Mengetahui,
Nama Metode
NO Judul Penelitian Hasil Penelitian
Penulis Penelitian
1 Leilly Puji Pengaruh pola asuh Kuantitatif Hasil Penelitian tersebut
Rahayu orang tua dan adalah :
pengendalian diri 1) Tidak ada pengaruh
terhadap perilaku parenting style terhadap
agresif. perilaku agresif
2) Kontrol diri berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap perilaku agresif
3) Pola asuh orang tua dan
pengendalian diri berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap perilaku agresif
2 Arief Pengaruh Komunikasi Kuantitatif Hasil Penelitian tersebut
Hamazah Kekuarga Terhadap adalah : Ada pengaruh
Kenakalan Remaja komunikasi keluarga terhadap
kenakalan remaja
3 Patrix Penguatan Deskriptif Hasil survei ini menunjukkan
Brando Komunikasi Keluarga bahwa pendidikan dan
Rimporok Untuk Meminimalkan pengembangan anak sangat
Kenakalan Remaja di penting untuk mengurangi
Desa Maumbi kejahatan remaja di Desa
Kecamatan Karawat Maumbi, Kecamatan
Kabupaten Minaha Karawat, Kabupaten Minaha
Utara Utara, karena hampir semua
responden memberikan
tanggapan seperti itu.
.
2.2 Komunikasi Efektif Dalam Keluarga
Komunikasi yang efektif antara anggota keluarga akan menciptakan
sebuah suasana rumah yang positif, memberikan kenyamanan bagi anak-anak
di rumah. Kekurangan komunikasi dalam keluarga dapat menyebabkan
sebuah hubungan antar orang tua dengan anaknya menjadi renggang,
mengakibatkan kondisi yang tidak harmonis dan suasana rumah yang tidak
nyaman, kesulitan dalam menjalin hubungan bersama keluarga, dan membuat
anak tidak merasakan kenyamanan ketika berada di rumah. Dan pentingnya
komunikasi dalam keluarga untuk saling memahami dari perspektif masing-
masing, mendengarkan satu sama lain, dan menerima adannya perbedaan.
Terdapat 4 aspek yang perlu diperhatikan agar komunikasi dalam
keluarga terjalin efektif:
1. Rispek: Komunikasi harus dimulai dengan pengakuan. Butuhnya
pengakuan akan menciptakan kesan positif dari penerima pesan. Orang
tua yang berkomunikasi dengan anak dan mengawalinya dengan rasa
hormat akan memperoleh hasil yang sesuai dengan harapannya.
2. Jelas: Pesan yang disampaikan harus jelas agar isi pesan dapat dipahami
dengan baik dan harus terbuka antara anak dan orang tua
3. Empati: Kesanggupan untuk memahami situasi dan kondisi orang lain.
Orang tua tidak seharusnya memaksakan lebih dari kemampuan anak dan
dapat menempatkan diri dalam situasi anak.
4. Rendah hati: Dalam berkomunikasi, saling menghargai, bersikap lembut,
dan memiliki kendali diri sangat diperlukan.
2.3 Pengertian Komunikasi Interpersonal
Menurut Andrew E. Sikula (2017:145), komunikasi merupakan suatu
proses memberikan informasi, pengertian, dan pemahaman dari satu individu,
lokasi, atau objek ke individu, lokasi, atau objek lainnya. Dengan demikian,
komunikan akan menerima pengaruh dan mengalami perubahan perilaku
sesuai dengan isi pesan yang disampaikan oleh komunikator.
Komunikasi interpersonal ialah sebuah bentuk komunikasi yang
melibatkan dua orang atau lebih. Komunikasi interpersonal terjadi saat
individu terlibat dalam interaksi yang mencakup isyarat verbal dan nonverbal
serta respons saling balas. Menurut Dean Barnlund, jika tidak terjadi
pertukaran isyarat verbal dan nonverbal, itu tidak dapat disebut sebagai proses
komunikasi antarpribadi.
