Anda di halaman 1dari 26

RESUME

KEPERAWATAN KELUARGA

KONSEP KELUARGA SEJAHTERA

OLEH :

KELOMPOK 5 KELAS 6 D

ANGGOTA KELOMPOK :

1. FIRDAUSI ZAMHARIROH RAHMADANI (1130017121)


2. MUZAINI (1130017154)

FASILITATOR :

NETY MAWARDA HATMANTI, S.Kep., Ns., M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

2020
RESUME

KEPERAWATAN KELUARGA

KONSEP KELUARGA SEJAHTERA

OLEH :

KELOMPOK 5 KELAS 6 D

ANGGOTA KELOMPOK :

1. FIRDAUSI ZAMHARIROH RAHMADANI (1130017121)


2. MUZAINI (1130017154)

FASILITATOR :

NETY MAWARDA HATMANTI, S.Kep., Ns., M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

2020

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji hanya bagi Allah yang telah melimpahkan Taufik dan Hidayah
kepada kita, sehingga kita masih dapat menghirup nafas ke islaman sampai
sekarang ini. Shalawat dan salam semoga tercurah pada junjungan kita Nabi
agung Muhammad SAW yang telah berjuang dengan semangatnya yang
begitu mulia yang telah membawa kita dari jaman Jahilliyah kepada jaman
Islamiyah.

Dengan mengucap Alhamdulillah kami dapat menyusun resume yang


berjudul “Konsep Keluarga Sejahtera”. Kami ucapkan banyak terima kasih
kepada Dosen Pembimbing Keperawatan Keluarga yang telah membimbing
kami dalam setiap materi, tidak lupa teman-teman yang senantiasa kami
banggakan yang semoga kita selalu dalam lindungan Allah serta dapat
berjuang dijalan Allah SWT.

Kami menyadari tentunya makalah ini jauh dari sempurna, maka dari itu
kami mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun tentunya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Surabaya, 16 Maret 2020

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL............................................................................................... i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL............................................................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN................................................................................. v
BAB 1 TINJAUAN TEORI................................................................................. 1
1.1 Keluarga Sejahtera........................................................................................... 1
1.2 Indikator Keluarga Sejahtera........................................................................... 6
1.3 Konsep PIS - PK............................................................................................. 7
BAB 2 SARAN DAN PERTANYAAN.......................................................... 19
2.1 Saran.................................................................................................... 19
2.2 Pertanyaan............................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 20

iii
DAFTAR TABEL
TABEL 1 .............................................................................................................. 4

iv
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini kami menyatakan bahwa

Kami mempunyai copy dari resume ini yang bisa kami reproduksi jika makalah
yang dikumpulkan hilang atau rusak.

Resume ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang lain
kecuali yang telah dituliskan dalam referensi, serta tidak ada seorang pun yang
membuatkan resume ini untuk kami.

Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidakjujuran akademik, kami bersedia


mendapatkan sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Surabaya, 16 Maret 2020

NAMA NIM TANDA TANGAN


FIRDAUSI ZAMHARIROH R 1130017121
MUZAINI 1130017154

v
BAB 1

TINJAUAN TEORI

1.1 Keluarga Sejahtera

1.1.1 Definisi Keluarga Sejahtera

Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas


perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan
materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki
hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antar
keluarga dengan masyarakat dan lingkungan (BKKBN,2011).

Menurut BKKBN (2011), bahwa tahapan keluarga dapat diukur


berdasarkan tingkat kesejahteraannya, yaitu :

1. Keluarga Prasejahtera, yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat


memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) secara minimal, seperti
kebutuhan akan pengajaran, agama, pangan, sandang, papan dan
kesehatan.

2. Keluarga Sejahtera Tahap 1, yaitu keluarga-keluarga yang dapat


memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat
memenuhi kebutuhan sosial psikologis (social pyschological need),
seperti kebutuhan terhadap pendidikan, keluarga berencana, interaksi
dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal, dan
transportasi.

3. Keluarga Sejahtera Tahap II, yaitu keluarga-keluarga yang dapat


memenuhi kebutuhan dasar dan seluruh kebutuhan psikologis, tetapi
belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan perkembangannnya
(developmental needs), seperti kebutuhan untuk menabung dan
memperoleh informasi.

