Anda di halaman 1dari 19

Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan representasi hierarki dari berbagai elemen yang membentuk
suatu perusahaan, dan setiap individu atau sumber daya manusia dalam divisi suatu
perusahaan mempunyai posisi dan peran yang unik. Struktur organisasi sendiri dibuat untuk
kepentingan perusahaan dengan terlebih dahulu menunjuk personel yang kompeten sesuai
spesialisasi dan keahliannya. Mengenai HRD sendiri, struktur organisasi dapat
menginformasikan peran dan tanggung jawab karyawan. Pengelompokan sumber daya
manusia dalam suatu organisasi menurut kemampuannya juga dapat menjadi salah satu
indikator pengembangan sumber daya manusia dalam menentukan gaji. Misalnya, jika A
pandai dalam pemasaran tetapi buruk dalam penjualan, dan B pandai dalam penjualan tetapi
buruk dalam pemasaran, kolaborasi adalah cara paling efisien untuk mencapai satu tujuan.
Semua kekuatan berguna dalam sistem organisasi. Oleh karena itu, sangat penting bagi
seseorang dalam organisasi untuk memiliki pengetahuan tentang struktur, perilaku, proses,
dan hasil organisasi. Struktur organisasi sebagai suatu hierarki (tingkatan atau garis berlapis)
mencakup komponen-komponen yang menggambarkan bagaimana para pendiri dan pendiri
perusahaan saling mengoordinasikan pembagian kerja dan kegiatan berbagai perusahaan
satu sama lain. Struktur organisasi yang baik dengan sendirinya menunjukkan spesialisasi
setiap fungsi bisnis dan mewujudkannya melalui pelaporan. Struktur organisasi adalah suatu
sistem untuk menentukan hierarki dalam suatu organisasi dengan tujuan untuk menentukan
bagaimana organisasi dapat berfungsi dan mendukung organisasi dalam mencapai tujuan
yang ditentukan di masa depan. Untuk lebih memahami fungsi struktur dalam organisasi,
Pak Grameds dapat merujuk pada contoh dalam bukunya, Struktur Organisasi dan Misi
Gereja, yang tersedia di Gramedia. Torang (2013: 100) berpendapat bahwa perubahan
organisasi dapat diorientasikan pada perubahan ‘struktur organisasi’ atau ‘tujuan (goal)
organisasi’. Struktur organisasi merupakan salah satu sumber terjadinya perubahan
organisasi atau dapat dikatakan bahwa struktur organisasi adalah salah satu objek yang
terkena perubahan. Oleh karena tujuan ditetapkan dalam organisasi (Scott dalam Torang,
2013: 101) dan agar terjadi perubahan dalam organisasi dengan maksud mempermudah
pencapaian tujuan, maka sangat beralasan apabila perubahan organisasi dimulai dengan
melakukan perubahan struktur organisasinya. Robbins (2009: 420) memusatkan
perhatiannya pada perubahan struktural yang berfokus pada teknik-teknik yang mempunyai
dampak terhadap sistem struktur organisasi. Hal ini memiliki arti bahwa akan meninjau pola
wewenang yang berubah, akses terhadap informasi, alokasi imbalan, teknologi, dan
sebagainya.

Kompleksitas merupakan gambaran tentang tingkat diferensiasi pada sebuah organisasi.


Peningkatan salah satu dari jenis diferensiasi ini secara otomatis akan menambah
kompleksitas struktur sebuah organisasi (Kusdi, 2011: 168). Kompleksitas memiliki tiga
dimensi, yaitu:

a. Diferensiasi vertical : menggambarkan kedalaman struktur atau hirarki organisasi.


b. Diferensiasi horizontal : menggambarkan tingkat pemisahan horizontal di antara
unit-unit berdasarkan orientasi para anggota, sifat dari tugas yang dilaksanakan, dan
tingkat pendidikan dan pelatihannya. Diferensiasi horizontal menyebabkan beban
lebih berat pada pengelola organisasi untuk mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas
organisasi, dan meningkatkan kesulitan dalam berkomunikasi di antara satu unit
dengan unit lain dari adanya perbedaan-perbedaan tersebut (Kusdi, 2011: 169).
Spesialisasi mengindikasikan pengelompokkan aktivitas tertentu yang diperankan
oleh satu individu. Sedangkan departementalisasi mengindikasikan cara organisasi
secara khas mengkoordiinasikan aktivitas yang telah dideferensiasi secara horizontal.
c. Diferensiasi spasial : menggambarkan sejauh mana fasilitas dan unit atau anggota
organisasi tersebar secara geografis.

