Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL

POLA DAKWAH DALAM PENGEMBANGAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

Dosen pengampu :
Ahmad Suja’i Tanjung, M.Si
Disusun Oleh
Kelompok 5
Mardina Ratna Sari Ritonga (0103193065)
Deswita Fitri Maharani Siregar (0103191013)
Hema Lia Putri (0103193063)
Vera Widya Ningsih Rangkuti (0103202038)
Rawiyah Safitri Amanda (0103202048)
Aldi Candra Sumawan (0103192047)
Raja Batar Hasibuan (0103192045)
Muhammad Roi Asri (0103183055)
Alwi Muhaisan Ritonga (0103193066)
Ardiansyah (0103192054)

PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’ alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas berkat
dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah mata kuliah
“Kesejahteraan Sosial” ini dengan baik dan bisa diserahkan tepat pada waktunya. Kami pun ingin
mengucapkan terima kasih kepada bapak Ahmad Sujai Tanjung M.Si selaku dosen pengampu di
mata kuliah “Kesejahteraan Sosial” yang telah memberikan tugas makalah ini, karena
kenyataannya tugas-tugas seperti ini sangatlah bermanfaat bagi kami. Kami menyadari bahwa
penyajian makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan pembuatan makalah
selanjutnya.
Akhir kata kami sampaikan terimakasih dan semoga Allah SWT meridhoi segala usaha
kami, Aamiin.
Wasaalamu ‘alaikum Wr. Wb

Medan, 30 Oktober 2021

Pemakalah

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Masalah ................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 3
2.1 Konsep Masyarakat Sejahtera Menurut Islam .................................................................... 3
2.2 Program Dakwah Dalam Mewujudkan Masyarakat Sejahtera ........................................... 6
2.3 Beberapa Hambatan Dan Faktor Penunjang ..................................................................... 10
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 16
3.2 Saran .................................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat adalah manusia yang berinteraksi dalam suatu hubungan sosial, suatu
kompleks hubungan manusia yang luas sifatnya itu sendiri atas bagian-bagian yang membentuk
suatu kesatuan. Masyarakat juga merupakan suatu kelompok manusia yang memiliki kebiasaan,
tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang menumakan oleh kesamaan, dan kelompok manusia
yang hidup berorientasi untuk mencapai terkabulnya keinginan-keinginan bersama. Masyarakat
adalah sekelompok individu yang tinggal dalam suatu tempat tertentu, saling berinteraksi dalam
waktu yang relative lama, mempunyai adat-istiadat dan aturan-aturan tertentu dan lambat laun
membentuk sebuah kebudayaan.
Sejahtera mempunyai arti aman sentosa dan makmur, selamat serta terlepas dari segala
macam gangguan . Sedangkan kesejahteraan yaitu hal atau keadaan sejahtera, keaamanan,
keselamatan, ketenteraman. Masyarakat sejahtera adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan
masyarakat baik material maupun spiritural yang diliputi oleh rasa takut, keselamatan kesusilan
dan ketentraman lahir dan batin yang memungkinkan bagi setiap masyarakat untuk mengadakan
usaha penemuan kebutuhan-kebutuhan jasmani dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri,
keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia serta kewajiban manusia.
Konsep Kesejahteraan dalam Islam suatu perbedaan pemahaman tolak ukur kesejahteraan
tersebut, baik itu dari kerangka berpikir material, spiritual dan pelaku ekonomi konvensional.
Dalam Islam memiliki ukuran kesejahteraan yang berbeda. Ini bias dipahami dari ayat al-Qur’an
yang menjelaskan tentang kesejahteraan salah satunya ialah QS Al-An’am (6) menjelaskan
dalam pandangan Islam, iman merupakan kaidah pokok untuk kebahagiaan umat manusia. Iman
juga merupakan filter moral pada penyediaan dan penyaluran sumber daya menurut kehendak
persaudaraan dan keadilan sosial-ekonomi.
Dalam hal ini manusia dapat dikatakan mencapai kesejahteraan tidak hanya di nilai dari
segi materi saja seperti terpenuhi nya sandang, pangan, papan dan kekayaan lainya seperti halnya
dalam ilmu ekonomi konvensional. Akan tetapi, manusia akan memperoleh kebahagiaan dan
kesejahteraan apabila seluruh kebutuhan dan keinginannya baik dari sisi material maupun
spiritual dapat terpenuhi.

1
Untuk mencapai masyarakat sejahtera dapat juga melalui program dakwah. Maksud dari
dakwah itu adalah menyeru dan mengajak seluruh umat manusia untuk memeluk agama Islam
dan melakukan dakwah. Kapan dan dimana saja umat Islam tidak boleh berhenti dari tugas
melaksanakan dakwah. Keberadaan dakwah juga mampu mewujudkan komunitas masyarakat
pembangunan yang didasarkan pada semangat moralitas agama, juga harus mampu menjelmakan
nilai-nilai keagamaan dalam tataran kehidupan manusia. Artinya fungsi dan peran dakwah
disamping untuk mempererat moralitas umat juga menjadi membangun tatanan sosial dan
komunitas masyarakat yang menjadi sasarannya. Dan menyelenggrakan berbagai program/
kegiatan yang di lakukan di masyarakat tersebut untuk mencapai masyarakat yang sejahtera.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah konsep masyarakat sejahtera menurut islam?
2. Bagaimana program dakwah dalam mewujudkan masyarakat sejahtera?
3. Sebutkan beberapa hambatan dan faktor penunjangnya ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui konsep masyarakat sejahtera islam
2. Untuk mengetahui program dakwah dalam mewujudkan masyarakat sejahtera
3. Untuk mengetahui beberapa hambatan dan faktor penunjangnya

