Anda di halaman 1dari 39

METODOLOGI PENELITIAN

PROPOSAL PENELITIAN
HUBUNGAN KESEHATAN PSIKIS PENDERITA STROKE TERHADAP TERAPI
MOTIVASI DI WILAYAH BABATAN WIYUNG SURABAYA

Disusun Oleh:
Kelompok 15 / 6D
Anggota:
Faridatul Khasanah NIM 1130017146

FASILITATOR:
Umdatus Soleha, SST., M.Kes

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan proposal penelitian tentang
Hubungan Kesehatan Psikis Penderita Stroke terhadap Terapi Motivasi di Wilayah Babatan
Wiyung Surabaya. Proposal ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan proposal ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan proposal ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki proposal
ini.

Akhir kata saya berharap semoga proposal tentang Hubungan Kesehatan Psikis Penderita
Stroke terhadap Terapi Motivasi di Wilayah Babatan Wiyung Surabaya. Dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Surabaya, 15 Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ I
KATA PENGANTAR…..................................................................................... Ii
DAFTAR ISI….................................................................................................... Iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ Iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. v
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Batasan Masaslah ............................................................................................ 6
1.3 Rumusan Masalah........................................................................................... 6
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 6
1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 7
BAB 2 TINJAUAN TEORI.......................................................................... 8
2.1 Konsep Kesehatan Psikis ............................................................................. 8
2.2 Konsep Stroke .............................................................................................. 14
2.3 Konsep Terapi Motivasi .............................................................................. 22
BAB 3: KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN... 27
3.1 Kerangka Konseptual ................................................................................ 27
3.2 Hiptesis Penelitian ....................................................................................... 27
BAB 4 METODE PENELITIAN ................................................................... 28
4. 1 Jenis dan Rancang Penelitian .................................................................. 28
4.2 Populasi Penelitian...................................................................................... 28
4.3 Sampel, Besar Sampel, dan Cara Pengambilan Sampel............................. 28
4.4. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 29
4.5 Kerangka Kerja Penelitian .......................................................................... 30
4.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................................. 30
4.7 Instrumen Penelitian dan Cara Pengumpulan Data .................................... 31
4.8 Pengolahan dan Analisis Data ..................................................................... 32
4.9 Etika Penelitian ........................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 34
LEMBAR KUESIONER ................................................................................ 36

iii
DAFTAR TABEL
2.1 Faktor Resiko Stroke ..................................................................................... 17
2.2 Kalsifikasi Hipertensi ................................................................................ 18
2.3 Diabetes ................................................................................................... 18
2.4 Indeks Massa Tubuh .................................................................................. 19

iv
DAFTAR GAMBAR
3.1 Kerangka konseptual hubungan kesehatan psikis penderita stroke
terhadap terapi motivasi di wilayah Babatan Wiyung Surabaya ............. 28

3.2 konseptual hubungan kesehatan psikis penderita stroke terhadap terapi motivasi
di wilayah Babatan Wiyung Surabaya ............................................................. 31

v
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Stroke adalah kerusakan otak akibat berkurangnya aliran darah ke otak.


Penurunan aliran darah ke otak dapat disebabkan oleh tersumbatnya pembuluh darah
di otak. Ketika aliran darah ke otak berkurang maka akan terjadi kerusakan sebagian
daerah otak. Kerusakan otak ini yang menyebabkan berbagai gejala seperti
kelumpuhan atau kelemahan pada separuh tubuh yang terjadi secara tiba-tiba,
kesulitan bicara, wajah tidak seimbang, kesulitan menelan dan gangguan
keseimbangan. Penderita stroke dalam masa pemulihan, mereka menjalani kehidupan
sosial seperti pada umumnya. Namum, mereka cenderung merasa malu atau minder
karena mengalami banyak kemunduran fisik bahkan merasa sudah tidak berguna lagi.
Dengan keadaan ini akan semakin memburuk keadaan psikis penderita stroke
dikarenakan kurangnya dukungan untuk memulai berlatih atau beraktivitas dalam
masa pemulihan. Maka peran keluarga dan kontribusi yang positif dalam lingkungan
sosial sangat berpengaruh dalam hal tersebut.

Stroke merupakan penyakit tidak menular dan stroke merupakan salah satu dari
empat jenis Penyakit Tidak Menular (PTM) penyebab utama kematian secara global
dibandingkan dengan lainnya .Jumlah penderita stroke berdasarkan data dari World
Health Organization (WHO) menyebutkan terdapat 17 juta kasus stroke baru yang
tercatat tiap tahunnya dan didunia terjadi 7 juta kematian yang disebabkan oleh stroke.
Di Indonesia, jumlah penderita stroke mengalami peningkatan setiap tahunnya. Data
Riskesdas 2018 prevalensi stroke 10,9%, tertinggi di Provinsi Kalimatan Timur dan
terendah di Papua dengan angka 4,1%. Di Provinsi Jawa Timur persentase penderita
stroke sebesar 13,4%. Jumlah penderita stroke di RS Umum Dr Soetomo Surabaya
sejak tahun 2011 jumlahnya meningkat jadi 1.600 per tahun, yang sebelumnya pada
tahun 2010 sekiat 1.000 penderita per tahun (Sukarelawati, 2012).

Penyebab terjadinya stroke di Indonesia lebih disebabkan karena gaya dan pola
hidup masyarakat yang tidak sehat, seperti malas bergerak, makan makanan bergerak,
makan makanan berlemak dan koslestrol tinggi, sehingga banyak diantara mereka
mengidap penyakit yang menajdi pemicu timbulnya serangan stroke. Saat ini serangan
stroke lebih banyak dipicu oleh adanya hipertensi yang disebut sebagai silent killer,

6
diabetes melitus, obesitas dan berbagai gangguan kesehatan yang terkait dengan
penyakit degeneratif. Terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan seseorang beriko
terkena stroke. Faktor resiko ini dibagi menjadi dua yaitu faktor resiko yang dapat
diubah antara lain hipertensi, diabetes melitus, merokok, obesitas, penyakit jantung
dan faktor resiko yang tidak dapat diubah seperti usia, jenis kelamin, riwayat penyakit
keluarga dan ras/suku bangsa (Anindhita dan Wiratman, 2017).

Cara mengatasinya adalah dengan menerapkan pola hidup sehat antara lain
mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, rajin berolahraga, dan menghindari
stress. Sebagai upaya pencegahan, penyandang resiko stroke sebainya memeriksakan
kesehatan secara berkala. Pada kelompok umur 55-64 tahun, stroke merupakan
penyebab kematian tertinggi baik di perkotaan maupun pedesaan di Indonesia. Hal ini
terkait erat dengan gaya hidup, pola makan, kebiasaan berolahraga dan merubah pola
hidup (Pudiastuti, 2011). Serta adanya motivasi akan mampu mempengaruhi
kesembuhan penderita, karena dengan adanya motivasi penderita akan mau
melakukan pengobatan dan terapi. Motivasi adalah motivasi adalah rangsangan,
dorongan dan ataupun pembangkit tenaga, yang dimiliki seseorang sehingga orang
tersebut memperlihatkan perilaku tertentu.

1.2 Batasan Masalah


Kesehatan psikis dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu faktor biologis, faktor
psikologis, dan faktor sosial. Karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan psikis, maka dalam penelitian ini peneliti membatasi pada masalah
kesehatan psikis penderita stroke terhadap terapi motivasi di wilayah Babatan Wiyung
Surabaya.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka disusunlah rumusan
masalah yaitu Apakah ada hubungan antara terapi motivasi terahdap penderita stroke
di wilayah Babatan Wiyung Surabaya?
1.4 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kesehatan psikis penderita
stroke terhadap terapi motivasi di wilayah Babatan Wiyung Surabaya.
2. Tujuan Khusus

7
a. Mengidentifikasi hubungan terapi motivasi terdahap penderita stroke di
wilayah Babatan Wiyung Surabaya
b. Menganalisis hubungan terapi motivasi terdahap penderita stroke di wilayah
Babatan Wiyung Surabaya
1.5 Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang pengaruh
terapi motivasi pada penderita stroke terhadap keberhasilan pengobatan/pemulihan.
2. Bagi Institusi Penelitian
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan wacana di perpustakaan untuk
memperoleh pengetahuan dan wawasan serta dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi Responden
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan dan
menambah wawasan yang bermanfaat pada penderita stroke atau yang
membutuhkan, sehingga dapat memberikan terapi motivasi dengan tepat.

