Anda di halaman 1dari 14

KONSEP DASAR SOSIAL BUDAYA KESEHATAN

Disusun Oleh :
Kelompok III
Ari ramadhani : B21828809701
Viktoria : B21832913801
Edy :B21829410301
Suen Adelina Limbong :B21832213101
Meliana :B21830511401
Nurhaini Bulinda S :B21831412301
Haeruddin Nurdin :B21830010901

Prodi S1 Ilmu Keperawatan


STIKES WIAYATA HUSADA SAMARINDA
Tahun 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. bahwa kami telah
menyelesaikan tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar dengan membahas
Konsep Dasar Sosial Budaya Kesehatan.
Penyusunan makalah berdasarkan hasil pencarian dari beberapa sumber. Isi
makalah ini mencakup tentang Apa yang untuk mengetahui konsep dasar
sosial ,untuk mengetahui konsep dasar budaya, untuk mengetahui konsep dasar
sosial budaya adn untuk mengetahui konsep dasar kesehatan.
Makalah ini di harapkan cukup untuk memberikan pengertian tentang aspek social
budaya yang mempengaruhi perilaku kesehatan dalam masyarakat.
Sudah tentu makalah ini masih jauh dari sempurna dan juga masih banyak
kekurangannya. Maka saran, petunjuk pengarahan, dan bimbingan dari berbagai
pihak sangat kami harapkan.
Semoga makalah ini mendapat Ridho dari Allah SWT, dan bisa bermanfaat bagi
kita semua.

Samarinda ,16 Oktober 2019


penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan masalah................................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................3
A. Sosial.....................................................................................................................3
B. Budaya..................................................................................................................6
C. Sosial budaya........................................................................................................7
D. Kesehatan..............................................................................................................8
BAB III PENUTUP........................................................................................................10
A. Kesimpulan.........................................................................................................10
B. Saran...................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk yang diciptakan untuk bisa memberi


