Anda di halaman 1dari 16

Komunikasi interpersonal dalam lingkup pendidikan sangat penting untuk mencapai

tujuan pendidikan. Salah satu komunikasi yang paling banyak dan sering digunakan serta
memiliki frekuensi cukup tinggi adalah komunikasi interpersonal. Kemampuan komunikasi
interpersonal yang dilakukan secara efektif kepada peserta didik adalah aspek penting yang harus
dimiliki oleh seorang guru agar tercapainya tujuan yang ingin dicapai. Selain itu, kemampuan
berkomunikasi seorang guru dapat memotivasi peserta didik dalam melaksanakan proses belajar,
sehingga keberhasilan dapat menghasilkan prestasi yang diharapkan. Dalam proses komunikasi
interpersonal, diperlukan adanya strategi yang dilakukan untuk mencapai keberhasilan sesuai
dengan tujuan yang diharapkan. Untuk menciptakan keberhasilan dalam komunikasi
interpersonal diperlukan adanya sikap-sikap positif seperti membuka pintu komunikasi dengan
sopan dan ramah, tidak sungkan apabila melakukan kesalahan, penuh perhatian, dan lain-lain.

Perkembangan kebudayaan merupakan bagian dari persoalan yang harus diketahui dan
diantisipasi serta dijadikan salah satu bahan pertimbangan oleh para pengambil kebijakan,
perancang dan praktisi pendidikan. Visi, misi, arah tujuan, kurikulum, proses belajar mengajar,
pendidikan dan tenaga kependidikan, kualitas lulusan, pengelolaan, sarana prasarana, keuangan,
lingkungan, dan evaluasi pendidikan yang dirancang dan dilaksanakan harus mempertimbangkan
faktor kebudayaan. Artikel ini akan menjelaskan bagaimana Pendidikan Islam harus siap untuk
bersimbiosis dengan konteks kebudayaan.

Dalam kaitan mempengaruhi perilaku seseorang, faktor komunikasi semakin mudah


dilakukan. Dalam hal ini, maka perlu dihindari adanya kesalahan dalam memahami pesan yang
disampaikan, sebagai akibat kurang jelasnya informasi atau pesan yang disampaikan. Terdapat
orang yang hanya berfokus pada kata-kata yang disampaikan dan ada pula yang mencoba
mengembangkannya, yakni dengan melihat konteksnya. Dalam proses komunikasi interpersonal,
diperlukan adanya strategi yang dilakukan untuk mencapai keberhasilan sesuai dengan tujuan
yang diharapkan.

1) Membuka pintu komunikasi, dengan sopan dan ramah dalam komunikasi tidak
hanya dalam berbicara tetapi juga berpenampilan.
2) Jangan sungkan apabila melakukan kesalahan.
3) Penuh perhatian, diketahui dari seberapa jauh komunikator mengatahui
karakteristik komunikan.
4) Bertindak jujur dan adil, kejujuran merupakan prinsip professional yang penting.

Menurut Devito, dalam keberhasilan komunikaso interpersonal ada lima sikap positif
yang harus dipersiapkan, yaitu:
a) Keterbukaan (openness)
Merupakan sikap menerima masukan atau pendapat dari orang lain.
Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang
seseorang lontarkan adalah memang miliknya dan orang tersebut bertanggung
jawab atasnya.
b) Empati (emphaty)
Kemampuan seseorang merasakan seandainya menjadi orang lain, dapat
memahami sesuatu yang sedang dialami orang lain, merasakan apa yang
dirasakan orang lain, dan memahami permasalahan dari sudut pandang orang lain.
c) Dukungan (supportiveness)
Merupakan hubungan interpersonal yang efektif antara pendidik dengan
peserta didik dalam bentuk motivasi dan dukungan yang positif.
d) Perasaan Positif (posotiveness)
Ditunjukkan dalam bentuk sikap dan perilaku. Seperti bersikap
menghargai orang lain, berfikir positif terhadap orang lain, memberi pujian dan
penghargaan, menganggap pentingnya keberadaan orang lain.
e) Kesetaraan (equality)
Pengakuan secara diam-diam bahwasannya kedua pihak sama-sama bernilai dan
berharga bahwa masing-masing pihak saling memerlukan. Kesetaraan meliputi,
penempatan diri setara dengan orang lain, menyadari akan adanya kepentingan
yang berbeda, mengakui pentingnya kehadiran orang lain, tidak memaksakan
kehendak, serta komunikasi yang akrab dan nyaman.

KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM LINGKUNGAN KELUARGA


Komunikasi interpersonal dalam lingkungan keluarga sangat penting karena pola
komunikasi yang baik dalam keluarga akan mempengaruhi pola prilaku anak dengan
lingkungan sosialnya. Komunikasi interpersonal antara anggota keluarga bisa terjadi dalam
bentuk komunikasi verbal dan non verbal. Berikut adalah beberapa aspek penting dalam
komunikasi interpersonal dalam lingkungan keluarga:

1. Pemahaman budaya, pendidikan, usia, kebiaakan, dan kepribadian: Perbedaan


ini tidak menjadi penghalang untuk berkomunikasi dalam lingkungan keluarga.
2. Kohesi dan kemampuan beradaptasi: Keluarga merupakan suatu sistem yang
terikat dengan aturan-aturan komunikasi dan variable-variabel komunikasi dalam
bentuk kohesi dan kemampuan beradaptasi dengan perubahan dan tahap-tahap
perkembangan keluarga.
3. Komunikasi antara generasi: Komunikasi interpersonal antara generasi, seperti
antara orang tua dan anak, sangat penting untuk membentuk karakter anak dan
menyampaikan informasi mengenai dunia luar serta sikap dan prilaku.
4. Pengaruh komunikasi interpersonal dan lingkungan keluarga terhadap intensi
berwirausaha siswa: Penelitian yang dilakukan pada siswa SMK Muhammadiyah
3 Yogyakarta menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal dan lingkungan
keluarga mempengaruhi intensi berwirausaha siswa.
5. Pentingnya komunikasi interpersonal dalam pembentukan karakter anak:
Komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak sangat penting untuk
membentuk karakter anak setelah dewasa.

PERAN ORANG TUA TERHADAP PEMBENTUKAN PENDIDIKAN KARAKTER


Pusat pendidikan yang pertama adalah lingkungan keluarga, pendidikan di lingkungan
keluarga sangat strategis untuk memberikan pendidikan ke arah kecerdasan, budi pekerti atau
kepribadian serta persiapan hidup di masyarakat. Orang tua akan menjadi contoh bagi anak,
anak biasanya akan menirukan apa saja yang dilakukan oleh orang tua. Jadi orang tua harus
bisa memberikan keteladanan dan kebiasaan sehari-hari yang baik sehingga dapat dijadikan
contoh bagi anaknya. Keteladanan dan kebiasaan yang baik itu, sebaiknya diberikan oleh
orang tua sejak dari kecil atau kanak-kanak karena hal itu dapat berpengaruh terhadap
perkembangan jiwa anak.
Orang tua sebaiknya memperhatikan pendidikan anak-anaknya karena peran orang tua
sangat penting dalam proses pendidikan bagi mereka. Orang tua mampu menyediakan
kebutuhan materiil anak-anaknya secara memuaskan tetapi kebutuhan pendidikan tidak pernah
terpenuhi. Anak tidak dipersiapkan menjadi manusia yang dewasa seperti tujuan yang hendak
dicapai oleh pendidikan. Anak berkembang tanpa adanya polah yang hendak dituju, tetapi
berkembang dengan sendirinya. Anak dibiarkan saja tumbuh tanpa tuntutan norma yang pasti.
Tidak ada kepastian pada diri anak, bagaimana seharusnya ia berbuat atau bersikap karena
memang tidak pernah diberi tahu dan dibimbing oleh orangtuanya. Situasi seperti ini disebut
miss educated. Kadang-kadang hal demikian ini oleh orangtuanya tidak disadari, jadi tidak
disengaja. Orang tua berbuat demikian mungkin karena tidak tahu, yaitu tidak tahu bagaimana
mendidik anaknya dan tahu tetapi situasi memaksa demikian, mungkin karena terlalu sorang
tuak. Oleh karena itu, untuk menjadi orang tua dituntut syarat-syarat tertentu agar anak-
anaknya berkembang dengan baik. Jika suatu keluarga dikaruniai seorang anak, maka pada
pundak orangtua itulah dibebankan usaha bagaimana agar anak-anaknya berkembang dengan
baik. Jadi anak tidak diterima begitu saja, diberi makan dan pakaian tetapi diusahakan agar
anak mampu berkembang dengan baik. Orang tua harus mampu membagi-bagi perhatiannya
kepada semua obyek di dalam rumah tangganya sebab di dalam keluargalah terjadi interaksi
orangtua terhadap anak. Kasih sayang yang diberikan orang tua pada awal kehidupan seorang
anak sangat membantu perkembangan anak bahkan menjadi dasar peletakkan kepribadiannya.
Peran orang tua sangat penting dalam membentuk karakter anak. Mereka merupakan
tempat pendidikan pertama bagi anak dan memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan
karakter anak. Beberapa peran orang tua dalam membentuk karakter anak antara lain :
 Menjadi teladan, karena anak akan meniru kebiasaan orang tuanya.
 Memberikan penyadaran mengenai cara bersikap, bertutur kata, serta bertanggung
jawab.
 Membiasakan anak untuk melakukan pembiasaan yang tertib, teratur, dan
bertanggung jawab.
 Melakukan pengawasan dengan memberikan sanksi yang tepat saat anak melakukan
kesalahan.