8
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kesehatan Psikis


2.1.1 Definisi Kesehatan Psikis
Menurut WHO (dalam Direja, 2011), kesehatan psikis atau jiwa adalah
berbagai karakteristik positif yang merupakan cerminan kepribadian individu
yang digambarkan oleh keselarasan dan keseimbangan psikisnya. Undang-undang
No 3 tahun 1966 menerangkan kesehatan psikis sebagai kondisi yang
memungkinkan untuk perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang
optimal dari seseorang dan perkembangan tersebut harus selaras dengan kondisi
orang lain.
Pengertian lain menerangkan kesehatan psikis atau jiwa sebagai kondisi sehat
secara emosional, psikologis, dan sosial yang dapat dilihat dari hubungan
interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, kondisi diri
yang positif, serta menunjukkan kestabilan emosi (Direja, 2011). Psikis yang
sehat sulit didefinisikan dengan tepat. Meskipun demikian, ada beberapa
indikator untuk menilai kesehatan psikis. Karl Menninger mendefinisikan orang
yang sehat psikisnya adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk
menyesuaikan diri pada lingkungan, serta berintegrasi dan berinteraksi dengan
baik, tepat, dan bahagia. Michael Kirk Patrick mendefinisikan orang yang sehat
psikis adalah orang yang bebas dari gejala gangguan psikis, serta dapat berfungsi
optimal sesuai apa yang ada padanya. Clausen mengatakan bahwa orang yang
sehat psikis adalah orang yang dapat mencegah gangguan mental akibat berbagai
stresor, serta dipengaruhi oleh besar kecilnya stresor, intensitas, makna, budaya,
kepercayaan, agama, dan sebagainya (Yusuf, 2015).
2.1.2 Kriteria Sehat Psikis
World Health Organization (WHO) pada tahun 2008 menjelaskan kriteria
orang yang sehat jiwanya adalah orang yang dapat melakukan hal berikut:
1. Menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu
buruk.
2. Merasa bebas secara relatif dari ketegangan dan kecemasan.
3. Memperoleh kepuasan dari usahanya atau perjuangan hidupnya.
4. Merasa lebih puas untuk memberi dari pada menerima.

9
5. Berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dan saling
memuaskan.
6. Mempunyai daya kasih sayang yang besar.
7. Menerima kekecewaan untuk digunakan sebagai pelajaran di kemudian hari.
8. Mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif
(Yusuf, 2015).
9. Sikap positif terhadap diri sendiri. Individu dapat menerima dirinya secara
utuh, menyadari adanya kelebihan dan kekurangan dalam diri dan menyikapi
kekurangan atau kelemahan tersebut dengan baik.
10.Tumbuh kembang dan beraktualisasi diri. Individu mengalami perubahan ke
arah yang normal sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan dan
dapat mengekspresikan potensi dirinya.
11.Integrasi. Individu menyadari bahwa semua aspek yang dimilikinya adalah
satu kesatuan yang utuh dan mampu bertahan terhadap stress dan dapat
mengatasi kecemasannya.
12.Persepsi sesuai dengan kenyataan. Pemahaman individu terhadap stimulus
eksternal sesuai dengan kenyataan yang ada. Presepsi individu dapat berubah
jika ada informasi baru, dan memiliki empati terhadap persaan dan sikap orang
lain.
13.Otonomi. Individu dapat mengambil keputusan secara bertanggung jawab dan
dapat mengatur kebutuhan yang menyangkut dirinya tanpa bergantung orang
lain (Riyadi & Teguh, 2009).
2.1.3 Faktor-faktor Kesehatan Psikis
Terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan kesehatan mental yaitu
sebagai berikut:
1. Faktor Biologis
Manusia mengenal dirinya bermula dari dimensi biologis dan manusia
memanfaatkan anggota badannya untuk memenuhi kebutuhannya, makan,
minum, bekerja, dan berbagai aktivitas manusia. Para ahli telah banyak
melakukan studi tentang hubungan antara dimensi biologis dengan kesehtan
mental. Berbagai penelitian itu telah memberi kesimpulan yang meyakinkan
bahwa faktor biologis memberi kontribusi sangat besar bagi kesehatan mental.
Karena itu, kesehatan manusia khususnya di sini adalah kesehatan mental,
tentunya tidak akan terlepas dari dimensi biologis ini. Pada bagian ini

10
dijelaskan tentang hubungan tersebut, khususnya beberapa aspek biologis yang
secara langsung berpengaruh terhadap kesehatan mental, di antaranya: otak
sistem endokrin, genetik, sensori , kondisi ibu selama kehamilan.
a. Otak
Otak adalah bagian penting dari aktivitas manusia karena berfungsi
sebagai penggerak sensori motoris. Para ahli membuktikan bahwa otak
sangat kompleks secara fisiologis, tetapi memiliki fungsi yang sangat
essensi bagi keseluruhan aktivitas manusia. Diferensiasi dan keunikan yang
ada pada manusia pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari otak manusia.
Keunikan manusia terjadi justru karena keunikan otak manusia dalam
mengekspresikan segenap pengalaman hidupnya. Fungsi otak yang baik
akan menimbulkan kesehatan mental yang baik, sebaliknya jika fungsinya
terganggu berakibat gangguan bagi kesehatan mental. Kesehatan pada otak
sangat di tentukan oleh stimuli saat masa kanak-kanak dan perlindungan
dari berbagai gangguan.
b. Sistem endokrin
Sistem endokrin terdiri dari sekumpulan kelenjar yang sering bekerja
sama dengan sistem syaraf otonom. Sistem ini sama-sama memberikan
fungsi yang penting yaitu berhubungan dengan berbagai bagian-bagian
tubuh. Tetapi keduanya memiliki perbedaan diantaranya sistem syaraf
menggunakan pesan kimia, yang disebut dengan hormon. Tiap kelenjar
endokrin mengeluarkan hormon tertentu secara langsung ke dalam aliran
darah, yang membawa bahan-bahan kimia ini ke seluruh bagian tubuh.
Sistem endokrin berhubungan dengan kesehatan mental seseorang.
Gangguan mental akibat sistem endokrin berdampak buruk pada mentalitas
manusia. Sebagai contoh terganggunya kelenjar adrenalin berpengaruh
terhadap kesehatan mental, yaitu terganggunya “mood” dan perasaannya
dan tidak dapat melakukan coping stress.
c. Genetik
Genetik merupakan unsur biologis manusia yang mempengaruhi
kesehatan. Genetik yang sehat dapat menghasilkan perilaku yang sehat,
sementara gangguan genetis dapat memunculkan gangguan mental tertentu.
Faktor genetik diakui memiliki pengaruh yang besar terhadap mentalitas
manusia. Kecendrungan psikosis yaitu schizopherenia dan manis-depresif