manfaat bagi manusia yang lain, sebab secara humanis manusia adalah
makhluk sosial. Sejak manusia dilahirkan dan menatap dunia, secara otomatis
manusia mempunyai dua kebutuhan primer, yaitu keinginan untuk bisa
menyatu dan berkecimpung dengan manusia lain dalam beberapa kegiatan di
lingkungan masyarakat, dan kebutuhan untuk menunggal dengan lingkungan
alam di sekitarnya.( Muhammad Mushfi 2017)
Sosial adalah merupakan bagian yang utuh dari sebuah hubungan
manusia sehingga membutuhkan pemakluman atas hal-hal yang bersifat
rapuh di dalamnya. (Lena Domineli, 2012; dalam Muh. Chotim, 2016 )
sosial adalah yang dipahami sebagai suatu perbedaan namun tetap
merupakan sebagai suatu kesatuan (Peter, 2012; dalam Peter 2012)
Ketrampilan sosial dalam berhubungan antar individu perlu dipahami
dan diterapkan pada semua individu normal termasuk individu eks pikotik.
Kemampuan interaksi sosial meliputi proses komunikasi dan keikutsertaan
dan berbagai kegiatan sosial, Namun bagi individu eks psikotik kemandirian
sosial perlu dibangun secara bertahap dan perlu dilatih agar mampu diterima
di masyarakat secara baik.( Muh. Chotim, 2016 )
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem
agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan
karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak
terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung
menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya, dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. (Harni
Kusniyati, 2016)
Kesehatan adalah salah satu dari hak asasi manusia, seperti termasuk dalam
UUD 1945. Dalam UUD 1945 juga dinyatakan bahwa setiap orang berhak
hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat sertaberhak memperoleh
pelayanan kesehatan. Kesehatan sebagai hak asasi manusia, mengandung
suatu kewajiban untuk menyehatkan yang sakit dan berupaya
mempertahankan yang sehat untuk tetap sehat. Kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. Hal ini melandasi pemikiran bahwa
sehat adalah investasi.( Trio Saputra 2017)
B. Rumusan masalah
Bagaimana konsep dasar sosial budaya dapat mempengaruhi kesehatan yang
ada di dalam lingkungan masyarakat
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar sosial
2. Untuk mengetahui konsep dasar budaya
3. Untuk mengetahui konsep dasar sosial budaya
4. Untuk mengetahui konsep dasar kesehatan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sosial
Sosial adalah sesuatu yang dicapai, dihasilkan dan ditetapkan dalam
sehari-hari antara warga negara dan pemerintahannya . (Lewis, 2012; dalam
Muh. Chotim, 2016)
Sosial adalah sesuatu yang dibangun dan terjadi dalam sebuah situs
komunitas. (Keith Jacobs, 2012; dalam Muh. Chotim, 2016)
Sosial adalah sesuatu yang dipahami sebagai sebuah perbedaan namun
tetap inheren dan terintegrasi. (Ruth Aylett, 2012; dalam Muh. Chotim, 2016)
Sosial adalah cara tentang bagaimana para individu saling
berhubungan. (Enda MC, 2012; dalam Muh. Chotim, 2016)
Sosial adalah merupakan bagian yang utuh dari sebuah hubungan
manusia sehingga membutuhkan pemakluman atas hal-hal yang bersifat
rapuh di dalamnya. (Lena Domineli, 2012; dalam Muh. Chotim, 2016)
Sosial adalah sesuatu yang dipahami sebagai suatu perbedaan namun
tetap merupakan sebagai suatu kesatuan. ( Peter, 2012; dalam Muh. Chotim,
2016).
Bentuk umum proses-proses sosial adalah interaksi sosial yang dapat juga
dinamakan proses sosial, karena interaksi sosial merupakan syarat utama
terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Faktor-faktor yang mendasari
berlangsungnya interaksi sosial, yaitu:
1. Faktor imitasi
2. Faktor sugesti
3. Faktor identifikasi
4. Faktor simpati
Dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial,
yaitu:
a) Proses asosiatif, terbagi dalam tiga bentuk khusus, yaitu akomodatif,
asimilasi, dan akulturasi.
b) Proses disosiatif, mencakup persaingan yang meliputi“contravention”
dan pertentanganpertikaian Berdasarkan sifat kodrat manusia sebagai
individu, yang dapat diketahui bahwa manusia memilki harkat dan
martabat yang mempunyai hak-hak dasar, dimana setiap manusia
memiliki potensi diri yang khas, dan setiap manusia memiliki
kepentingan untuk memenuhi kebutuhan dirinya. Berdasarkan sifat
kodrat manusia sebagai individu, yang dapat diketahui bahwa manusia
memilki harkat dan martabat yang mempunyai hak-hak dasar, dimana
setiap manusia memiliki potensi diri yang khas, dan setiap manusia
memiliki kepentingan untuk memenuhi kebutuhan dirinya.

Sebagai makhluk individu manusai berperan untuk mengwujudkan hal-hal


sebagai berikut :
1. Menjaga dan mempertahankan harkat dan martabatnya.
2. Mengupaya terpenuhinya hak-hak dasarnya sebagai manusia.
3. Merealisasikan segenap potensi diri baik sisi jasmani maupun rohani.
4. Memenuhi kebutuhan dan kepentingan diri demi kesejahteraan hidupnya.
Manusia sebagai pribadi adalah berhakikat sosial. Artinya akan senantiasa
dan selalu berhubungan dengan orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia
terhadap norma-norma sosial yang tumbuh sebagai patokan dalam bertingkah
laku manusia dalam kelompok,norma-norma yang dimaksud adalah sebagai
berikut :
1. Norma agama atau religi, yaitu norma yang bersumber dari Tuhan untuk
umat-Nya.
2. Norma kesusilaan atau moral, yaitu yang bersumber dari hati nurani
manusia untuk mengajakan kebaikan dan menjahui keburukan.
3. Norma Kesopanan atau adat, yaitu yang bersumber dari masyarakat atau
dari lingkungan masyarakat yang bersangkutan.
4. Norma hukum, yaitu norma yang dibuat masyarakat secara resmi yang
pemerlakuannya dapat dipaksa Berdasarkan hal diatas.
Maka manusia sebagai makhluk sosial memiliki implikasi-implikasi sebagai
berikut :
1. Kesadaran akan ketidakberdayaan bila manusia seorang diri.
2. Kesadaran untuk senatiasa dan harus berinteraksi dengan orang lain.
3. Penghargaan akan hak-hak orang lain.
4. Ketaatan terhadap norma-norma yang berlaku Keberadaan manusia
sebagai makhluk sosial menjadikan manusia melakukan peran-peran
sebagai berikut : Melakukan interaksi dengan manusia lain atau kelompok,
Membentuk kelompok-kelompok sosial, Menciptakan norma-norma sosial
sebagai pengaturan tata tertib kehidupan kelompok Tindakan oleh Max
Weber diartikan sebagai perilaku yang mempunyai makna subjektif bagi
pelakunya ( the subjective meaning of action). Maksudnya adalah bahwa
makna yang sebenarnya dari suatu tindakan hanya diketahui dengan benar
oleh pelakunya (aktor) sendiri. Keberadaan manusia sebagai makhluk
sosial menjadikan manusia melakukan peran-peran sebagai berikut :
1. Melakukan interaksi dengan manusia lain atau kelompok.
2. Membentuk kelompok-kelompok sosial.
3. Menciptakan norma-norma sosial sebagai pengaturan tata tertib
kehidupan kelompok.