Robbins (2013: 480) mengungkapkan bahwa bukti yang paling nampak menekankan
diferensiasi horizontal pada organisasi adalah spesialisasi dan departementalisasi.
Spesialisasi mengindikasikan pengelompokkan aktivitas tertentu yang diperankan oleh satu
individu. Peningkatan spesialisasi berindikasi meningkatnya kompleksitas di dalam
organisasi, karena peningkatan spesialisasi membutuhkan metode ‘holistic’ untuk tujuan
koordinasi dan pengawasan. Pembagian kerja sangat diperlukan dalam organisasi karena
pada organisasi yang besar cenderung pekerjaannya sangat kompleks serta memerlukan
pengalaman. Setelah pekerjaan telah dibagi melalui spesialisasi kerja, mereka harus
dikelompokkan tugas agar dapat dikoordinasikan. Dasar dari sebuah pekerjaan yang
dikelompokkan disebut departementalisasi.

A. Diferensiasi horizontal

Diferensiasi Horizontal dalam Teori Organisasi


Teori organisasi melibatkan studi tentang sistem sosial konvensional, termasuk bisnis, dan
hubungan yang terbentuk dalam sistem tersebut. Dalam teori organisasi, diferensiasi adalah
serangkaian proses yang digunakan organisasi untuk membentuk karyawan dan aset untuk
mencapai tujuan mereka. Dalam diferensiasi proses ini, hubungan antara karyawan dan
manajer ditentukan. Diferensiasi horizontal terjadi ketika karyawan dan manajer diberi tugas
untuk menyelesaikan berbagai tugas bisnis.

Gaya Diferensiasi Organisasi

Perusahaan biasanya menggunakan satu atau lebih gaya diferensiasi dalam struktur dan
tatanan organisasi mereka. Bisnis yang menggunakan kompresi spasial mempekerjakan
pekerja di berbagai tempat untuk menyelesaikan tugas-tugas tertentu. Lokasi ini dapat
mencakup pabrik manufaktur, gudang, pusat distribusi, dan toko ritel. Diferensiasi vertikal
melibatkan pemasangan “rantai komando” antara karyawan dan manajer. Diferensiasi
horizontal memisahkan pekerja berdasarkan pekerjaan yang diberikan kepada mereka, seperti
akuntansi, penjualan, atau jaringan komputer.

Diferensiasi Horizonatal dalam bentuk dimensi Kompleksitas

Dimensi kompleksitas horizontal menunjukkan seberapa banyak jenis pekerjaan yang ada
dalam organisasi. Ini mencakup berbagai macam tugas yang dilakukan oleh individu atau
kelompok dalam perusahaan. Jika ada lebih banyak variasi atau keragaman dalam tugas dan
fungsi, perbedaan horizontal menjadi lebih kompleks. Misalnya, dalam sebuah perusahaan
manufaktur, terdapat banyak departemen yang berbeda, seperti produksi, pemasaran,
keuangan, dan sumber daya manusia. Setiap departemen memiliki tugas dan kemampuan
yang berbeda-beda. Banyak ruang, seperti unit rawat inap, gawat darurat, radiologi, dan
lainnya, akan menunjukkan perbedaan kompleks horizontal. Jumlah tugas dan fungsi yang
beragam membuatnya lebih sulit untuk diintegrasikan dan dikoordinasikan dalam organisasi.

1. Strategi

Strategi Organisasi: Strategi perusahaan mempengaruhi diferensiasi horizontal dengan


menentukan seberapa banyak tugas dan fungsi yang diperlukan untuk mencapai tujuan
strategi. Misalnya, perusahaan yang menerapkan strategi diferensiasi produk mungkin
membentuk lebih banyak divisi atau departemen untuk menangani berbagai lini produk.
Teknologi: Jenis teknologi yang digunakan dalam proses produksi atau operasional
mengganggu kerumitan struktur. Teknologi yang lebih canggih mungkin memerlukan
kekhasan yang lebih tinggi, yang menghasilkan diferensiasi horizontal yang lebih besar.

Lingkungan Eksternal: Faktor-faktor eksternal seperti pasar, persaingan, dan peraturan


dapat mempengaruhi diferensiasi horizontal. Peraturan yang kompleks atau persaingan
yang kuat dapat menyebabkan operasi dan tanggung jawab tambahan diperlukan dalam
organisasi untuk memenuhi persyaratan eksternal.

2. Besaran Organisasi

Ukuran Organisasi: Kompleksitas struktur dipengaruhi oleh ukuran organisasi, baik


dalam hal jumlah karyawan maupun kegiatan operasionalnya. Karena organisasi yang
lebih besar memiliki lebih banyak spesialisasi dan fungsi yang diperlukan untuk
menjalankan operasinya, lebih mungkin untuk memiliki lebih banyak diferensiasi
horizontal.

Skala Operasional: Tingkat skala operasional juga dapat mempengaruhi diferensiasi


horizontal. Untuk mengelola kompleksitas tersebut dengan efisien, organisasi dengan
operasi yang tersebar luas atau kegiatan yang beragam mungkin memerlukan lebih
banyak diferensiasi horizontal.

3. Teknologi

Tingkat Ketergantungan pada Teknologi: Organisasi yang sangat bergantung pada


teknologi canggih biasanya memiliki diferensiasi horizontal yang tinggi karena mengelola
teknologi canggih sering memerlukan spesialisasi yang tinggi dalam berbagai bidang.