4. Keluarga Sejahtera Tahap III, yaitu keluarga-keluarga yang dapat


memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial-psikologis,
dan kebutuhan perkembangan, namun belum dapat memberikan

1
sumbangan (konstribusi) yang maksimal terhadap masyarakat.
Misalnya, secara teratur (waktu tertentu) memberikan sumbangan
dalam bentuk material dan keuangan untuk kepentingan sosial
masyarakat serta berperan serta secara aktif dengan menjadi
pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan-yayasan sosial,
keagamaan, kesenian, olahraga, pendidikan, dan sebagainya.

5. Keluarga Sejahtera III Plus, yaitu keluarga-keluarga yang dapat


memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial
psikologis, maupun yang bersifat pengembangan serta dapat pula
memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi
masyarakat.

Tahapan keluarga sejahtera diidentifikasi dengan menggunakan 13


variabel. Variabel tersebut meliputi : agama, pangan, sandang, papan,
kesehatan, pendidikan, keluarga berencana, tabungan, interaksi dalam
keluarga, interaksi dengan lingkungan, informasi, transportasi, dan
peranan dalam masyarakat. Ketiga belas variabel tersebut kemudian
dituangkan menjadi 23 item yang terbagi ke dalam empat kelompok.
Setiap kelompok mengukur tingkat kesejahteraan keluarga (BKKBN,
2011).

1.1.2 Penyelenggaraan Pengembangan Kualitas Keluarga

Pengembangan kualitas keluarga diarahkan pada terwujudnya


kualitas keluarga yang bercirikan kemandirian dan ketahanan keluarga.
Pembinaan ketahanan keluarga dilakukan dalam rangka membentuk
keluarga kecil, sehat, bahagia, dan sejahtera. Penyelenggaraan
pengembangan kualitas keluarga ditujukan agar keluarga dapat
memenuhi kebutuhan spiritual dan materiil sehingga dapat menjalankan
fungsi keluarga secara optimal. Setiap anggota keluarga wajib
mengembangkan kualitas diri dan fungsi keluarga agar keluarga dapat
hidup mandiri dan mampu mengembangkan kualitas keluarga
(Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no. 21, 1994).

2
Pengembangan kualitas diri dan fungsi keluarga dilakukan melalui
upaya peningkatan pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial budaya,
mental spiritual, nilai-nilai keagamaan, dan peningkatan usaha
kesejahteraan lainnya. Dalam rangka mendukung pengembangan
kualitas dan fungsi keluarga pemerintah dan/atau masyarakat
menyelenggarakan pembinaan dan pelayanan keluarga. Pembinaan dan
pelayanan keluarga dilakukan melalui komunikasi, informasi, dan
edukasi termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta upaya lainnya
(Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no. 21, 1994).

1.1.3 Pembangunan Keluarga Sejahtera

Penyelenggaraan pembangunan keluarga sejahtera diwujudkan


melalui pengembangan kualitas keluarga dan keluarga berencana yang
diselenggarakan secara menyeluruh dan terpadu oleh pemerintah,
masyarakat, dan keluarga. Tujuannya ialah mewujudkan keluarga kecil
yang bahagia dan sejahtera, beraqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
sehat, produktif, mandiri, dan memiliki kemampuan untuk membangun
diri sendiri dan lingkungan. Kegiatan yang dilakukan adalah (Sahar dan
Agus, hal. 28, 2019) :

1. Pembinaan ketahanan fisik keluarga

Adalah kegiatan pertumbuhan dan pengembangan perilaku usaha


dan tenaga terampil sehingga dapat melakukan usaha ekonomi
produktif untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera.
Bentuk kegiatan pembinaan ketahanan fisik keluarga adalah sebagai
berikut :
a. Penumbuhan dan pengembangan pengetahuan. Sikap perilaku
usaha, dan keterampilan keluarga melalui penyuluhan, pelantikan
magang, studi banding, dan pendampingan.
b. Pertumbuhan dan pengembangan kelompok usaha. Melalui
kelompok, usaha peningkatan pendapatan keluarga Sejahtera
(UPPKS).