11
merupakan sakit mental yang diwariskan secara genetis dari orangtuanya.
Gangguan mental lainnya sebagi faktor yang bersifat genetis diantaranya
Alzeimer syndrome, phenylketunurine, huntington syndrome, dan
ketergantungan alkohol dan obat-obatan. Gangguan mental juga terjadi
karena jumlah dan struktur kromosom yang tidak normal. Jumlah
kromosomnya berlebihan atau berkurang menyebabkan individu mengalami
gangguan mental.
d. Sensori
Sensori merupakan aspek penting dari manusia. Sensori merupakan alat
yang menangkap segenap stimuli dari luar. Sensori termasuk: penengaran,
penglihatan, perabaan, pengecapan dan penciuman. Adanya gangguan
sistem sensori ini akan menghambat penerimaan informasi secara baik.
Gangguan sensori, khususnya pada pendengaran (tuli) dan penglihatan
(buta) banyak terjadi secara kongenetal, yaitu kecacatan yang terjadi sejak
lahir. Orang yang lahir dengan gangguan pendengaran yang berat akan
berakibat pada gangguan bicara (bisu), dan karena itu pula akan terganggu
kemampuan kognisi, emosi dan perkembangan sosialnya. Seseorang yang
mengalami gangguan pendengaran misalnya, akan berpengaruh terhadap
perkembangan emosi sehingga cenderung menjadi orang yang paranoid,
yaitu gangguan afeksi yang ditandai dengan kecurigaan yang berlebihan
kepada orang lain, dan kecurigaan itu sebenarnya adalah salah.
e. Faktor ibu selama masa kehamilan
Faktor ibu selama kandungan sangat berpengaruh terhadap kesehatan
mental anak. Selama berada dalam kandungan, kesehatan janin ditentukan
oleh kondisi ibu. Kandungan yang sehat memungkinkan membuahkan anak
yang sehat mentalnya, sebaliknya kandungan tertentu dapat menyebabkan
gangguan kepada keturunanya. Faktor-faktor ibu yang turut mempengaruhi
kesehatan mental anaknya di antaranya: usia, nutrisi, obat-obatan, radiasi,
penyakit yang diderita, stress dan komplikasi.
2. Faktor Psikologis
Aspek psikis manusia pada dasarnya satu kesatuan dengan sistem
biologis, sebagai subsistem dari ekstensi manusia, maka aspek psikis selalu
berinteraksi dengan keseluruhan aspek kemanusiaan. Karena itulah aspek
psikis tidak dapat dipisahkan dari aspek yang lain dalam melihat manusia. Ada

12
beberapa aspek psikis yang turut berpengaruh terhadap kesehatan mental, yaitu
pengalaman awal, proses pembelajaran, dan kebutuhan.
a. Pengalaman awal
Pengalaman awal merupakan segenap pengalamanpengalaman yang
terjadi pada individu terutama yang terjadi di masa lalunya. Pengalaman
awal ini, dipandang oleh para ahli sebagai bagian penting dan bahkan
sangat menentukan bagi kondisi mental individu di kemudian hari.
b. Proses pembelajaran
Perilaku manusia adalah sebagian besar adalah proses belajar, yaitu
hasil pelatihan dan pengalaman. Manusia belajar secara langsung sejak
pada masa bayi terhadap lingkungannya. Karena itu faktor lingkungan
sangat menentukan mentalitas individu.
c. Kebutuhan
Motivasi seseorang dibentuk melalui kebutuhan-kebutuhan dasarnya
yang tersusun secara hierarki. Kebutuhan dasar itu secara berturut-turut
adalah kebutuhan biologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan dicintai,
kebutuhan harga diri, kebutuhan pengetahuan, kebutuhan keindahan dan
kebutuhan aktualisasi diri.
3. Faktor Sosial
Lingkungan sosial secara nyata mempengaruhi perilku sehat dan sakit.
Peran sehat juga berkaitan denngan nilai sosialnya. Individu akan berperan
sehat atau sakit jika sesuai dengan nilai-nilai yang secara sosiologis diterima.
Demikian juga bahwa lingkungan sosial itu juga mempengaruhi pola sehat dan
sakitnya, baik kesehatan secara fisik maupun mental (Notosoedirjo & Latipun,
2014).
2.1.4 Prinsip-prinsip Kesehatan Mental
Prinsip dalam kesehatan mental ada prinsip yang harus diperhatikan dalam
memahami kesehatan mental. Prinsip ini berguna dalam upaya pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan mental serta pencegahan terhadap gangguan-gangguan
mental. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1. Prinsip yang didasarkan atas sifat manusia, meliputi:
a. Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan atau bagian yang tidak
terlepas dari kesehatan fisik dan integritas organisme.

13
b. Untuk memelihara kesehatan mental dan penyesuaian yang baik, perilaku
manusai harus sesuai dengan sifat manusia sebagai pribadi yang bermoral,
intelektual, religius, emosional dan sosial.
c. Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan integrasi dan pengendalian
diri, yang meliputi pengendalian pemikiran, imajinasi, hasrat, emosi dan
perilaku.
d. Dalam pencapaian khususnya dalam memelihara kesehatan dan penyesuaian
kesehatan mental, memperluas tentang pengetahuan diri sendiri merupakan
suatu keharusan.
e. Kesehatan mental memerlukan konsep diri yang sehat, yang meliputi:
peneeimaan diri dan usaha yang realistik terhadap status atau harga dirinya
sendiri.
f. Pemahaman diri dan penerimaan diri harus ditingkatkan terus menerus
memperjuangkan untuk peningkatan diri dan realisasi diri jika kesehatan dan
penyesuaian mental hendak dicapai.
g. Stabilitas mental dan penyesuaian yang baik memerlukan pengembangan
terus menerus dalam diri seseorang mengenai kebaikan moral yang tertinggi,
yaitu: hukum, kebijaksanaan, ketabahan, keteguhan hati, penolakan diri,
kerendahan hati, dan moral.
h. Mencapai dan memelihara kesehatan dan penyesuaian mental tergantung
kepada penanaman dan perkembangan kebiasaan yang baik.
i. Stabilitas dan penyesuaian mental menuntut kemampuan adaptasi, kapasitas
untuk mengubah meliputi mengubah situasi dan mengubah kepribadian.
j. Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan perjuangan yang terus
menerus untuk kematangan dalam pemikiran, keputusan, emosionalitas dan
perilaku.
k. Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan belajar mengatasi secara
efektif dan secara sehat terhadap konflik mental dan kegagalan dan
ketegangan yang ditimbulkannya.
2. Prinsip yang didasarkan atas hubungan manusia dengan lingkungannya,
meliputi:
a. Kesehatan dan penyesuaian mental tergantung kepada hubungan
interpersonal yang sehat, khususnya didalam kehidupan keluarga.

14
b. Penyesuaian yang baik dan kedamaian pikiran tergantung kepada kecukupan
dalam kepuasan kerja.
c. Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan sikap yang realistik yaitu
menerima realitas tanpa distorsi dan objektif.
3. Prinsip yang didasarkan atas hubungan manusia dengan Tuhan, meliputi:
a. Stabilitas mental memerlukan seseorang mengembangkan kesadaran atas
realitas terbesar daripada dirinya yang menjadi tempat bergantung kepada
setiap tindakan yang fundamental.
b. Kesehatan mental dan ketenangan hati memerlukan hubungan yang konstan
antara manusia dengan Tuhannya (Notosoedirdjo & Latipun, 2014).
2.2 Konsep Stroke
2.2.1 Definisi Stroke
Definisi stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah gejala-
gejala defisit fungsi susunan saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh
darah otak dan bukan oleh yang lain dari itu. Stroke adalah kerusakan otak akibat
berkurangnya aliran darah ke otak. Penurunan aliran darah ke otak dapat
disebabkan oleh tersumbatnya pembuluh darah di otak. Selain itu juga dapat
disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Ketika aliran darah ke otak
berkurang maka akan terjadi kerusakan sebagaian daerah otak. Kerusakan otak ini
menyebabkan berbagai gejala seperti kelumpuhan atau kelemahan pada separuh
tubuh yang terjadi secara tiba-tiba, kesulitan berbicara, wajah tidak seimbang,
kesulitan menelan, dan gangguan keseimbangan. Semakin luas daerah otak yang
mengalami kerusakan, maka akan semakin banyak gejala yang akan dialami oleh
penderita (Dharma, 2018).
Cerebrovascular disease atau stroke atau dalam bahasa Indonesia gangguan
peredaran darah otak (GPDO) adalah gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh
gangguan aliran darah ke otak yang dapat timbul secara mendadak atau secara
cepat dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu
(Rosjidi, 2014).
2.2.2 Etiologi Stroke
Menurut Dharma (2018), stroke terjadi karena dua hal yaitu sumbatan dan
pecahnya pembuluh darah di otak. Sumbatan pembuluh darah otak dapar terjadi
karena tumpukan lemak pada dinding pembuluh darah atau akibat bekuan darah