Kompleksitas Teknologi: Teknologi yang kompleks sering memerlukan fungsi tambahan


dalam organisasi untuk mendukung dan mengelolanya. Contohnya, perusahaan teknologi
tinggi mungkin memiliki banyak departemen teknik dan divisi penelitian dan
pengembangan yang kuat.

4. Lingkungan

Kompleksitas Lingkungan Eksternal: Lingkungan bisnis yang berubah-ubah, kompleks,


atau tidak pasti memerlukan diferensiasi horizontal yang lebih besar dalam struktur
organisasi. Organisasi harus dapat menyesuaikan diri dengan perubahan di lingkungan
eksternal, yang dapat mencakup persaingan yang ketat, regulasi yang kompleks, atau
permintaan pelanggan yang bervariasi.

Kebutuhan untuk Responsif: Organisasi yang beroperasi dalam lingkungan yang dinamis
mungkin perlu memiliki struktur yang lebih diferensiasi untuk dapat merespons
perubahan dengan cepat dan efektif.

5. Pengendalian kekuasaan

Sentralisasi vs. Desentralisasi: Apakah pengendalian kekuasaan dalam suatu organisasi


disentralisasi (diawasi secara pusat) atau didesentralisasi (didistribusikan ke tingkat yang
lebih rendah) dapat berdampak pada diferensiasi horizontal. Organisasi yang lebih
sentralisasi mungkin memiliki lebih sedikit diferensiasi horizontal karena pengambilan
keputusan yang terpusat, sementara organisasi yang lebih desentralisasi mungkin
memerlukan lebih banyak diferensiasi horizontal untuk memperbaiki masalah.

Diferensiasi Horizontal dalam bentuk Dimensi Formalisasi

Dalam bentuk formalisasi, diferensiasi horizontal mengacu pada tingkat standarisasi dan
formalitas dalam prosedur dan aturan yang diterapkan pada berbagai tugas atau fungsi dalam
organisasi.

1. Strategi

Kompleksitas Struktur: Struktur organisasi yang kompleks, seperti matriks atau


fungsional, mungkin memerlukan lebih banyak formalisasi karena banyaknya interaksi
dan ketergantungan antar bagian. Misalnya, formalisasi yang kuat diperlukan untuk
mengoordinasikan pekerjaan karyawan dalam struktur matriks di mana karyawan melapor
kepada dua atau lebih pemimpin.

Jenis-jenis Struktur: Matriks, divisi, dan struktur fungsional memiliki tingkat formalisasi
yang berbeda. Karena departemen yang berbeda memerlukan aturan komunikasi dan
koordinasi yang jelas, struktur fungsional mungkin lebih formal.

2. Besaran Organisasi

Skala Operasional: Besar kecilnya organisasi dapat mempengaruhi tingkat formalisasi.


Organisasi yang lebih besar cenderung memiliki tingkat formalisasi yang lebih tinggi
karena ada lebih banyak kegiatan yang harus diatur dan diawasi. Sebaliknya, organisasi
yang lebih kecil mungkin memiliki tingkat formalisasi yang lebih rendah karena
fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar.

Kompleksitas Kegiatan: Organisasi dengan kegiatan yang lebih kompleks, seperti operasi
global atau portofolio produk yang beragam, mungkin memerlukan tingkat formalisasi
yang lebih tinggi untuk memastikan konsistensi dan kepatuhan terhadap prosedur dan
standar.

3. Teknologi

Kompleksitas Teknologi: Organisasi yang menggunakan teknologi canggih sering


memiliki formalisasi yang lebih tinggi karena teknologi tersebut sering memerlukan
prosedur yang terstandarisasi dan ketat untuk menjalankannya. Misalnya, organisasi yang
menggunakan sistem komputerisasi yang kompleks mungkin memiliki prosedur
operasional standar (SOP) yang sangat formal untuk menjalankan sistem tersebut.

Ketergantungan pada Teknologi: Tingkat formalisasi dipengaruhi oleh seberapa


bergantung organisasi pada teknologi. Semakin penting teknologi dalam menjalankan
operasi, semakin formalitasnya.

4. Lingkungan

Regulasi dan Standar Eksternal: Lingkungan eksternal yang diatur oleh regulasi yang
ketat atau standar industri yang tinggi dapat mendorong tingkat formalisasi yang lebih
tinggi dalam organisasi. Organisasi harus mematuhi persyaratan eksternal ini dengan
memiliki prosedur dan kebijakan yang terstandarisasi.

Kompleksitas Lingkungan Bisnis: Lingkungan bisnis yang kompleks, termasuk


persaingan yang intensif atau permintaan pasar yang bervariasi, juga dapat mempengaruhi
tingkat formalisasi. Organisasi mungkin perlu memiliki prosedur yang terstandarisasi
untuk merespons secara efektif terhadap perubahan dan tantangan di lingkungan bisnis.

