tujuan pendidikan. Salah satu komunikasi yang paling banyak dan sering digunakan serta
memiliki frekuensi cukup tinggi adalah komunikasi interpersonal. Kemampuan komunikasi
interpersonal yang dilakukan secara efektif kepada peserta didik adalah aspek penting yang harus
dimiliki oleh seorang guru agar tercapainya tujuan yang ingin dicapai. Selain itu, kemampuan
berkomunikasi seorang guru dapat memotivasi peserta didik dalam melaksanakan proses belajar,
sehingga keberhasilan dapat menghasilkan prestasi yang diharapkan. Dalam proses komunikasi
interpersonal, diperlukan adanya strategi yang dilakukan untuk mencapai keberhasilan sesuai
dengan tujuan yang diharapkan. Untuk menciptakan keberhasilan dalam komunikasi
interpersonal diperlukan adanya sikap-sikap positif seperti membuka pintu komunikasi dengan
sopan dan ramah, tidak sungkan apabila melakukan kesalahan, penuh perhatian, dan lain-lain.
Perkembangan kebudayaan merupakan bagian dari persoalan yang harus diketahui dan
diantisipasi serta dijadikan salah satu bahan pertimbangan oleh para pengambil kebijakan,
perancang dan praktisi pendidikan. Visi, misi, arah tujuan, kurikulum, proses belajar mengajar,
pendidikan dan tenaga kependidikan, kualitas lulusan, pengelolaan, sarana prasarana, keuangan,
lingkungan, dan evaluasi pendidikan yang dirancang dan dilaksanakan harus mempertimbangkan
faktor kebudayaan. Artikel ini akan menjelaskan bagaimana Pendidikan Islam harus siap untuk
bersimbiosis dengan konteks kebudayaan.
1) Membuka pintu komunikasi, dengan sopan dan ramah dalam komunikasi tidak
hanya dalam berbicara tetapi juga berpenampilan.
2) Jangan sungkan apabila melakukan kesalahan.
3) Penuh perhatian, diketahui dari seberapa jauh komunikator mengatahui
karakteristik komunikan.
4) Bertindak jujur dan adil, kejujuran merupakan prinsip professional yang penting.
Menurut Devito, dalam keberhasilan komunikaso interpersonal ada lima sikap positif
yang harus dipersiapkan, yaitu:
a) Keterbukaan (openness)
Merupakan sikap menerima masukan atau pendapat dari orang lain.
Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang
seseorang lontarkan adalah memang miliknya dan orang tersebut bertanggung
jawab atasnya.
b) Empati (emphaty)
Kemampuan seseorang merasakan seandainya menjadi orang lain, dapat
memahami sesuatu yang sedang dialami orang lain, merasakan apa yang
dirasakan orang lain, dan memahami permasalahan dari sudut pandang orang lain.
c) Dukungan (supportiveness)
Merupakan hubungan interpersonal yang efektif antara pendidik dengan
peserta didik dalam bentuk motivasi dan dukungan yang positif.
d) Perasaan Positif (posotiveness)
Ditunjukkan dalam bentuk sikap dan perilaku. Seperti bersikap
menghargai orang lain, berfikir positif terhadap orang lain, memberi pujian dan
penghargaan, menganggap pentingnya keberadaan orang lain.
e) Kesetaraan (equality)
Pengakuan secara diam-diam bahwasannya kedua pihak sama-sama bernilai dan
berharga bahwa masing-masing pihak saling memerlukan. Kesetaraan meliputi,
penempatan diri setara dengan orang lain, menyadari akan adanya kepentingan
yang berbeda, mengakui pentingnya kehadiran orang lain, tidak memaksakan
kehendak, serta komunikasi yang akrab dan nyaman.
Orang tua juga bertanggung jawab dalam memberikan dasar pendidikan, sikap, dan
keterampilan dasar seperti budi pekerti, sopan santun, estetika, kasih sayang, dan rasa
tanggung jawab. Selain itu, mereka juga berperan dalam memberikan nasehat, memberikan
contoh, memberikan hukuman, dan melakukan pengawasan terhadap anak. Orang tua juga
memiliki peran dalam mengajarkan cara berbahasa dalam pergaulan sehari-hari kepada anak.