Orang tua juga bertanggung jawab dalam memberikan dasar pendidikan, sikap, dan
keterampilan dasar seperti budi pekerti, sopan santun, estetika, kasih sayang, dan rasa
tanggung jawab. Selain itu, mereka juga berperan dalam memberikan nasehat, memberikan
contoh, memberikan hukuman, dan melakukan pengawasan terhadap anak. Orang tua juga
memiliki peran dalam mengajarkan cara berbahasa dalam pergaulan sehari-hari kepada anak.
Dengan demikian, peran orang tua sangat penting dalam membentuk karakter anak, karena
mereka merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak, serta memiliki pengaruh besar
terhadap perkembangan karakter anak.
Pentingnya social support dari orang tua dalam pendidikan anak tidak dapat
diremehkan. Dukungan ini mencakup berbagai aspek, mulai dari dukungan emosional hingga
dukungan praktis dalam belajar. Berikut adalah beberapa alasan mengapa social support dari
orang tua penting bagi pendidikan anak, di antaranya; Pertama, motivasi dan dukungan
emosional. Orang tua yang memberikan dukungan kepada anak mereka dapat membantu
meningkatkan motivasi anak dalam belajar. Dengan memberikan pujian, dorongan, dan
perhatian positif, orang tua dapat membantu anak merasa percaya diri dan termotivasi untuk
mencapai kesuksesan akademik.
Kedua, pembentukan karakter atau kebiasaan. Orang tua sangat berperan penting
dalam membantu membentuk karakter positif anak. Melalui komunikasi terbuka serta
memberikan pengawasan, orang tua dapat mengajarkan pentingnya pendidikan, kerja keras,
disiplin, dan tanggung jawab kepada anak-anak mereka. Kebiasaan belajar yang baik yang
ditanamkan oleh orang tua dapat berlanjut sepanjang hidup anak.
Ketiga, orang tua sebagai guru. Orang tua dapat berperan sebagai guru bagi anak-
anak mereka. Mereka dapat meluangkan waktu untuk membantu anak dalam mengerjakan
tugas/PR, mengajarkan keterampilan belajar, dan memberikan penjelasan tambahan saat anak
menghadapi kesulitan dalam memahami materi. Dengan cara ini, orang tua dapat membantu
anak mengatasi hambatan belajar dan meraih prestasi yang lebih baik.
Tetapi, di zaman yang maju ini banyak sekali orang tua yang hanya mampu
memberikan dukungan praktis atau finansial kepada anaknya, Orang tua hanya terfokus untuk
memenuhi kebutuhan finansial anaknya seperti memberikan fasilitas-fasilitas untuk
menunjang pendidikan anaknya, tetapi mereka lupa bahwa seorang anak juga membutuhkan
dukungan secara emosianal, sehingga banyak anak dibiarkan tumbuh sendiri tanpa
mendapatkan bimbingan dari orang tuanya. Padahal seorang anak sangat membutuhkan
perhatian, kasih sayang serta rasa nyaman dari orang tuanya. Terkadang orang tua tidak
menyadari hal tersebut mungkin karena mereka terlalu sorang tuak atau tidak memahami apa
yang sebenarnya anak mereka butuhkan?
Orang tua harus lebih memperhatikan anak mereka, memperbaiki komunikasi dengan
anak mereka sehingga mereka tau apa sebenarnya anak mereka inginkan? Anak adalah
karunia terbesar yang diberikan oleh Allah, maka saat itu orang tua diberikan tanggung jawab
yang besar untuk membesarkan dan mendidikan anaknya dengan penuh kasih sayang agar
dapat berkembang dengan baik. Orang tua tidak hanya sekadar memberikan anak sebuah
pakaian dan makanan saja tetapi juga perhatian, kasih sayang, rasa aman dan kepercayaan
kepada anak.
Dalam kesimpulannya, social support orang tua memiliki peranan penting dalam
pendidikan anak. Dukungan ini membantu anak mengatasi tantangan, membangun harga diri,
meningkatkan motivasi, dan membentuk pribadi positif. Oleh karena itu, penting bagi orang
tua untuk terlibat aktif dalam pendidikan anak mereka dan menyediakan lingkungan yang
mendukung perkembangan anak secara keseluruhan.