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Masyarakat Sejahtera Menurut Islam
Masyarakat adalah sekelompok individu yang tinggal dalam suatu tempat tertentu, saling
berinteraksi dalam waktu yang relative lama, mempunyai adat-istiadat dan aturan-aturan tertentu
dan lambat laun membentuk sebuah kebudayaan. Masyarakat juga merupakan sistem sosial yang
terdiri dari sejumlah komponen struktur sosial yaitu: keluarga, ekonomi, pemerintah, agama,
pendidikan, dan lapisan sosial yang terkait satu sama lainnya, bekerja secara bersama-sama, saling
berinteraksi, berelasi, dan saling ketergantungan. Menurut MacIver dan Page dalam Soekanto
masyarakat ialah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerjasama antara
berbagai kelompok dan penggolongan dan pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan
manusia.1
Sejahtera dalam Kamus Bahasa Indonesia mempunyai arti aman sentosa dan makmur,
selamat serta terlepas dari segala macam gangguan. Sedangkan kesejahteraan yaitu hal atau
keadaan sejahtera, keaamanan, keselamatan, ketenteraman. 2 Kesejahteraan adalah sebuah tata
kehidupan sosial, material maupun spiritual yang diikuti dengan rasa keselamatan, kesusilaan dan
ketentraman diri, setiap warga negara dapat melakukan usaha pemenuhan kebutuhan jasmani,
rohani dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri sendiri, rumah tangga, serta masyarakat dengan
menjunjung tinggi hak-hak asasi. Kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik (2007) adalah suatu
kondisi dimana seluruh kebutuhan jasmani dan rohani dari rumah tangga tersebut dapat dipenuhi
sesuai dengan tingkat hidup.
Kesejahteraan masyarakat adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan dasar yang tercermin
dari rumah yang layak, tercukupinya kebutuhan sandang dan pangan, biaya pendidikan dan
kesehatan yang murah dan berkualitas atau kondisi dimana setiap individu mampu
memaksimalkan utilitas nya pada tingkat batas anggaran tertentu dan kondisi dimana tercukupinya
kebutuhan jasmani dan rohani.

1
Cahyono, A. S. Pengaruh media sosial terhadap perubahan sosial masyarakat di Indonesia.
(Jurnal Publiciana, 9 (1) 2016), hlm. 10
2
Almahmudi, N. M. T. Konsep Kesejahteraan dan Implementasinya dalam Perspektif
Hukum Islam. (Khuluqiyya, 2019) hlm. 1

3
Di antara aspek yang sering digunakan sebagai indicator ukuran kesejahteraan adalah
pendapatan, populasi, Kesehatan, Pendidikan, pekerjaan, konsumsi, perumahan dan sosial budaya.
Dalam ekonomi Islam, kebahagiaan diberikan oleh Allah kepada siapapun (pria dan wanita) yang
ingin melakukan perbuatan baik bersama dengan iman kepada Allah. Seperti yang disebutkan oleh
Allah dalam Surat An-Nahl 97 sedang kan tiga indicator untuk mengukur kesejahteraan dan
kebahagiaan dalam Islam adalah tauhid, konsumsi, dan hilangnya segala bentuk ketakutan dan
kecemasan. Hal itu seperti yang disebutkan Konsep Kesejahteraan dalam Islam Allah dalam Q.S
Quraisy 3-4.10.(Hilmi, 2018, hlm. 8).
Dari perbedaan pemahaman tolak ukur kesejahteraan tersebut, baik itu dari kerangka
berpikir material, spiritual dan pelaku ekonomi konvensional. Dalam Islam memiliki ukuran
kesejahteraan yang berbeda. Ini bias dipahami dari ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang
kesejahteraan salah satunya ialah QS Al-An’am (6):82

ٓ
َ‫ظ ْل ٍم أ ُ ۟و َٰلَئِكَ لَ ُه ُم ْٱْل َ ْمنُ َوهُم ُّم ْهتَدُون‬
ُ ِ‫س ٓو ۟ا إِي َٰ َمنَ ُهم ب‬ ۟ ُ‫ٱلَّذِينَ َءا َمن‬
ُ ِ‫وا َولَ ْم يَ ْلب‬

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman
(syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk”.3
Menurut al-Ghazali, iman berada pada urutan pertama dalam maqhasid As-syariah. Karena
dalam pandangan Islam, iman merupakan kaidah pokok untuk kebahagiaan umat manusia. Iman
juga merupakan filter moral pada penyediaan dan penyaluran sumber daya menurut kehendak
persaudaraan dan keadilan sosial-ekonomi. Selain itu, menyediakan pula suatu sistem pendukung
agar mencapai target seperti pemenuhan kebutuhan dan distribusi pendapatan serta kekayaan yang
merata. Sedangkan harta berada pada urutan terakhir karena harta bukanlah tujuan itu sendiri. Al-
Ghazali berpandangan bahwa harta hanya sebagai perantara (alat), meskipun sangat penting dalam
mewujudkan kebahagiaan manusia. Tiga tujuan berada di tengah (kehidupan, akal dan keturunan)
berhubungan dengan manusia itu sendiri, kebahagiaannya menjadi tujuan utama dari syariat.
Kehidupan, akal dan keturunan umat manusia seluruhnya itulah yang harus dilindungi dan
diperkaya, bukan mereka yang sudah kaya dan kelas tinggi saja.