Tindakan oleh Max Weber diartikan sebagai perilaku yang mempunyai


makna subjektif bagi pelakunya ( the subjective meaning of action).
Maksudnya adalah bahwa makna yang sebenarnya dari suatu tindakan
hanya diketahui dengan benar oleh pelakunya (aktor) sendiri. Misalnya si
A, seorang pemuda, menyanyi di kamar mandi. Apa makna tindakan A
tersebut, apakah sekedar iseng, belajar bernyanyi ataukah agar didengar
oleh si B gadis tetangga yang kepadanya si A menaruh perhatian? Orang
lain, bapaknya, ibunya, kakaknya, adiknya atau tetangga si pemuda A tadi
dapat memberikan penafsirannya masing-masing berdasarkan pengalaman
dan pengetahuannya yang saling berbeda atas tindakan si A. Tetapi makna
yang sebenarnya dari tindakan tadi benar-benar hanya diketahui oleh si A.
Pernyataan seorang ahli sosiologi bernama Peter L. Berger bahwa dalam
hidup ini kenyataan yang sering dihadapi adalah bahwa “ things are not
what they seem”, bahwa segala sesuatu sering tidak seperti yang terlihat,
kiranya dapat lebih menjelaskan apa yang dimaksud oleh Max Weber.
Apabila dilihat dari orientasinya, tindakan dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu:

1. Tindakan non-sosial, yakni tindakan-tindakan yang dilakukan oleh


seseorang tetapi tidak diorientasikan kepada pihak lain. Sebagai
contoh: seseorang yang sedang memandangi potret dirinya atau
seseorang berdiam diri di kamar pribadinya sambil merenungi
nasibnya.
2. Tindakan sosial, yakni tindakan-tindakan yang oleh pelakunya
diorientasikan kepada pihak lain. Sebagai contoh: seseorang menyapa
teman yang lewat di depan rumahnya atau seorang murid berbicara
dengan gurunya. Gillin dan Gillin membedakan interaksi sosial ke
dalam dua bentuk, yaitu:
a) Bentuk interaksi sosial asosiatif, meliputi berbagai macam bentuk
kerjasama, akomodasi dan asimilasi.
b) Bentuk interaksi sosial disosiatif, meliputi berbagai macam
bentuk konflik, kompetisi dan kontravensi. Kimball Young
mengemukakan bentuk-bentuk interaksi sosial sebagai berikut:
1) Oposisi, yaitu proses yang meliputi persaingan, pertikaian
dan pertentangan.
2) Koperasi atau kerjasama yang menghasilkan akomodasi.
3) Diferensiasi, yakni kecenderungan ke arah perkembangan
sosial yang berlawanan,