KOMINUKASI INTERPERSONAL MEMPENGARUHI PENDIDIKAN KARAKTER


ANAK
Komunikasi interpersonal mempengaruhi pembentukan pendidikan karakter dalam beberapa
cara:
1. Mengatur hubungan sosial: Komunikasi efektif membantu individu membangun
dan memperbaiki hubungan sosial yang komplementer atau saling melengkapi.
Dalam hubungan sosial yang sehat, individu dapat belajar cara berkomunikasi dan
menghargai perbedaan, yang pada akhirnya mempengaruhi pembentukan karakter
mereka.
2. Mengatasi kesalahan: Komunikasi yang baik membantu individu mengatasi
kesalahan dan mencari solusi yang tepat. Dalam proses komunikasi, individu dapat
mempelajari cara berkomunikasi secara efektif untuk mengatasi konflik dan
menciptakan lingkungan yang lebih harmoni.
3. Memperkembangkan empati: Melalui komunikasi, individu dapat
memperkembangkan empati terhadap orang lain dan mempelajari cara menghargai
dan memahami perbedaan. Hal ini akan mempengaruhi bagaimana individu
berinteraksi dengan orang lain dan mengembangkan karakter yang lebih positif.
4. Meningkatkan motivasi: Komunikasi yang efektif dapat membantu individu
meningkatkan motivasi dalam belajar. Dalam hubungan yang baik, individu merasa
lebih percaya diri dan termotivasi untuk mencapai kesuksesan akademik.
5. Membentuk perilaku: Komunikasi merupakan salah satu aspek penting dalam
mewujudkan perilaku individu. Dalam berbagai situasi, komunikasi yang baik
dapat membantu individu mengembangkan perilaku yang positif dan bermakna.
Secara keseluruhan, komunikasi interpersonal memiliki pengaruh signifikan dalam
pembentukan pendidikan karakter individu. Dalam hubungan yang sehat dan komunikasi
yang efektif, individu dapat belajar cara berkomunikasi, menghargai perbedaan, mengatasi
kesalahan, memperkembangkan empati, meningkatkan motivasi, dan membentuk
perilaku yang positif.
Komunikasi interpersonal yang baik antara orang tua dan anak mempengaruhi
pembentukan pendidikan karakter anak di rumah. Anak membutuhkan perhatian, nasihat, dan
kalimat afirmasi untuk menentukan karakter mereka di dalam dan di luar rumah. Orang tua
dapat menciptakan lingkungan belajar yang positif di rumah, mendukung keterlibatan dalam
kegiatan sekolah, serta memantau dan mendorong kemajuan akademik anak-anak.
Pembentukan karakter anak dimulai sejak dalam keluarga di rumah, dan orang tua memiliki
andil besar dalam hal ini melalui pendidikan agama, budi pekerti, tata krama, dan teladan
yang diberikan. Komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak juga dapat mempengaruhi
penguatan karakter peserta didik. Dukungan emosional, motivasi, perhatian positif, dan kasih
sayang dari orang tua dapat membantu anak merasa percaya diri, termotivasi, dan
membangun pribadi positif.
Komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak memiliki dampak signifikan
dalam pembentukan pendidikan karakter anak. Berikut adalah beberapa cara komunikasi
interpersonal yang mempengaruhi pembentukan karakter anak:
 Konseling: Komunikasi interpersonal melalui konseling membantu anak mencapai
tujuan pendidikan dan mengembangkan karakter yang positif.
 Keterlibatan: Orang tua harus terlibat dalam kegiatan sekolah, seperti pertemuan
orang tua, acara olahraga, pentas seni, atau kegiatan sukarela, untuk memperkuat
ikatan antara rumah dan sekolah, dan memberikan contoh positif bagi anak tentang
pentingnya pendidikan.
 Mendukung keterlibatan dalam kegiatan sekolah: Orang tua harus mendukung dan
partisipasi dalam kegiatan sekolah untuk membantu memperkuat ikatan antara
rumah dan sekolah, dan memberikan contoh yang positif bagi anak tentang
pentingnya pendidikan.
 Memantau dan mendorong kemajuan akademik: Orang tua harus memantau dan
mendorong kemajuan akademik anak untuk membantu mereka mengembangkan
karakter yang positif dan berkelanjutan.
 Pendidikan karakter melalui komunikasi interpersonal: Komunikasi interpersonal
antara orang tua dan anak memungkinkan kedekatan yang positif, sehingga anak
lebih mudah dididik.
 Penggunaan nada yang lembut dan penuh pengertian: Orang tua harus mendidik
anak dengan cara yang lembut dan penuh pengertian, seperti menggunakan
komunikasi yang terbuka dan mendengarkan anak.
 Pendekatan beyond: Komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak juga
melibatkan pendekatan beyond, yang melibatkan keterbukaan, empati, dan
kekayaan bahasa.
Dalam proses pembentukan karakter anak, kolaborasi yang erat antara orang tua dan
sekolah sangat penting. Dengan mendukung perkembangan dan keberhasilan pendidikan
anak-anak, orang tua dapat membantu anak mencapai tujuan pendidikan dan mengembangkan
karakter yang positif.