3
c. Pembinaan permodalan, melalui tabungan Takesra (Tabungan
Keluarga Sejahtera), dan Kukesra (Kredit Keluarga Sejahtera)
d. Pembinaan pemasaran, melalui kerja sama dengan para
pengusaha dan sektor terkait.
e. Pembinaan produksi, melalui bimbingan dalam emmilih dan
memanfaatkan alat teknologi tepat guna yang diperlukan dalam
proses produksi.
f. Pembinaan kemitrausahaan, dengan para pengusaha dari sektor
terkait koperasi.
g. Pengembangan jaringan usaha, khususnya bekerja sama dengan
Departemen Koperasi dan PPKM (Sahar dan Agus hal. 28, 2019).

2. Pembinaan ketahanan nonfisik keluarga.

Tujuan : Peningkatan kualitas anak, pembinaan kesehatan reproduksi


remaja, dan peningkatan keharmonisan keluarga, keimanan,
dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Sahar dan
Agus, 2019).
Bentuk kegiatan ketahanan nonfisik keluarga adalah sebagai berikut:
a. Bina Keluarga Balita
Pembinaan terhadap orang tua anak balita agar pertumbuhan dan
perkembangan anaknya optimal secara fisik dan mental melalui
kelompok dengan bantuan alat permainan edukatif (APE).
b. Pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilakukan melalui:
1) Pusat-pusat konsultasi remaja.
2) Penyuluhan konseling di sekolah dan pesantren, kelompok-
kelompok.
3) Remaja, karang taruna, remaja masjid, pramuka, dan lain-lain.
4) Kelompok bina keluarga remaja (BKR), dan penyuluhan
melalui media masa (Sahar dan Agus, 2019).
c. Pembinaan keluarga lansia melalui kelompok bina keluarga lansia
(BKL) (Sahar dan Agus, 2019).
d. Kegiatan-kegiatan lain adalah sebagai berikut:

4
1) Gerakan keluarga sejahtera sadar buta aksara.
2) Beasiswa supersemar.
3) Satuan karya pramuka keluarga berencana (Saka Kencana)
kegiatan lomba-lomba (Sahar dan Agus, 2019).

3. Pelayanan Keluarga Berencana

a. Kegiatan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)


Kegiatan ini meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan
perubahan perilaku masyarakat dalam pelaksanaan KB.
b. Pelayanan kesehatan reproduksi meliputi pelayanan kontrasepsi,
pelayanan kesehatan reproduksi bagi ibu, serta pelayanan lain
yang ada hubungannya dengan reproduksi (Sahar dan Agus,
2019).

4. Pendataan Keluarga Sejahtera

Dalam rangka mengevaluasi pelaksanaan gerakan keluarga sejahtera


setiap tahun, antara bulan januari sampai maret, dilakukan pendataan
keluarga untuk mengetahui pencapaian keluarga berencana dan
tahapan keluarga sejahtera.
Dalam pendataan tersebut terdapat lima tugas kesehatan yang harus
dilakukan oleh keluarga, yaitu:
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
c. Memberikan tindakan keperawatan kepada anggota keluarganya
yang sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal-balik antara keluarga
lembaga-lembaga kesehatan yang menunjukkan manfaat fasilitas
kesehatan dengan baik (Sahar dan Agus hal. 28, 2019).