misalnya pembedaan ciri-ciri biologis, sosial, ekonomi dan kultural Interaksi


sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Interaksi sosial dapat berpola:
a) individu dengan individu.
b) individu dengan kelompok.
c) kelompok dengan kelompok.
2. Interaksi dapat berlangsung sebagai proses positif (asosiatif) maupun
negative (disosiatif), namun ada kecenderungan interaksi berlangsung
positif.
3. Hubungan dalam interaksi sosial dapat berlangsung dalam tingkat
dangkal ataupun tingkat dalam.
4. Interaksi sosial menghasilkan penyesuaian diri bagi para pelakunya.
5. Interaksi sosial berpedoman kepada kaidahkaidah dan norma-norma yang
berlaku. Sehubungan dengan hal ini, perlu diidentifikasi bentuk interaksi
sosial yang cenderung berlangsung positif dan berkesinambungan.
Interaksi yang demikian penting artinya dalam pembentukan lembaga,
kelompok dan organisasi sosial, yaitu interaksi sosial yang memiliki ciri:
Didasarkan kepada kebutuhan yang nyata, memperhatikan efektifitas,
memperhatikan efisiensi, menyesuaikan diri kepada kebenaran dan
kaidah, kaidah yang berlaku, tidak bersifat memaksa baik secara fisik dan
mental
B. Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem
agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan
karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak
terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung
menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya, dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.(Harni
Kusniyati 2016)
1. Jenis Kebudayaan Kebudayaan dapat dibagi menjadi 3 macam dilihat
dari keadaan jenis-jenisnya:
a. Hidup kebatinan manusia, yaitu sesuatu yang menimbulkan tertib
damainya hidup masyarakat dengan adat-istiadatnya,
pemerintahan negeri, agama atau ilmu kebatinan.
b. Angan-angan manusia, yaitu sesuatu yang dapat menimbulkan
keluhuran bahasa, kesastraan dan kesusilaan.
c. Kepandaian manusia, yaitu sesuatu yang menimbulkan macam-
macam kepandaian tentang perusahaan tanah, perniagaan,
kerajinan, pelayaran, hubungan lalu-lintas, kesenian yang
berjenis-jenis semuanya bersifat indah (Ki Hajar Dewantara; 1994
dalam Harni Kusniyati 2016)
2. Kebudayaan berdasarkan wujudnya Menurut J.J. Hoenigman, wujud
kebudayaan dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Gagasan (Wujud ideal) Wujud ideal kebudayaan adalah
kebudayaan yang berbentuk kumpulan ideide, gagasan, nilai-nilai,
norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak
tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak
dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat.
b. Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan
berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula
disebut dengan sistem sosial.
c. Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari
aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat
berupa benda-benda atau halhal yang dapat diraba, dilihat, dan
didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud
kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara
wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud
kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal
mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya
(artefak) manusia.
C. Sosial budaya
Sosial budaya atau kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai,
norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius,
dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang
menjadi ciri khas suatu masyarakat (Andreas Eppink dalam Raden Nurhayati
2019)
Sosial budaya merupakan konsep untuk menelaah asumsi-asumsi dasar
dalam kehidupan masyarakat. Pemberian makna konsep sistem sosial budaya
dianggap penting karena tidak hanya untuk menjelaskan apa yang dimaksud
dengan sistem sosial budaya itu sendiri tetapi memberikan eksplanasi
deskripsinhya melalui kenyataan di dalam kehidupan masyarakat. Sistem
sosial budaya merupakan pola-pola keteraturan; kesatuan yang terdiri dari
komponen atau elemen yang saling berhubungan.Budaya sangat erat
hubungannya dengan masyarakat.Segala sesuatu yang terdapat dalam
masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu
sendiri.Jadi, konsep dalam sistem sosial budaya dapat dideskripsikan sebagai
suatu pemikiran dan ide yang berisikan mengenai komponen-komponen
pembentuk kebudayaan suatu masyarakat. Budaya berarti cara atau sikap
hidup manusia dalam hubungannya secara timbal balik dengan alam dan
lingkungan hidupnya yang didalamnya tercakup pula segala hasil dari cipta,
rasa, karsa, dan karya, baik yang fisik materiil maupun yang psikologis, idiil,
dan spiritual. Kehidupan masyarakat dipandang sebagai suatu sistem atau
sistem sosial, yaitu suatu keseluruhan bagian atau unsur-unsur yang saling
berhubungan dalam suatu kesatuan. Alvin L. Bertrand, suatu sistem sosial
terdapat :
a. Dua orang atau lebih
b. Terjadi interaksi antara mereka
c. Bertujuan
d. Memiliki struktur,
harapan-harapan bersama yang didominasinya. Dalam sistem sosial pada
umumnya terdapat proses yang saling mempengaruhi. Hal ini disebabkan