CARA BERKOMUNIKASI DENGAN BENAR


Keluarga merupakan pendidik pertama dan utama. Pengaruh keluarga sangat kuat dalam
pembentukan kepribadian setiap manusia. Orang tua memegang peran penting dalam pendidikan
bagi putra-putrinya. Keberhasilan orang tua dalam mendidik anak akan sangat bergantung pada
kecakapan pengasuhan yang di milikinya. Komunikasi adalah cara orang tua berbicara dengan
anak, sehingga anak memahami pesan yang disampaikan orang tua. Melalui komunikasi, kita
dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilan anak, mengetahui perasaan anak, menjalin
hubungan dengan anak, dan memengaruhi anak. Manfaat komunikasi dengan anak di antaranya
yaitu; Komunikasi dapat menguatkan kedekatan antara orang tua dan anak; Komunikasi dapat
digunakan untuk mengubah perilaku; dan Komunikasi dapat meningkatkan kemampuan
berbahasa dan berpikir. Pentingnya komunikasi bagi anak usia dini adalah mampu
mengembangkan kecerdasan bahasa; mampu belajar tentang pengetahuan sekitarnya dan mampu
membangun kecerdasan sosial emosional serta mampu menjalin hubungan kekeluargaan,
mengembangkan kepercayaan diri dan harga diri anak.

Komunikasi dengan Keluarga terkhusus pada anak merupakan sesuatu yang penting
dalam menjaga hubungan dengan Keluarga. Dalam proses berkomunikasi dengan anak sangat
perlu memperhatikan prinsip-prinsip, strategi / teknik, dan hambatan - hambatan yang mungkin
akan timbul / ada dalam komunikasi. Tehnik komunikasi dengan anak sangatlah bervariasi,
tergantung pada umur dari anak tersebut. Pembagian rentang 19 umur dapat dibedakan atas bayi
(0-1), toddler (1-3), anak-anak pra sekolah (3- 5), anak usia sekolah (5-12). Komunikasi dapat
diartikan sebagai suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan
yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau di antara dua atau lebih dengan tujuan tertentu.
Adapun Komunikasi dengan pembagian umur ini terdapat beberapa hal ;

 Usia 0-1 Tahun


 Dapat memperhatikan dan tertarik saat orang sedang berbicara
 Meniru bunyi-bunyian di sekitarnya
 Dapat membedakan satu suara dengan suara lainnya
 Mulai mengucapkan kata-kata yang mudah, misalnya, ‘mama’, ‘papa’
 Mengetahui sedikitnya 20 kata sederhana
 Usia 1-3 Tahun
 Berlatih berbicara dengan jelas agar mudah dipahami orang lain
 Dapat menggunakan mimik wajah dan gerakan tubuh untuk menjelaskan
maksudnya
 Mengetahui nama-nama benda di sekitarnya dan beberapa kata kerja
 Usia 3-6 Tahun
 Dapat berbicara jelas dan mudah dipahami orang lain
 Dapat menyampaikan keinginan dan perasaannya dengan berbicara
 Dapat bertanya dan menjawab pertanyaan sederhana yang diajukan kepadanya
 Menguatkan kedekatan antara orang tua dan anak
 Meningkatkan kemampuan berbahasa dan berpikir
 Mengubah perilaku anak

Adapun Komunikasi yang bisa di terapkan yakni ;


 Usia 0-1 Tahun
 Sering mengajak anak berbicara
 Menatap mata anak saat berbicara
 Lakukan pengulangan kalimat
 Segera berespon terhadap suara dan ekspresi anak
 Tersenyum atau tampilkan wajah yang menyenangkan saat berbicara dengan anak
 Usia 1-3 Tahun
 Menyimak dengan baik saat anak berbicara
 Memberi kesempatan anak menyelesaikan bicaranya
 Mencontohkan kata dan kalimat dengan benar
 Memberi tahu nama-nama benda, situasi, dan keterangan di sekitar
 Usia 3-6 Tahun
 Memberi kesempatan anak untuk bercerita
 Mengajukan pertanyaan-pertanyaan agar cerita anak menjadi lengkap
 Menjawab pertanyaan-pertanyaan dari anak. Bila tidak tahu, bersama-sama
mencari jawabannya di buku.
Komunikasi merupakan suatu aktifitas yang sangat sering dilakukan oleh setiap orang
dalam lingkup apapun, dimanapun, dan kapanpun. Karena komunikasi sangat penting bagi
kehidupan kita. Semua orang pasti butuh yang namanya komunikator sampaikan. Seiringnya
perkembangan zaman, kita tentunya perlu tahu bagaimana cara berkomunikasi secara efektif.
Karena dengan dapat berkomunikasi secara efektif tentunya kita tak kalah saing dengan
negara lain. Komunikasi merupakan salah satu sarana alternatif untuk melakukan komunikasi
secara efektif.

Komunikasi efektif yaitu komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap


(attitude change) pada orang lain yang bisa terlihat dalam proses komunikasi. Tujuan
Komunikasi Efektif Tujuan dari Komunikasi Efektif sebenarnya adalah memberi kan
kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara pemberi informasi dan
penerima informasi sehingga bahasa yang digunakan oleh pemberi informsi lebih jelas dan
lengkap, serta dapat dimengerti dan dipahami dengan baik oleh penerima informasi, atau
komunikan. Tujuan lain dari Komunikasi Efektif adalah agar pengiriman informasi dan
umpan balik atau feed back dapat seinbang sehingga tidak terjadi monoton. Selain itu
komunikasi efektif dapat melatih penggunaan bahasa nonverbal secara baik.