15
yang terhenti pada pembuluh darah otak. Sedangkan pecahnya pembuluh darah
otak dapat disebabkan oleh tekanan darah yang sangat tinggi.
1. Kelebihan lemak. Kelebihan lemak jahat di dalam tubuh dapat menempel pada
dinding pembuluh darah. Dalam jumlah yang besar dapat menyumbat
pembuluh darah. Sumbatan pada pembuluh darah di otak menyebabkan
kerusakan jaringan otak sehingga menimbulkan gejala stroke.
2. Tekanan darah. Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan pecahnya
pembuluh darah di otak. Sehingga darah memenuhi ruang otak dan
menyebabkan kerusakan dan kematian jaringan otak.
2.2.3 Manifestasi Klinis
Menurut Rosdiji (2014), stroke dapat menyebabkan berbagai manifestasi
defisit neurologik, tergantung pada letak lesi, ukuran area yang perfusinya tidak
adekuat dan jumlah aliran kolateral. Fungsi otak yang rusak tidak akan dapat
membaik sepenuhnya. Gejala sangat bervariasi berat-ringan, sementara-
permanen, makin lama makin memberat dan gejala menetap.
Pada beberapa penderita gejala yang terjadi tidak mencerminkan letak lesi
terutama pada serangan GPDO jenis perdarahan melainkan timbulnya nyeri hebat
mendadak, disertai muntah, leher menjadi kaku, mengantuk sampai koma.
1. Kehilangan Motorik
Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan kehilangan kontrol volunter
terhadap gerakan motorik, disfungsi yang paling umum adalah hemiplegia,
disamping ada hemiparesis.
Pada awal serangan stroke, gambaran klinis yang muncul biasanya adalah
paralysis dan hilang atau menurunnya refleks tendon dalam ini muncul
kembali (biasanya dalam 48 jam), peningkatan tonus disertai dengan
spastisitas pada ekstremitas yang terkena.
2. Kehilangan Komunikasi
Stroke adalah penyebab afasia atau paling umum. Disfungsi bahasa dan
komunikasi dapat dimanifestasikan sebagai disartria, disfasia, afasia atau
apraksia. Disartria, kesulitan bicara yang ditunjukkan dengan bicara yang sulit
dimengerti disebabkan oleh paralysis otot yang bertanggung jawab untuk
menghasilkan bicara.
Disfasia atau afasia, bicara defektif atau kehilangan bicara yang terutama
ekspresif dan reseptif. Afasia ekspresi adalah ketidakmampuan untuk mengerti

16
kata-kata yang dibicarakan. Gabungan afasia ekspresif dan reseptif disebut
dengan afasia global.
Apraksia, ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya seperti terlihat ketika pasien mengambil sisir dan berusaha untuk
menyisir rambutnya namun tidak berhasil.
3. Gangguan Persepsi
Gangguan persepsi adalah ketidakmampuan untuk menginterprestasikan
sensasi. Disfungsi persepsi pada pasien stroke antara lain dapat terjadi
disfungsi persepsi visual, gangguan dalam hubungan visual spasial dan
kehilangan sensori.
Gangguan persepsi visual seperti homonimus hemianopsia yaitu
kehilangan setengah lapang pandang dapat permanen atau sementara. Pada
kasus ini pasien stroke hanya mampu melihat setengah ruangan, sering
mengabaikan sisi yang tidak terlihat. Penting untuk selalu mengingatkan pada
pasien terhadap sisi lain tubuhnya, mempertahakan kesejajaran ekstremitas dan
tempatkan ekstremitas dimana pasien mampu melihatnya. Disamping itu
semua staf keperawatan harus memperhatikan lokasi sisi yang mengalami
penurunan lapang pandang, sehingga segala aktivitas harus dimulai pada sisi
yang sehat.
Kehilangan sensori, ketidakmampuan untuk merasakan, seperti
ketidakmampuan untuk merasakan sentuhan ringan, atau mungkin sentuhan
berat, kehilangan propriosepsi (ketidakmampuan untuk merasakan posisi dan
gerakan bagian tubuh serta kesulitan dalam menginterprestasikan stimuli
visual, taktil dan auditorius.
Kerusakan kognitif dan efek psikologis, kerusakan pada lobus frontal akan
mengakibatkan perubahan fungsi memori, mempelajari kapasitas, dan fungsi
intelektual. Disfungsi ini akan memberikan gejala terbatasnya lapang
perhatian, kesulitan dalam pemahaman, lupa dan kurang motivasi, sering
pasien akan mudah frustasi selama perawatan dan rehabilitasi. Depresi,
labilitas emosi, bermusuhan, frustasi, dendan dan kurang kerja sama
merupakan gejala psikologik yang umum muncul.
2.2.4 Faktor Resiko Stroke

17
Menurut Pinzon (2010), seseorang menderita stroke karena memiliki faktor
resiko stroke. Faktor resiko stroke dibagi menjadi dua, yaitu faktor resiko yang
tidak dapat diubah dan faktor dapat diubah.

Tabel 2.1 Faktor Resiko Stroke

Faktor Yang Tidak Dapat Diubah Faktor Yang Dapat Diubah


1. Usia tua 1. Hipertensi
2. Jenis kelamin laki-laki 2. Diabetes mellitus
3. Ras 3. Dislipidemia
4. Riwayat keluarga 4. Merokok
5. Riwayat stroke sebelumnya 5. Obesitas

1. Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Diubah


Faktor resiko yang tidak dapat diubah adalah usia, jenis kelamin, ras,
riwayat keluarga, dan riwayat stroke sebelumnya. Semakin tua usia seseorang
akan semakin mudah terkena stroke. Stroke dapat terjadi pada semua usia,
namun lebih dari 70% kasus stroke terjadi pada usia diatas 65 tahun. Laki-laki
lebih mudah terkena stroke. Hal ini dikarenakan lebih tingginya angka
kejadian faktor resiko stroke (misalnya stroke) pada laki-laki.
Resiko stroke meningkat pada seseorang dengan riwayat keluarga stroke.
Seseorang dengan riwayat keluarga stroke lebih cenderung menderita diabetes
dan hipertensi. Hal ini mendukung hipotesis bahwa peningkatan kejadian
stroke pada keluarga penyandang stroke adalah akibat diturunkannya faktor
resiko stroke. Kejadian stroke pada ras kulit berwarna lebih tinggi dari
kaukosaid.
2. Faktor Resiko Yang Dapat Diubah
Faktor resiko stroke yang dapat diubah ini penting untuk dikenali.
Penanganan berbagai faktor resiko ini merupakan upaya untuk mencegah
stroke. Faktor resiko stroke yang utama adalah hipertensi, diabetes, merokok,
dan dislipidemia.
a. Hipertensi
Salah satu penyakit utama di Dunia, menegnal hampir 50 juta orang di
Amerika Serikat dan hampir 1 milliarb orang di seluruh dunia. Prevalensi
hipertensi meningkat sesuai peningkatannya usia.

18
Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi Tekanan darah Tekanan darah


sistolik diastolik
Normal <120 <80
Pra hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi tingkat 1 140-159 90-99
Hipertensi tingkat 2 ≥160 ≥100

Seseorang disebut mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya


lebih dari 140/90 mmHg atau lebih dari 135/85 mmHg pada individu yang
mengalami gagal jantung, insufisiensi ginjal, atau diabetes melitus.
Hipertensi merupakan faktor resiko stroke dan penyakit jantung koroner
yang paling konsisten dan penting. Hipertensi meningkatkan resiko stroke
2-4 kali lipat tanpa tergantung pada faktor resiko lainnya.
Hipertensi kronis dan tidak terkendali akan memacu kekakuan dinding
pembuluh darah kecil yang dikenal dengan mikroangiopati. Hipertensi juga
akan memacu munculnya timbunan plak (plak atherosklerotik) pada
pembuluh darah besar. Timbunan plak akan menyempitkan lumen/diameter
pembuluh adarh. Plak yang tidak stabil akan mudah ruptur/pecah dan
terlepas. Plak yang terlepas meningkatkan resiko tersumbatnya pembuluh
darah otak yang lebih kecil. Bila ini terjadi, timbulnya gejala stroke.
b. Diabetes
Diabetes melitus (DM) dijumpai pada 15-205 populasi usia dewasa.
Diabetes merupakan salah satu faktor resiko stroke iskemik yang utama.
Diabetes akan meingkatkan resiko stroke dua kali lipat. Peningkatan kadar
gula darah berhubungan lurus dengan resiko stroke (semakin tinggi kadar
gula darah, semakin mudah terkena stroke).

