas dan prestasi belajar menurun;
8. Akal sehat tidak berperan dan berpikir irasional.

Pada saat remaja mengalami “intoksikasi” atau teler, apa pun akan dilakukannya tanpa
memperhitungkan dengan akal sehat akibat-akibat negatif dari perbuatannya tersebut, yang
penting kebutuhannya saat ini terpenuhi walaupun harus melakukan jalan pintas. Dalam
mengamati perilaku remaja pemakai narkoba, sulit bagi orang tua dan guru untuk menentukan
secara pasti apakah perilaku yang ditampilkan saat ini merupakan sebab atau akibat, karena
biasanya muncul secara bersamaan.

3. Bahaya Terhadap Lingkungan

Dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, termasuk juga dalam lingkungan sekolah, banyak
dijumpai remaja yang hanya menjadi pemakai narkoba, pengedar ataupun kedua-duanya, sebagai
pengedar dan juga sebagai pemakai.

a. Bahaya Terhadap Lingkungan Keluarga

1. Akan mengganggu keharmonisan keluarga;

2. Merongrong keluarga;

3. Membuat aib keluarga;

4. Hilangnya harapan keluarga.

b. Bahaya Terhadap Lingkungan Sekolah

Di lingkungan sekolah sangat dikhawatirkan pecandu narkoba akan mempengaruhi yang lain.
Biasanya para siswa sulit untuk menolak ataupun mengatakan tidak kepada teman yang
menawarkan, apalagi kalau yang bersangkutan adalah teman baiknya atau anggota kelompoknya.
Hal ini akan berakibat munculnya keresahan-keresahan yang mempengaruhi proses belajar
mengajar dan relasi antar teman. Tidak menutup kemungkinan, karena merasa terancam, siswa
tertentu memilih untuk pindah sekolah.

c. Bahaya Terhadap Lingkungan Masyarakat

Dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas, banyak dijumpai ulah para pengedar dan
pemakai narkoba yang meresahkan. Mereka tidak segan- segan untuk melakukan tindak kriminal
seperti menodong, mencopet, merampok, dan mencuri hanya semata-mata untuk mendapatkan
narkoba. Bagi mereka yang sudah sampai pada tingkat ketergantungan yang tinggi, apa pun
risikonya tidak diperhitungkan lagi, yang penting mendapatkan narkoba.

E. Upaya Menghindari Penyalahgunaan Narkoba

1. Pererat Diri Dengan Keimanan dan Ketakwaan Serta Berbudi Pekerti Luhur

Aktif mengikuti kegiatan keagamaan baik di sekolah, di rumah, maupun di lingkungan


masyarakat diharapkan dapat membentuk pribadi yang beriman dan bertakwa. Pribadi yang
beriman dan bertakwa merupakan pribadi yang tangguh dan paling aman dari bahaya narkoba.

2. Membiasakan Diri Berpola Hidup Sehat


Membiasakan diri berpola hidup sehat dapat mendorong untuk mencegah penyalahgunaan
narkoba. Kegiatan hidup sehari-hari yang teratur dari mulai bangun pagi, mandi, ibadah, makan
dengan menu sehat, pergi ke sekolah, olahraga atau bermain, belajar di rumah, tidur dengan
teratur, dan sebagainya akan dapat menangkal gangguan penyalahgunaan narkoba. Jiwa yang
sehat tercermin pada kepribadian yang sehat.

3. Menolak Bujukan atau Ajakan

Tolaklah bujukan teman atau siapa pun juga yang menawarkan narkoba walaupun sekedar
coba-coba. Ingat akibat penyalahgunaan narkoba bagi kesehatan jasmani dan rohani kita, masa
depan sekolah kita, ekonomi keluarga, dan masa depan bangsa kita.

4. Belajar dengan Sungguh-sungguh

Berprestasi akan mempermudah langkah kita menuju cita-cita masa depan yang gemilang.
Jangan biarkan cita-cita yang kita harapkan lepas gara-gara narkoba. Berusaha menjadi yang
terbaik atau menjadi pilihan dan berprestasi di berbagai kegiatan sekolah adalah sesuatu yang
mungkin dan bisa terjadi kalau betul-betul kita lakukan dengan sepenuh hati.