5. Pengendalian Kekuasaan

Sentralisasi vs. Desentralisasi: Model pengendalian kekuasaan, apakah sentralisasi atau


desentralisasi, juga mempengaruhi tingkat formalisasi. Organisasi dengan pengendalian
yang lebih sentralisasi mungkin memiliki prosedur yang lebih formal dan terstandarisasi
karena pengambilan keputusan terpusat, sementara organisasi yang lebih desentralisasi
mungkin memiliki lebih banyak fleksibilitas dan formalisasi yang lebih rendah di tingkat
yang lebih rendah.

Diferensiasi Horizontal dalam bentuk dimensi Desentralisasi/Sentralisasi

Diferensiasi horizontal adalah tingkat perbedaan antara unit-unit dalam organisasi


berdasarkan orientasi mereka. Dalam konteks desentralisasi/sentralisasi, diferensiasi
horizontal dapat dilihat dari tingkat otonomi yang diberikan kepada unit-unit tersebut dalam
pengambilan keputusan.

1. Strategi

Desentralisasi: Ini adalah strategi yang fleksibel dan dinamis yang membutuhkan adaptasi
cepat terhadap perubahan pasar. Membutuhkan unit yang memiliki otonomi tinggi untuk
membuat keputusan sesuai dengan kondisi lokal. Contohnya adalah perusahaan
multinasional yang memiliki kantor di berbagai negara.

Sentralisasi: strategi yang terstruktur dan terkontrol yang membutuhkan efisiensi dan
keseragaman. Membutuhkan unit yang mematuhi pedoman dan standar yang ditetapkan
oleh pusat. Contoh: Perusahaan kecil yang berkonsentrasi pada satu produk atau layanan.

2. Besaran Organisasi

Organisasi Besar: Organisasi ini cenderung memiliki perbedaan horizontal yang lebih
besar. Memiliki banyak unit yang memiliki kebutuhan dan kompleksitas yang berbeda.
Untuk memenuhi kebutuhan lokal, unit harus lebih bebas. Contohnya adalah konglomerat
yang memiliki banyak anak perusahaan yang bekerja di berbagai industri.

Organisasi kecil: Cenderung memiliki diferensiasi horizontal yang lebih rendah.


Strukturnya lebih sederhana dan mudah diatur. Untuk memastikan konsistensi dan
efisiensi, dibutuhkan sentralisasi. Sebagai contoh, perusahaan startup baru-baru ini
memulai bisnisnya.

3. Teknologi

Teknologi canggih memungkinkan desentralisasi dengan memfasilitasi komunikasi,


kolaborasi, dan pengambilan keputusan terdistribusi.

Contoh: Penggunaan platform cloud, video conferencing, dan software kolaboratif.

4. Lingkungan
Lingkungan yang kompleks dan dinamis membutuhkan desentralisasi untuk
meningkatkan fleksibilitas dan responsivitas organisasi.

Contoh: Industri teknologi yang bergerak cepat, organisasi nirlaba yang beroperasi di
berbagai wilayah.

5. Pengendalian Kekuasaan

Sentralisasi dikaitkan dengan konsentrasi kekuasaan di pusat, sedangkan desentralisasi


mendistribusikan kekuasaan ke unit-unit. Budaya organisasi dan struktur kepemimpinan
memengaruhi distribusi kekuasaan dan tingkat desentralisasi.

B. Diferensiasi Vertikal

Diferensiasi vertikal berfokus pada diferensiasi suatu produk berdasarkan kualitas. Di pasar
mana pun, ada hierarki kualitas untuk jenis produk tertentu yang mengurutkan produk dari
satu jenis dari posisi kualitas rendah hingga produk dengan kualitas tertinggi. Pada dasarnya,
diferensiasi vertikal bertujuan untuk mendiferensiasikan produk agar dapat meningkatkan
hierarki menuju kualitas yang lebih tinggi dan menggunakan sifat tersebut sebagai
keunggulan kompetitif untuk menjual produk. Diferensiasi produk vertikal dapat diukur
secara objektif oleh seorang konsumen. Misalnya, ketika membandingkan dua produk serupa,
kualitas dan harga dapat diidentifikasi dengan jelas dan diberi peringkat oleh pelanggan. Jika
produk A dan B mempunyai harga yang sama di mata konsumen, maka pangsa pasar masing-
masing produk akan positif, menurut model Hotelling. Teori utama dalam hal ini adalah
bahwa semua konsumen lebih memilih produk dengan kualitas lebih tinggi jika dua produk
berbeda ditawarkan dengan harga yang sama. Suatu produk dapat berbeda dalam banyak
atribut vertikal seperti kecepatan pengoperasiannya. Yang benar-benar penting adalah
hubungan antara kesediaan konsumen untuk membayar demi peningkatan kualitas dan
kenaikan biaya per unit yang diakibatkan oleh perbaikan tersebut. Oleh karena itu, perbedaan
kualitas yang dirasakan berbeda-beda antar konsumen yang berbeda, sehingga bersifat
objektif. Misalnya, produk ramah lingkungan mungkin memiliki dampak negatif yang lebih
rendah atau nol terhadap lingkungan; namun, produk ini mungkin kalah dengan produk lain
dalam aspek lain. Oleh karena itu, daya tarik suatu roduk juga bergantung pada cara produk
tersebut diiklankan dan tekanan sosial yang dirasakan calon konsumen. Bahkan satu
diferensiasi vertikal pun dapat menjadi faktor penentu dalam pembelian.