5
1.2 Indikator Keluarga Sejahtera

Tabel. 1
No Indikator Mampu Tidak
Mampu
Keluarga sejahtera I (KS I) atau Indikator “Kebutuhan Dasar Keluarga”
(Basic Needs) (6 indikator)
Pada umumnya anggota keluarga makan dua
1 √
kali sehari atau lebih.
Anggota keluarga memiliki pakaian yang
2 berbeda untuk dirumah, bekerja/sekolah dan √
berpergian.
Rumah yang ditempati keluarga mempunyai
3 √
atap, lantai dan dinding yang baik.
Bila ada anggota keluarga sakit dibawa ke
4 √
sarana kesehatan.
Bila pasangan usia subur ingin ber KB pergi ke
5 √
sarana pelayanan kontrasepsi.
Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga
6 √
bersekolah.
Delapan Indikator Keluarga Sejahtera II (KS II) atau Indikator
“Kebutuhan Psikologis” (psychological Needs) Keluarga (8 indikator)
Pada umumnya anggota keluarga
1 melaksanakan ibadah sesuai dengan agama dan √
kepercayaan masing-masing.
Paling kurang sekali seminggu seluruh anggota
2 √
keluarga makan daging/ikan/telur
Seluruh anggota keluarga memperoleh paling
3 √
kurang satu stel pakaian baru dalam setahun.
Luas lantai rumah paling kurang 8 m2untuk
4 √
setiap penghuni rumah.
Tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan
5 sehat sehingga dapat melaksanakan √
tugas/fungsi masing-masing
Ada seorang atau lebih anggota keluarga yang
6 √
bekerja unruk memperoleh penghasilan.
Seluruh anggota keluarga umur 10-60 tahun
7 √
bisa baca tulisan latin
Pasangan usia subur dengan anak dua atau
8 √
lebih menggunakan alat/obat kontrasepsi
Keluarga Sejahtera III (KS III) atau indikator “Kebutuhan
Pengembangan” (Develomental Needs) (5 indikator)
Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan
1 √
agama.
Sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam
2 √
bentuk uang atau barang.
3 Kebiasaan keluarga makan bersama paling √

6
kurang seminggu sekali dimanfaatkan untuk
berkomunikasi
Keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat di
4 √
lingkungan tempat tinggal
Keluarga memperoleh informasi dari surat
5 √
kabar/majalah/radio/TV/internet.
Keluarga Sejahtera III Plus (KS III Plus) atau indikator “Aktualisasi
Diri” (Self Esteem) (2 indikator)
Keluarga secara teratur dengan suka rela
1 memberikan sumbangan material untuk √
kegiatan sosial.
Ada anggota keluarga yang aktif sebagai
2 pengurus perkumpulan sosial/yayasan/institusi √
masyarakat.
(BKKBN, 2011)

1.3 Konsep Program Indonesia Sehat dan Pendekatan Keluarga


1.3.1 Program Indonesi Sehat
1.3.1.1. Definisi Program Indonesia Sehat

Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program


dari agenda ke-5 nawa cita, yaitu meningkatkan kualitas hidup
manusia indonesia. Program sektoral lainnya yaitu program
indonesia pintar, program indonesia kerja, dan program
indonesia sejahtera. program indonesia selanjutnya menjadi
program utama pembangunan kesehatan yang kemudian
direncanakan pencapaiannya melalui rencana strategis
kementrian kesehatan tahun 2015-2019, yang ditetapkan
melalui keputusan menteri Kesehatan R.I Nomor
HK.02.02/Menkes/52/2015. Dalam rangka pelaksanaaan
program indonesia sehat telah disepakati adanya 12 indikator
utama untuk penanda status kesehatan sebuah keluarga.
Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan penghitungan Indeks
keluarga sehat (IKS) dari setiap keluarga (Menteri Kesehatan,
2016).

Tujuan yang ingin dicapai adalah meningkatkan derajat


kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan
dan pemberdayaan masyarakat yang di dukung dengan

7
perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan
(Menteri Kesehatan, 2016).

Menurut Menteri Kesehatan (2016), bahwa program


Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar
utama, yaitu:

1. Penerapan paradigma sehat


2. Penguatan pelayanan kesehatan nasional
3. Pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN).
Penerapan paradigma sehat dilakukan dengan strategi
pengarus utamaan kesehatan dalam pembangun, penguatan
upaya promotif dan preventif, serta pemberdayaan masyarakat.
Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi
peningkatan layanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan,
dan peningkatan mutu menggunakan pendekatan continuum of
care dan intervensi berbasis resiko kesehatan (Menteri
Kesehatan, 2016).

1.3.1.2. Sasaran Dari Program Indonesia Sehat


1. Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak.
2. Meningkatnya pengendalian penyakit.
3. Meningkatnnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar
dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan
perbatasan.
4. Meningkatnnya cakupan pelayanan kesehatan universal
melalui kartu indonesia sehat dan kualitas pengelolaan
SJSN kesehatan.
5. Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, vaksin dan obat.
6. Meningkatnya responsivitas sistem kesehatan (Menteri
Kesehatan, 2016).