Dengan demikian, peran orang tua sangat penting dalam membentuk karakter anak, karena
mereka merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak, serta memiliki pengaruh besar
terhadap perkembangan karakter anak.
Pentingnya social support dari orang tua dalam pendidikan anak tidak dapat
diremehkan. Dukungan ini mencakup berbagai aspek, mulai dari dukungan emosional hingga
dukungan praktis dalam belajar. Berikut adalah beberapa alasan mengapa social support dari
orang tua penting bagi pendidikan anak, di antaranya; Pertama, motivasi dan dukungan
emosional. Orang tua yang memberikan dukungan kepada anak mereka dapat membantu
meningkatkan motivasi anak dalam belajar. Dengan memberikan pujian, dorongan, dan
perhatian positif, orang tua dapat membantu anak merasa percaya diri dan termotivasi untuk
mencapai kesuksesan akademik.
Kedua, pembentukan karakter atau kebiasaan. Orang tua sangat berperan penting
dalam membantu membentuk karakter positif anak. Melalui komunikasi terbuka serta
memberikan pengawasan, orang tua dapat mengajarkan pentingnya pendidikan, kerja keras,
disiplin, dan tanggung jawab kepada anak-anak mereka. Kebiasaan belajar yang baik yang
ditanamkan oleh orang tua dapat berlanjut sepanjang hidup anak.
Ketiga, orang tua sebagai guru. Orang tua dapat berperan sebagai guru bagi anak-
anak mereka. Mereka dapat meluangkan waktu untuk membantu anak dalam mengerjakan
tugas/PR, mengajarkan keterampilan belajar, dan memberikan penjelasan tambahan saat anak
menghadapi kesulitan dalam memahami materi. Dengan cara ini, orang tua dapat membantu
anak mengatasi hambatan belajar dan meraih prestasi yang lebih baik.
Tetapi, di zaman yang maju ini banyak sekali orang tua yang hanya mampu
memberikan dukungan praktis atau finansial kepada anaknya, Orang tua hanya terfokus untuk
memenuhi kebutuhan finansial anaknya seperti memberikan fasilitas-fasilitas untuk
menunjang pendidikan anaknya, tetapi mereka lupa bahwa seorang anak juga membutuhkan
dukungan secara emosianal, sehingga banyak anak dibiarkan tumbuh sendiri tanpa
mendapatkan bimbingan dari orang tuanya. Padahal seorang anak sangat membutuhkan
perhatian, kasih sayang serta rasa nyaman dari orang tuanya. Terkadang orang tua tidak
menyadari hal tersebut mungkin karena mereka terlalu sorang tuak atau tidak memahami apa
yang sebenarnya anak mereka butuhkan?
Orang tua harus lebih memperhatikan anak mereka, memperbaiki komunikasi dengan
anak mereka sehingga mereka tau apa sebenarnya anak mereka inginkan? Anak adalah
karunia terbesar yang diberikan oleh Allah, maka saat itu orang tua diberikan tanggung jawab
yang besar untuk membesarkan dan mendidikan anaknya dengan penuh kasih sayang agar
dapat berkembang dengan baik. Orang tua tidak hanya sekadar memberikan anak sebuah
pakaian dan makanan saja tetapi juga perhatian, kasih sayang, rasa aman dan kepercayaan
kepada anak.
Dalam kesimpulannya, social support orang tua memiliki peranan penting dalam
pendidikan anak. Dukungan ini membantu anak mengatasi tantangan, membangun harga diri,
meningkatkan motivasi, dan membentuk pribadi positif. Oleh karena itu, penting bagi orang
tua untuk terlibat aktif dalam pendidikan anak mereka dan menyediakan lingkungan yang
mendukung perkembangan anak secara keseluruhan.
Komunikasi dengan Keluarga terkhusus pada anak merupakan sesuatu yang penting
dalam menjaga hubungan dengan Keluarga. Dalam proses berkomunikasi dengan anak sangat
perlu memperhatikan prinsip-prinsip, strategi / teknik, dan hambatan - hambatan yang mungkin
akan timbul / ada dalam komunikasi. Tehnik komunikasi dengan anak sangatlah bervariasi,
tergantung pada umur dari anak tersebut. Pembagian rentang 19 umur dapat dibedakan atas bayi
(0-1), toddler (1-3), anak-anak pra sekolah (3- 5), anak usia sekolah (5-12). Komunikasi dapat
diartikan sebagai suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan
yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau di antara dua atau lebih dengan tujuan tertentu.