Diferensiasi Vertikal dalam bentuk dimensi kompleksitas


Diferensiasi vertikal merupakan salah satu dimensi kompleksitas dalam struktur organisasi.
Dimensi ini mengacu pada tingkat hierarki atau tingkatan yang terdapat dalam struktur
organisasi. Semakin banyak tingkatan hierarki, semakin kompleks struktur organisasinya.

Peningkatan diferensiasi vertikal secara otomatis akan meningkatkan kompleksitas struktur


organisasi. Hal ini karena semakin banyak tingkatan hierarki, semakin banyak pula
koordinasi dan komunikasi yang diperlukan. Kompleksitas yang tinggi dapat meningkatkan
efisiensi dan efektivitas organisasi dalam menangani tugas yang kompleks, tetapi juga dapat
meningkatkan biaya dan memperlambat proses pengambilan keputusan.

1. Strategi

Struktur Tinggi: Cocok untuk strategi yang stabil dan terstruktur, seperti manufaktur
tradisional. Memungkinkan spesialisasi dan keahlian mendalam. Memperkuat kontrol dan
akuntabilitas. Bisa menjadi kaku dan lamban dalam beradaptasi.

Struktur Datar: Mendukung strategi yang dinamis dan fleksibel, seperti startup teknologi.
Mempercepat komunikasi dan pengambilan keputusan. Mendorong kolaborasi dan
inovasi. Bisa kurang terstruktur dan kurang akuntabel.

2. Besaran Organisasi

Organisasi Besar: Cenderung memiliki diferensiasi vertikal yang lebih tinggi.


Membutuhkan lebih banyak tingkatan hierarki untuk mengelola kompleksitas dan
koordinasi.

Contoh: perusahaan multinasional, birokrasi pemerintah.

Organisasi Kecil: Cenderung memiliki diferensiasi vertikal yang lebih rendah. Lebih
fleksibel dan adaptif terhadap perubahan.

Contoh: startup, perusahaan keluarga.

3. Teknologi

Teknologi canggih: Otomatisasi dan integrasi proses dapat mengurangi kebutuhan akan
tingkatan hierarki, memungkinkan struktur datar.

Teknologi sederhana: Membutuhkan lebih banyak koordinasi dan pengawasan,


mendorong struktur tinggi dengan banyak tingkatan.
4. Lingkungan

Lingkungan dinamis: Membutuhkan pengambilan keputusan yang cepat dan fleksibel,


mendukung struktur datar dengan rentang kendali yang lebar.

Lingkungan stabil: Memungkinkan struktur tinggi dengan kontrol dan akuntabilitas yang
lebih terstruktur.

5. Pengendalian Kekuasaan

Sentralisasi: Kekuasaan terpusat di puncak hierarki, memungkinkan struktur tinggi


dengan kontrol ketat.

Desentralisasi: Kekuasaan didelegasikan ke tingkat yang lebih rendah, mendorong


struktur datar dengan otonomi lebih besar.

Diferensiasi Vertikal dalam bentuk dimensi formalisasi

Diferensiasi vertikal, sebagai dimensi kompleksitas struktur organisasi, berkaitan dengan


tingkat hierarki atau tingkatan yang ada dalam organisasi. Semakin banyak tingkatan,
semakin kompleks strukturnya. Formalisasi mengacu pada tingkat standarisasi pekerjaan
dalam organisasi. Semakin tinggi formalisasinya, semakin terstruktur dan terkontrol perilaku
karyawan.

1. Strategi

Strategi stabil: Membutuhkan struktur formal dengan aturan dan prosedur yang jelas.

Strategi dinamis: Membutuhkan fleksibilitas dan adaptabilitas, sehingga formalisasi lebih


rendah.

2. Besaran Organisasi

Organisasi besar: Membutuhkan formalisasi tinggi untuk mencapai koordinasi dan


kontrol.

Organisasi kecil: Lebih fleksibel dan adaptif, sehingga formalisasi lebih rendah.

3. Lingkungam

Lingkungan stabil: Membutuhkan struktur formal untuk menjaga efisiensi dan


konsistensi.
Lingkungan dinamis: Membutuhkan fleksibilitas dan adaptasi, sehingga formalisasi lebih
rendah.