Pola komunikasi yang efektif dalam keluarga perlu dibangun agar terjalin hubungan
yang harmonis dan tercipta saling memiliki serta menghargai antar anggota keluarga. Karena
komunikasi dianggap efektif jika interaksi komunikator (orang tua) dan komunikan (anak)
berlangsung saling memahami isi pesan yang disampaikan, komunikasi selain informatif juga,
persuasive sebagai bagian dari kegiatan komunikasi.

Komunikasi yang efektif dari orang tua sebagai pendidikan bagi anaknya seyogyanya
dapat memberikan kenyamanan bagi anak dengan berbagai rangsangan kreatifnya. Agar
komunikasi menjadi efektif antara orang tua dan anaknya, menurut Muhtar latif, dkk, secara
teoretis memenuhi beberapa unsur, yaitu; 1) berkomunikasi dengan terbuka, 2) berbicara
dengan terbuka, 3) mendengarkan dengan penuh perhatian, 4) menggunakan pernyataan kamu
untuk merefleksikan ide dan perasaan anak, 5) Menghindari kata jangan atau tidak, 6)
Menggunakan kata-kata saya untuk mengutarakan pikiran atau perasaan , 7) Berkomunikasi
dengan pandangan mata sejajar , 8) Menggunakan kata-kata yang baik.
Keberhasilan orang tua dalam memberikan bimbingan kepada anaknya dipengaruhi
salah satunya adalah faktor komunikasi. Membangun komunikasi, orang tua dan anak usia
dini' tentu berbeda dengan remaja atau orang dewasa lainnya, cara yang digunakan oleh anak
usia dini masih sederhana, penuh khayal dan kreatif serta ekspresif, oleh karena‟ itu, orang tua
harus mampu menyesuaikan cara berkomunikasi dengan anak yang usianya masih dini. Salah
satu cara yang perlu digunakan dalam berkomunikasi dengan anak usia dini menggunakan kata-
kata yang lemah lembut, sebagaimana dalam Al-Qur‟an surat Thaha‟ ayat 44, Allah SWT
berfirman:
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-
mudahan ia ingat atau takut.”
Dari ayat di atas dapat dipahami perlunya sikap bijak „orang tua dalam memberikan
bimbingan kepada anaknya antara‟ lain dengan ucapan yang sopan dan tidak menyakiti hati
anaknya, penjelasan ayat di atas juga menggambarkan bahwa dalam berkomunikasi seharunya
menggunakan ocapan yang sopan dan lemah lembut, terutama ketika berkomunikasi dengan
anak usia dini, sehingga anak yang berusia dini dapat menerima informasi yang di sampaikan
orang tuanya dengan baik.
Para ahli berpendapat bahwa usia dini antara „0-6 tahun adalah massa „keemasan (golden age).
Pada fase ini usia anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, menurut
penelitian bidang neurologi ditemakan bahwa 50% kecerdasan anak terbentuk‟ pada kurun
waktu 4 tahun pertama, setelah usia 8 tahun, perkembangan otaknya mencapai 80% dan
pada usia 18 tahun mencapai 100%.11 Pada fase ini pula pembentukan „karakter anak dimulai.
Dimana, karakter yang telah tertanam sejak kecil inilah yang akan terus melekat dan terbawa
hingga ia dewasa.
Seorang anak dalam „kehidupan sosialnya memerlukan kemampuan berkomunikasi
untuk menyampaikan kehendak maupun dalam‟ berinteraksi dengan orang di sekitarnya,
kemampuan‟ komunikasi seorang anak‟ tergantung dari perbendaharaan kata dan‟ stimulus
yang di dapatkan dalam keseharian dari orang terdekatnya, dalam hal ini diantaranya adalah
orang tua serta anggota keluarga lainnya. Komunikasi „orang tua dan anak akan ikut membantu
mengembangkan pemahaman anak pada makna kata yang digunakan dalam berkomunikasi,
sekaligus merangsang anak untuk mampu merangkai kalimat yang baik.

Dijelaskan bahwa ada 3 jenis tipe berkomunikasi dengan anak.