3
Sukmasari, D. Konsep Kesejahteraan Masyarakat Dalam Persefektif AL-QUR’AN. (At-Tibyan, 3(1)
2020),hlm. 3-7
4
Menurut Pusat pengkajian dan pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) kesejahteraan masyarakat
menurut Islam mencakup dua pengertian, yaitu :
a) Kesejahteraan holistik dan seimbang, yaitu kecukupan materi yang didukung oleh
terpenuhinya kebutuhan spiritual serta mencakup individu dan sosial. Sosok manusia
terdiri atas unsure fisik dan jiwa, karenanya kebahagiaan haruslah menyeluruh dan
seimbang diantara keduanya. Demikian pula manusia memiliki dimensi individual
sekaligus sosial. Manusia akan merasa bahagia jika terdapat keseimbangan diantara dirinya
dengan lingkungan sosialnya.
b) Kesejahteraan di dunia dan akhirat (falah), sebab manusia tidak hanya hidup di alam dunia
saja, tetapi juga di alam akhirat. Kecukupan materi di dunia ditunjukkan dalam rangka
untuk memperoleh kecukupan di akhirat. Jika kondisi ideal ini tidak tercapai maka
kesejahteraan di akhirat tentu lebih diutamakan, sebab ini merupakan sesuatu yang abadi
dan lebih bernilai(valuable) disbanding kehidupan dunia.

Kesejahteraan dalam islam dimaknai dengan istilah falah yaitu kesejahteraan yang bersifat
holistik dan seimbangan tara aspek material dan spritual, individual-sosial dan kesejahteraan di
kehidupan duniawi dan akhirat. Kesejahteraan di dunia dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang
dapat membuat kenikmatan hidup indrawi, baik jasmani, intelektual, biologis maupun material.
Adapun kesejahteraan akhirat merupakan kenikmatan yang akan diperoleh setelah manusia
meninggal dunia. Untuk menentukan kesejahteraan akhirat tentu nya sangat bergantung pada
kehidupan manusia di dunia sehingga konsep falah merupakan konsep yang menyeluruh untuk
mewujudkan kesejahteraan dunia dan akhirat.
Dengan demikian, dari konsep di atas dapat dipahami bahwa manusia dapat dikatakan
mencapai kesejahteraan tidak hanya di nilai dari segi materi saja seperti terpenuhi nya sandang,
pangan, papan dan kekayaan lainya seperti halnya dalam ilmu ekonomi konvensional. Akan tetapi,
manusia akan memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan apabila seluruh kebutuhan dan
keinginannya baik dari sisi material maupun spiritual dapat terpenuhi. Bahkan aspek spiritual
menjadi landasan utama untuk memperoleh kesejahteraan, karena kebahagiaan tidak hanya dinilai
dari kehidupan di dunia saja akan tetapi kesejahteraan akhirat menjadi orientasi dalam setiap usaha
manusia dalam memperoleh kebahagiaan materil. Salah satu ayat yang menjelaskan tentang
kehidupan manusia dalam mencapai kesejahteraan terdapat dalam Surat al-Qashah (28) ayat 77:

5
َ َ‫ٱَّللُ ِإلَيْكَ ۖ َو ََل تَب ِْغ ْٱلف‬
‫سادَ فِى‬ َ ْ‫َصيبَكَ ِمنَ ٱلدُّ ْنيَا ۖ َوأَحْ سِن َك َما ٓ أَح‬
َّ َ‫سن‬ َ ‫اخ َرةَ ۖ َو ََل ت‬
ِ ‫َنس ن‬ ْ ‫َّار‬
ِ ‫ٱل َء‬ َّ َ‫َوٱ ْبت َِغ فِي َما ٓ َءاتَ َٰىك‬
َ ‫ٱَّللُ ٱلد‬
َ‫ٱَّللَ ََل ي ُِحبُّ ْٱل ُم ْف ِسدِين‬
َّ ‫ض ۖ ِإ َّن‬ ِ ‫ْٱْل َ ْر‬

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerah kan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka)bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.”
Ibnu katsir menjelaskan bahwa ayat di atas mempunyai maksud agar manusia
dalam menggunakan harta maupun kenikmatan yang diberikan Allah untuk beramal sehingga
mendapatkan pahala dunia dan akhirat. Karena pada hakikatnya harta yang kita miliki merupakan
milik Allah, dan dalam harta tersebut terdapat hak orang lain sehingga harus diberikan haknya
tersebut. Dari penafsiran Ibnu Katsir tersebut dapat dipahami bahwa harta yang
dimilkimanusiahanyasebuahtitipan yang diberikan Allah dan harus di distrbusikan kembali kepada
yang berhak menerimanya, sehingga kesejahteraan tidak hanya akan dirasakan oleh diri sendiri
saja akan tetapi orang lain akan ikut merasakanya. Selain pemerataan kesejahteraan
konsep tersebut juga dapat mengurangi kesenjangan sosial antar masyarakat.4