Untuk itu ketekunan, kesabaran, penuh disiplin, dan bekerja keras dalam belajar serta
mencontoh teladan yang baik dari pengalaman teman, guru, orang tua, para tokoh masyarakat
dan tokoh-tokoh terkenal lainnya akan membantu kita menjadi orang berprestasi. Kesungguhan
mengejar cita-cita dan harapan masa depan akan menutup jalan berkeinginan untuk berbuat yang
tidak bermanfaat, seperti terpengaruh ajakan penyalahgunaan narkoba dan lain-lain.

5. Mengisi Waktu Luang dengan Kegiatan yang Lebih Bermanfaat

Turut aktif mengisi waktu luang dengan kegiatan yang lebih bermanfaat melalui kelompok
pengembangan minat bakat. Hal ini dapat membantu menekan keinginan pada hal-hal yang tidak
berguna seperti: tawuran antar pelajar, penyalahgunaan narkoba, dan sebagainya. Pengembangan
minat dan bakat yang dimiliki dalam bidang kegiatan tertentu seperti kepemimpinan,
keterampilan, teknologi dan ilmu pengetahuan, olahraga, kesenian, dan bakat minat lainnya
merupakan kegiatan yang bermanfaat, efektif, dan efisien membantu tercapainya hasil
pembelajaran di sekolah maupun dalam lingkup kampus.

6. Hindari Tindakan yang Tidak Bermanfaat

Mempertimbangkan terlebih dahulu untung dan ruginya bagi diri dan lingkungan sebelum
bertindak merupakan wujud kesadaran Anda dalam memperjuangkan keberhasilan belajar.
Hindari tindakan yang tidak bermanfaat seperti tawuran antarpeserta didik, corat-coret di
sembarang tempat, mencegat kendaraan umum dengan kekerasan, dan sebagainya. Hilangkan
sifat-sifat saling membenci, saling hina menghina sesama kawan dan teman. Jadikanlah teman
pelajar sebagai saudara kita berjuang dalam belajar dan modal persatuan dan kesatuan demi masa
depan bangsa.
B. NARKOLEMA

Narkolema kepanjangan dari Narkotika Lewat Mata alias pornografi. Narkolema adalah
pornografi yang kita lihat baik gambar, alur cerita, foto, maupun video yang melanggar norma-
norma kesusilaan. Di sebut narkotika lewat mata karena pornografi membuat seseorang itu
kecanduan seperti dampak menggunakan narkoba dan memiliki dampak yang buruk bagi
kesehatan mental serta kerusakan bagian otak.

Menurut american psychological (2005) ada 7 level atau derajat orang yang ketergantungan
terhadap pornografi.

1. Level 1, apabila dalam satu tahun terpapar 1 – 2 kali pornografi dengan paparan yang
ringan. Contohnya saaat kita hendak membrowsing sesuatu namun yang muncul lintasan-
lintasan iklan yang berbau pornografi dan kita melihatnya.
2. Level 2, dalam satu tahun terpapar 2 – 6 kali terpapar pornografi dan dengan fantasi yang
ringan.
3. Level 3, tiap bulan sudah terpapar pornografi dan sudah mulai ada rasa bersalah dalam
hati.
4. Level 4, biasanya sudah mengganggu pekerjaan sehari-hari. Orang yang terpapar di level
4 biasanya dalam satu bulan bisa melakukan beberapa kali mengakses situs pornografi.
5. Level 5, hampir tiap minggu sudah tepapar pornografi dan sudah ada efek – efek gejala
penuruna fungsi PFC pada otak. Seperti seseorang berada di level 5 ini biasanya sudah
tidak logis, mudah marah bila di peringati, tidak sabaran, lebih suka menyendiri atau
mengunci diri, turunnya daya ingat dan konsentrasi, kurang berempati/ melupakan
pekerjaan baik-baik.
6. Level 6, hari-harinya sudah menonton pornografi. Bercandaannya, gaya bicaranya
semuanya di kait-kaitkan dengan pornografi. Sudah mulai menimbulkan masalah dalam
kehidupannya
7. Level 7, orang yang berada di level 7 merasa putus asa jika tidak melihat pornografi atau
konten-konten yang berbau pornografi.