Komunikasi interpersonal adalah proses meyampaikan pesan dari
satu individu dan penerimaan pesan oleh individu lainnya atau sekelompok
kecil dari sebuah individu, yang dapat memberikan dampak tertentu dan
memberikan kesempatan untuk umpan balik secara langsung. Jika dilihat dari
segi hubungan interpersonal, komunikasi interpersonal merupakan interaksi
komunikasi yang terjadi antara dua individu yang memiliki sebuah hubungan
yang kuat dan terdefinisi dengan jelas. Komunikasi ini bisa terjadi antara
orang tua dan anak, atau antara individu-individu lainnya. Secara umum
melibatkan interaksi tatap muka (DeVito, 1997). Jadi, dapat disimpulkan
bahwa komunikasi interpersonal melibatkan pertukaran pesan antara dua
individu atau lebih dalam konteks komunikasi langsung.
2.4 Pengertian Keluarga
Menurut Bergess (1962), keluarga ialah sekelompok orang yang
mempunyai hubungan kekerabatan berdasarkan perkawinan, keturunan, atau
darah, baik secara kodrati maupun melalui pengangkatan anak. Keluarga-
keluarga ini tinggal bersama di rumah dan berinteraksi serta berkomunikasi
sambil memenuhi peran sosial tertentu. Meski juga memiliki adat dan budaya
yang berasal dari masyarakat sekitar, namun keluarga mempunyai identitas
tersendiri yang unik. Keluarga sebuah lembaga terkecil dalam masyarakat
yang memiliki fungsi sebagai tempat untuk menciptakan kehidupan yang
tenteram, aman, damai, dan sejahtera. Di dalamnya, terwujud suasana yang
harmonis cinta dan kasih sayang antara anggota keluarga. Hubungan dalam
keluarga dapat terbentuk melalui perkawinan atau hubungan persusuan, dan
juga dipengaruhi oleh praktik pengasuhan.
Peran keluarga untuk anak yaitu :
1. Sebagai pengajar
Keluarga merupakan pengajar pertama bagi anaknya, termasuk
anak penyandang disabilitas.
2. Sebagai wali
Keluarga melindungi anak-anak mereka dari perlakuan dan kondisi
yang dapat membahayakan keselamatan mereka atau menyebabkan
kesusahan.
3. Sebagai motivator
Anak bermasalah memerlukan dorongan dan dukungan dari
keluarganya. Oleh karena itu, keluarga harus mampu memotivasi anak-
anaknya agar tumbuh semangat dan semakin kaya.
4. Sebagai Pelayan Anak penyandang
Disabilitas mempunyai banyak keterbatasan dan kelemahan,
sehingga keluarga harus melayaninya dengan baik. Pelayanan ini
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisik, psikis dan sosial anak.
5. Sebagai sahabat yang hangat
Keluarga diharapkan menjadi tempat yang nyaman bagi anak
penyandang disabilitas untuk mengungkapkan perasaan dan menghadapi
permasalahannya.
2.5 Pengertian Remaja
Remaja merupakan individu yang sedang mengalami proses
pertumbuhan menuju kedewasaan, melibatkan aspek-aspek kematangan
mental, emosional, sosial, dan fisik. Mereka memiliki rasa keingintahuan
yang tinggi dan sedang menjalani tahap perkembangan sebagai persiapan
untuk memasuki fase dewasa.
World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja sebagai
kelompok masyarakat yang rentan usia antara 10 hingga 19 tahun. Sementara
Peraturan Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2014 menyebutkan
bahwa remaja adalah penduduk yang berada dalam rentang umur 10-18
tahun, dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN), rentang umur remaja mencakup 10-24 tahun yang belum menikah.
Dalam perspektif Monks dan Haditono, remaja adalah individu yang
ada di kisaran umur 12-21 tahun. Masa remaja merupakan fase transisi dari
masa anak-anak menuju dewasa, yang ditandai dengan perubahan pola pikir
dan proses menuju kedewasaan.
2.6 Pengertian Sikap Agresif
Agresi mengacu pada perilaku yang disengaja dengan maksud
untuk menjahati atau menyakiti orang lain secara fisik atau verbal. Istilah
“agresif” sering dikaitkan dengan keadaan psikologis seseorang dan
cenderung berkonotasi negatif dalam konteks perilaku. Dalam psikologi,
perilaku agresif diartikan sebagai setiap tindakan atau tindakan yang
ditujukan untuk menyerang atau merugikan makhluk hidup lain. Seperti yang
dijelaskan Leonard Berkowitz, perilaku agresif dapat berupa upaya menyakiti
orang lain secara fisik atau psikologis.
Menurut Bower & Bower (Psychemate 2007), ciri-ciri dan ciri-ciri
perilaku agresif adalah:
1. Meluapkan emosi tanpa mempertimbangkan ataupun menyakiti perasaan
orang lain.
