Struktur organisasi merupakan representasi hierarki dari berbagai elemen yang membentuk
suatu perusahaan, dan setiap individu atau sumber daya manusia dalam divisi suatu
perusahaan mempunyai posisi dan peran yang unik. Struktur organisasi sendiri dibuat untuk
kepentingan perusahaan dengan terlebih dahulu menunjuk personel yang kompeten sesuai
spesialisasi dan keahliannya. Mengenai HRD sendiri, struktur organisasi dapat
menginformasikan peran dan tanggung jawab karyawan. Pengelompokan sumber daya
manusia dalam suatu organisasi menurut kemampuannya juga dapat menjadi salah satu
indikator pengembangan sumber daya manusia dalam menentukan gaji. Misalnya, jika A
pandai dalam pemasaran tetapi buruk dalam penjualan, dan B pandai dalam penjualan tetapi
buruk dalam pemasaran, kolaborasi adalah cara paling efisien untuk mencapai satu tujuan.
Semua kekuatan berguna dalam sistem organisasi. Oleh karena itu, sangat penting bagi
seseorang dalam organisasi untuk memiliki pengetahuan tentang struktur, perilaku, proses,
dan hasil organisasi. Struktur organisasi sebagai suatu hierarki (tingkatan atau garis berlapis)
mencakup komponen-komponen yang menggambarkan bagaimana para pendiri dan pendiri
perusahaan saling mengoordinasikan pembagian kerja dan kegiatan berbagai perusahaan
satu sama lain. Struktur organisasi yang baik dengan sendirinya menunjukkan spesialisasi
setiap fungsi bisnis dan mewujudkannya melalui pelaporan. Struktur organisasi adalah suatu
sistem untuk menentukan hierarki dalam suatu organisasi dengan tujuan untuk menentukan
bagaimana organisasi dapat berfungsi dan mendukung organisasi dalam mencapai tujuan
yang ditentukan di masa depan. Untuk lebih memahami fungsi struktur dalam organisasi,
Pak Grameds dapat merujuk pada contoh dalam bukunya, Struktur Organisasi dan Misi
Gereja, yang tersedia di Gramedia. Torang (2013: 100) berpendapat bahwa perubahan
organisasi dapat diorientasikan pada perubahan ‘struktur organisasi’ atau ‘tujuan (goal)
organisasi’. Struktur organisasi merupakan salah satu sumber terjadinya perubahan
organisasi atau dapat dikatakan bahwa struktur organisasi adalah salah satu objek yang
terkena perubahan. Oleh karena tujuan ditetapkan dalam organisasi (Scott dalam Torang,
2013: 101) dan agar terjadi perubahan dalam organisasi dengan maksud mempermudah
pencapaian tujuan, maka sangat beralasan apabila perubahan organisasi dimulai dengan
melakukan perubahan struktur organisasinya. Robbins (2009: 420) memusatkan
perhatiannya pada perubahan struktural yang berfokus pada teknik-teknik yang mempunyai
dampak terhadap sistem struktur organisasi. Hal ini memiliki arti bahwa akan meninjau pola
wewenang yang berubah, akses terhadap informasi, alokasi imbalan, teknologi, dan
sebagainya.
Robbins (2013: 480) mengungkapkan bahwa bukti yang paling nampak menekankan
diferensiasi horizontal pada organisasi adalah spesialisasi dan departementalisasi.
Spesialisasi mengindikasikan pengelompokkan aktivitas tertentu yang diperankan oleh satu
individu. Peningkatan spesialisasi berindikasi meningkatnya kompleksitas di dalam
organisasi, karena peningkatan spesialisasi membutuhkan metode ‘holistic’ untuk tujuan
koordinasi dan pengawasan. Pembagian kerja sangat diperlukan dalam organisasi karena
pada organisasi yang besar cenderung pekerjaannya sangat kompleks serta memerlukan
pengalaman. Setelah pekerjaan telah dibagi melalui spesialisasi kerja, mereka harus
dikelompokkan tugas agar dapat dikoordinasikan. Dasar dari sebuah pekerjaan yang
dikelompokkan disebut departementalisasi.
A. Diferensiasi horizontal
Perusahaan biasanya menggunakan satu atau lebih gaya diferensiasi dalam struktur dan
tatanan organisasi mereka. Bisnis yang menggunakan kompresi spasial mempekerjakan
pekerja di berbagai tempat untuk menyelesaikan tugas-tugas tertentu. Lokasi ini dapat
mencakup pabrik manufaktur, gudang, pusat distribusi, dan toko ritel. Diferensiasi vertikal
melibatkan pemasangan “rantai komando” antara karyawan dan manajer. Diferensiasi
horizontal memisahkan pekerja berdasarkan pekerjaan yang diberikan kepada mereka, seperti
akuntansi, penjualan, atau jaringan komputer.