4. Teknologi

Teknologi canggih: Memungkinkan standarisasi dan otomatisasi proses, meningkatkan


formalisasi.

Teknologi sederhana: Membutuhkan lebih banyak intervensi manusia, sehingga


formalisasi lebih rendah.

5. Pengendalian Kekuasaan

Sentralisasi: Membutuhkan struktur formal untuk memastikan kepatuhan terhadap aturan.

Desentralisasi: Memberikan otonomi lebih besar, sehingga formalisasi lebih rendah

Diferensiasi vertikal juga dapat dilihat dari tingkat spesialisasi pekerjaan. Semakin tinggi
tingkat spesialisasi, semakin tinggi pula formalisasinya. Hal ini karena pekerjaan yang
terspesialisasi membutuhkan aturan dan prosedur yang jelas untuk memastikan
konsistensi dan kualitas.

Diferensiasi vertikal memiliki keuntungan dan kekurangan. Keuntungannya adalah


meningkatkan efisiensi, koordinasi, dan kontrol. Kekurangannya adalah dapat
mengurangi fleksibilitas, adaptabilitas, dan inovasi. Pemilihan tingkat diferensiasi vertikal
yang tepat merupakan salah satu kunci untuk mencapai kesuksesan organisasi.

Diferensiasi Vertikal dalam bentuk dimensi Desentralisasi/sentralisasi

Diferensiasi vertikal dan desentralisasi/sentralisasi merupakan dua dimensi struktur


organisasi yang saling terkait. Desentralisasi umumnya dikaitkan dengan struktur datar,
sedangkan sentralisasi dikaitkan dengan struktur tinggi. Pemilihan tingkat
desentralisasi/sentralisasi yang tepat dapat membantu organisasi mencapai tujuannya dengan
lebih efektif.

1. Strategj

Strategi stabil: Membutuhkan kontrol terpusat untuk memastikan konsistensi dan


kepatuhan.

Strategi dinamis: Membutuhkan pengambilan keputusan yang cepat dan fleksibel,


sehingga desentralisasi lebih tinggi.
2. Besaran Organisasi

Organisasi besar: Membutuhkan desentralisasi untuk meningkatkan fleksibilitas dan


responsivitas.

Organisasi kecil: Lebih mudah dikendalikan secara terpusat, sehingga sentralisasi lebih
tinggi.

3. Lingkungan

Lingkungan stabil: Memungkinkan sentralisasi untuk mencapai efisiensi dan kontrol.

Lingkungan dinamis: Membutuhkan desentralisasi untuk pengambilan keputusan yang


cepat dan adaptif.

4. Teknologi

Teknologi canggih: Memungkinkan desentralisasi dengan menyediakan informasi dan


alat yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan di tingkat yang lebih rendah.

Teknologi sederhana: Membutuhkan koordinasi dan kontrol terpusat, sehingga


sentralisasi lebih tinggi.

5. Pengendalian Kekuasaan

Sentralisasi: Kekuasaan terpusat di puncak hierarki, sehingga pengambilan keputusan


terkonsentrasi.

Desentralisasi: Kekuasaan didelegasikan ke tingkat yang lebih rendah, memungkinkan


pengambilan keputusan yang lebih otonom.

Diferensiasi vertikal memiliki keuntungan dan kekurangan. Keuntungan desentralisasi


adalah meningkatkan fleksibilitas, responsivitas, dan motivasi karyawan. Kekurangannya
adalah dapat menyebabkan inkonsistensi, kurangnya koordinasi, dan pengambilan
keputusan yang tidak optimal. Sentralisasi memiliki keuntungan meningkatkan efisiensi,
kontrol, dan konsistensi. Kekurangannya adalah dapat menghambat inovasi, fleksibilitas,
dan responsivitas. Pemilihan tingkat diferensiasi vertikal yang tepat merupakan salah satu
kunci untuk mencapai kesuksesan organisasi.

C. Diferensiasi Spasial
Diferensiasi spasial merupakan salah satu dimensi penting dalam struktur organisasi yang
mengacu pada tingkat penyebaran geografis unit-unit organisasi. Dimensi ini mencerminkan
bagaimana organisasi mendistribusikan karyawan, kantor, dan asetnya di berbagai lokasi.

Diferensiasi Spasial dalam bentuk Kompleksitas

Diferensiasi spasial, sebagai dimensi kompleksitas, mengacu pada tingkat penyebaran


geografis unit-unit organisasi. Dimensi ini mencerminkan bagaimana organisasi
mendistribusikan karyawan, kantor, dan asetnya di berbagai lokasi. Semakin tersebar unit-
unit organisasi, semakin kompleks strukturnya.

Kompleksitas Diferensiasi Spasial:

Koordinasi dan komunikasi: Koordinasi dan komunikasi antar unit yang tersebar secara
geografis lebih sulit dan membutuhkan upaya ekstra.

Manajemen dan kontrol: Mengelola dan mengendalikan unit-unit yang tersebar di berbagai
lokasi lebih kompleks dan membutuhkan sistem dan proses yang efektif.