B. Program Dakwah Dalam Mewujudkan Masyarakat Sejahtera


Kewajiban melakukan dakwah merupakan kewajiban setiap umat Islam. Agama Islam
menugaskan kepada umatnya untuk menyeru dan mengajak seluruh umat manusia untuk memeluk
agama Islam dan melakukan dakwah. Kapan dan dimana saja umat Islam tidak boleh berhenti dari
tugas melaksanakan dakwah. Kewajiban dakwah merupakan kewajiban yang bersifat conditio sine
quanon, tidak mungkin dihindari dari kehidupan. Karena dakwah melekat erat dengan pengakuan
dirinya sebagai seorang yang mengidentifikasi dari seorang penganut agama Islam, maka secara
otomatis pula itu menjadi seorang juru dakwah.5

4
Ibid, hlm. 2-5
5
Subandi Ahmad, Ilmu Dakwah Pengantar Kearah Metodologi, (Yayasan Syahida, 1994), hlm. 57
6
Secara konseptual dan empirik program dakwah di Indonesia diarahkan pada dua konsep
dan model masyarakat, diantaranya :
1. Masyarakat Dakwah, yaitu masyarakat Islam yang tingkat pendalaman
keagamaannya baru pada tahap pengakuan yang sifatnya turun temurun dari nenek
moyangnya.
2. Masyarakt Amar Maruf, yaitu masyarakat Islam yang telah memahami Islam secara
kafah dan memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Memiliki hasrat untuk memajukan Islam sebagai suatu pedoman hidup.
b. Adanya upaya untuk menciptakan pribadi, keluarga dan masyarakat Islami yang
didasarkan atas empat konsep dasar pembinaan pembangunan masyarakat Islam,
yaitu :
1) Pribadi yang shaleh adalah pribadi yang berkelayakan dan harmonis dalam
kehidupan, baik dalam hubungannya dengan Allah, dengan sesama manusia
dalam lingkungan keluarga, masyarakat dan bangsa, serta hubungannnya
dengan alam dan lingkungannya.
2) Keluarga sakinah, adalah keluarga yang terdiri dari pribadi-pribadi yang
shaleh hingga terbentuklah keluarga yang tentram dan diikat olah rasa kasih
sayang antara satu dengan anggota keluarga yang lainnya secara harmonis.
3) Masyarakat yang sejahtera adalah komunitas yang terdiri dari keluarga-
keluarga yang sakinah sehingga membentuk suatu masyarakat yang saling
menolong dan bantu membantu dalam segala hal baik untuk pribadi,
kelauarga dan masyarakat.
4) Negara yang thayyibah, adalah suatu negara yang terdiri dari masyarakat
yang sejahtera, masyarakat yang menyatu dalam satu kesatuan bangsa
sehingga terwujud bangunan negara yang kuat dan makmur.
Dengan demikian keberadaan dakwah disamping mampu mewujudkan komunitas
masyarakat pembangunan yang didasarkan pada semangat moralitas agama, tetapi juga harus
mampu menjelmakan nilai-nilai keagamaan dalam tataran kehidupan manusia. Artinya fungsi dan
peran dakwah disamping untuk mempererat moralitas umat juga menjadi membangun tatanan
sosial dan komunitas masyarakat yang menjadi sasarannya.

7
Dalam konteks pembinaan masyarakat seperti itu dakwah merupakan salah satu proses
bimbingan sosial dengan menggunakan pendekatan agama. Oleh karena itu pesan-pesan agama
menjadi tema sentral bimbingan sosial yang dilakukan perlu diadaptasi pada arus perubahan yang
terjadi. Sehingga agama hadir dalam tatanan kebutuhan secara langsung dirasakan oleh masyarakat
yang masih awam dalam tingkat berfikir maupun tindakannya. Proses dakwah bukan saja harus
diselaraskan dengan kemampuan akal/fikiran manusianya, akan tetapi juga dengan tuntutan sosial
kultural lingkungan dakwah itu sendiri.6
Program dakwah dalam mewujudkan masyarakat sejahtera dengan melakukan kegiatan-
kegiatan diantaranya :
1. Pengajian Rutin Kegiatan dakwah
Melalui pengajian rutin harus terus dilakukan dengan penjadwalan yang ditetapkan secara
bersama-sama. Pengajian rutin dimaksudkan untuk membekali masyarakat dengan
berbagai informasi nilai nilai ajaran Islam, sehingga diharapkan mereka mampu dapat
hidup sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama Islam. Materi yang disampaikan meliputi
persoalan ibadah, aqidah, syariah, akhlak dan persoalan sosial kemasyarakatan. Dalam
pengajian rutin ini di laksanakan dengan sistem rumah ke rumah atau gedung perkumpulan
masyarakat. Jadi, masing-masing jamaah memiliki jatah sebagai sohibul bait tiap
minggunya. Hal ini bertujuan agar tujuan syiar atau dakwah islam itu terfokus kepada
masyarakat di sekitarnya untuk mencapai masyarakat yang sejahtera.
2. Penyuluhan Keagamaan
Penyuluhan keagamaan dilakukan secara insidentil meliputi kegiatan pemberian
penerangan tentang zakat maal, materi tentang pernikahan, dan berbagai persoalan yang
berkenaan dengan urusan masyarakat. Biasanya dilakukan di kantor MUI atau gedung
pertemuan yang ada di desa-desa.
3. Pemberian Ketauladanan,
Dalam rangka mewujudkan masyarakat sejahtera salah satu hal yang penting adalah
dengan pemberian ketauladanan kepada masyarakat. Ketauladanan ini berkenaan dengan
sikap dan perilaku dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Hal ini dicontohkan antara lain
melalui perilaku hidup saling tolong menolong dan membantu sesama yang sedang
membutuhkan, mengunjungi tetangga yang sedang sakit atau tertimpa musibah, bersama-