Tabel 2.3 Diabetes

Norma Gangguan Toleransi DM


l glukosa
Gula darah puasa <110 110-125 ≥126
2 jam sebelum beban <140 140-200 ≥200
glukosa

c. Merokok

19
Berbagai penelitian menghubungkan kebiasaan merokok dengan
peningkatan resiko penyakit pembuluh darah (termasuk stroke). Merokok
memacu peningkatan kekentalan darah, pengerasan dinding pembuluh
darah, dan penimbunan plak di dinding pembuluh darah. Merokok
miningkatkan resiko sampai dua kali lipat. Ada hubungan yang linier antara
jumlah batang rokok yang diserap stroke. Resiko stroke akan bertambah
1,5 kali setiap penambahan 10 batang rokok perhari.
d. Dislipidemia
Kolestrol darah yang tinggi meningkatkan resiko stroke. Dalam suatu
penelitian 492 penderita stroke iskemik (sumbatan) menunjukkan bahwa
kadar kolesterol LDL (kolestrol jahat) dan kolestrol total yang tinggi
meningkatkan resiko stroke sampai dua kali lipat. Pemberian terapi obat
untuk mengurangi kadar kolestrol (statin) bermanfaat untuk menurunkan
resiko stroke sumbatan.
e. Obesitas
Obesitas masih menjadi perdebatan apakah merupakan faktor resiko
yang kuat atau tidak. Tetapi yang jelas obesitas meruapakan faktor resiko
penyakit jantung. Terdapat saling keterkaitan antara berat badan,
peningkatan tekanan darah, peningkatan kolestrol darah, diabetes tidak
tergantung dan tingkat aktivitas fisik yang rendah. Kelebihan berat bdana
akan meningkatkan resiko stroke 15% karena meningkatnya penyakit
hiperftensi, penyakit hantung, DM tipe II dan aterosklerosis. Body mass
Index (BMI) atau indeks massa tubuh (IMT) digunakan untuk menetapkan
ukuran berat badan seseorang, apakah individu mengalami overweight atau
obesitas. Rumus IMT sebagai berikut:
IMT = Berat Badan (kg)
(Tinggi Badan)2 (m)

Jika nilai IMT lebih dari 25 pada orang dewasa dianggap mengalami
kelebihan berat badan. Berikut tabel Indeks Massa Tubuh:

Tabel 2.4 Tabel Indeks Massa Tubuh

TB Normal IMT ≤ 25 Lebih IMT 26-29 Obesitas IMT ≥ 30


(cm) BB kg BB kg BB kg

20
150 56 57-67 68
151 57 58-67 68
152 58 59-68 69
153 59 60-69 70
154 59 60-70 71
155 60 61-71 72
156 61 61-72 73
157 62 63-73 74
158 62 63-74 75
159 63 64-75 76
160 64 65-76 77
161 65 66-77 78
162 66 67-78 79
163 66 67-79 80
164 67 68-80 81
165 68 69-81 82
166 69 70-82 83
167 70 71-83 84
168 71 72-84 85
169 71 72-84 86
170 72 73-86 87
171 73 74-87 88
172 74 75-88 89
173 75 76-89 90
174 76 77-90 91
175 77 78-91 92
176 77 78-92 93
177 78 79-93 94
178 79 80-94 95
179 80 81-95 96
180 81 82-96 97
181 82 83-97 98
182 83 94-98 99
183 84 85-99 100
184 85 84-101 102
185 86 85-102 103
186 86 85-103 104
187 87 86-104 105
188 88 89-105 106
189 89 88-106 107
190 90 89-107 108
191 91 90-108 109
192 92 93-110 110
193 93 94-111 112
194 94 95-112 113
195 95 96-113 114

TB=Tinggi Badan, BB= Berat Badan

21
IMT= Indeks Massa Tubuh (Cholik & Saiful, 2014).
f. Faktor Resiko Lain
Faktor resiko stroke lainnya adalah gangguan tidur obstruktif, kadar
homosistein yang tinggi, kadar hipoprotein yang tinggi, kontrasepsi
hormonal, infeksi, dan penyakit jantung.
2.2.5 Dampak Depresi Stroke
Menurut Dharma (2018), gejala depresi harus dikenali sedini mungkin
sehingga dapat dicegah. Jangan menyepelekan gejala depresi pada penderita
stroke, karena dapat menyebabkan:
1. Penderita susah makan.
2. Penderita tidak mau minum obat.
3. Menurunkan kekebalan tubuh.
4. Kesehatan psikis terganggu.
Jika keempat hal diatas terjadi pada penderita stroke, maka kemungkinan
akan terjadi tiga hal yaitu:
1. Waktu pemulihan semakin lambat.
2. Terjadi komplikasi seperti kerusakan kulit dan infeksi saluran kencing.
3. Meningkatkan kemungkinan serang stroke berulang dan kematian.
2.2.6 Cara Menghindari Stroke
1. Melakukan aktivitas aktifitas fisik secara teratur. Akan menstabilkan tensi
darah dan menajga keseimbangan lemak yang sehat dalam darah.
2. Menerapkan pola makan sehat, banyak sayur dan buah, hindari makan daging
merah karena lemak jenuhnya mengakibatkan pembuluh darah mengeras.
Banyak mengkonsumsi makanan berserat agar bisa mengendalikan lemak
dalam darah.
3. Kurangi garam karena garam mengikat tekanan darah.
4. Hindari minum alkhohol karena akan menaikkan tensi darah.
5. Istirahat yang cukup, tidur 6-8 jam per hari.
6. Hentikan kebiasaan merokok karena akan memicu penyakit atherosclerosis
(pengerasan dinding pembuluh darah) yang bisa mengakibatkan darah menjadi
mudah menggumpal.
7. Hindari stress dan depresi krena bila keduanya tidak bisa teratasi dapat
memicu terjadinya stroke apalagi penyakit hipertensi.

22
8. Pantau berat badan karena obesitas akan meningkatkan resiko penyakit
tekanan darah tinggi, diabetes, penyakit jantung, yang semuanya bisa memicu
stroke.
9. Selalu memeriksakan tensi darah secara rutin karena tekanan darah tinggi bisa
menjadi pembuluh darah mengalami tekanan ekstra.
10.Apabila memiliki gejela/gangguan jantung seperti detak yang tidak teratur,
berhati-hatilah. Konsul ke dokter Cardiologi utnuk melakukan periksa EKG.
11.Periksa selalu kadar kolestrol karena kadar kolestrol tinggi akan meingkatkan
resiko terjadinya stroke.
12.Hindari beragam hormon termasuk pil, suntik, KB mengental cenderung
mudah mengumpal (Pudiastuti, 2011).
2.3 Konsep Terapi Motivasi
2.3.1 Pengertian
Sobur (2016), mendefinisikan motivasi merupakan istilah yang lebih umum
yang menunjuk pada seluruh proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong,
dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkannya dan
tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan. Karena itu, bisa juga dikatakan
bahwa motivasi berarti membangkitkan motif, membangkitkan daya gerak, atau
menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka
mencapai suatu kepuasan atau tujuan.Motivasi berasal dari istilah Latin Movere,
berarti pindah. Dalam konteks sekarang ini, motivasi adalah rangsangan,
dorongan dan ataupun pembangkit tenaga, yang dimiliki seseorang sehingga
orang tersebut memperlihatkan perilaku tertentu.
Pendapat lain dari Fiedman dan Schustack (2006), motivasi adalah dorongan
psikobiologis internal yang membantu pola perilaku tertentu. Konsep motivasi
menunjukkan pemikiran adanya dorongan dalam diri manusia yang mendorong
munculnya perilaku-untuk memenuhi kebutuhan akan makanan, bermain,
bersenang-senang, dan sebagainya.
2.3.2 Unsur-unsur Motivasi
Menurut Sobur (2016), unsur motivasi terdiri dari:
1. Kebutuhan
Motivasi pada dasarnya bukan hanyamerupakan suatu dorongan fisik,
tetapi juga berorientasi kognitif elementer yang diarahkan pada pemuasan
kebutuhan.