Dalam rangka pelaksanaan program indonesia sehat telah


disepakati adanya 12 indikator utama untuk penanda status

8
kesehatan sebuah keluarga. Kedua belas indikator utama
tersebut adalah sebagai berikut (Menteri Kesehatan, 2016).

a. Keluarga mengikuti program keluarga berencana (KB)


b. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
c. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
d. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif
e. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
f. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan
sesuai standar
g. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
h. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan
tidak ditelantarkan
i. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
j. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN)
k. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
l. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban
sehat (Menteri Kesehatan, 2016).
1.3.2 Pendekatan Keluarga

1.3.2.1. Definisi Pendekatan Keluarga

Pendekatan keluarga yang dimaksud merupakan


pengembangan dari kunjungan rumah oleh puskesmas dan
perluasan dari upaya perawatan kesehatan masyarakat
(Perkesmas). Pendekatan keluarga adalah pendekatan
pelayanan oleh puskesmas yang mengintegrasikan upaya
kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan masyarakat
(UKM) secara berkesinambungan, dengan target keluarga,
didasarkan pada data dan informasi dari profil kesehatan
keluarga (Menteri Kesehatan, 2016).

Keluarga sebagai fokus dalam pendekatan pelaksanaan


program Indonesia Sehat, terdapat lima fungsi keluarga, yaitu:

9
1. Fungsi afektif (The Affective Function) adalah fungsi
keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu
untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk
perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga
(Menteri Kesehatan, 2016).
2. Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan
perubahan yang dilalui individu yang menghasilkan
interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan
sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini
berguna untuk membina sosialisasi pada anak, membentuk
normanorma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak dan dan meneruskan nilai-nilai
budaya keluarga (Menteri Kesehatan, 2016).
3. Fungsi reproduksi (The Reproduction Function) adalah
fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga (Menteri Kesehatan, 2016).
4. Fungsi ekonomi (The Economic Function) yaitu keluarga
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan
individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga (Menteri Kesehatan, 2016).
5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The
Health Care Function) adalah untuk mempertahankan
keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan
menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan. Sedangkan
tugas-tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan
adalah (Menteri Kesehatan, 2016) :
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap
anggota keluarganya,

10
b. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang
tepat,
c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang
sakit,
d. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan
untuk kesehatan dan perkembangan kepribadian
anggota keluarganya,
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara
keluarga dan fasilitas kesehatan.

Puskesmas dan perluasan dari upaya perawatan kesehatan


masyarakat (Perkesmas), yang meliputi kegiatan berikut.

1) Kunjungan keluarga untuk pendataan/ pengumpulan data


profil kesehatan keluarga dan peremajaan (updating)
pangkalan datanya.
2) Kunjungan keluarga dalam rangka promosi kesehatan
sebagai upaya promotif dan preventif.
3) Kunjungan keluarga untuk menidaklanjuti pelayanan
kesehatan dalam gedung.
4) Pemanfaatan data dan informasi dari profil kesehatan
keluarga untuk pengorganisasian / pemberdayaan
masyarakat dan manajemen Puskesmas.

Dengan mengunjungi keluarga di rumahnya, Puskesmas


akan dapat mengenali masalah-masalah kesehatan (dan
perilaku hidup bersih dan sehat - PHBS) yang dihadapi
keluarga secara lebih menyeluruh (holistik). Keluarga juga
dapat dimotivasi untuk memperbaiki kondisi kesehatan
lingkungan dan berbagai faktor risiko lain yang selama ini
merugikan kesehatannya, dengan pendampingan dari kader-
kader kesehatan UKBM dan/atau petugas profesional
Puskesmas. Untuk itu, diperlukan pengaturan agar setiap

11
keluarga di wilayah Puskesmas memiliki tim pembina
keluarga.

1.3.2.3. Tujuan dari pendekatan keluarga


1. Meningkatkan akses keluarga terhadap pelayanan
kesehatan komprehensif, meliputi pelayanan promotif dan
preventif serta pelayanan kuratif dan rehabilitatif dasar.
2. Mendukung pencapaian standar pelayanan minimum
(SPM) kabupaten/kota dan SPM provinsi, melalui
peningkatan akses dan skrining kesehatan.
3. Mendukung pelaksanaan jaminan kesehatan nasional
(JKN) dengan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
men-jadi peserta JKN.
4. Mendukung tercapainya tujuan program Indonesia sehat
dalam rencana strategis kementerian kesehatan tahun 2015
– 2019.