6
Effendi Djohan, Agama dalam Pembangunan Nasional, (CV. Kuning, Jakarta, 1996). hlm. 59-60.
8
sama masyarakat setempat. menjaga kebersihan lingkungan dan memberi ketauladanan
pula dengan berbicara yang baik dan sopan, serta memberikan keteladanan pula dalam hal
pergaulan secara positif berdasarkan tuntutan ajaran agama Islam.
4. Menjaga Keamanan Lingkungan.
Perwujudan komunitas masyarakat sejahtera perlu pula ditunjang oleh sistem keamanan
lingkungan yang memadai. Dimulai dari perangkat pemerintahan yang paling rendah
bersama-sama alim ulama berusaha menggerakan masyarakat untuk menjaga keamanan
lingkungan supaya tercipta keamanan lingkungan yang aman.7
5. Dakwah Kota dan Perkantoran
Program ini menyasar wilayah perkotaan dan perkantoran dengan menempatkan para da’i,
baik di masjid-masjid di perkotaan, masjid-masjid perkantoran, serta lembaga
pemasyarakatan sebagai bentuk layanan dakwah. Layanan dakwah berupa penyediaan da’i
untuk khatib, imam shalat rawatib, kajian rutin, kegiatan pengajaran Al-Qur’an, serta
pelatihan-pelatihan atau seminar-seminar, seperti pelatihan pengurusan jenazah, seminar
pendidikan keluarga, dan lain sebagianya untuk mencapai masyarakat yang sejahtera di
kota maupun di perkantoran tersebut.
6. Pengajaran Al-quran
Merupakan program dakwah yang segmentasinya adalah para da’i Al-Qur’an, serta
masyarakat secara umum. Program dakwah pengajaran Al-Qur’an bertujuan untuk
mencetak generasi rabbani, generasi pecinta Al-Qur’an, penghafal Al-Qur’an, serta
membantu kesejahteraan para da’i dan guru Al-Qur’an. Selain itu, program ini juga
bertujuan membantu segala bentuk kebutuhan baik sarana maupun pra sarana untuk
kelancaran kegiatan dakwah Al-Qur’an.
7. Dakwah Komunitas
Merupakan bentuk layanan dakwah dengan menempatkan da’i-dai untuk berdakwah dan
melakukan pembinaan keislaman pada lingkungan masyarakat dan komunitas-komunitas
di sekeliling masyarakat diberbagai wilayah Indonesia.
8. Desa Binaan
Program Desa Binaan memiliki tujuan untuk membangun masyarakat desa yang mandiri
dan berdaya secara ekonomi. Program yang akan dibina oleh dai inspirator ini

7
Raden Nurhayati, Program Dakwah Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Sejahtera, Vol. 1, No. 1, Januari
2018, hlm.64-65
9
diprioritaskan pada desa yang secara ekonomi masyarakatnya terkategori pra sejahtera.
Selain bertujuan untuk membangun kemandirian masyarakat, program ini juga bertujuan
untuk membangun mental spiritual masyarakat. Tujuan program ini adalah membentuk
sekaligus memberikan pembinaan keislaman kepada masyarakat sehingga lingkungan
atau komunitas-komunitas yang dibentuk masyarakat tersebut menerima dan memahami
nilai-nilai keislaman dengan baik, serta mau mengamalkan nilai-nilai keislaman tersebut.
Dengan adanya program ini juga dapat memberikan kesadaran umat bahwa mempelajari
ilmu keagamaan sangat lah penting dan dapat mewujudkan masyarakat yang sejahtera.8