Adapun Komunikasi dengan pembagian umur ini terdapat beberapa hal ;
Pola komunikasi yang efektif dalam keluarga perlu dibangun agar terjalin hubungan
yang harmonis dan tercipta saling memiliki serta menghargai antar anggota keluarga. Karena
komunikasi dianggap efektif jika interaksi komunikator (orang tua) dan komunikan (anak)
berlangsung saling memahami isi pesan yang disampaikan, komunikasi selain informatif juga,
persuasive sebagai bagian dari kegiatan komunikasi.
Komunikasi yang efektif dari orang tua sebagai pendidikan bagi anaknya seyogyanya
dapat memberikan kenyamanan bagi anak dengan berbagai rangsangan kreatifnya. Agar
komunikasi menjadi efektif antara orang tua dan anaknya, menurut Muhtar latif, dkk, secara
teoretis memenuhi beberapa unsur, yaitu; 1) berkomunikasi dengan terbuka, 2) berbicara
dengan terbuka, 3) mendengarkan dengan penuh perhatian, 4) menggunakan pernyataan kamu
untuk merefleksikan ide dan perasaan anak, 5) Menghindari kata jangan atau tidak, 6)
Menggunakan kata-kata saya untuk mengutarakan pikiran atau perasaan , 7) Berkomunikasi
dengan pandangan mata sejajar , 8) Menggunakan kata-kata yang baik.
Keberhasilan orang tua dalam memberikan bimbingan kepada anaknya dipengaruhi
salah satunya adalah faktor komunikasi. Membangun komunikasi, orang tua dan anak usia
dini' tentu berbeda dengan remaja atau orang dewasa lainnya, cara yang digunakan oleh anak
usia dini masih sederhana, penuh khayal dan kreatif serta ekspresif, oleh karena‟ itu, orang tua
harus mampu menyesuaikan cara berkomunikasi dengan anak yang usianya masih dini. Salah
satu cara yang perlu digunakan dalam berkomunikasi dengan anak usia dini menggunakan kata-
kata yang lemah lembut, sebagaimana dalam Al-Qur‟an surat Thaha‟ ayat 44, Allah SWT
berfirman:
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-
mudahan ia ingat atau takut.”
Dari ayat di atas dapat dipahami perlunya sikap bijak „orang tua dalam memberikan
bimbingan kepada anaknya antara‟ lain dengan ucapan yang sopan dan tidak menyakiti hati
anaknya, penjelasan ayat di atas juga menggambarkan bahwa dalam berkomunikasi seharunya
menggunakan ocapan yang sopan dan lemah lembut, terutama ketika berkomunikasi dengan
anak usia dini, sehingga anak yang berusia dini dapat menerima informasi yang di sampaikan
orang tuanya dengan baik.
Para ahli berpendapat bahwa usia dini antara „0-6 tahun adalah massa „keemasan (golden age).
Pada fase ini usia anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, menurut
penelitian bidang neurologi ditemakan bahwa 50% kecerdasan anak terbentuk‟ pada kurun
waktu 4 tahun pertama, setelah usia 8 tahun, perkembangan otaknya mencapai 80% dan
pada usia 18 tahun mencapai 100%.11 Pada fase ini pula pembentukan „karakter anak dimulai.
Dimana, karakter yang telah tertanam sejak kecil inilah yang akan terus melekat dan terbawa
hingga ia dewasa.
Seorang anak dalam „kehidupan sosialnya memerlukan kemampuan berkomunikasi
untuk menyampaikan kehendak maupun dalam‟ berinteraksi dengan orang di sekitarnya,
kemampuan‟ komunikasi seorang anak‟ tergantung dari perbendaharaan kata dan‟ stimulus
yang di dapatkan dalam keseharian dari orang terdekatnya, dalam hal ini diantaranya adalah
orang tua serta anggota keluarga lainnya. Komunikasi „orang tua dan anak akan ikut membantu
mengembangkan pemahaman anak pada makna kata yang digunakan dalam berkomunikasi,
sekaligus merangsang anak untuk mampu merangkai kalimat yang baik.