Dalam pelaksanaan pendekatan keluarga ini tiga hal


berikut harus diadakan atau dikembangkan, yaitu:

a. Instrumen yang digunakan di tingkat keluarga.


b. Forum komunikasi yang dikembangkan untuk kontak
dengan keluarga.
c. Keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra
Puskesmas.

12
1.3.3 Kegiatan PIS-PK (Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan
Keluarga)

Menurut Permenkes (2016), bahwa program indonesia sehat


dengan Pendekatan Keluarga terdiri atas 4 (empat) area prioritas yang
meliputi:

1.3.3.1. Penurunan angka kematian ibu dan bayi

Dalam rangka menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan


angka kematian bayi (AKB), kegiatan intervensi dilakukan
mengikuti siklus hidup manusia sebagai berikut:

1. Ibu Hamil dan Bersalin:


a. Mengupayakan jaminan mutu ante natal care (ANC)
terpadu.
b. Meningkatkan jumlah rumah tunggu kelahiran (RTK).
c. Meningkatkan persalinan di fasilitas kesehatan.
d. Menyelenggarakan konseling inisiasi menyusui dini dan
KB pasca persalinan.
e. Meningkatkan penyediaan dan pemanfaatan buku KIA.
2. Bayi dan Ibu Menyusui
a. Mengupayakan jaminan mutu kunjungan neonatal
lengkap.
b. Menyelenggarakan konseling air susu ibu (ASI)
eksklusif.
c. Menyelenggarakan pelayanan KB pasca persalinan.
d. Menyelenggarakan kegiatan pemberian Makanan
Pendamping ASI (MP ASI).
3. Bayi
a. Melakukan revitalisasi posyandu.
b. Menguatkan kelembagaan pokjanal posyandu.
c. Meningkatkan transformasi KMS ke dalam Buku KIA.
d. Menguatkan kader posyandu.

13
e. Menyelenggarakan pemberian makanan tambahan
(PMT) balita.
4. Anak Usia Sekolah
a. Melakukan revitalisasi usaha kesehatan sekolah (UKS).
b. Menguatkan kelembagaan tim pembina UKS.
c. Menyelenggarakan program gizi anak sekolah
(PROGAS).
d. Mengembangkan penggunaan rapor kesehatan.
e. Menguatkan SDM Puskesmas.
5. Remaja
a. Menyelenggarakan pemberian tablet tambah darah
(TTD).
b. Menyelenggarakan pendidikan kesehatan reproduksi di
sekolah menengah.
c. Menambah jumlah puskesmas yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR).
d. Mengupayakan penundaan usia perkawinan.
6. Dewasa Muda
a. Menyelenggarakan konseling pranikah.
b. Menyelenggarakan gerakan pekerja perempuan sehat
produktif (GP2SP) untuk wanita bekerja.
c. Menyelenggarakan pemberian imunisasi dan TTD.
d. Menyelenggarakan konseling KB pranikah.
e. Menyelenggarakan konseling gizi seimbang.

1.3.3.2. Penurunan prevalensi balita pendek (stunting)

Dalam rangka menurunkan prevalensi balita pendek


(stunting), dilakukan kegiatan sebagai berikut.

1. Ibu Hamil dan Bersalin

a. Intervensi pada 1000 hari pertama kehidupan anak.

b. Mengupayakan jaminan mutu ante natal care (ANC)


terpadu.

14
c. Meningkatkan persalinan di fasilitas kesehatan.

d. Menyelenggarakan program pemberian makanan tinggi


kalori, protein, dan mikronutrien (TKPM).

e. Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular).

f. Pemberantasan kecacingan.

g. Meningkatkan transformasi kartu menuju sehat (KMS)


ke dalam Buku KIA.

h. Menyelenggarakan konseling inisiasi menyusui dini


(IMD) dan ASI eksklusif.

i. Penyuluhan dan pelayanan KB.