Budaya dan identitas: Menciptakan budaya dan identitas organisasi yang koheren dapat
menjadi lebih sulit ketika unit-unit tersebar secara geografis.

Perbedaan budaya dan regulasi: Beroperasi di berbagai lokasi geografis dengan budaya dan
regulasi yang berbeda dapat meningkatkan kompleksitas organisasi.

Keuntungan Diferensiasi Spasial:

Akses ke talenta: Desentralisasi memungkinkan organisasi untuk mengakses talenta terbaik di


berbagai lokasi.

Kedekatan dengan pelanggan: Desentralisasi memungkinkan organisasi untuk lebih dekat


dengan pelanggan dan memahami kebutuhan mereka dengan lebih baik.

Pengurangan biaya: Desentralisasi dapat membantu organisasi mengurangi biaya overhead


dan real estate.

Fleksibilitas: Desentralisasi memungkinkan organisasi untuk beradaptasi dengan perubahan


di pasar dan lingkungan dengan lebih mudah.

1. Strategi
Strategi global: Membutuhkan desentralisasi spasial untuk menjangkau pasar global dan
memanfaatkan talenta di berbagai negara.

Strategi lokal: Memungkinkan sentralisasi spasial untuk meningkatkan efisiensi dan


kontrol.

2. Besaran organisasi

Organisasi besar: Memiliki sumber daya untuk mendukung desentralisasi spasial dan
mampu mengelola unit-unit yang tersebar di berbagai lokasi.

Organisasi kecil: Lebih mudah dikendalikan secara terpusat, sehingga sentralisasi spasial
lebih umum.

3. Lingkungan

Lingkungan stabil: Memungkinkan sentralisasi untuk mencapai efisiensi dan kontrol.

Lingkungan dinamis: Membutuhkan desentralisasi untuk pengambilan keputusan yang


cepat dan adaptif.

4. Teknologi

Teknologi canggih: Memungkinkan desentralisasi dengan menyediakan informasi dan


alat yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan di tingkat yang lebih rendah.

Teknologi sederhana: Membutuhkan koordinasi dan kontrol terpusat, sehingga


sentralisasi lebih tinggi.

5. Pengendalian Kekuasaan

Sentralisasi: Kekuasaan terpusat di puncak hierarki, sehingga pengambilan keputusan


terkonsentrasi.

Desentralisasi: Kekuasaan didelegasikan ke tingkat yang lebih rendah, memungkinkan


pengambilan keputusan yang lebih otonom

Diferensiasi Spasial dalam bentuk formalisasi

Diferensiasi spasial dalam bentuk formalisasi mengacu pada tingkat standarisasi dan
kodifikasi aturan dan prosedur yang mengatur aktivitas di berbagai lokasi dalam suatu
organisasi. Semakin tinggi tingkat formalisasi, semakin terstruktur dan terstandarisasi aturan
dan prosedur di semua lokasi.

1. Strategi

Strategi sentralisasi: organisasi dengan strategi sentralisasi cenderung memiliki tingkat


formalisasi yang tinggi. Aturan dan prosedur distandarisasi untuk memastikan konsistensi
dan kontrol di seluruh lokasi.

Strategi desentralisasi: organisasi dengan strategi desentralisasi memiliki tingkat


formalisasi yang lebih rendah. Lokasi individual memiliki lebih banyak fleksibilitas untuk
beradaptasi dengan kondisi lokal.

2. Besaran Organisasi

Organisasi besar: organisasi besar dengan banyak karyawan dan lokasi cenderung
memiliki tingkat formalisasi yang lebih tinggi. Formalisasi membantu organisasi
mengelola kompleksitas dan memastikan konsistensi.

Organisasi kecil: organisasi kecil dengan jumlah karyawan dan lokasi yang lebih sedikit
memiliki tingkat formalisasi yang lebih rendah. Formalisasi yang berlebihan dapat
menghambat fleksibilitas dan kecepatan organisasi kecil.

3. Lingkungan

Lingkungan stabil: organisasi yang beroperasi di lingkungan yang stabil cenderung


memiliki tingkat formalisasi yang lebih tinggi. Aturan dan prosedur yang distandarisasi
membantu organisasi mencapai efisiensi dan produktivitas.

Lingkungan dinamis: organisasi yang beroperasi di lingkungan yang dinamis memiliki


tingkat formalisasi yang lebih rendah. Fleksibilitas dan adaptasi terhadap perubahan lebih
penting daripada konsistensi dan efisiensi.

4. Teknologi

Teknologi terdepan: organisasi yang menggunakan teknologi terdepan untuk


mengotomatiskan dan mengintegrasikan proses dan aktivitas dapat memiliki tingkat
formalisasi yang lebih rendah. Teknologi dapat membantu organisasi mencapai
konsistensi dan efisiensi tanpa memerlukan aturan dan prosedur yang kaku.