1. Komunikasi Agresif. Orangtua yang termasuk dalam kategori ini adalah mereka yang
banyak berteriak saat bicara, yang menggunakan kalimat kasar dan menyudutkan, serta
yang merendahkan saat berkomunikasi dengan anak. Anak-anak dengan orangtua seperti
ini merespons dengan berbagai cara, tetapi kebanyakan menunjukkan gelagat seperti
berteriak balik, bertingkah hiperaktif, mengabaikan kata-kata orangtua, bahkan ada anak
yang akan menjadi penakut dan cenderung mengucilkan diri.
2. Kedua, Komunikasi Pasif. Orangtua dalam kategori ini berkomunikasi dengan anak dalam
nada yang pelan dan terlalu berhati-hati dalam pemilihan kata. Hasilnya, anak cenderung
bergantung pada orangtua dan lebih nyaman jika selalu di dekat orangtua saat sosialisasi.
Sayangnya, karena terlalu pasif, maka saat orangtua tertekan, mereka bisa saja langsung
mengubah nada suara ke versi agresif.
3. Ketiga, Komunikasi Asertif. Komunikasi asertif dipercaya sebagai pola berkomunikasi
dengan anak yang paling efektif untuk diterapkan ke segala jenis usia. Gaya
berkomunikasi ini tegas, konsisten, jelas, hangat, dan penuh percaya diri. Dalam
komunikasi ini, orangtua juga lebih banyak mendengarkan. Sehingga anak akan melihat
ayah dan orang tuanya mendengarkan dan menghargai pendapatnya. Maka anak pun akan
berkomunikasi dengan lebih percaya diri dan mau mendengarkan apa yang orangtuanya
sampaikan.
Orangtua memang sebaiknya menggunakan gaya berbicara yang baik dan bisa diterima
anak. Karena anak adalah spons yang menyerap segala hal di sekitarnya, maka bisa saja gaya
bicara yang kurang baik akan ditiru. Nah, tetapi apabila Orang tua masih menemui kesulitan
berkomunikasi dengan anak agar mereka mau mendengarkan, Orang tua bisa mencoba
beberapa tips berikut:
 Introspeksi Diri
Menurut Najeela Shihab, psikolog sekaligus akademisi pendidikan dalam video Seri
Pendidikan Orangtua yang diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
mengatakan bahwa ada 3 kesalahan umum yang dilakukan orangtua sehingga menghambat
keefektifan dalam berkomunikasi dengan anak. Inilah yang harus segera diubah agar tercipta
interaksi yang hangat dalam berkomunikasi dengan anak.
 Kehadiran Orangtua yang Tidak Penuh: Orangtua hadir secara fisik, namun absen
secara hati dan pikiran karena melamun, memikirkan hal lain, atau distraksi gawai
dan lainnya. Padahal, seharusnya orangtua hadir secara utuh, fisik dan hatinya
fokus mendampingi anak.
 Nasihat yang Memblokir Komunikasi: Orangtua seringkali menggunakan nasihat
yang justru menghambat interaksi dan membuat anak enggan mendengarkan. Cara
ini sebaiknya diganti dengan refleksi pengalaman yang membuat anak belajar
secara tersirat dan melatih kemampuan berpikirnya dalam mengartikan hubungan
sebab-akibat.
 Menggunakan Kata yang Tidak Tepat: Label negatif maupun tuduhan pada anak
termasuk kata yang tidak tepat yang membuat komunikasi jadi tidak efektif. Orang
tua bisa menggantinya dengan menyatakan perasaan Orang tua secara lugas dan
konkrit, seperti, “Orang tua khawatir kaki Kakak terluka karena menginjak mainan
yang berserakan.
 Pancing Anak untuk Bercerita
Meminta anak bercerita, lalu mendengarkan dengan saksama bisa menjadi kunci awal
terbukanya pola komunikasi antara orangtua dan anak. Anak akan perlahan mengubah gaya
bicaranya juga jika Orang tua mencontohkan dengan baik. Anak juga akan lebih mendengarkan
Orang tua nantinya karena ia melihat bahwa Orang tua mendengarkannya.
 Menanggapi Anak Bahkan Dalam Hal Sensitif
Membicarakan perasaan seperti marah, sedih, malu, dan takut juga bisa membantu anak
lebih terbuka pada orang tua. Saat Orang tua berhasil membuat anak merasa nyaman dengan
membicarakan hal-hal yang bagi anak adalah hal sensitif, maka ia akan merasa bahwa Orang
tua memahaminya. Orang tuanya mendengarkannya. Lalu anak akan dengan mudah
mendengarkan Orang tua juga. Ia juga akan mengerti saat Orang tuanya memiliki perasaan
serupa dan mau untuk mendengarkan kata Orang tuanya. Cara ini efektif digunakan dalam
berkomunikasi dengan anak yang masih sering memendam pengalamannya.
 Sebut Nama Anak
 Gunakan Kalimat Positif
Usahakan mengurangi penggunaan kata “tidak” dan “jangan”. Jika sudah terbiasa, orang
tua nantinya akan bisa sama sekali tidak menggunakan kata tersebut. Tetapi jika belum bisa,
setidaknya minimalisir penggunaannya. Kalimat yang mengandung kata “tidak” dan “jangan”
lebih rentan untuk dibantah atau diabaikan oleh anak. Misalnya, ganti kalimat “jangan lari-lari”