C. Beberapa Hambatan Dan Faktor Penunjang


1. Faktor Penghambat
Ada beberapa faktor penghambat, diantara nya yaitu:
a. Heterogenitas Masyarakat
Heterogenitas masyarakat menjadi salah satu penghambat diantaranya kadar
pendidikan, mata pencaharian, latar belakang keluarga, dan faktor usia. Ini merupakah
faktor penghambat penceramah dalam menyiapkan misi dakwahnya. Sebab perbedaan
usia, latar belakangpendidikan, kehidupan keluarga akan sangat menentukan
keberhasilan dalam penyiaran dakwah Islam sehingga penceramah dituntut untuk
mampu meramu dan mengemas kegiatan dakwahnya dengan sebaik mungkin dan
dapat diterima serta difahami oleh seluruh masyarakat.
b. Adanya Pengaruh Urbanisasi. Pengaruh urbanisasi sangat dirasakan oleh
perkembangan dakwah Islam, sebab tidak sedikit masyarakat dan bekerja ke
perkotaan, pada saat kembali ke kampung halamannya bisa mempengaruhi kepada
masyarakat lain yang negatif.
c. Rendahnya Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Dialog tentang Islam. Sisi lain
yang dapat dijadikan tolak ukur bagi terhambatnya program penyiaran dakwah Islam
adalah berupa rendahnya partisipasi masyarakat dalam dialog keagamaan. Masyarakat
selalu pasif yang mereka lakukan hanya duduk dan mendengarkan saja.
Selain dari hambatan yang terjadi di atas ada beberapa faktor hambatan yang masih terdapat
dalam melaksanakan program kegiatan dakwah untuk mewujudkan masyarakat sejahtera di
antaranya yaitu:

8
Diakses dari https://yakesma.org/program-dakwah/ pada tanggal 8 November 2021 Pukul 11.30
10
a. Permasalahan Internal
Hambatan yang sering terjadi di dalam pelaksanaan program dakwah terutama pada
jamaah dakwahnya, seperti gejala kejiwaan, ketidakseimbangan aktivitas, latar
belakang dan masa lalu, penyesuaian diri dan friksi internal.
1. Gejala kejiwaan
Gejala kejiwaan sebenarnya merupakan persoalan yang dimiliki oleh semua
manusia biasa dan yang perlu disadari adalah para aktivis dakwah juga manusia
biasa gejala ini tidak bisa dimatikan sama sekali tetapi perlu dikelola dengan
baik agar tidak merugikan dakwah dan pelaksana program dakwah lainnya.
2. Ketidakseimbangan aktivitas
Ketidakseimbanganaktivitasjuga menimbulkan hambatan tersendiri. Ketidak
seimbangan antara aktivitas ruhaniah dengan aktivitas lapangan,
ketidakseimbangan antara dakwah di dalam dengan di luar rumah tangga,
ketidakseimbangan antara amal tarbawi dengan amal siyasi,
ketidakseimbangan antara perhatian terhadap aspek kualitas dengan kuantitas
sumber daya manusia, semuanya bisa berakibat negatif.
3. Latar belakang dan masa lalu
Latarbelakangdanmasalalu yang buruk bisa pula menjadi hambatan internal
dalam program dakwah jika tidak dilakukan langkah-langkah solutif. Latar
belakang keagamaan keluarga misalnya, ia berbentuk lemahnya intelektualitas
Islam, tekanan keluarga yang menentang aktivitas dakwah dan dalam orientasi
kehidupan. Sedangkan masa lalu yang jahiliyah bisa membawa dampak yang
kurang menguntungkan bagi kredibilitas program dakwah. Solusi atas masalah
ini terangkum dalam kata mujahadah. Bagaimana seorang aktivis melakukan
muhasabah menyadari kelemahannya dan melakukan perbaikan diri masa lalu
memang tidak bisa diubah tetapi pengaruhnya bisa dikendalikan
4. Penyesuaian diri
penyesuaian diri terhadap karakteristik pendekatan dan sikap dakwah yang
melekat pada masing-masing orbit dakwah. Sebagaimana corak dakwah yang
berbeda antara fase makkiyah dan madaniyah bahkan masa sirriyah dan
zahriyah membuat beberapa para aktivis dakwah tidak mampu menyesuaikan
diri. Hambatan nya bisa karena sifat kelambatan, kemanusiaan, kecenderungan
11
jiwa, keterbatasan dan perbedaan tsaqofah. Sampai keterbatasan kapasitas
untuk mengatasi problem ini dibutuhkan peran kelembagaan dakwah dan perlu
melakukan persiapan perubahan fase dakwah, mensosialisasikan cara pandang
yang disepakati tentang batas-batas pengembangan dakwah sehingga jelas
mana yang termasuk pengembangan dan mana yang termasuk penyimpangan.
5. Friksi internal
Friksi ini bisa timbul dari lingkungan yang kecil seperti sebuah lembaga
dakwah atau antara lembaga atau antar personal pendukung dakwah. Banyak
gerakan dakwah yang harus tutup usia dan kini tinggal nama, karena
problematika ini friksi dalam sejarah dakwah memberi beberapa pelajaran
penting bagi kita bahwa friksi merupakan indikasi kelemahan proses tarbiyah,
friksi menandakan adanya kelemahan dalam penjagaan diri para aktivis
dakwah restrukturisasi dakwah tepat dilakukan terhadap orang-orang yang
telah memahami karakter dakwah itu sendiri.
b. Permasalahan eksternal
Permasalahan eksternal yang bisa menjadi bahaya besar bagi kebaikan
bangsa dan masyarakat indonesia, khususnya umat islam. Meliputi problematika
spiritual dan kultural, problematika moral dan problematika sistemik.