2. Balita
a. Pemantauan pertumbuhan balita.
b. Menyelenggarakan kegiatan Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) untuk balita.
c. Menyelenggarakan simulasi dini perkembangan anak.
d. Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.
3. Anak Usia Sekolah

a. Melakukan revitalisasi usaha kesehatan sekolah (UKS).

b. Menguatkan kelembagaan tim pembina UKS.

c. Menyelenggarakan program gizi anak sekolah


(PROGAS).
d. Memberlakukan sekolah sebagai kawasan bebas rokok
dan narkoba.
4. Remaja

a. Meningkatkan penyuluhan untuk perilaku hidup bersih


dan sehat (PHBS), pola gizi seimbang, tidak merokok,
dan mengonsumsi narkoba.

b. Pendidikan kesehatan reproduksi.

15
5. Dewasa Muda
a. Penyuluhan dan pelayanan keluarga berencana (KB).
b. Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular).
c. Meningkatkan penyuluhan untuk PHBS, pola gizi
seimbang, tidak merokok/mengonsumsi narkoba.

1.3.3.3. Pengendalian penyakit menular

Dalam rangka mengendalikan penyakit menular,


khususnya HIV-AIDS, tuberkulosis, dan malaria, dilakukan
kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

1. HIV-AIDS
a. Peningkatan konseling dan tes pada ibu hamil.
b. Diagnosis dini pada bayi dan balita.
c. Konseling dan tes pada populasi kunci, pasien infeksi
menular seksual (IMS), dan pasien tuberkulosis (Tb)
anak usia sekolah, usia kerja, dan usia lanjut.
d. Terapi anti-retro viral (ARV) pada anak dan orang
dengan HIV-AIDS (ODHA) dewasa.
e. Intervensi pada kelompok berisiko.
f. Pemberian profilaksis kotrimoksasol pada anak dan
ODHA dewasa.
2. Tuberkulosis
a. Identifikasi terduga TB di antara anggota keluarga,
termasuk anak dan ibu hamil.
b. Memfasilitasi terduga TB atau pasien TB untuk
mengakses pelayanan TB yang sesuai standar.
c. Pemberian informasi terkait pengendalian infeksi TB
kepada anggota keluarga, untuk mencegah penularan TB
di dalam keluarga dan masyarakat
d. Pengawasan kepatuhan pengobatan TB melalui
pengawas menelan obat (PMO).

16
3. Malaria
a. Skrining ibu hamil pada daerah berisiko.
b. Pembagian kelambu untuk ibu hamil dan balita.
c. Pemeriksaan balita sakit di wilayah timur Indonesia.
1.3.3.4. Pengendalian penyakit tidak menular.

Dalam rangka mengendalikan penyakit tidak menular,


khususnya hipertensi, diabetes mellitus, obesitas, dan kanker,
dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

1) Peningkatan deteksi dini faktor risiko PTM melalui


Posbindu.

2) Peningkatan akses pelayanan terpadu PTM di fasilitas


kesehatan tingkat pertama (FKTP).

3) Penyuluhan tentang dampak buruk merokok.

4) Menyelenggarakan layanan upaya berhenti merokok.

Penyelenggaraan program indonesia sehat dengan


pendekatan keluarga dilaksanakan oleh puskesmas.
pelaksanaan program indonesia sehat dengan pendekatan
keluarga di tingkat puskesmas dilakukan melalui kegiatan:

a) Melakukan pendataan kesehatan seluruh anggota keluarga


b) Membuat dan mengelola pangkalan data puskesmas
c) Menganalisis, merumuskan intervensi masalah kesehatan,
dan menyusun rencana puskesmas
d) Melaksanakan kunjungan rumah dalam upaya promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif
e) Melaksanakan pelayanan kesehatan (dalam dan luar
gedung) melalui pendekatan siklus hidup
f) Melaksanakan sistem informasi dan pelaporan puskesmas.