Dimensi kompleksitas horizontal menunjukkan seberapa banyak jenis pekerjaan yang ada
dalam organisasi. Ini mencakup berbagai macam tugas yang dilakukan oleh individu atau
kelompok dalam perusahaan. Jika ada lebih banyak variasi atau keragaman dalam tugas dan
fungsi, perbedaan horizontal menjadi lebih kompleks. Misalnya, dalam sebuah perusahaan
manufaktur, terdapat banyak departemen yang berbeda, seperti produksi, pemasaran,
keuangan, dan sumber daya manusia. Setiap departemen memiliki tugas dan kemampuan
yang berbeda-beda. Banyak ruang, seperti unit rawat inap, gawat darurat, radiologi, dan
lainnya, akan menunjukkan perbedaan kompleks horizontal. Jumlah tugas dan fungsi yang
beragam membuatnya lebih sulit untuk diintegrasikan dan dikoordinasikan dalam organisasi.
1. Strategi
2. Besaran Organisasi
3. Teknologi
4. Lingkungan
Kebutuhan untuk Responsif: Organisasi yang beroperasi dalam lingkungan yang dinamis
mungkin perlu memiliki struktur yang lebih diferensiasi untuk dapat merespons
perubahan dengan cepat dan efektif.
5. Pengendalian kekuasaan
Dalam bentuk formalisasi, diferensiasi horizontal mengacu pada tingkat standarisasi dan
formalitas dalam prosedur dan aturan yang diterapkan pada berbagai tugas atau fungsi dalam
organisasi.
1. Strategi
Jenis-jenis Struktur: Matriks, divisi, dan struktur fungsional memiliki tingkat formalisasi
yang berbeda. Karena departemen yang berbeda memerlukan aturan komunikasi dan
koordinasi yang jelas, struktur fungsional mungkin lebih formal.
2. Besaran Organisasi
Kompleksitas Kegiatan: Organisasi dengan kegiatan yang lebih kompleks, seperti operasi
global atau portofolio produk yang beragam, mungkin memerlukan tingkat formalisasi
yang lebih tinggi untuk memastikan konsistensi dan kepatuhan terhadap prosedur dan
standar.
3. Teknologi
4. Lingkungan
Regulasi dan Standar Eksternal: Lingkungan eksternal yang diatur oleh regulasi yang
ketat atau standar industri yang tinggi dapat mendorong tingkat formalisasi yang lebih
tinggi dalam organisasi. Organisasi harus mematuhi persyaratan eksternal ini dengan
memiliki prosedur dan kebijakan yang terstandarisasi.
5. Pengendalian Kekuasaan
1. Strategi
Desentralisasi: Ini adalah strategi yang fleksibel dan dinamis yang membutuhkan adaptasi
cepat terhadap perubahan pasar. Membutuhkan unit yang memiliki otonomi tinggi untuk
membuat keputusan sesuai dengan kondisi lokal. Contohnya adalah perusahaan
multinasional yang memiliki kantor di berbagai negara.
Sentralisasi: strategi yang terstruktur dan terkontrol yang membutuhkan efisiensi dan
keseragaman. Membutuhkan unit yang mematuhi pedoman dan standar yang ditetapkan
oleh pusat. Contoh: Perusahaan kecil yang berkonsentrasi pada satu produk atau layanan.
2. Besaran Organisasi
Organisasi Besar: Organisasi ini cenderung memiliki perbedaan horizontal yang lebih
besar. Memiliki banyak unit yang memiliki kebutuhan dan kompleksitas yang berbeda.
Untuk memenuhi kebutuhan lokal, unit harus lebih bebas. Contohnya adalah konglomerat
yang memiliki banyak anak perusahaan yang bekerja di berbagai industri.
3. Teknologi
4. Lingkungan
Lingkungan yang kompleks dan dinamis membutuhkan desentralisasi untuk
meningkatkan fleksibilitas dan responsivitas organisasi.
Contoh: Industri teknologi yang bergerak cepat, organisasi nirlaba yang beroperasi di
berbagai wilayah.