karena adanya saling keterkaitan antara satu unsur dengan unsur lainnya.
Sistem sosial dipengaruhi oleh ekologi; demografi; kebudayaan; kepribadian;
waktu, sejarah, dan latar belakang. Ciri utama sistem sosial menerima
unsurunsur dari luar (terbuka). Namun juga menimbulkan terjalinnya
ikatanantar unsur-unsur dengan unsur lainnya (internal) dan saling pertukaran
antara sistem sosial itu sendiri dengan lingkungannya (eksternal). Proses-
proses dalam sistem sosial: komunikasi, memelihara tapal batas, penjalinan
sistem, sosialisasi, pengawasan sosial, pelembagaan dan perubahan sosial.
(Slamet, 1995; dalam Raden Nurhayati 2019 )
Ini adalah salah satu contoh penerapan Pengobatan tradisional dengan
menggunakan tumbuhan oleh masyarakat Suku Dayak Jangkang Tanjung
telah lama dilakukan secara turun temurun.
D. Kesehatan
Kesehatan (Health) adalah salah satu kebutuhan pokok (basic need) di
samping pangan, sandang, papan, pendapatan dengan jam kerja yang relevan
(upah/ lapangan pekerjaan), pendidikan, perabotan minim rumah tangga,
ketersediaan air bersih, jaminan hari tua (saving), transportasi, partisipasi
sosial don rekreosi.
Pencapaion komponen-komponen tersebut, ditujuka untuk mencapai
kesejahteran masyarakaSesuai dengan UU No.6 Tohun 1974 pasal 2 ayat l :
(l). Dinyatakan "Kesejahtraan sosial suatu tata kehidupan dan
penghidupan sosial materiil maupun spiritual yang diliputi oleh
rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir bathin, yang
memungkinkan bagi setiap warganegara untuk mengadakan
usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rahaniah
dan sosial yang sebaik-baiknya. Bagi diri, keluarga serta
masyarakat dengan meniunjung tinggi hak-hak azazi sertoa
kewajiban manusia sesuai dengan pancasila.
(2). Usahausa ha kesejahteraan sosial ialah semua upaya, program
dan kegiatan yang ditujukan untuk mewujudkan, membina,
memelihara,
memulihkan dan mengembangkan kesejahteraan sosial. Khusus di bidang
kesehatan yang perlu digapai itu sebagaimana terbaca pada ruang lingkup
definisi dari World Health Organization (WHO) sbb : Health is a state of
complete physical, mental, sosial, spiritual and emotional wellbeing and not
merely the absence of diseases or infimity". (Sehat adalah terdapatnya kondisi
prima yang lengkap dari raga, jiwa, kemasyarakatan, spiritual dan perasaan
serta tidak sekedar lepasnya seseorang dari penyakit maupun kelemahan.
Adapun pranata atau kelembagaan kesehatan yang meliputi P3 K, Posyandu,
Balai Kesehatan, Klinik, Puskesmas dan Rumah Sakit, Posko Kesehatan
Tanggap Darurat dan sejenisnya, mewadahi variasi program yang rentangan
fungsinya; edukasi/konstruktif (pembangunan), prevensi (pencegahan),
kuratif (pengobatan), rehabilitasi (penataposisian pasca pengobatan) dan
preservasi (mempertahankan kondisi yang telah kondusif). .( Trio Saputra
2017)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut The American Herritage Dictionary mengartikan kebudayaan
adalah sebagai suatu keseluruhan dari pola perilaku yang dikirimkan melalui
kehidupan sosial, seniagama, kelembagaan, dan semua hasil kerja dan
pemikiran manusia dari suatu kelompok manusia.
Bentuk umum proses-proses sosial adalah interaksi sosial yang dapat
juga dinamakan proses sosial, karena interaksi sosial merupakan syarat utama
terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Faktor-faktor yang mendasari
berlangsungnya interaksi sosial
Kesehatan (Health) adalah salah satu kebutuhan pokok (basic need) di
samping pangan, sandang, papan, pendapatan dengan jam kerja yang relevan
(upah/ lapangan pekerjaan), pendidikan, perabotan minim rumah tangga,
ketersediaan air bersih, jaminan hari tua (saving), transportasi, partisipasi
sosial dan rekreasi.
Melihat kondisi kesehatan dan kesadaran masyarakat terhadap
kesehatan, maka perlu peran aktif semua pihak dalam mengatasi masalah
kesehatan masyarakat,.Penyedia layanan kesehatan, masyarakat, pemerintah
dan perusahaan perlu menjabarkan peta jalan pengembangan kesehatan
masyarakat secara terpadu dan berkelanjutan. Dibutuhkan kerjasama dalam
merumuskan dan mengembangkan program kesehatan masyarakat sesuai
karakteristik daerah setempat sehingga tahap perubahan menuju masyarakat
sehat dalam pengelolaan kesehatan masyarakat menjadi bagian kesadaran
dan pengetahuan masyarakat dan pada akhirnya memiliki self belonging
bahwa kesehatan merupakan milik dan tanggung jawab bersama. Selain itu,
pola penyegaran, pembinaan, pemberdayaan dan penguatan jaringan
organisasi Puskesmas, Poskesdes, Posyandu, UKS/UKGS dan PMR sangatlah
penting didalam mengembangkan sistem kesehatan masyarakat dengan tujuan
menuju masyarakat sehat dan sejalan dengan melibatkan masyarakat
semaksimal mungkin. Dengan partisipasi semaksimal mungkin dari
organisasi aktif yang berada di masyarakat seperti Kader Posyandu, PKK,
Taruna Karya, Pramuka, Sarjana Penggerak Pedesaan dan organisasi lainnya
serta didukung oleh MUSPIDA setempat.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menambah
wawasan tentang sosial budaya kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