2. Menatap dengan mata tanpa ekspresi, dingin, merendahkan dan
memalingkan muka saat berbicara.
3. Saya berbicara lebih cepat dan membicarakan hal-hal yang relevan bagi
saya.
4. Saya sering menyombongkan diri, apalagi jika dipuji orang lain, saya
cenderung membuat orang yang saya puji menjadi marah.
5. Mereka mempunyai sikap sok tahu, berusaha mengutarakan pendapatnya
mengenai segala hal berdasarkan sudut pandangnya sendiri, dan seringkali
membenarkan pendapatnya.
6. Cenderung menyerang, mengancam, mengkritik, dan memaksa orang
mencari penjelasan lebih lanjut.
7. Selalu lindungi hak Anda tanpa mengkhawatirkan hak orang lain.
8. Mereka cenderung mengungkapkan ketidakpuasannya secara eksplosif.
9. Anda cenderung menyerang orang yang tidak setuju dengan pendapat
Anda dengan menyela pembicaraan atau mengancam mereka
2.7 Definisi Konseptual
Definisi konseptual yaitu sebuah unsur dalam penelitian yang
menggambarkan ciri-ciri masalah yang akan diteliti. Berdasarkan landasan
teori yang telah dibahas, maka dapat ditampilkan definisi konseptual dari
masing-masing variabel sebagai berikut.
1. Komunikasi keluarga adalah komunikasi antara orang tua dan anak yang
bertujuan untuk memupuk rasa cinta dan kerjasama, saling
mengungkapkan perasaan, serta mewujudkan toleransi dan kepercayaan.
Keterbukaan ini menimbulkan sikap saling pengertian antar anggota
keluarga.
2. Perilaku agresif pada masa remaja merupakan keadaan emosi yang
merupakan sebuah campuran antara rasa frustasi dan perasaan benci atau
marah. Hal ini dapat dilampiaskan ke lingkungan, diri sendiri, atau
dengan cara yang merusak.
2.8 Hipotesis Teoritis
Hipotesis yang disarankan pada penelitian ini menyatakan bahwa
adannya korelasi antara komunikasi yang ada di keluarga dan perilaku agresif
anak. Semakin ketat didikan orang tua, semakin tinggi kemungkinan
terbentuknya perilaku agresif pada remaja.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Cahyanuari, Lolita Dwi. “ Hubungan Antara Pola asuh Otoriter Orang Tua
Dengan Perilaku Agresif Pada Remaja”
Dameria sinaga (2014) Buku Ajar Statistik Dasar. Jakarta: Uki pres
Devito, J. (1997). Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Profesional Book.
Djamarah Syaiful , Pola komunikasi Orang Tua & Anak dalam keluaraga,2004
Fitriasari, Endah. Adi, Heryanto & Rahayu Astuti “Faktor-faktor yang
Berhubungan Dengan Perilaku Agresif Pada Remaja Di Stimart AMNI
Semarang, Jawa Tengah”
Friendly. (2002). Komunikasi dalam Keluarga. Jakarta: Family Altar.
Gunarsa, S.D. (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT.
BPK Gunung Mulia.
Gunarsa, S. D dan Singgih D.G. (2012). Psikologi Praktis : Anak, Remaja dan
Keluarga. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.
Hamzah B. Uno (2020) PARADIGMA PENELITIAN.Universitas Negeri
Gorontalo
Hardining, Sri; Erliana, Yossy Dwi. “Pengaruh Pola Komunikasi Orang Tua
Terhadap Perilaku Agresif Remaja”
Hidayat, Anwar (2012) Hipotesis Adalah Dugaan Sementara Penelitian.
Pengertian, Jenis, Contoh
Liliweri, Alo, Komunikasi Antar Pribadi, Bandung: PT Citra Aditya Bakti,
2007 Liliweri, A. (1997). Komunikasi Antar Pribadi. Bandung: Cipta Aditya
Bakt
Rahayu, Leily Puji. “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Kontrol Diri Terhadap
Perilaku Agresif”
Shochib, M. (2010). Pola Asuh Orang Tua (Dalam Membantu Anak
Mengembangkan Disiplin Diri Sebagai Pribadi Yang Berkarakter). Jakarta:
Rineka Cipta
Supratiknya, A. (1995). Komunikasi Antarpribadi. Yogyakarta: PT Kanisius