23
2. Tingkah laku
Tingkah laku adalah cara atau alat yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan. Jadi, tingkah laku pada dasarnya ditujukan untuk memperoleh tujuan
yang diinginkannya.
3. Tujuan
Tujuan berfungsi untuk memotivasi tingkah laku. Tujuan juga
menentukan seberapa aktif individu bertingkah laku. Sebab, selain ditentukan
oleh motif dasar, tingkah laku juga ditentukan oleh keadaan dari tujuan. Jika
tujuannya menarik, individu akan lebih aktif bertingkah laku. Tingkah laku
yang dilatar belakangi oleh adanya kebutuhan, diarahkan pada pencapaian
suatu tujuan, agar suatu kebutuhan terpenuhi dan suatu kehendak terpuaskan.
2.3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi
Menurut Gerungan (2010) ada dua faktor yang mempengaruhi motivasi,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah motivasi yang berasal dari dalam diri manusia,
biasanya timbul dari perilaku yang dapat memenuhi kebutuhan sehingga
menjadi puas. Faktor internal meliputi:
a. Faktor fisik. Faktor fisik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
kondisi fisik, misal status kesehatan penderita. Fisik yang kurang sehat dan
cacat yang tidak dapat disembuhkan berbahaya bagi penyesuaian pribadi
dan sosial. Penderita yang mempunyai hambatan fisik karena kesehatannya
buruk sebagai akibatnya mereka selalu frustasi terhadap kesehatannya.
b. Faktor proses mental. Motivasi merupakan suatu proses yang tidak terjadi
begitu saja, tapi ada kebutuhan yang mendasari munculnya motivasi
tersebut. Penderita dengan fungsi mental yang normal akan menyebabkan
bias yang positif pada diri. Seperti halnya ada kemampuan untuk
mengontrol kejadian-kejadian dalam hidup yang harus dihadapi, keadaan
pemikiran dan pandangan hidup yang positif dari diri penderita dalam
reaksi terhadap perawatan akan meningkatkan penerimaan diri serta
keyakinan diri, sehingga mampu mengatasi kecemasan dan selalu berpikir
optimis untuk kesembuhannya.
c. Keinginan dalam diri sendiri. Misalnya keinginan untuk lepas dari keadaan
sakit yang mengganggu aktivitasnya sehari-hari, masih ingin menikmati

24
prestasi yang masih berada dipuncak karir, merasa belum sepenuhnya
mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki.
d. Kematangan usia. Kematangan usia akan mempengaruhi proses berfikir dan
pengambilan keputusan dalam melakukan pengobatan yang menunjang
kesembuhan penderita.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor motivasi yang berasal dari luar diri
seseorang yang merupakan pengaruh dari orang lain atau lingkungan. Faktor
eksternal meliputi:
a. Faktor lingkungan
Lingkungan adalah suatu yang berada disekitar penderita, baik fisik,
psikologis, maupun sosial. Lingkungan rumah sakit sangat berpengaruh
terhadap motivasi penderita untuk sembuh. Lingkungan rumah sakit yang
tidak mendukung dan kurang kondusif akan membuat stress bertambah.
Secara fisik misalnya penataan ruangan dirumah sakit, konstruksi bangunan
akan meningkatkan ataupun mengurangi stress dan secara biologis
lingkungan ini tidak mengganggu kenyamanan yang dapat memicu stress,
sedangkan lingkungan sosial salah satunya adalah dukungan perawat
khususnya dukungan sosial.
b. Dukungan sosial
Dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal dan atau
nonverbal, bantuan nyata atau tindakan yang diberikan oleh keakraban
sosial atau didapat karena kehadiran mereka yang mempunyai manfaat
emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima. Dukungan social sangat
mempengaruhi dalam memotivasi penderita untuk sembuh, meliputi
dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi, dan
dukungan jaringan. Komunikasi teraupetik perawat yang ditujukan untuk
menolong penderita dalam melakukan koping secara efektif dimana
perawat membutuhkan waktu untuk menanyakan dan mendengarkan
ketakutan, kekhawatiran, keyakinan mengenai kesehatan dan keadaan
penderita sendiri.
c. Fasilitas (sarana dan prasarana)
Ketersediaan fasilitas yang menunjang kesembuhan penderita tersedia,
mudah dijangkau menjadi motivasi penderita untuk sembuh. Termasuk

25
dalam fasilitas adalah tersedianya sumber biaya yang mencukupi bagi
kesembuhan penderita, tersedianya alat-alat medis yang menunjang
kesembuhan penderita.
d. Media
Media yaitu dukungan yang diberikan dalam bentuk informasi
pengetahuan tentang penyakit, nasehat, atau petunjuk saran. Adanya media
ini penderita menjadi lebih tahu tentang kesehatannya dan pada akhirnya
dapat menjadi motivasi untuk sembuh.
2.3.4 Aspek-aspek Motivasi
Aspek-aspek motivasi adalah sebagai berikut:
1. Memiliki sikap yang positif, yaitu memiliki kepercayaan diri dan perencanaan
yang tinggi serta selalu optimis. Bersikap positif maksudnya itu melakukan
sikap yang sifatnya positif. Sikap positif tidak hanya kepada pelayanan
bimbingan rohani Islam, akan tetapi bersikap positif kepada Allah itu sangat
penting, karena Allah yang memberikan kesembuhan kepada individu sedang
diberi cobaan sakit (pasien).
2. Berorientasi pada suatu tujuan, yaitu orientasi tingkah laku diarahkan pada
tujuan yang hendak dicapai. Pasien mengarahkan tujuan tertentu yaitu tujuan
untuk sembuh dan bisa beraktivitas kembali seperti semula.
3. Kekuatan yang mendorong individu, yaitu timbulnya kekuatan dalam diri
individu, dari lingkungan dan keyakinan adanya kekuatan yang akan
mendorong tingkah laku seseorang untuk mencapai suatu tujuan. Pasien
mendapat dorongan dari luar kemudian dari dorongan dalam individu dapat
mendorong individu mengubah tingkah lakunya. Seperti pasien awal mulanya
acuh tak acuh kepada pelaksanaan pelayanan bimbingan rohani Islam,
kemudian dengan adanya kekuatan yang mendorong individu untuk keinginan
ingin sembuh maka pasien akan mengikuti pelaksanan bimbingan dengan baik.
2.3.5 Jenis motivasi
Menurut Sobur (2016) Berdasarkan sumber dorongan terhadap perilaku,
motivasi dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Motivasi primer dan motivasi sekunder
Motivasi primer bergantung pada keadaan organic individu. Motif primer
sangat bergantung pada keadaan fisiologis, karena motif primer bertujuan
menjaga keseimbangan tubuh, motif primer sering kali juga disebut

26
homeostasis. Motivasi sekunder tidak bergantung pada proses fisio-kemis yang
tejadi di dalam tubuh. Motif sekunder sangat tergantung pada pengalaman
individu.
Ada dua ciri pokok yang membedakan apakah suatu motif tergolong
dalam motif primer berdasarkan pada keadaan fisiologis manusia, sedangkan
motif sekunder tidak berhubungan dengan keadaan fisiologis manusia. Motif
primer juga tidak bergantung pada pengalaman seseorang, sedangkan motif
sekunder sangat bergantung pada pengalaman seseorang.
2. Motivasi sadar dan motivasi tak sadar
Menurut Pengklasifikasian motif menjadi motif sadar dan motif tidak
sadar, semata-mata didasarkan pada taraf kesadaran manusia terhadap motif
yang sedang melatarbelakangi tingkah lakunya. Apabila ada seseorang yang
bertingkah laku tertentu, namun seseorang tersebut tidak bisa mengatakan
alasannya, motif yang menggerakkan tingkah laku itu adalah motif tidak sadar.
Sebaliknya, jika seseorang bertingkah laku tertentu dan dia mengerti alasannya
berbuat demikian, maka motif yang melatar belakangi tingkah laku itu disebut
motif sadar (Sobur, 2016).
3. Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik
Motivasi intrinsik merupakan motif-motif yang berfungsinya tidak usah
dirangsang dari luar. Dalam diri individu sendiri, memang telah ada dorongan
itu. Biasanya timbul dari perilaku yang dapat memenuhi kebutuhan sehingga
manusia menjadi puas.
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang berfungsi karena adanya
perangsang dari luar. Perilaku yang dilakukan dengan motivasi ekstrinsik
penuh dengan kesangsian, kekhawatiran, apabila tidak tercapai kebutuhan.
2.3.6 Fungsi Motivasi
1. Pendorong orang untuk berbuat dalam mencapai tujuan.
2. Penentu arah perbuatan yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
3. Penseleksi perbuatan sehingga perbuatan orang yang mempunyai motivasi
senantiasa selektif dan tetap terarah kepada tujuan yang ingin dicapai (Sobur,
2016).