Bali, Muhammad Mushfi El Iq. (2017). MODEL INTERAKSI SOSIAL DALAM


MENGELABORASI KETERAMPILAN SOSIAL. probolinggo: Universitas Nurul Jadid.

Harni Kusniyati. (2016). APLIKASI EDUKASI BUDAYA TOBA SAMOSIR BERBASIS ANDROID .

Harni Kusniyati. (2016). APLIKASI EDUKASI BUDAYA TOBA SAMOSIR BERBASIS ANDROID .
jakarta: JURNAL TEKNIK INFORMATIKA.

Mushfi, M. (2017). MODEL INTERAKSI SOSIAL DALAM MENGELABORASI KETERAMPILAN


SOSIAL . Jurnal Pedagogik.

Pungkasisari, A. (2017). PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, MOTIVASI EKSTRINSIK


DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KREATIVITAS KARYAWAN PADA INDUSTRI
KERAJINAN PERAK DI KOTAGEDE YOGYAKARTA . Yogyakarta: Universitas
Sarjanawiyata Tamansiswa.

Raden Nurhayati. (2019 ). PENGARUH KERAGAMAN SOSIAL BUDAYA DAN DAERAH


OBJEK WISATA TERHADAP PEMBENTUKAN AKHLAK PESERTA DIDIK . Tasikmalaya
: journal al-Afkar.

Saputra, T. (2017). CAPAIAN PELAYANAN KESEHATAN DASAR. Pekanbaru: Universitas


Lancang Kuning.

Sari, A. (2015). Pemanfaatan Tumbuhan Obat Pada Masyarakat Suku Dayak Jangkang
Tanjung Di Desa Ribau Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau. Pontianak:
jurnal Protobiont .

Umanailo, M. C. (2015). Ilmu Sosial Budaya Dasar. Namlea: FAM PUBLISHING.

Anda mungkin juga menyukai