Teknologi tradisional: organisasi yang menggunakan teknologi tradisional mungkin


memerlukan tingkat formalisasi yang lebih tinggi untuk memastikan konsistensi dan
kontrol

5. Pengendalian kekuasaan

Pengendalian terpusat: organisasi dengan pengendalian terpusat cenderung memiliki


tingkat formalisasi yang lebih tinggi. Aturan dan prosedur distandarisasi untuk
memastikan kepatuhan dan kontrol dari pusat.

Pengendalian terdesentralisasi: organisasi dengan pengendalian terdesentralisasi memiliki


tingkat formalisasi yang lebih rendah. Lokasi individual memiliki lebih banyak otonomi
dan fleksibilitas.

Diferensiasi Spasial dalam bentuk Desentralisasi/Sentralisasi

Diferensiasi spasial dalam konteks desentralisasi dan sentralisasi mengacu pada distribusi
kekuatan, otoritas, atau keputusan di antara berbagai tingkat pemerintahan atau entitas di
suatu wilayah. Ini mencerminkan bagaimana keputusan dan kontrol politik, ekonomi, atau
administratif dipisahkan atau dikonsolidasikan di berbagai lokasi dalam suatu sistem
politik atau organisasi.

Berikut adalah cara diferensiasi spasial dapat diamati dalam konteks desentralisasi dan
sentralisasi:
a. Desentralisasi: Dalam desentralisasi, kekuatan, otoritas, atau keputusan
dipindahkan dari pusat ke tingkat yang lebih rendah dalam struktur
pemerintahan atau organisasi. Ini dapat mencakup transfer tanggung jawab
administratif, keuangan, atau kebijakan kepada pemerintah lokal, daerah, atau
entitas lainnya. Dalam konteks diferensiasi spasial, desentralisasi dapat
menghasilkan perbedaan signifikan antara berbagai wilayah dalam hal kontrol,
sumber daya, atau kapasitas administratif. Beberapa daerah mungkin memiliki
lebih banyak otonomi dan sumber daya untuk mengelola urusan mereka
sendiri daripada yang lain.
b. Sentralisasi: Sentralisasi adalah kebalikan dari desentralisasi, di mana
kekuatan, otoritas, atau keputusan dikonsolidasikan di pusat atau tingkat yang
lebih tinggi dalam struktur pemerintahan atau organisasi. Dalam sentralisasi,
kontrol lebih terpusat dan lebih sedikit otonomi diberikan kepada entitas lokal
atau regional. Dalam konteks diferensiasi spasial, sentralisasi dapat
menghasilkan keseragaman atau homogenitas yang lebih besar di seluruh
wilayah yang diperintah oleh pusat. Perbedaan antara wilayah-wilayah
mungkin lebih sedikit karena kebijakan dan keputusan dibuat secara konsisten
dari pusat.
c. Variasi Regional: Dalam kedua konteks desentralisasi dan sentralisasi,
diferensiasi spasial juga mencerminkan variasi regional dalam implementasi
kebijakan, penyebaran sumber daya, atau dampak keputusan pemerintah.
Beberapa wilayah mungkin mengalami dampak yang lebih besar dari
desentralisasi atau sentralisasi daripada yang lain, tergantung pada
karakteristik lokal, sejarah politik, atau kepentingan ekonomi.
d. Efisiensi dan Responsivitas: Desentralisasi dan sentralisasi juga dapat
diamati dalam hal efisiensi dan responsivitas pemerintahan atau organisasi
terhadap kebutuhan dan tantangan di berbagai wilayah. Desentralisasi dapat
meningkatkan responsivitas terhadap masalah lokal dan memungkinkan
pengambilan keputusan yang lebih tepat waktu, tetapi juga dapat
menghasilkan biaya tambahan dan koordinasi yang lebih rumit. Di sisi lain,
sentralisasi mungkin menghasilkan efisiensi administratif tetapi dapat
mengurangi responsivitas terhadap kebutuhan lokal yang spesifik.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Maman. (2011). Panduan Praktis Memahami Penelitian: (Bidang Sosial


Administrasi-Pendidikan). Bandung: Alfabeta.

Allen, Louis A. (2000). Management & Organization. Singapore: McGraw-Hill


International Book Co.

Alwafier, Agus. https://agusalwafier.wordpress.com

Daft, Richard L. (2013). Understanding the Theory and Design of Organizations, 11th
International Edition. Canada: South-Western.

Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi. (2014). Membangun Budaya Akademik Melalui


TataKelola Perguruan Tinggi yang Baik.

Gammahendra, Fianda., Hamid, Djamhur., dan Riza, M Faisal. (2014). Pengaruh


Struktur Organisasi terhadap Efektivitas Organisasi (Studi Pada Persepsi
Pegawai Tetap Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kediri). Malang:
Universitas Brawijaya.

Irawan, Prasetya. (2006). Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial,
(2006). Jakarta: DIA FISIP UI.

Anda mungkin juga menyukai