5. Pengendalian Kekuasaan
B. Diferensiasi Vertikal
Diferensiasi vertikal berfokus pada diferensiasi suatu produk berdasarkan kualitas. Di pasar
mana pun, ada hierarki kualitas untuk jenis produk tertentu yang mengurutkan produk dari
satu jenis dari posisi kualitas rendah hingga produk dengan kualitas tertinggi. Pada dasarnya,
diferensiasi vertikal bertujuan untuk mendiferensiasikan produk agar dapat meningkatkan
hierarki menuju kualitas yang lebih tinggi dan menggunakan sifat tersebut sebagai
keunggulan kompetitif untuk menjual produk. Diferensiasi produk vertikal dapat diukur
secara objektif oleh seorang konsumen. Misalnya, ketika membandingkan dua produk serupa,
kualitas dan harga dapat diidentifikasi dengan jelas dan diberi peringkat oleh pelanggan. Jika
produk A dan B mempunyai harga yang sama di mata konsumen, maka pangsa pasar masing-
masing produk akan positif, menurut model Hotelling. Teori utama dalam hal ini adalah
bahwa semua konsumen lebih memilih produk dengan kualitas lebih tinggi jika dua produk
berbeda ditawarkan dengan harga yang sama. Suatu produk dapat berbeda dalam banyak
atribut vertikal seperti kecepatan pengoperasiannya. Yang benar-benar penting adalah
hubungan antara kesediaan konsumen untuk membayar demi peningkatan kualitas dan
kenaikan biaya per unit yang diakibatkan oleh perbaikan tersebut. Oleh karena itu, perbedaan
kualitas yang dirasakan berbeda-beda antar konsumen yang berbeda, sehingga bersifat
objektif. Misalnya, produk ramah lingkungan mungkin memiliki dampak negatif yang lebih
rendah atau nol terhadap lingkungan; namun, produk ini mungkin kalah dengan produk lain
dalam aspek lain. Oleh karena itu, daya tarik suatu roduk juga bergantung pada cara produk
tersebut diiklankan dan tekanan sosial yang dirasakan calon konsumen. Bahkan satu
diferensiasi vertikal pun dapat menjadi faktor penentu dalam pembelian.
1. Strategi
Struktur Tinggi: Cocok untuk strategi yang stabil dan terstruktur, seperti manufaktur
tradisional. Memungkinkan spesialisasi dan keahlian mendalam. Memperkuat kontrol dan
akuntabilitas. Bisa menjadi kaku dan lamban dalam beradaptasi.
Struktur Datar: Mendukung strategi yang dinamis dan fleksibel, seperti startup teknologi.
Mempercepat komunikasi dan pengambilan keputusan. Mendorong kolaborasi dan
inovasi. Bisa kurang terstruktur dan kurang akuntabel.
2. Besaran Organisasi
Organisasi Kecil: Cenderung memiliki diferensiasi vertikal yang lebih rendah. Lebih
fleksibel dan adaptif terhadap perubahan.
3. Teknologi
Teknologi canggih: Otomatisasi dan integrasi proses dapat mengurangi kebutuhan akan
tingkatan hierarki, memungkinkan struktur datar.
Lingkungan stabil: Memungkinkan struktur tinggi dengan kontrol dan akuntabilitas yang
lebih terstruktur.
5. Pengendalian Kekuasaan
1. Strategi
Strategi stabil: Membutuhkan struktur formal dengan aturan dan prosedur yang jelas.
2. Besaran Organisasi
Organisasi kecil: Lebih fleksibel dan adaptif, sehingga formalisasi lebih rendah.
3. Lingkungam
4. Teknologi
5. Pengendalian Kekuasaan
Diferensiasi vertikal juga dapat dilihat dari tingkat spesialisasi pekerjaan. Semakin tinggi
tingkat spesialisasi, semakin tinggi pula formalisasinya. Hal ini karena pekerjaan yang
terspesialisasi membutuhkan aturan dan prosedur yang jelas untuk memastikan
konsistensi dan kualitas.
1. Strategj
Organisasi kecil: Lebih mudah dikendalikan secara terpusat, sehingga sentralisasi lebih
tinggi.
3. Lingkungan
4. Teknologi
5. Pengendalian Kekuasaan
C. Diferensiasi Spasial
Diferensiasi spasial merupakan salah satu dimensi penting dalam struktur organisasi yang
mengacu pada tingkat penyebaran geografis unit-unit organisasi. Dimensi ini mencerminkan
bagaimana organisasi mendistribusikan karyawan, kantor, dan asetnya di berbagai lokasi.
Koordinasi dan komunikasi: Koordinasi dan komunikasi antar unit yang tersebar secara
geografis lebih sulit dan membutuhkan upaya ekstra.
Manajemen dan kontrol: Mengelola dan mengendalikan unit-unit yang tersebar di berbagai
lokasi lebih kompleks dan membutuhkan sistem dan proses yang efektif.
Budaya dan identitas: Menciptakan budaya dan identitas organisasi yang koheren dapat
menjadi lebih sulit ketika unit-unit tersebar secara geografis.
Perbedaan budaya dan regulasi: Beroperasi di berbagai lokasi geografis dengan budaya dan
regulasi yang berbeda dapat meningkatkan kompleksitas organisasi.
1. Strategi
Strategi global: Membutuhkan desentralisasi spasial untuk menjangkau pasar global dan
memanfaatkan talenta di berbagai negara.