27
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah

Terapi Motivasi
Dampak Depresi 1. Faktor Internal
Stroke: a. Faktor fisik
Manifestasi Klinis
Stroke : 1. Penderita susah b. Faktor proses
makan mental
1. Kehilangan Motorik 2. Penderita tidak c. Keinginan dalam
2. Kehilangan mau minum obat diri sendiri
Komunikasi 3. Menurunkan d. Kematangan usia
3. Gangguan Persepsi kekebalan tubuh 2. Faktor Eksternal
a. Faktor lingkungan
b. Dukungan sosial
4. Kesehatan psikis
Keterangan: c. Fasilitas (sarana
terganggu
= Diteliti dan prasarana
= Tidak diteliti d. Media

Gambar 3.1: Kerangka konseptual hubungan kesehatan psikis penderita stroke


terhadap terapi motivasi di wilayah Babatan Wiyung Surabaya.

Kerangka di atas dapat dijelaskan bahwa manifestasi klinis stroke adalah


kehilangan motorik, kehilangan komunikasi, dan gangguan persepsi. Dampak depresi
stroke yaitu penderita susah maka, penderita tidak mau minum obat, menurunkan
kekebalaan tubuh, kesehatan psikis terganggu. Terapi motivasi terdiri dari faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi faktor fisik, faktor proses
mental, keinginan dalam diri sendiri, dan kematangan usia. Sedangkan faktor
eksternal meliputi faktor lingkungan, dukungan sosial, fasilitas (sarana dan
prasarana), dan media. Terjadinya stroke di tandai dengan kehilangan motorik,
kehilangan komunikasi dan ganguan persepsi sehingga penderita stroke mengalami
depresi yaitu kesehatan psikisnya terganggu. Maka terapi motivasi bisa dilakukan
agar kesehatan psikis penderita stroke sehat kembali.
3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah hubungan kesehatan psikis penderita stroke


terhadap terapi motivasi di wilayah Babatan Wiyung Surabaya

28
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Rancang Bangun Penelitian


Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif dengan desain penelitian ini
bersifat cross sectional yaitu waktu pengukuran atau observasi data variabel
independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2013).
4.2 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah sebagian penderita stroke di wilayah Babatan
Surabaya sejumlah 30 penderita stroke.
4.3 Sampel, Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel
1. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua penderita stroke di
wilayah Babatan Wiyung Surabaya.
2. Besar Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus dari
Notoatmodjo (2002):
N
n=
1+ N ( d ) 2

Keterangan:

n = Besar Sampel

N = Besar Populasi

d = Tingkat kepercayaan yang diujikan (0,05)


Diketahui:
N= 30 pasien stroke
d= 0,05
Jawab:
N
n=
1+ N ( d ) 2

30
n=
1+ 30 ( 0,05 ) 2

29
30
n=
1+ 30(0,0025)

30
n=
1+ 0,075

30
n=
1,08

n= 27 pasien stroke

3. Cara Pengambilan Sampel

Pada penelitian ini menggunakan probability sampling dengan teknik simple


random sampling. Hakekat dari pengambilan simple random sampling adalah
setiap anggota atau unit dari populasi memiliki kesempatan yang sama untuk
diseleksi sebagai sampel.
4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di Babatan Wiyung Surabaya. Pemilihan lokasi

tersebut didasari atas beberapa pertimbangan antara lain:

a. Tempat ini terdapat masalah yaitu beberapa penderita stroke mengalami


penurunan motivasi untuk menjalani hidup.
b. Peneliti sudah mengenal lokasi penelitian.
c. Peneliti dapat menjangkau tempat penelitian.
d. Penelitian serupa mengenai hubungan terapi motivasi terhadap pasien stroke
sudah pernah dilakukan.
2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada 31 April 2020.

30
4.5 Kerangka Kerja Penelitian

Populasi
Semua penderita stroke di wilayah Babatan Wiyung Surabaya

Sampling
Menggunakan probability sampling dengan simple random
sampling

Sampel
Sebagian penderita stroke di wilayah Babatan Wiyung Surabaya
sebesar 27 pasien stroke

Pengumpulan Data Data


dikumpulkan menggunakan kuesioner

Pengolahan Data
Data diolah dengan cara editing, coding, tabulating

Analisa Data
Menggunakan uji kolerasi Rank Spearman

Hasil penelitian

Pembahasan

Simpulan dan saran


Gambar 4.1: Kerangaka operasional penelitian hubungan kesehatan psikis penderita
stroke terhadap terapi motivasi di wilayah Babatan Wiyung Surabaya.

4.6 Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional


1. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini ada 2 yaitu variabel independen dan variabel

dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah terapi motivasi

sedangkan variabel dependen adalah kesehatan psikis.

31
2. Definisi Operasional

Tabel 4.2: Definisi operasional hubungan kesehatan psikis penderita stroke


terhadap terapi motivasi di wilayah Babatan Wiyung Surabaya

Jenis item Parameter dan


Definisi Kategori dan
Variabel pertanyaan skala
Operasional kriteria
pengukuran
Variabel Baik: Jika 1-14
Aspek-aspek
independen pertanyaan jawaban
motivasi
: 1,2,3 sesuai (Kode 3)
1. Memiliki sikap
Terapi Parameter:
positif
motivasi Cukup: Jika 1-7 Kuesioner
2. Berorientasi 4,5,6,7 pertanyaan jawaban
pada satu tujuan sesuai (Kode 2) Skala
pengukuran:
8,9,10,11,
3. Kekuatan yang Kurang: Jika 1-4 Ordinal
12,13,14
mendorong pertanyaan jawaban
individu sesuai (Kode 1)

Variabel Kemampuan Parameter:


dependent: mengatasi Ansietas berat: jika Kuesioner
kesehatan psikis jawaban YA terdapat
Kesehatan 1. Kemampuan 8 atau lebih (Kode 3) Skala
psikis penderita pengukuran:
mengatasi masalah Ansietas sedang: jika Ordinal
2. manajemen jawaban YA terdapat
stres 4-6 (Kode 2)

Ansietas ringan: jika


jawaban YA
teradapat 1-3
(Kode1)

4.7 Instrumen Penelitian dan Cara Pengumpulan Data


1. Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar kuesioner untuk
terapi motivasi yang dilakukan oleh penderita stroke. Penderita stroke dapat
menjawab pertanyaan yang telah disediakan peneliti dalam lembar kuesioner dan
memberikan tanda pada jawaban yang dianggap sesuai. Peneliti megobservasi
kesehatan psikis menggunakan kuesioner dan memberikan tanda pada jawaban
yang dianggap sesuai oleh responden.