Di antara problematika dakwah di indonesia yang menyangkut aspek


spiritual dan kultural adalah berhala berhala modern baik berupa teknologi yang
dijadikan rujukan, kebenaran sains yang di absolute kan, materi yang ditaati,
maupun kekuasaan yang dipuja puja seperti syirik khurafat dan tahayul yang
masih merebak di masyarakat,globalisasi dan dialektika kultural, serta tradisi baik
yang sudah tergerus dan tergantikan dengan budaya negatif efek perkembangan
peradaban.

Problematika moral diantaranya adalah minuman keras dan


penyalahgunaan obat obatan, penyelewengan seksual, perjudian dan penipuan serta
tindakan brutal dan kekerasan. Sedangkan yang dimaksudkan dengan problematika
sistemik adalah korupsi, kolusi dan nepotisme, kemiskinan, kebodohan dan
ancaman disintegrasi bangsa.9

9
Ibid. hlm. 65-66
12
2. Faktor Penunjang
Beberapa aspek penunjang dapat dijadikan faktor penunjang dalam merealisasikan
program penyiaran dakwah Islam antara lain :
a. Kemampuan dai/penceramah (ulama).
b. Adanya kesediaan ulama dan aparat pemerintahan yang paling rendah dalam
menyelenggarakan program penyuluhan dakwah Islam yang menghayati tugasnya
sebagai pengemban tugas pembinaan keagamaan bagi masyarakatnya. Para ulama
dan perangkat pemerintahan selalu disibukan dengan program yang semata-mata
bertujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan keagamaan bagi
masyarakat, sehingga mereka hidup sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama Islam
yang dianutnya.
c. Adanya Keteladan Dari Ulama dan Pemerintahan Setempat.
Memberikan keteladanan dalam berinteraksi sosial diantaranya tolong menolong,
bantu membantu dan melaksanakan program-program yang telah dimusyawarahkan
bersama, serta menjaga lingkungan dari kebersihan dan keamannya.d. Adanya
Animo Masyarakat dalam Mengikuti Penyiaran Dakwah Islam. Program masyarakat
marhamah bisa dilaksanakan dengan baik apabila ada daya dukung yang besar dari
masyarakat.

Dalam melaksanakan program dakwah, maka persiapan persiapan da'i lah yg harus
diperhatikan sehingga dapat mempersiapkan segalanya secara profesional. Persiapan persiapan
tersebut diperlukan oleh seorang dai, dengan bersifat mada hayah yang berarti seumur hidup, sebab
kewajiban berdakwah berlaku selama itu pula. Tarbiyah islamiyah merupakan salah satu kunci
dalam upaya persiapan ini gerakan dakwah tak bisa dilepaskan dari upaya pembinaan. Adapun
persiapan diri dari seorang dai meliputi 4 cakupan yakni:
1) Persiapan ruhiyah (spiritual)
Aqidah merupakan pondasi kehidupan mukmin. Takaran kekuatan ruhiyah seseorang
ditentukan oleh tancapan aqidah yang melekat di hatinya. Bisa kita pahami jika tarbiyah
generasi awal Islam bermula dari penanaman aqidah dalam hati. Ini merupakan rahasia
kekuatan Islam,pada saat iman mulai tumbuh dan berkembang dalam pribadi mukmin detik
itu pula muncul sosok jiwa yang siap mati di jalan Allah SWT. Rasulullah SAW
menyiapkan generasi awal Islam lewat tarbiyah ruhiyah yang mantap. Turunnya surat al-
13
mulk jamil pada awal periode mekah mengisyaratkan betapa kuatnya persiapan tarbiyah
ruhiyah saat itu. Setelah mengokohkan aqidah, Proses pembersihan jiwa berjalan efektif.
2) Persiapan tsaqofah
Tidak cukup hanya berbekal persiapan ruhiyah dan karakter, para dai semestinya juga
mempersiapkan diri dalam hal intelektualitas, banyak hal yang harus diketahui para dai
mengingat kemajuan di bidang sains dan teknologi yang sedemikian pesatnya. Sosok dai
bukanlah orang yang terbelakang dalam ilmu pengetahuan modern dan teknologi serta
perkembangan politik internasional.Namun bukan berarti seorang dai harus menghabiskan
waktu untuk menekuni perkembangan sains dan teknologi yang paling penting adalah
menempatkan keilmuan yang dibutuhkan secara proporsional. Bagi setiap dai yang
memiliki tugas untuk melakukan tabligh, memang memerlukan kecerdasan dan
pemahaman akan ilmu-ilmu, baik qauliyah maupun kauniyah. tanpa itu tentu akan
mendapatkan kesulitan dalam meyakinkan orang lain bahkan dakwah yang disampaikan
kehilangan kualitas. minimal ada tiga macam keilmuan yang diperlukan dai untuk dirinya
sendiri dan orang lain dalam dakwahnya
➢ pengetahuan Islam secara lengkap
➢ pengetahuan modern
➢ pengetahuan keahlian
3) Persiapan jasadiyah persiapan jasa dia ini ternyata merupakan bagian integral dari
keseluruhan persiapan yang mesti dilakukan oleh para dai. Akan menjadi kendala dalam
dakwah, mana kala para da'i lemah fisik sehingga sering terserang penyakit baik ringan
maupun kronis. Bagi setiap dai hendaknya melakukan penjagaan kesehatan yang teratur.
Hal ini bisa dilakukan dengan mengkonsumsi makanan yang halal, menjauhkan dari semua
makanan yang merusak badan. Dan hendaknya juga rajin melakukan olahraga. Dengan
demikian, beberapa persiapan tersebut dilakukan oleh para dai secara terus-menerus untuk
menjaga orisinalitas dakwah Islam.
4) Persiapan maliyah (materi) materi bukanlah segalanya akan tetapi ia merupakan hal yang
diperlukan bagi kelangsungan dakwah, baik dalam skala individual maupun kolektif.
Setiap langkah dakwah pasti membutuhkan materi, baik berupa uang yang langsung
terlihat ataupun berbentuk perbekalan yang tak terlihat secara langsung. contohnya seorang
da'i yang bertugas dalam berdakwah di tengah masyarakat membutuhkan sarana
transportasi yang berarti memerlukan bahan bakar dan biaya perawatan lainnya. Berbagai
14
sarana penunjang kebanyakan da'i dan dakwah juga berhubungan langsung dengan materi
(uang). Ketika ada yg memerlukan tambahan informasi dan pengetahuan setiap harinya,
maka ia perlu mengakses berita lewat media massa baik lewat radio, koran harian, tabloid,
ataupun TV dan internet. Keseluruhannya memerlukan dana dan pengadaan dan perawatan
untuk memperlancar komunikasi. Da'i memerlukan Telepon genggam (hp) yang sudah
pasti memerlukan dana rutin. Maka dari itu materi tidak dapat di pungkiri, merupakan
kebutuhan bagi kelangsungan dan kelancaran dakwah.10