 Bahaya NARKOLEMA

Narkolema ini tidak bisa di anggap ringan karena jika seseorang sudah kecanduan
pornografi dapat merusak 5 bagian otak terutama bagian otak PFC (pre frontal cortec).
Bagian otak ini berada di paling depan otak manusia dekat tulang dahi. Fungsi PFC ini
sendiri adalah sebagai managernya otak, pusat logika yang membandingkan hal baik dan
buruk, mengontrol emosi, mengambil keputusan, konsentrasi, merencanakan masa depan,
maupun empati kepada sesama. PFC ini juga bagian otak yang berfungsi membedakan
pemikiran atau perilaku manusia dengan hewan.
Kerusakan otak akibat narkolema sendiri akan mengakibatkan seseorang mudah bosan,
merasa sendiri, temperamental, marah, tertekan dan lelah. Selain itu jika narkolema
menyerang anak-anak, dampak nya adalah penurunan prestasi akademik dan kemampuan
belajar serta kurangnya pengambilan keputusan.

Apakah narkolema dapat di sembuhkan? Jawabannya bisa jika ada kemauan dan keinginan
berubah menjadi yang baik. Selain itu beberapa cara dapat di lakukan seperti rehabilitasi /
prikoterapi, konseling keluarga, terapi psikodinamik, CBT, Hipnoterapi. Memperdalam
keagamaan dan menyibukan diri sendiri dengan kegiatan yang positif dan bermanfaat adalah
cara awal yang dapat di lakukan untuk terbebas dari kecanduan pornografi.

Sesuai dengan kepanjangannya, narkolema bisa dikatakan sebagai pornografi yang dilihat oleh
seseorang dan memiliki efek kecanduan dan daya rusak sebagaimana yang ada pada pengguna
narkotika. Tingkat akses konten pornografi di negeri ini dari tahun ke tahun semakin meresahkan
dan memprihatinkan.

Menurut data dari berbagai macam sumber, Indonesia merupakan salah satu negara pengakses
konten pornografi terbesar via internet di dunia, bahkan hasil analisis Google mengatakan jumlah
pengakses konten pornografi di Indonesia tidak jauh berbeda dengan negara Amerika Serikat,
padahal Amerika serikat sendiri adalah negara dengan peringkat pertama pengakses konten
pornografi. Hal yang lebih memprihatinkan dari semua itu adalah bahwa sebagian besar
pengakses situs porno adalah anak-anak dan remaja di bawah umur.

Perlu kita ketahui, narkolema memiliki efek yang sangat berbahaya bagi otak dan pikiran kita.
Kementerian Sosial sendiri sebenarnya sudah memberikan edukasi kepada masyarakat luas
mengenai bahaya pornografi melalui sebuah video berdurasi singkat. Dalam video tersebut,
dijelaskan bahwa tepat pada bagian dahi manusia, terdapat bagian otak yang paling istimewa,
yang disebut dengan Pre Frontal Cortex (PFC).

Menurut peneliti otak Jordan Grafman, PFC ini hanya ada pada otak manusia dan memiliki
fungsi yang sangat penting bagi manusia, misalnya untuk berkonsentrasi, memahami benar dan
salah, mengendalikan diri, berpikir kritis, dan juga untuk merencanakan masa depan. PFC adalah
pusat pertimbangan dan pengambilan keputusan, dan PFC ini juga yang membentuk kepribadian
seseorang.

Namun, PFC ini adalah bagian pada otak yang paling mudah mengalami kerusakan, dan jika
PFC ini rusak maka kepribadian seseorang bisa berubah. Rusaknya PFC ini bisa diakibatkan oleh
benturan fisik dan juga zat kimia, seperti narkotika, psikotropika, dan zat aditif (NAPZA). Selain
itu, hal yang paling merusak PFC ternyata adalah pornografi. Lalu bagaimana pornografi ini bisa
mempengaruhi otak dan pikiran kita.