32
2. Cara Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil pengisian
kuesioner yang telah diisi dengan benar oleh responden. Responden akan diberikan
nomor responden. Nomor responden dipilih secara acak menggunakan teknik
simple random sampling. Nomor yang keluar akan dijadikan responden dalam
penelitian ini.
4.8 Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data

Data yang sudah terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan

cara sebagai berikut:

a. Editing

Memeriksa kembali data yang telah terkumpul melalui kuisioner, hal ini
untuk mengecek kembali apakah semua kuesioner sudah terjawab semua.
b. Coding

Mengklasifikasikan jawaban dari responden dengan cara memberi kode


pada masing-masing jawaban. Penilaian terapi motivasi dengan kode angka 3
untuk terapi motivasi baik, kode angka 2 untuk terapi motivasi cukup dan kode
angka 1 untuk terapi motivasi kurang. Penilaian kesehatan psikis dengan kode 3
untuk tingakat ansietas berat, kode 2 untuk ansietas sedang, dan kode 1 untuk
ansietas ringan.
c. Tabulasi Data

Data yang sudah diberi kode, dilakukan pengelompokan sehingga


memudahkan penjumlahan. Kemudian data disusun dalam bentuk tabel pada
suatu format yang telah dirancang, selanjutnya tabel tersebut dianalisa dan
dinyatakan dalam bentuk tulisan.
2. Analisis Data

Setelah data dikumpulkan dengan menggunakan lembar kuesioner, kemudian


untuk mengetahui hubungan antara variabel, digunakan uji statistik Rank
Spearman, dengan tingkat kemaknaan  0,05. Apabila  < 0,05, maka H0 ditolak
yang artinya ada hubungan antara terapi motivasi terhadap kesehatan psikis

33
penderita stroke. Pengolahan data karakteristik responden dalam bentuk persentase
kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan skala kuantitatif sebagai berikut:
a. 100% = seluruhnya
b. 76-99% = hampir seluruhnya
c. 51-75% = sebagian besar
d. 50% = setengahnya
e. 26-49% = hampir setengahnya
f. 1-25% = sebagian kecil
g. 0% = tidak satupun
4.9 Etika Penelitian
1. Persetujuan Responden (Informed Concent)

Prinsip ini berkaitan dengan kebebasan seseorang untuk menjadi responden.


Responden berhak bertanya, menolak atau memberikan informasi serta persetujuan
dalam penelitian. Partisipan terbebas dari bentuk paksaan apapun. Peneliti
memberikan lembar persetujuan dan memberikan penjelasan kepada responden,
jika responden menolak maka peneliti tidak berhak untuk memaksa dan wajib
menghormati haknya sebagi responden.
2. Tanpa Nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan subjek, responden tidak perlu mencantumkan


nama dalam lembar kuisioner. Pada lembar pengumpulan, penulis hanya
memberikan kode-kode tertentu.
3. Kerahasiaan (confidentility)

Kerahasiaan informasi yang telah diberikan oleh subjek dijamin oleh peneliti.

34
DAFTAR PUSTAKA

Anindhita dan Wiratman. (2017). Buku Ajar Neurologi. Jakarta: FKUI.

Dharma, Kelana Kusuma. (2018). Pemberdayaan Keluarga untuk Mengoptimalkan


Kualitas Hidup Pasien Pasca Stroke. Yogyakarta: Deepublish.
Direja, Ade Hermawan. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Friedman, Howard dan Schustack, Miriam. (2006). Kepribadian: Teori Klasik dan

Riset Modern. Ed 02. Jilid 03. Jakarta: Erlangga.

Gerungan. (2010). Psikologi Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama.

Notosoedirdjo, Moetjono dan Latipun. (2014). Kesehatan Mental Konsep dan Peran.

Malang: UMM.

Nursalam. (2013). Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba

Medika.

Pinzon, Rizakly. (2010). AWAS STROKE! Pengertian, Gejala, Tindakan, Perawatan,

dan Pencegahan. Yogyakarta: ANDI

Pudiastuti, Ratna Dewi. (2011). Penyakit Pemicu Stroke. Yogyakarta: Nuha Medika.

Riyadi, Sujono dan Teguh, Purwanto. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa.

Yogyakarta: Graha Ilmu

Rosjidi, Cholik Harum. (2014). Peningkatan Tekanan Intrakranial dan Gangguan

Peredaran Darah Otak. Yogyakarta: Pustaka Baru.

Sobur, Alex. (2016). Psikologi Umum Edisi Revisi. Jakarta: Pustaka Setia.

Sukarelawati, Endang. (2012). Pasien Stroke di Surabaya Meningkat Setiap Tahun.

https://jatim.antaranews.com/berita/91120/pasien-stroke-di-surabaya-meningkat-

setiap-tahun. Diakses pada tanggal 22 maret 2020. Pukul 08.50 WIB.

Yosep, Iyus. (2014). Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung: Refika Aditama.

35
Yusuf, Ah, dkk. (2015). Buku Ajar Asuhan Keparawatan Jiwa. Yogyakarta: Salemba

Medika.

36
LEMBAR KUESIONER

Kuesioner Terapi Motivasi


Identitas
Nama inisial:
Umur: tahun
Jenis Kelamin:
Lama Sakit:
Informasi ini akan dirahasiakan. Oleh karena itu, mohon diisi sesuai dengan
keadaan sebenarnya. Terima kasih.

Petunjuk Pengisian
Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan yang berkaitan dengan perilaku sehari-hari.
Baca dan pahamilah terlebih dahulu setiap pernyataan tersebut sebelum menjawab,
kemudian pilihlah salah satu dari dua pilihan yang paling sesuai degan keadaan Anda.
Tidak ada jawaban benar maupun salah. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang
Anda pilih. Adapun pilihan jawaban tersebut adalah:
1 : bila pernyataan Tidak Sesuai dengan kondisi Anda atau Jarang terjadi maka beri
tanda TS
2 : bila pernyataan Sesuai dengan kondisi Anda atau Sering terjadi maka beri tanda S

NO Pertanyaan S TS
1. Saya kuat menghadap penyakit ini
2. Saya merasa akan segera sembuh
dari penyakit ini
3. Saya merasa obat yang saya
minum sangat mendorong saya
untuk segera sembuh
4. Saya harus segera sembuh dari
penyakit ini
5. Saya merasa penyakit yang saya
idap tidak kunjung sembuh
6. Saya pasti sembuh dari penyakit
saya ini
7. Saya merasa mendapatkan proses
pengobatan yang optimal sehingga
saya pasti akan segera sembuh
8. Dukungan dari keluarga membuat

37
saya ingin segera sembuh dari
penyakit ini
9. Saya harus segera sembuh dari
penyakit yang saya idap
10. Saya harus selalu optimis untuk
segera sembuh
11. Jika saya menuruti semua anjuran
dokter dana perawat demi
kesembuhan saya maka saya akan
segera sembuh dari penyakit ini
12. Tabah dan ikhlas dalam
menghadapi proses penyembuhan
ini membuat saya semakin
termotivasi untuk segera sembuh
13. Saya pasti akan segera sembuh
14. Saya harus berpikir positif bahwa
penyakit ini pasti ada akan segera
sembuh

Kuesioner Terapi Motivasi


Identitas
Nama Inisial:
Umur: tahun
Jenis Kelamin:
Informasi ini akan dirahasiakan. Oleh karena itu, mohon diisi sesuai dengan
keadaan sebenarnya. Terima kasih.

Petunjuk Pengisian
Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan yang berkaitan dengan perilaku sehari-hari.
Baca dan pahamilah terlebih dahulu setiap pernyataan tersebut sebelum menjawab,
kemudian pilihlah salah satu dari dua pilihan yang paling sesuai degan keadaan Anda.
Tidak ada jawaban benar maupun salah. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang
Anda pilih. Adapun pilihan jawaban tersebut adalah:
1 : bila pernyataan Sesuai dengan kondisi anda maka beri tanda silang Ya
2 : bila pernyataan Tidak Sesuai dengan kondisi maka beritanda silang Tidak

No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah anda sering merasa sakit

38
kepala?
2. Apakah anda kehilangan nafsu
makan?
3. Apakah tidur anda tidak nyenyak?
4. Apakah anda merasa cemas,
tegang, atau khawatir?
5. Apakah tangan anda gemetar?
6. Apakah anda mengalami gangguan
pencernaan?
7. Apakah anda merasa sulit berpikir
jernih?
8. Apakah anda merasa tidak
bahagia?
9. Apakah anda lebih sering
menangis?
10. Apakah anda merasa sulit untuk
menikmati aktivitas sehari-hari?
11. Apakah anda sulit mengambil
keputusan?
12. Apakah aktivitas/tugas sehari-hari
anda terbengkalai?
13. Apakah anda merasa tidak mampu
berperan dalam kehidupan ini?
14. Apakah anda kehilangan minat
terhadap banyak hal?
15. Apakah anda merasa tidak
berharga?
16. Apakah anda mempunyai pikiran
untuk mengakhiri hidup anda?
17. Apakah anda merasa lelah
sepanjang waktu?
18. Apakah anda merasa tidak enak
perut?
19. Apakah anda mudah lelah?
20. Apakah anda merasa takut?

39

Anda mungkin juga menyukai