17
1.3.4 Peran Perawat dalam kegiatan PIS - PK

Dalam program PIS - PK perawat memiliki peran yang sangat


penting dan menjadi ujung tombak pelaksanaan PIS - PK. Karena PIS -
PK sejalan dengan peran perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan sebagai tugas pokok perawat. Perawat mempunyai peran
dan tugas yang lebih luas yaitu asuhan keperawatan keluarga,
kelompok, dan masyarakat. Salah satu implementasi asuhan
keeperawatan keluarga dapat disinergikan dengan program PIS - PK,
sehingga perawat juga mengambil peranan penting salah satunya yaitu
perawat secara pro aktif mendatangi masyarakat dari rumah ke rumah,
dari keluarga ke keluarga untuk membantu memberikan edukasi dan
peningkatan taraf kesehatan keluarga. Selain itu, selang berjalannya
kegiatan PIS - PK saat berkunjung, perawat juga melakukan beberapa
kegiatan diantaranya

1. Pendataan PIS - PK dan pengkajian asuhan keperawatan keluarga.


2. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan kesehatan anggota keluarga
3. Edukasi keluarga sebagai implementasi PIS - PK dan asuhan
keperawatan keluarga
4. Implementasi asuhan keperawatan keluarga sebagai wujud
perawatan kesehatan masyarakat / PERKESMAS (Puskesmas,
2019).

18
BAB 2

SARAN DAN PERTANYAAN

2.1. Saran

Dosen :

Bu Nety : Melengkapi materi lebih lanjut terkait tugas perawat yang


sesungguhnya dalam kegiatan PIS-PK tersebut

Audiance :

1. Dari kelompok 1 : Penulisan di dalam setiap kalimat masih terdapat huruf


kapital ditengah kalimat, dalam tahap keluarga menurut bkkbn itu
penulisannya 1. kel. prasejahtera, 2. keluarga sejahtera itu masih di bold.

2. Dari kelompok 3 : Penulisan sub bab setelah 1.3.1 seharusnya 1.3.1.1

3. Dari kelompok 4 : Ada kekeliruan pengejaan tulisan pada lembar


pernyataan dan sub bab pembinaan ketahanan fisik keluarga.

4. Dari kelompok 7 : Pada penulisan daftar pustaka yang dari website kurang
tanggal aksesnya

5. Dari kelompok 8 : Pada no. 3 pengendalian penyakit menular pada sub bab
a. HIV-AIDS no. 1 itu cuma buka kurung padahal yang no. 2 buka kurung
dan tutup kurung

2.2. Pertanyaan

1. Kelompok 2 : Bagaimanakah fungsi perawat dalam keluarga sejahtera?

2. Kelompok 6 : Apa yang kita lakukan sebagai perawat keluarga sebagai


fokus dalam pendekatan program di fungsi ekonomi?

3. Kelompok 12 : Apakah indikator keluarga I - III Plus sejahtera itu harus


ada di dalam asuhan keperawatan keluarga?

4. Kelompok 12 : Dari beberapa sasaran program indonesia sehat, harus ada


minimal berapa untuk dikatakan mencapai keberhasilan?

19
DAFTAR PUSTAKA
BKKBN. 2011. Batasan dan Pengertian MDK. Diakses 16 Maret 2020 dari
Website : http://aplikasi.bkkbn.go.id/mdk/BatasanMDK.aspx

Moeloek, Nila Farid. 2016. Pedoman Umum Program Indonesia Sehat Dengan
Pendekatan Keluarga. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia (Nomor 39 Tahun 2016) Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan
Keluarga. Jakarta : Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik indonesia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 1223)

Presiden Republik Indonesia. 1994. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 21 Tahun 1994 Tentang Penyelenggaraan Pembangunan
Keluarga Sejahtera. Jakarta : Menteri Negara Sekretaris Negara
Republik Indonesia.

Puskesmas Jatilawang. 2019. Peran Aktif Perawat Dalam PIS-PK Sebagai


Aplikasi Asuhan Keperawatan Keluarga. Diakses 25 Maret 2020 dari
Website:
http://puskesmasjatilawang.banyumaskab.go.id/read/24852/peran-
aktif-perawat-dalam-pis-pk-sebagai-aplikasi-asuhan-keperawatan-
keluarga#.XnqiG1MxU0

Sahar, Junaiti dan Agus Setiawan. 2019. Keperawatan Kesehatan Komunitas dan
Keluarga edisi Indonesia pertama hal. 28. Singapore : Elsevier.

20

Anda mungkin juga menyukai