Misalnya saja seorang anak yang baru pertama kali melihat pornografi karena rasa penasaran
dan coba-coba, pada awalnya ia akan merasa kaget dan jijik dengan apa yang ia lihat, hal ini
karena sistem limbik di otak menjadi aktif. Sistem limbik ini bertugas mengatur emosi,
keinginan makan dan minum, dan juga keinginan untuk berhubungan seksual.

Sistem limbik ini kemudin mengaktifkan zat kimia otak bernama dopamin dimana zat
dopamin ini memberikan rasa senang dan juga kecanduan. Zat ini juga akan aktif jika seseorang
mengkonsumsi NAPZA. Oleh karena itu, sifat candu pornografi sama dengan sifat candu pada
NAPZA.

Dengan banyaknya jumlah pengakses konten pornografi di negeri ini yang sebagian besar
berasal dari anak-anak dibawah umur dan juga mengingat dampak yang ditimbulkan dari
pornografi ini sangat berbahaya bagi otak, maka hal ini sudah seharusnya menjadi perhatian
serius bagi pemerintah.

Narkolema tidak kalah bahayanya dengan narkotika dan sejenisnya, bahkan justru lebih
berbahaya. Bahaya dari narkolema ini tidak hanya berdampak pada pecandu pornogarfi itu
sendiri, namun juga berdampak pada lingkungan sekitarnya.

Sangat sering kita lihat di berbagai macam pemberitaan media mengenai kasus yang berkaitan
dengan pemerkosaan, pencabulan, beredarnya video mesum di kalangan pelajar, dan juga kasus-
kasus lainnya yang disebabkan oleh pornografi. Jika tidak ditangani dengan serius, maka hal ini
bisa menghancurkan masa depan bangsa ini.

C. Pornografi

Pornografi memang sering dipersepsikan dengan cara yang beragam. Interpretasi pornografi
diberi batasan yang berbeda-beda. Orang bebas mengartikan pornografi dengan cara yang tidak
sama. Ada pihak yang memandang pornografi sebagai seks (berupa tampilan gambar,aksi
maupun teks), namun ada juga pihak yang memandang pornografi sebagai seni/art (berupa cara
berbusana, gerakan, mimik, gaya, cara bicara, atau teks yang menyertai suatu tampilan).

Namun jika dilihat dari asal katanya, sesungguhnya Pornografi berasal dari kata Yunani yaitu
“porne” yang berarti pelacur dan “grape” yang berarti tulisan atau gambar. Jadi pengertian
pornografi sebenarnya lebih menunjuk pada segala karya baik yang dituangkan dalam bentuk
tulisan atau lukisan yang menggambarkan pelacur (Burhan Bungin, 2003:54). Batasan pornografi
dirumuskan secara berbeda oleh Tukan yang membatasi pornografi sebagai penyajian seks
secara terisolir dalam bentuk tulisan, gambar, foto, film, video kaset, pertunjukkan, pementasan
dan ucapan dengan maksud merangsang nafsu birahi. Sedangkan menurut Tong, pornografi
merupakan propaganda patriarchal yang menekankan perempuan adalah milik, pelayan, asisten
dan mainan laki-laki. Andrea Drowkin berpandangan pornografi adalah sebuah industri yang
menjual perempuan, pornografi adalah bentuk kekerasan terhadap perempuan, pornografi
menyebarkan kekerasan terhadap perempuan, pornografi mendehumanisasi seluruh perempuan
dan pornografi menggunakan rasisme dan anti semitisme untuk menyebarkan pelecehan seksual.
Disini unsur media menjadi suatu patokan utama berkait dengan batasan pornografi tersebut.
Media yang dimaksud dapat dikelompokkan dalam 3 (tiga ) kelompok besar yaitu :