10
Diakses dari https://es.scribd.com/doc/53245677/Faktor-Pendukung-dan-Penghambat-Kegiatan-Dakwah pada
tanggal 8 November 2021 pukul 17.00 WIB
15
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Konsep masyarakat sejahtera menurut Islam dimana kesejahteraan dalam islam dimaknai
dengan istilah falah yaitu kesejahteraan bersifat holistik dan seimbangan tara aspek material dan
spiritual, individu-sosial dan kesejahteraan di kehidupan duniawi dan akhirat. Konsep falah
merupakan konsep yang menyeluruh untuk mewujudkan kesejahteraan dunia dan akhirat. Untuk
mencapai masyarakat sejahtera dapat dikatakan tidak hanya dilakukan dari segi materi saja seperti
terpenuhinya sandang, pangan, dan kekayaan lainnya. Akan tetapi, masyarakat akan memperoleh
kebahagiaan dan kesejahteraan apabila seluruh kebutuhan dan keinginannya baik dari sisi material
maupun spiritual dapat terpenuhi. Salah satu ayat yang menjelaskan tentang pencapaian
masyarakat sejahtera dalam Surat Al-Qashah (28) ayat 77. Menjelaskan agar masyarakat dalam
menggunakan harta maupun kenikmatan yang diberikan allah untuk beramal sehingga
mendapatkan pahala dunia dan akhirat.
Program dakwah dalam mewujudkan masyarakat dengan melakukan dakwah yaitu
menyeru, mengajak seluruh umat manusia ke jalan yang lebih benar. Dalam pelaksanaan program
dakwah agar terwujud masyarakat sejahtera dengan melakukan kegiatan-kegiatan seperti
pengajian rutin untuk membekali masyarakat dengan bersama-sama. Penyuluhan keagamaan dan
pemberi ketauladanan untuk mewujudkan masyarakat sejahtera dengan perilaku hidup saling
tolong menolong dan membantu sesama yang sedang membutuhkan, menjaga kebersihan
lingkungan dan berbicara yang baik dan sopan.
SARAN
Kami menyadari bahwa makalah kami ini tidak terlepas dari yang namanya kekurangan.
Maka dari itu saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan sehingga
dapat dijadikan bahan evaluasi untuk lebih baik kedepannya. Semoga makalah ini memberikan
manfaat kepada pembaca dan menambah wawasan tentang pola dakwah dalam pengembangan
kesejahteraan sosial.

16
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Subandi.(1994). Ilmu Dakwah Pengaruh Kearah Metodologi. Yayasan Syahida.
Djohan Effendi. (1996). Agama dalam Pembangunan Nasional. CV. Kuningan: Jakarta.

D. Sukmasari. (2020). Konsep Kesejahteraan Masyarakat dalam Persefektif Al-Qur’an. At-Tibyan.


3 (1).
Nurhayati Raden. (2018). Program Dakwah Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Sejahtera.
Vol. 1, No. 1
Nurmadiaz. (2011). Faktor Pendukung dan Penghambat Kegiatan Dakwah. https: //
es.scribd.com/doc/53245677/faktor-pendukung-dan-penghambat-kegiatan-dakwah
diakses 8 November 2021.

S. A. Cahyono. (2016). Pengaruh Media Sosial Perubahan Sosial Masyarakat di Indonesia. Jurnal
Publiciana 9 (1).
T. M. N. Almahmudi. (2019). Konsep Kesejahteraan dan Implementasinya dalam Persefektif
Hukum Islam. Khuluqiyya.

Yakesma. Program Dakwah. https: //yakesma.org/ program-dakwah/ diakses tanggal 8 November


2021.

17

Anda mungkin juga menyukai