menjadi “jalan aja yuk”, atau “tidak boleh petik tanaman” menjadi “tanamannya disayang ya,
biarkan daun dan bunganya tumbuh”
 Buat Kontak Mata
Kontak mata dengan anak perlu dilakukan untuk membuat anak mengerti bahwa apa
yang sedang orang tua katakan itu penting. Duduklah atau berlutut agar mata orang tau sejajar
dengan mata anak. Pangku anak berhadapan dengan orang tua bila perlu, baru katakan apa yang
ingin orang tua sampaikan. Jika orang tua hanya membungkuk tanpa benar-benar menatap
anak, Orang tua masih akan kesulitan mengendalikan emosi anak. Karena posisi tersebut
membuat punggung Orang tua lebih cepat lelah dan napas jadi tersengal. Sehingga cara
berkomunikasi dengan anak akan terkesan seperti buru-buru dan anak akan berpikir Orang tua
tidak sungguh-sungguh.
 Atur Volume Suara dengan Baik
Volume suara adalah hal yang paling butuh dikontrol oleh orangtua saat berbicara
dengan anak karena paling sulit diatur untuk tidak beroktaf tinggi. Volume suara menjadi lebih
tinggi utamanya saat orangtua mulai kesal dengan apa yang dilakukan anak. Suara bervolume
tinggi biasanya keluar saat orangtua berada jauh dari anak tapi butuh mengatakan sesuatu, atau
saat orangtua marah. Nah, ketika volume suara yang Orang tua keluarkan meninggi, anak bisa
memproses dirinya untuk otomatis tidak mendengarkan apa yang Orang tua bicarakan, bahkan
cenderung merasa takut. Saat Orang tua berjauhan dengan anak dan berteriak saat mengatakan
sesuatu, maka anak akan menganggap Orang tua tidak serius. Sehingga mereka tidak akan
mendengarkan. Sedangkan saat Orang tua marah, nada tinggi akan membuat anak ketakutan
dan tidak bisa memproses kalimat yang Orang tua sampaikan. Apalagi jika omelannya panjang
sekali. Anak akan semakin tidak mengerti karena merasa kalimat Orang tua terlalu panjang.
Maka, gunakan volume suara yang sedang karena lebih menenangkan dan menyenangkan untuk
didengar.
 Menciptakan Rutinitas
Membiasakan rutinitas penting dalam berkomunikasi dengan anak
 Baca Body-Language Anak
Setiap hal kecil pada anak bagi mereka itu penting. Jika Orang tua memberi perhatian
lebih pada gelagat yang anak tunjukkan, anak akan merasa diperhatikan. Hal ini akan menjadi
kunci agar saat Orang tua bicara tentang sesuatu, anak akan memperhatikan Orang tua juga.
Contoh kalimatnya seperti ini, “Orang tua lihat kamu banyak diam hari ini, apa kamu sedang
sedih?”
 Anggap Anak Adalah Partner Bicara yang Seusia
Meski saat berbicara pada anak diperlukan bahasa yang ringan, ringkas, dan mudah
dipahami, Orang tua tetap harus menganggap anak adalah partner seusia untuk diajak bicara.
Maksudnya, apa pun pertanyaan dari si kecil, tanggapi dan jawab dengan benar. Libatkan ia
dalam diskusi yang serius tapi menyenangkan. Hindari menjawab pertanyaan si kecil dengan
asal-asalan, atau jawaban-jawaban nyeleneh yang bukan sesuai kenyataannya. Karena saat anak
bertanya, ia ibarat gelas kosong yang belum terisi apa pun. Jika Orang tua mengisinya dengan
informasi yang dorang tuaat sebagai lelucon, maka anak akan menganggap itulah yang benar.
Suatu saat nanti jika ia menemukan jawaban yang sesungguhnya, anak akan merasa kecewa
karena Orang tuanya tidak menyampaikan fakta yang sesungguhnya.
 Kurangi Interupsi Saat Anak Bicara
Saat anak bicara, upayakan untuk tidak memotong pembicaraannya meski Orang tua
sudah tahu jalan cerita yang sebenarnya. Dengarkan saja dulu dan respons dengan “oh ya?
Terus terus gimana?”, atau “wah, begitu ya. Hebat sekali”. Bisa juga Orang tua tambahkan
anggukan sebagai tanda Orang tua memahami dan mengikuti jalan ceritanya dengan cermat.
Dengan memilih untuk tidak menginterupsi anak saat bicara dapat membantu anak percaya
pada Orang tua, kelak mereka akan bersikap yang sama saat Orang tua bicara.
 Perkuat Hubungan Emosional dengan Anak
Anak-anak yang sulit mendengarkan orangtuanya bisa disebabkan karena mereka
kurang memiliki kedekatan emosional dengan orangtua. Ini tentu saja menghambat proses
berkomunikasi dengan anak yang efektif. Orang tua perlu meluangkan waktu lebih banyak
dengan anak agar anak merasa Orang tua adalah orang terdekatnya, yang ucapan atau
perintahnya penting untuk dilakukan. Kesampingkan ego dan luangkan waktu lebih banyak
dengan cara membaca buku, menemani bermain, atau makan bersama. Hal-hal ini bisa
membantu Orang tua lebih dekat dengan anak dan anak merasa nyaman untuk
mendengarkan Orang tua.

Anda mungkin juga menyukai