1. Media audio (dengar). Yang termasuk dalam kategori ini diantaranya siaran radio, kaset,
CD, telepon, ragam media audio lain yang dapat diakses di internet.
a. lagu-lagu yang mengandung lirik mesum, lagu-lagu yangmengandung bunyi-bunyian
atau suara-suara yang dapat diasosiasikan dengan kegiatan seksual;
b. program radio dimana penyiar atau pendengar berbicara dengan gaya mesum
c. jasa layanan pembicaraan tentang seks melalui telepon (party line) dan sebagainya
(Burhan Bungin, 2003:154).
2. Media audio-visual (pandang-dengar) seperti program televisi, film layar lebar, video,
laser disc, VCD, DVD, game komputer, atau ragammedia audio visual lain yang dapat
diakses di internet.
a. film-film yang mengandung adegan seks atau menampilkan artis yang tampil dengan
pakaian minim atau tidak (seolah-olah) tidak berpakaian
b. adegan pertunjukkan musik dimana penyanyi, musisi atau penari latar, hadir dengan
tampilan dan gerak yang membangkitkan syahwat penonton
3. Media visual (pandang) seperti koran, majalah, tabloid, buku (karyasastra, nove popular,
buku non-fiksi) komik, iklan billboard, lukisan,foto atau bahkan media permainan seperti
kartu:
a. berita, cerita atau artikel yang menggambarkan aktivitas seks secara terperinci atau
yang memang dibuat dengan cara yang demikian rupa untuk merangsang hasrat
seksual pembaca.
b. gambar, foto adegan seks atau artis yang tampil dengan gaya yang dapat
membangkitkan daya tarik seksual
c. fiksi atau komik yang mengisahkan atau menggambarkan adegan seks dengan cara
yang sedemikian rupa sehingga membangkitkan hasrat seksual (Burhan Bungin,
2003:154). Oleh karenanya jika pornografi diberi batasan sebagai sesuatu yang
mengandung unsur seksualitas, erotika atau sejenisnya yang ditampilkan melalui
media, maka segala sesuatu perilaku atau tampilan yang dianggap dapat
membangkitkan hasrat seksual namun tidak tampil dalam media baik audio maupun
visual tertentu, tidak dapat disebut sebagai pornografi.

Konsep pornografi menurut Undang–Undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers menyebutkan
dalam Pasal 13 huruf a bahwa perusahaan pers dilarang memuat iklan yang berakibat
merendahkan martabat suatu agama dan atau menganggu kerukunan hidup antar umat beragama,
serta bertentangan dengan rasa kesusilaan masyarakat. Disini format yang digunakan sebagai
batasan adalah rasa kesusilaan masyarakat tanpa merinci apa yang dimaksud dan cakupan
rasakesusilaan meliputi hal apa saja. Dengan demikian sama halnya dengan KUHPidana,
Undang-Undang Pers juga tidak cukup menjelaskan apa yang dimaksud dengan pornografi
tersebut.
 Bahaya Pornografi

1. Kecanduan

Berbagai konten pornografi yang muncul melalui iklan, media sosial, games, film, video klip,
ataupun tontonan di atas awalnya akan membangkitkan rasa penasaran terlebih dahulu pada
anak, bahkan saat tidak sengaja melihat sekalipun. Rasa penasaran inilah yang menjadi dorongan
anak-anak untuk melihat lebih banyak konten pornografi lainnya.

Selain itu, kecanduan ini dipicu oleh pengeluaran hormon dopamin pada otak sehingga akan
menimbulkan perasaan bahagia ketika menonton konten pornografi. Bila tidak segera dicegah,
bukan tidak mungkin kecanduan terhadap konten pornografi dapat terjadi pada anak.

2. Merusak otak

Pornografi dapat merusak otak anak, tepatnya pada salah satu bagian otak depan yang disebut
Pre Frontal Cortex (PFC). Hal ini disebabkan karena bagian PFC yang ada di otak anak belum
matang dengan sempurna. Jika bagian otak ini rusak, maka dapat mengakibatkan konsentrasi
menurun, sulit memahami benar dan salah, sulit berpikir kritis, sulit menahan diri, sulit menunda
kepuasan, dan sulit merencanakan masa depan.

3. Keinginan mencoba dan meniru

Dampak lain yang dirasakan anak setelah melihat pornografi adalah keinginan untuk mencoba
dan meniru. Ini berkaitan dengan terpengaruhnya mirror neuron. Mirror neuron adalah sel-sel
otak yang mampu membuat anak seperti merasakan atau mengalami apa yang ditontonnya,
termasuk pornografi. Hal ini dapat mendorong anak untuk mencoba dan meniru apa yang
dilihatnya.