2. Besaran organisasi
Organisasi besar: Memiliki sumber daya untuk mendukung desentralisasi spasial dan
mampu mengelola unit-unit yang tersebar di berbagai lokasi.
Organisasi kecil: Lebih mudah dikendalikan secara terpusat, sehingga sentralisasi spasial
lebih umum.
3. Lingkungan
4. Teknologi
5. Pengendalian Kekuasaan
Diferensiasi spasial dalam bentuk formalisasi mengacu pada tingkat standarisasi dan
kodifikasi aturan dan prosedur yang mengatur aktivitas di berbagai lokasi dalam suatu
organisasi. Semakin tinggi tingkat formalisasi, semakin terstruktur dan terstandarisasi aturan
dan prosedur di semua lokasi.
1. Strategi
2. Besaran Organisasi
Organisasi besar: organisasi besar dengan banyak karyawan dan lokasi cenderung
memiliki tingkat formalisasi yang lebih tinggi. Formalisasi membantu organisasi
mengelola kompleksitas dan memastikan konsistensi.
Organisasi kecil: organisasi kecil dengan jumlah karyawan dan lokasi yang lebih sedikit
memiliki tingkat formalisasi yang lebih rendah. Formalisasi yang berlebihan dapat
menghambat fleksibilitas dan kecepatan organisasi kecil.
3. Lingkungan
4. Teknologi
5. Pengendalian kekuasaan
Diferensiasi spasial dalam konteks desentralisasi dan sentralisasi mengacu pada distribusi
kekuatan, otoritas, atau keputusan di antara berbagai tingkat pemerintahan atau entitas di
suatu wilayah. Ini mencerminkan bagaimana keputusan dan kontrol politik, ekonomi, atau
administratif dipisahkan atau dikonsolidasikan di berbagai lokasi dalam suatu sistem
politik atau organisasi.
Berikut adalah cara diferensiasi spasial dapat diamati dalam konteks desentralisasi dan
sentralisasi:
a. Desentralisasi: Dalam desentralisasi, kekuatan, otoritas, atau keputusan
dipindahkan dari pusat ke tingkat yang lebih rendah dalam struktur
pemerintahan atau organisasi. Ini dapat mencakup transfer tanggung jawab
administratif, keuangan, atau kebijakan kepada pemerintah lokal, daerah, atau
entitas lainnya. Dalam konteks diferensiasi spasial, desentralisasi dapat
menghasilkan perbedaan signifikan antara berbagai wilayah dalam hal kontrol,
sumber daya, atau kapasitas administratif. Beberapa daerah mungkin memiliki
lebih banyak otonomi dan sumber daya untuk mengelola urusan mereka
sendiri daripada yang lain.
b. Sentralisasi: Sentralisasi adalah kebalikan dari desentralisasi, di mana
kekuatan, otoritas, atau keputusan dikonsolidasikan di pusat atau tingkat yang
lebih tinggi dalam struktur pemerintahan atau organisasi. Dalam sentralisasi,
kontrol lebih terpusat dan lebih sedikit otonomi diberikan kepada entitas lokal
atau regional. Dalam konteks diferensiasi spasial, sentralisasi dapat
menghasilkan keseragaman atau homogenitas yang lebih besar di seluruh
wilayah yang diperintah oleh pusat. Perbedaan antara wilayah-wilayah
mungkin lebih sedikit karena kebijakan dan keputusan dibuat secara konsisten
dari pusat.
c. Variasi Regional: Dalam kedua konteks desentralisasi dan sentralisasi,
diferensiasi spasial juga mencerminkan variasi regional dalam implementasi
kebijakan, penyebaran sumber daya, atau dampak keputusan pemerintah.
Beberapa wilayah mungkin mengalami dampak yang lebih besar dari
desentralisasi atau sentralisasi daripada yang lain, tergantung pada
karakteristik lokal, sejarah politik, atau kepentingan ekonomi.
d. Efisiensi dan Responsivitas: Desentralisasi dan sentralisasi juga dapat
diamati dalam hal efisiensi dan responsivitas pemerintahan atau organisasi
terhadap kebutuhan dan tantangan di berbagai wilayah. Desentralisasi dapat
meningkatkan responsivitas terhadap masalah lokal dan memungkinkan
pengambilan keputusan yang lebih tepat waktu, tetapi juga dapat
menghasilkan biaya tambahan dan koordinasi yang lebih rumit. Di sisi lain,
sentralisasi mungkin menghasilkan efisiensi administratif tetapi dapat
mengurangi responsivitas terhadap kebutuhan lokal yang spesifik.
DAFTAR PUSTAKA
Daft, Richard L. (2013). Understanding the Theory and Design of Organizations, 11th
International Edition. Canada: South-Western.
Irawan, Prasetya. (2006). Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial,
(2006). Jakarta: DIA FISIP UI.