4. Mulai melakukan tindakan seksual

Jika tidak diawasi, anak-anak yang terpapar pornografi ini bisa saja mencoba melakukan
tindakan seksual untuk mengatasi rasa penasarannya. Apalagi jika mereka sudah remaja, jika
tidak diberikan pendidikan dan pemahaman seksual yang baik, keinginan melakukan tindakan-
tindakan seksual sulit dicegah.

Pornografi nyata-nyata dilarang oleh Allah dalam ayatnya Quran surat 16:90. (An-Nahl)
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada
kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”

Jika kita amati, ada tiga elemen antara lain :

Pertama, kata Fahsya. Dalam beberapa versi kamus, Fahsya mempunyai beberapa sinonim,
antara lain cabul, kotor, busuk, perbuatan zina, keji. Dalam istilah al-Qur’an, fahsya diartikan
sebagai segala sesuatu yang memalukan, ataupun hubungan seksual yang tidak syar’i. Pada
tingkat tertinggi Fahsya, Allah menggolongkan zina (Qur’an 17:32) dan homoseksualitas (Quran
7:80; 27:54).

Kedua, kata Al-Munkar, sinonim dengan suatu hal yang memalukan, mengerikan, menjijikkan.

Ketiga, kata al-Baghi, istilah yang berkaitan dengan pelanggaran, kesalahan, ketidakadilan.

Allah menentang pornografi baik itu secara terang-terangan maupun tersembunyi, seperti yang
kita jumpai pada surah Al-A’raf

Katakanlah: “Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak maupun
yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar,
(mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah
untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa saja yang tidak kamu
ketahui””. (QS. 7:33)

Allah bahkan melarang kita untuk mendekatinya seperti yang terungkap di sebagian surat Al
An’am ayat 151, “..dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang
nampak diantaranya maupun yang tersembunyi”
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Untuk materi teori belajar, motivasi dan komunikasi saling berkaitan satu sama lain. Dimana
belajar adalah interaksi antara stimulus (apa saja yang diberikan guru kepada pembelajaran) dan
respon (reaksi atau tanggapan pembelajaran terhadap stimulus yang diberikan oleh guru) yang
dalam prosesnya guru melakukan motivasi kepada guru kepada peserta didik dengan
memberikan penghargaan ataupun apreasiasi terhadap apa yang telah dipelajari yang kemudian
hal itu dapat dilakukan dengan komunikasi yang baik antara peserta didik dengan guru.
Untuk materi bahaya narkoba, narkolema dan pornografi sangat berbahaya bagi seseorang
dimana dapat menimbulkan ketagihan atau kecanduan dan ketergantungan. Faktor penyebab
penyalahgunaan yaitu Faktor Internal (faktor yang berasal dari dalam diri individu seperti
kepribadian, kecemasan, dan depresi serta kurangnya religiusitas) dan Faktor Eksternal (faktor
yang berasal dari luar individu atau lingkungan seperti keberadaan zat, kondisi keluarga,
lemahnya hukum serta pengaruh lingkungan).
2. SARAN
Dalam proses pembelajaran perlu adanya komunikasi yang baik antar pendidik dan peserta
didik yang dibarengi dengan motivasi kepada peserta didik.
Pada prinsipnya, ajaran agama melarang untuk mengonsumsi zat-zat yang dapat merusak jiwa
dan raga. Begitupun dengan yang berhubungan dengan pornografi yang dizaman sekarang ini
mudah diakses.
DAFTAR PUSTAKA

Hamid Darmadi (2010) Kemampuan Dasar Mengajar; Konsep dasar dan Praktek : Penerbit
Bandung Alfabeta

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung, Remaja Rosdakarya, 1990.

R.E, Slavin,.. Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth Edition. Boston: Allyn and
Bacon. 2000.

Uno, B. Hamzah, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: PT. Bumi Aksara.
2005.

Pusat Dukungan Pencegahan Lakhar BNN. Cegah Anak Anda dari Penyalahgunaan Narkoba.
Jakarta: Badan Narkotika Nasional.

Anda mungkin juga menyukai